Ads 468x60px

AJARAN PAUS FRANSISKUS = "SESAT"? (1)


HIK: HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI
HARAPAN IMAN KASIH
DIA.LO.GUE:
AJARAN PAUS FRANSISKUS = "SESAT"?
Ecclesia semper reformanda - Gereja harus "selalu diperbarui, in permanent genesis."
(PART I)
Di tengah konteks gereja yang kadang kadar garamnya mulai "tawar" dan terangnya mulai "redup", Yesus selalu hadir membawa perubahan dan pembaruan mendasar sebagai garam yang benar-benar garam dan terang yang benar-benar terang, dalam bahasa Karl Rahner, "in permanent genesis":
Yesus mengatakan bahwa: "anggur yang baru harus disimpan dalam kantong baru. Dkl: Kita diajak untuk menjadi "kantong baru" supaya semua nilai keutamaan yang dibawa Yesus secara baru bisa terbatinkan & terpancarkan dalam hati dan hidup harian kita.
Menyitir KOMPAS.com hari ini (26/9), tercandra puluhan cendekiawan dan rohaniwan Katolik Roma yang konservatif menuding Paus Fransiskus, menyebarkan ajaran sesat. Seperti yang kemarin dilaporkan situs berita CNN, Senin (25/9), langkah kubu konservatif itu terbilang berani dan Paus Fransiskus sendiri belum menanggapi surat tersebut secara terbuka. Vatikan juga menolak untuk langsung berkomentar / reaktif atas riak polemik ini.
Adapun surat yang dipublikasikan secara luas, yang konon memiliki ulasan teologis kuat itu telah diserahkan kepada Paus, dimana surat itu diteken 40 orang pada 11 Agustus yang lalu.
Sejak itu pula telah bertambah lagi 22 tanda tangan dan dirilis ke publik pada Sabtu lalu (23/9).
Kubu konservatif tersebut menyebut surat itu sebagai "correctio fraterna", semacam koreksi kekeluargaan" untuk Paus dari "putra dan putri spiritualnya". Lebih lanjut, mereka mengatakan: "Hukum gereja sendiri mensyaratkan agar orang yang memiliki kompetensi, tidak tinggal diam saat gembala Gereja 'menyesatkan' kawanan dombanya."
Dalam siaran persnya, kubu konservatif jelas mengatakan, mereka bersuara untuk mewakili "sejumlah besar" kaum klerus dan umat awam yang "tidak memiliki kebebasan berbicara".
Kubu konservatif memang tidak langsung menuding Paus telah menjadi bidaah, tetapi ia dituding mendukung “posisi-posisi sesat” tentang “pernikahan, moralitas, dan ekaristi”.
Secara khusus, surat tersebut menuding Paus Fransiskus telah mempromosikan tujuh "ajaran sesat." Mereka menuding Paus telah menyebarkan ajaran sesat karena secara terbuka mengizinkan orang Katolik bercerai dan menikah lagi, serta mereka boleh menyambut komuni atau mengikuti perjamuan ekaristi.
Dalam ajaran dan tradisi Gereja Katolik, pernikahan adalah sakramen atau tanda keselamatan dari Allah bagi kehidupan dan karena itu dilarang bercerai kecuali oleh maut: “Skandal mengenai iman dan moral telah diberikan kepada Gereja dan dunia," kata surat dari kalangan konservatif itu.
Mereka menuduh Paus telah menerapkan "doktrin aneh tentang orang beriman," dan mendesak Paus untuk secara terbuka mengoreksi ajarannya itu. Sejumlah penandatangan surat tersebut adalah anggota kelompok tradisionalis yang sebenarnya telah memisahkan diri dari Gereja Katolik.
Tahun lalu, empat kardinal, dalam sebuah surat yang dikenal sebagai "Dubia", meminta Paus untuk mengklarifikasi beberapa poin yang sama yang diajukan oleh para sarjana dan rohaniwan Katolik ini.
Yang pasti, dengan munculnya artikel di Kompas tersebut, perlu kita ketahui ajaran paus yang mana yang disebut sesat, dan mana yang tidak disenangi? Inilah rincian sederhananya, yang saya ambil dari postingan Eduardus Nugroho dan Vincentius Sihombing:
1. Masalah komuni bagi orang yang telah bercerai sipil dan kawin lagi secara sipil.
Paus mengatakan dalam Amoris Laetitia, bahwa pada pasangan tertentu, mereka dapat dipertimbangkan untuk diperbolehkan menerima komuni. Karena orang yang bercerai tidak selalu pelakunya, melainkan korban. Sebaliknya, pandangan tradisional mutlak tidak mengizinkan ini. Kamu sudah cerai, kamu bersalah, siapapun juga penyebab perceraian. Juga kalau seseorang dianiaya dan diceraikan; dia tetap bersalah.
2. Masalah teologi komuni.
Konon Santo Paulus mengajar bahwa orang yang menerima komuni suci haruslah suci. Paus Fransiskus mengatakan bahwa komuni bukan diperlukan oleh orang yang sempurna, melainkan makanan bagi orang yang tidak sempurna. Dalam hal ini Paus Fransiskus membuat terobosan luar biasa. Tapi benar... Coba renungkan kalimat ini: "Siapa di antara kamu yang tidak pernah berdosa, silakan melemparkan batu pertama. Siapa di antara kamu suci, silakan menerima komuni kudus pertama..."
3. Tradisi kehormatan.
Paus Fransiskus meminta diberkati oleh para pemimpin gereja Kristen non-Katolik: Patriark Ortodoks, Uskup Anglikan, Pendeta Protestan dan bahkan juga oleh para imam dan umat. Ini membuat berang banyak orang Katolik yang merasa gerejanya paling tinggi, paling terhormat, dan paling benar.
Bisa jadi, Paus melakukan semua ini demi persatuan umat Kristen di seluruh dunia, seperti diinginkan Yesus sendiri sewaktu masih menginjakkan kakinya di dunia: "Ut omnes unum sint". Bagi Paus, semua pengorbanan bisa dilakukan. Bagi mereka yang merasa tinggi, ini penghinaan bagi gereja. Tapi bukankah Guru kita mengajar tentang sikap yang lemah lembut dan rendah hati, tidak ingin gerejaNya malahan jatuh dalam kesombongan, baik duniawi ataupun rohani?
4. Gereja miskin untuk orang miskin.
Paus Fransiskus secara tidak sengaja sudah memulai perpecahan gereja sejak awal kepausan. Ini kalimat yang mungkin tidak disukai oleh banyak umat, juga oleh pastor atau uskup yang terbiasa dengan kemewahan dalam gereja yang kaya: Bagaimana dengan orang kaya? Bagaimana dengan gedung gereja yg mewah? Bukankah demi kemuliaan Tuhan?
Paus Fransiskus tidak mau menjawabnya dengan kata, melainkan dengan tindakan. Dia mengadakan misa di salah satu gudang di Vatikan, padahal banyak sekali kapel yang sangat indah di Vatikan. Kalau mau, tidak ada yang berani melarang paus menggunakan kapel itu.
Tapi Paus Fransiskus memakai gudang, dengan meja seadanya. Ini penghinaan besar bagi mereka yang terbiasa berpikir bahwa Tuhan harus dihormati dengan kemewahan duniawi, dengan emas, dengan gedung yang megah.
Semua dicampakkan Paus Fransiskus dengan satu tindakan ini... Banyak sekali umat yang bingung. Apalagi yang suka hal hal mewah dan mentereng. Ini sebuah ingatan dasar karena Yesus lahir di kandang, bahkan orang tuanya tidak mampu membeli kurban selain sepasang tekukur waktu Yesus dipersembahkan di bait Allah. Yesus juga tidak menjadi pegawai tinggi atau raja atau pangeran. Yesus adalah tukang kayu. Semua hal itu menunjukkan simbol yang diinginkanNya: kemiskinan. (Bdk. Evangelii Gaudium).
5. Masalah teologi lain.
Berbagai komentar spontan Paus membuat orang Katolik tradisional mengernyitkan dahi. Ateis bisa masuk surga? Orang yang keluar dari Gereja Katolik meninggal, dan Paus Fransiskus berkata dia sudah di surga? Umat Protestan satu iman, satu Tuhan, satu baptisan? Umat Protestan boleh ngga terima komuni di gereja kita? Masih banyak lagi komentar Paus yang tidak langsung disukai sebagian orang Katolik, karena kadang dipenggal dan hilang dari konteks utuhnya. Bisa jadi pengalaman akan Tahun Kerahiman dan pendalaman akan semboyan kepausan/pontifikatnya, "miserando atque eligindo" serta pemilihan nama "Fransiskus" mendapat aktualitasnya untuk menjawab hal hal praktis ini.
6. Klerikalisme.
Fransiskus terkesan ingin agar Paus berada pada hierarki paling bawah di gereja dan umat paling atas. Dengan sendirinya, pastor paroki berada di bawah umat. Ini kalimat yang kalau ditangkap secara langsung bisa jadi tidak disukai sebagian orang dan membuat bingung. Tapi Paus serius dengan kata dan tindakannya. Begitulah seharusnya gereja kita, karena dunia lebih percaya pada "mata" daripada "telinga", karena pelayanan adalah kekuasaan yang otentik kata Paus ini juga.
Lebih lanjut, beberapa pernyataannya yang kerap diekspos media secara sepenggal karena memiliki muatan "NEWS" yang laku di pasaran dan menimbulkan polemik, al:
- Menanggapi pendeta/pastor yang gay.
Paus Fransiskus balik bertanya, “Siapakah saya ini, berhak menghakimi?” Paus Fransiskus di Brasil tahun 2013 berkata, “Jika seseorang adalah gay dan ia mencari Tuhan dan memiliki niat baik, maka siapakah saya ini, berhak menghakimi?”
Ia mengucapkan kalimat tersebut untuk menjawab pertanyaan mengenai posisi Gereja bila ada pendeta/pastor yang menyukai sesama jenis. Pesan yang terbilang kontroversial untuk lingkungan Gereja Katolik itu terkesan berseberangan dengan ucapan pendahulunya, Paus Benediktus XVI, yang menyebut homoseksualitas adalah perbuatan Iblis. Soal homoseksualitas itu, Paus Fransiskus menyatakan bahwa kecenderungan seksual tersebut dapat diadvokasi dengan perilaku dan sikap yang tepat.
- Menyatakan evolusi sesuai dengan penciptaan.
“Tuhan bukanlah dewa maupun pesulap, melainkan Pencipta yang membuat segalanya menjadi hidup. Proses evolusi di alam selaras dengan gagasan mengenai penciptaan, karena evolusi memerlukan penciptaan makhluk yang terus berkembang.”
Pernyataan ini disampaikan Paus Fransiskus pada perhelatan Pontifical Academy of Sciences di Vatikan, Oktober 2014. Paus Fransiskus menjelaskan, semesta diciptakan bukan berawal dari kekacauan, melainkan dengan kasih Allah.
Terlepas dari berbagai persepsi yang ada, Gereja Katolik tak pernah secara gamblang menolak teori evolusi seperti yang dilakukan Protestan. Teori evolusi Darwin meyakini makhluk hidup berubah secara lambat dalam waktu lama, sehingga berkembang menjadi berbagai spesies baru dengan struktur tubuh lebih lengkap. Dengan demikian, makhluk hidup yang sekarang, termasuk manusia, berbeda
wujudnya pada zaman dulu. Teori evolusi, menurut Paus Pius XII pada tahun 1950, bisa dihubungkan dengan ajaran Katolik. Pernyataan ini diafirmasi oleh Yohanes Paulus II pada 1996.
- Mengatakan “Komunis adalah Kristen.”
"I can only say that the communists have stolen our flag. The flag of the poor is Christian. Poverty is at the center of the Gospel ... Communists say that all this is communism. Sure, twenty centuries later. So when they speak, one can say to them, 'But then you are a Christian.'"
Karena ucapannya itu, yang sesungguhnya kecaman terhadap praktik kejam kapitalisme, Paus Fransiskus sempat dituding Marxist. Untuk menjelaskan pernyataannya tersebut, Paus Fransiskus mengatakan bahwa Kristianitas memiliki nilai serupa dengan yang diperjuangkan oleh komunisme, yakni kepedulian terhadap kemiskinan dan keinginan untuk menolong mereka yang berada di jurang kemiskinan. Pun meski Komunis dan Kristianitas punya perbedaan dogma.
Vatikan
- Menyebut Eropa sebagai “Nenek Tua”.
“Sepanjang hidup, kita akan menemui masa penuaan, sama halnya dengan Eropa yang kini sudah menjadi ‘nenek tua’, sudah tak lagi subur dan bersemangat. Sehingga, berbagai ide besar yang menginspirasi Eropa nampaknya sudah tak lagi menarik, digantikan dengan berbagai isu birokrat dan institusional.”
Pernyataan Paus yang disampaikan untuk Parlemen Eropa, November 2014, itu sontak menuai kritik, salah satunya menuding dia diskriminatif terhadap orang lanjut usia --yang sesungguhnya pun termasuk dia sendiri. Bukan cuma menyebut Eropa “Nenek Tua”, Paus juga amat berani dengan mengatakan Eropa dirundung penyakit sosial.
Ucapannya itu berkebalikan dengan perkataan Paus Yohanes Paulus II yang menyanjung Eropa sebagai “menara peradaban”. Alih-alih menilai Eropa sebagai pusat peradaban, Paus Fransiskus meratapi Eropa yang menurutnya telah menelantarkan kaum miskin dan papa, serta meninggalkan martabat dan nilai kemanusiaan semata-mata demi keuntungan nilai ekonomi dan teknologi.
- Mencela kampanye dan gerakan “hak untuk mati”.
“Cara pikir yang dominan kerap kali mengusung keibaan yang salah: menolong perempuan yang ingin aborsi, perizinan untuk melakukan eutanasia dll. Ini adalah persoalan ilmiah, karena ada kehidupan di sana, dan kita tidak berhak mengambil hidup manusia untuk menyelesaikan masalah.”
Paus Fransiskus menyatakan hal tersebut pada perhelatan Asosiasi Dokter Italia Katolik, November 2014, di tengah maraknya kampanye “memilih mati secara bermartabat” yang diusung Brittany Maynard, seorang warga Amerika yang mengidap kanker otak terminal dan karenanya menghendaki dan mendukung kematian dengan eutanasia.
Eutanasia, secara harafiah, ialah tindakan dengan sengaja mengakhiri kehidupan makhluk, termasuk manusia, yang sakit berat atau luka parah atas dasar perikemanusiaan.
Paus berpesan, yang diperlukan ialah kepedulian bagi mereka yang berusia senja, berkekurangan, dan difabel. Ia menegaskan, sudah selayaknya manusia menghormati hidup yang telah diberikan oleh Tuhan.
Sejatinya, dari pelbagai polemik di atas, dengan segala kesederhanaan dan kerendahan hatinya, pesan yang disampaikan seorang Paus Fransiskus selalu sarat nilai kemanusiaan yang kini meluruh dari diri umat manusia. Ya, kontroversi ucapan Paus Fransiskus sesungguhnya tak seberharga makna yang dikandung dalam tiap pesannya, untuk mengingatkan umat manusia akan wajah mereka saat ini: sarat ego, lantas lupa memanusiakan sesama manusia.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)

NB:
I.
Buku “WWF – WALK WITH FRANCIS”
(RJK, 2017)
A.
O Sancta Simplicitas
O Kesederhanaan yang Kudus....
Paus Fransiskus yang terlahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio ini dibesarkan di Buenos Aires, Argentina meskipun ia adalah keturunan keluarga Italia yang sederhana. Pekerjaan pertamanya sebelum masuk seminari adalah seorang teknisi kimia dan tukang pukul di klub malam.
Di usia 33 tahun, dia ditahbiskan menjadi pastor dan kemudian menjadi provinsial Serikat Yesus di Argentina. Pada 1998, dia diangkat menjadi Uskup Agung Buenos Aires, Argentina. Tiga tahun kemudian, Bergoglio dipilih menjadi kardinal oleh Paus Yohanes Paulus II.
Saat menjadi kardinal, Bergoglio yang fasih berbicara dalam bahasa Spanyol, Italia, dan Jerman ini dikenal sebagai sosok yang sederhana, rendah hati, konservatif, dan memiliki komitmen kuat terhadap keadilan sosial.
Ternyata, Bergoglio yang menjadi paus pertama yang terpilih dari luar Benua Eropa pada era modern ini hidup dengan satu paru-paru. Salah satu paru-parunya diangkat karena mengalami infeksi saat dirinya masih remaja. Pada masa itu, pengangkatan paru-paru kadang terjadi untuk mengobati infeksi akibat tuberkolosis karena antibiotik belum banyak digunakan.
Meski hanya hidup dengan satu paru-paru sejak remaja, namun tetap bisa menopang hidup Paus Fransiskus hingga kini berusia hampir 80 tahun dengan pelbagai pembaruan nyata yang dikerjakannya:
- Ia mengganti kuria Roma, terlebih yang melakukan praktek korupsi.
- Ia menghemat biaya dekorasi natal di Basilika St. Petrus Vatikan.
- Ia membasuh kaki perempuan pada Misa Kamis Putih.
- Ia muncul mendadak di pelbagai panti atau penjara
- Ia lebih terbuka dan menghargai kaum gay dan lesbian
- Ia mengucapkan hal-hal yang biasa, “selamat makan siang, mohon doakan saya, mohon maaf, tolong, terima kasih.”
Ya, gaya hidup sederhana menguatkan kerendah-hatiannya. Dia tinggal di apartemen kecil, alih-alih menempati kediaman resmi uskup. Bergoglio diketahui juga menolak menggunakan sopir dan mobil limousine, bahkan dikabarkan dia memasak makanannya sendiri.
Paus Fransiskus sendiri belajar filsafat di Universitas Katolik Buenos Aires dan meraih gelar master bidang Kimia dari Universitas Buenos Aires. Ia juga pernah mengajar sastra, psikologi, filsafat, dan teologi sebelum menjadi Uskup Agung Buenos Aires pada tahun 1998-2013.
Singkatnya, kesederhanaannya itu telah tercermin mulai dari kehidupannya sehari-hari. Sikap sederhananya juga telah terlihat saat ia tiba di Vatikan dari negerinya di Argentina. Ketika itu Paus Fransiskus tidak mau kopernya dibawakan. Pada lemari pakaian Bergoglio, juga hanya terdapat kalung salib sederhana yang biasa digunakannya, bukan kalung salib seperti yang digunakan Paus Benediktus XVI saat pertama kali terpilih pada tahun 2005 silam. Begitu pula dengan jubah Paus, ia pun hanya memilih jubah putih sederhana.
Pesan pada misa pertamanya pun sangat sederhana melalui pengakuannya terhadap perlunya Gereja berjalan bersama Tuhan dan membangun gereja secara bersama. Sergio Rubin, salah satu penulis buku biografi Paus Fransiskus, juga membenarkan sikap Paus baru itu. Ia yakin terhadap keyakinan Gereja Katolik yang harus menyatu dengan masyarakat yang dilayaninya secara sederhana dan tidak selalu memaksakan pesan pada masyarakat yang sering tidak ingin mendengarnya.
"Saat ini terlihat sesuatu yang pasti bahwasannya ada perubahan besar dari gaya hidup, yang bagi kita bukanlah hal kecil," kata Sergio Rubin, mengingat bagaimana Kardinal Bergoglio memilih untuk merayakan misa dengan tunawisma dan para pekerja seks komersial di Buenos Aires.
Satu hal lain lagi: Jika sebelumnya Paus Fransiskus masih mengenakan salib sederhana milik pribadinya, pihak Gereja Vatikan akhirnya membeberkan, Paus asal Argentina itu ternyata juga menolak menggunakan jubah merah seperti yang digunakan paus sebelumnya.
Bergoglio juga terkesan sebagai orang yang “simple” sekaligus “supel”. Ia ramah bahkan menyapa dan menyalami satu persatu karyawan di tempat dia tinggal sebelum konklaf. Setelah selesai, ia kemudian membayar tagihan menginapnya sendiri. "Dia datang kesini karena ingin mengucapkan terima kasih kepada para karyawan, orang-orang yang bekerja di rumah ini," kata Pastor Pawel Rytel-Andrianek, yang tinggal di kediaman tersebut. "Dia menyapa orang satu-persatu, tidak terburu-buru, seluruh karyawan, yah satu-persatu."
Setelah terpilih sebagai Paus pengganti Benediktus XVI, Fransiskus tetap hidup sederhana. Ia lebih memilih naik bus bersama dengan para kardinal lainnya daripada menumpang mobil limousine yang langsung mengantarnya ke hotel: "Orang-orang mengatakan, ia tidak pernah meminta mobil (apalagi di Vatikan) dalam 20 tahun. Bahkan ketika dia pergi untuk konklaf dengan seorang pastor dari keuskupannya, ia hanya berjalan keluar ke jalan utama, ia menggunakan taksi dan pergi ke konklaf. Jadi sangat sederhana untuk Paus di masa modern," ujar Pastor Pawel Rytel-Andrianek.
Paus Fransiskus sebagai pemimpin tertinggi umat Katolik juga pernah “kabur” dari Vatikan untuk “memberi kejutan” kepada penjual kacamata yang menjadi langganannya di Roma. Paus Fransiskus bersikeras memakai bingkai lama dan membayar sendiri ongkos pembuatannya. "Dia bersikukuh untuk memakai bingkai lamanya. Paus Fransiskus tidak mau menghabiskan banyak uang dan memaksa untuk membayar sendiri," kata Alessandro Spiezia, si pemilik toko kacamata di Roma, langganan Paus. Paus Fransiskus sendiri menghabiskan waktu 30 menit di toko kacamata langganannya itu.
Sebelumnya, Paus Fransiskus mengirimkan pesanan kacamata lewat para ajudannya. Spieza sungguh terkejut dengan kedatangan pemimpin agama yang pernah disebut sebagai manusia paling berpengaruh versi majalah TIME, tahun 2013. Paus datang bersama satu sekretarisnya, supir dan beberapa polisi berpakaian biasa. Mengendarai mobil sedan kecil yang biasa dipakai sehari-hari, rombongan itu disambut massa setelah Paus selesai di toko kacamata itu. Seorang turis Jerman mengatakan ia gagal melihat Paus di Vatikan beberapa hari lalu, dan merasa beruntung mendapati pria asal Argentina itu berada di toko kacamata di Roma layaknya orang biasa. "Aku bilang pada ayahku, melihat Paus belanja kacamata lebih baik daripada pergi ke Basilika St Petrus,” kata Daniel Soehe.
Mantan Uskup Buenos Aires ini mengakui bahwasannya ia menikmati 'kabur' dari Vatikan. Kepada majalah National Geographic, Paus Fransiskus pernah curhat, "“Saya rindu berjalan kaki di Roma dan membeli pizza. Tahu tidak, saya bisa “lolos” beberapa kali berjalan kaki di Roma. Tidak seperti di Buenos Aires. Saya senang berkeliling kota dan saya sungguh senang melakukan itu. Sepertinya saya sedang menulis cerita," tutur Paus Fransiskus.
Pemimpin tertinggi umat Katolik yang ke-266 itu ternyata juga merupakan seorang pecinta sepak bola. Mungkin tidak menjadi hal yang aneh, karena Paus Fransiskus yang kini berusia 80 tahun itu berasal dari Argentina, di mana sepak bola merupakan bagian yang tidak lepas dari kehidupan masyarakat tempat Diego Maradona dan Lionel Messi lahir. Paus Fransiskus sendiri merupakan pendukung setia klub dari Liga Primera A, yakni San Lorenzo.
Fakta lain yang mengejutkan terungkap dari Paus Fransiskus. Paus ke-266 itu mengaku bahwa ia sama sekali tidak menonton televisi pada 25 tahun terakhir. "Aku belum pernah menonton TV sejak tahun 1990," kata Paus Fransiskus kepada media. "Aku berkata pada diriku sendiri: Ini bukan untukku”. Ia juga mengatakan tidak menggunakan internet dan untuk mengikuti perkembangan dunia, ia cukup membaca dengan cepat koran Italia, La Repubblica. Bahkan, Paus Fransiskus yang dikenal sebagai pendukung salah satu tim di liga Argentina, San Lorenzo ini juga rela tak menyaksikan pertandingan klub kesayangannya itu. Ia hanya meminta para pengawal memberi tahu hasilnya.
Singkatnya, dengan mengenal figur dan tutur, passion dan option, tension dan action, kata dan warta Paus Fransiskus dengan lebih utuh, semoga kita juga bisa terus belajar berjalan bersama, menjadi orang bijaksana yang mencintai kesederhanaan seperti Fransiskus, “WWF – Walk With Francis!”
B.
Habemus Papam!
Kami Memiliki Paus!
“Saudara-saudari, sebelum saya memberi berkat kepada kalian, saya meminta anda sekalian untuk berdoa kepada Tuhan agar Ia memberkati saya, sebagai Uskup kalian.”
Inilah penggalan kata penuh harapan iman dan kasih yang diucap-wartakan Jorge Mario Bergoglio pada kemunculan perdananya di jendela Gereja Basilika St. Petrus Vatikan tanggal 13 Maret 2013, sesaat setelah beliau terpilih dalam konklaf sebagai pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia.
Inilah salah satu gelontoran kekhasan karakter Bergoglio yang mengambil nama “Fransiskus” untuk masa kepausannya.
Fransiskus Asisi, seorang kudus dan sederhana yang terkenal akan kasih dan solidaritasnya terhadap kaum miskin menjadi lambang untuk identitas kepausannya yang cerdas dan bernas mencintai core values khas fransiskan, yakni nilai kerendah-hatian, kesederhanaan, kedamaian dan “restorasi” alias pembangunan kembali Gereja Katolik secara utuh, penuh dan menyeluruh.
Ya, paus baru ini seolah mengirimkan sinyalemen bahwa masa kepausan ini tidak akan 'menjadi sesuatu yang biasa biasa saja'.
Pastinya, dari Vatikan hingga Buenos Aires, umat Katolik sedunia bergembira-ria saat Kardinal Jorge Bergoglio terpilih menjadi paus baru. Paus asal Argentina itu resmi terpilih menjadi paus pada 13 Maret 2013, menggantikan Paus Benediktus XVI yang mundur pada 28 Februari 2013.
Berikut adalah “Pancasila” khas Paus Fransiskus, yakni lima hal mendasar yang perlu untuk diketahui tentang dirinya:
1. Nomen est omen.
Nama itu punya makna. Tidak seperti paus-paus belakangan, seperti Paus Yohanes Paulus II dan Paus Benediktus XVI, Paus Fransiskus tidak punya angka setelah namanya. Sebab, dia adalah paus pertama yang menggunakan nama Fransiskus.
Nama Fransiskus dipilih Jorge Bergoglio untuk menghormati dan menghayati spiritualitas Santo Fransiskus Asisi, seorang kudus yang membaktikan dirinya pada orang-orang miskin dan melarat.
Santo Fransiskus Asisi sendiri terlahir dari keluarga saudagar pakaian yang kaya-raya. Namun, dia lebih memilih hidup compang-camping diantara pengemis di Basilika Santo Petrus di Roma. Bisa jadi, Paus Fransiskus mempunyai kecenderungan yang sama, yakni lebih memilih hidup dalam kesederhanaan.
2. “First Pope”
Dia adalah paus pertama di era modern yang berasal dari luar Eropa. Jorge Mario Bergoglio alias Paus Fransiskus adalah Paus ke-266 sekaligus imam Jesuit pertama dan orang Amerika Latin keturunan Italia pertama yang terpilih menjadi paus. Jelas, bahwa Paus Fransiskus adalah paus pertama non-Eropa dalam sejarah modern. Dia juga pemimpin umat Katolik pertama dari benua Amerika, dari Dunia Baru, dan dari belahan Selatan bumi. Dia adalah Paus non-Eropa pertama selama 1.272 tahun terakhir.
3. “Paus Milik Rakyat”.
Dalam beberapa hal, Paus Fransiskus benar-benar seorang pria yang sungguh humanis. "Paus baru adalah seorang yang sangat rendah hati," kata Eduardo Mangiarotti, seorang pastor di Argentina: "Dia memilih transportasi umum setiap hari." Bergoglio juga memilih tinggal dalam apartemen ketimbang istana keuskupan. Dia enggan menaiki mobil limousine dan ia lebih memilih untuk memasak sendiri.
Dalam ucapan pertama setelah terpilih, alih-alih memberikan pemberkatan, Paus Fransiskus justru memecah tradisi dengan meminta doa dari sekitar 150 ribu orang yang berkumpul di alun-alun Basilika Santo Petrus.
Ya, sejak hari pertama terpilih, Paus Fransiskus menunjukkan bahwa dia 'tidak biasa'. Pria asal Argentina itu mengguncang kemapanan Vatikan dengan menerabas berbagai tradisi kepausan secara cerdas, mendeklarasikan diri sebagai 'Paus Milik Rakyat'. Dia memilih tinggal di ‘guest-house’ dan menolak tinggal di istana kepausan yang megah. Ia lebih memilik naik mobil yang sederhana daripada mobil dinas yang mewah dengan kaca antipeluru.
Cara pendekatannya pun berbeda, “cura personalis”, personal - dari hati ke hati dengan sesama manusia. Ia lebih memilih menggelar misa Kamis Putih di penjara anak-anak di Casal del Marmo, Roma, Italia dan tidak di Basilika Santo Petrus atau Gereja Santo Yohanes Lateran yang megah dan indah. Disana, Paus membasuh dan mencium kaki 12 penghuni penjara, yang rata-rata masih muda, bahkan dua di antaranya adalah perempuan - salah satunya adalah seorang muslim.
4. “Man is a conflict being”.
Paus Fransiskus selama ini dikenal dengan pendekatannya yang lembut dan inklusif pada sesama manusia, terutama terkait isu homoseksualitas dan perceraian. Jorge Mario Bergoglio juga melakukan pendekatan pada umat agama dan budaya lain.
Namun, tak jarang dalam khotbahnya, ia menggunakan bahasa yang berapi-api. Salah satunya, Paus Fransiskus menyampaikan khotbah berapi-api melawan korupsi. Ia bahkan mengutip ayat Injil di mana Yesus menyampaikan bahwa sejumlah pendosa pantas diikat ke batu dan dilemparkan ke laut.
Dalam salah satu pernyataannya yang paling lantang, kuat, dan tegas sejak terpilih menjadi pemimpin 1,3 miliar umat Katolik dunia, Paus asal Argentina itu menegaskan, umat Kristiani yang menjalani 'kehidupan ganda' - menyumbang uang ke gereja dari hasil mencuri uang rakyat - adalah pendosa yang harus dihukum. "Yesus berkata: adalah lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut," kata Paus mengutip Injil Lukas dalam Perjanjian Baru.
Paus menggambarkan orang yang terlibat dalam korupsi sebagai 'kuburan ber-cat putih': "Kuburan itu terlihat indah dari luar, namun di dalamnya penuh belulang dan pembusukan," katanya. "Sebuah kehidupan yang berlandaskan korupsi adalah pembusukan yang terselubung."
Pernyataan kritisnya soal praktek korupsi itu disampaikan pada misa di dalam Casa Santa Marta, Wisma Vatikan yang dipilihnya sebagai tempat tinggal - setelah menampik apartemen megah kediaman resmi Paus di sisi lain Basilika Santo Petrus. Ia menggunakan kata-kata yang kuat untuk merujuk pada umat Katolik yang kaya raya dari korupsi dan menggunakan uang haram untuk melimpahi anak-anaknya dengan hadiah dan menyekolahkan mereka di sekolah mahal. "Mereka yang mengambil suap telah kehilangan martabat mereka dan memberikan anak-anak mereka roti kotor," tegas Paus Fransiskus.
“Korupsi mirip dengan kecanduan obat. Awalnya mungkin sesuap kecil, namun efeknya seperti narkoba," kata Paus lebih lanjut. Makin lama makin kecanduan, dan dosisnya makin besar.
Sebelumnya, Tahta Suci Vatikan meng-non aktifkan Uskup Limburg, Jerman, Franz-Peter Tebartz-van Elst yang mendapat julukan 'uskup bling-bling' dari media, terkait dugaan bahwa ia mengeluarkan sejumlah besar uang gereja untuk membiayai pelbagai kemewahan di kediaman resminya.
Yang lain lagi:
Pada tahun 2013, Paus Fransiskus menegaskan posisi Gereja Katolik Roma bahwa tindakan homoseksual adalah dosa, namun orientasi homoseksual tidak: “Jika seseorang yang berorientasi gay, mencari Tuhan, dan memiliki niat baik, apa saya punya hak untuk menghakimi mereka? Gereja tidak punya hak untuk menghakimi komunitas homoseksual, dan harus tetap mendampingi dan menghormati mereka.”
Adapun, sikap positif paus terhadap kaum homoseksual ini dipuji tapi juga ada sebagian orang yang mengkritiknya dengan mengatakan pernyataan Paus Fransiskus ini bercabang soal moralitas seksual kristiani.
Berbicara kepada sejumlah awak media di pesawatnya sekembalinya dari kunjungan di Armenia, Paus Fransiskus mengatakan: "Saya akan mengulangi apa yang Katekismus Gereja Katolik katakan, bahwa mereka (kaum homoseksual) tidak boleh didiskriminasi, mereka harus dihargai dan terus didampingi secara pastoral.
5. “Spiritualitas Jesuit dan Fransiskan”
Inilah seorang paus dari ordo Jesuit dengan semangat Fransiskan:
- Ia tidak mau memakai jubah emas, cukup mengenakan jubah putih atau jubah hitam yang sederhana
- Ia tetap memakai sepatu ortopedi hitam lamanya. Ia tidak mau menggantinya dengan sepatu beludru merah dan tidak mau mengenakan sepatu baru.
- Kursi emasnya diganti dengan kursi kayu
- Cincin kepausannya dari perak
- Salibnya dari perak
- Kalau berpergian, ia menenteng sendiri tas kulit hitamnya
- Ia tidak tinggal di kediaman resmi paus, di tempat yang tinggi. Katanya, supaya ia “tidak kesepian”.
- Setiap hari ia merayakan misa pagi dan minta supaya dihadiri orang-orang biasa, bukan hanya melulu dihadiri para klerus.
- Ia tidak memakai mobil kepausan yang anti peluru.
“Verba movent exempla trahunt – kata kata menguap tapi teladan itu menyentuh hati.” Ya, semasa menjabat Kardinal Bergoglio, ia memang dikenal selalu mencoba menjadi teladan dan sekaligus memberikan teladan baik untuk orang lain, bahkan ia tidak mau mengenakan jubah mewah seorang uskup dan lebih memilih jubah sederhana seorang pastor biasa.
Kini, gereja dan dunia mendambakan seorang paus yang punya “option” dan “passion”, yang dapat membawa “action”, pembaruan yang real – aktual - operasional. Sebagai Paus ke-266, Paus Fransiskus mewarisi berbagai “tension”, gejolak yang kini tengah mengguncang Gereja. Paus Fransiskus sendiri menyebut kata “tremor” (guncangan) sehari setelah ia terpilih. Ini tampaknya merujuk pada beberapa skandal. Ada sedikit retakan dan masalah sinergitas, serta menurunnya kualitas dan kuantitas umat kristiani di beberapa belahan dunia.
Zaman yang semakin (post) modern dengan pengaruh sekularisme-nya turut mempengaruhi gaya hidup para imam: Ada oknum gereja yang ikut larut dan hanyut pada arus zaman; Ada oknum gereja dan para klerus yang ingin mendapat kedudukan dan tempat terhormat dalam Gereja yang memunculkan persaingan, melahirkan sikap yang kurang rendah hati, dan kurang joss dalam pelayanan; Ada juga para imam yang lebih menaruh perhatian pada minat pribadi daripada menjalankan kebutuhan pastoral. Ini semua menjadi tantangan Gereja pada zaman ini.
Kini, muncul seorang paus dari keluarga besar Jesuit dengan semangat Fransiskan. Bisa jadi, paus yang mengambil nama Fransiskus ini ingin memperbarui Gereja dari dua arah: Sebagai Jesuit, beliau akan memperbaiki Gereja dari atas, memperbaiki kuria dengan segala kekurangannya, dan ini akan dilakukan dengan pendekatan sosial “grass-root level”, akar rumput gaya Fransiskus Asisi.
Harapannya:
Semangat Paus Fransiskus ini dapat ikut serta membangun gairah banyak orang untuk ikut terlibat memperbarui Gereja.
II.
BUKU "PAM" - "POPE AND MARY"
(RJK. 2017)
A.
Praebe mihi cor tuum Maria
Berikan aku hatimu, ya Maria…
Ketika diperkenalkan sebagai Paus, Jorge Mario Bergoglio meminta satu hadiah dari umat yaitu mendoakannya dengan sepenuh hati. Ia pun berjanji untuk mendoakan seluruh Gereja dengan perantaraan Bunda Maria sepenuh hatinya. Dan, Kamis 14 Maret 2013, yakni hari pertama setelah terpilih menjadi Paus, ia mempersembahkan dirinya kepada Tuhan melalui hati Bunda Maria: “Per Mariam ad Iesum.”
Ya, sebelum bertemu dengan Paus Emeritus Benediktus XVI, Bergoglio mengunjungi Basilika St. Maria Magiore dan berdoa di dalam Gereja selama 30an menit dengan didampingi oleh Prefek rumah kepausan George Gaenswein, sekretaris pribadi Paus Benediktus XVI dan wakilnya Pastor Leonardo Sapienza.
Basilika Santa Maria Maggiore (Basilica Sanctae Mariae Maioris) sendiri merupakan basilika kepausan yang paling besar dan gereja Katolik terluas yang dibaktikan kepada Santa Perawan Maria yang terletak di Roma, Italia.
Karena ukurannya yang luas itulah dinamakan "maggiore" (mayor).
Di dalam basilika inilah, disimpan lukisan Santa Perawan Maria "Salus Populi Romani", Patron bagi kesehatan dan Pelindung warga Roma dan disinilah juga disimpan Relikwi dari "Holy Crib" (kayu asli) dari Kelahiran Yesus Kristus.
Ya, pada pagi hari pertama setelah terpilih sebagai Paus, ia datang untuk bersyukur kepada Tuhan melalui Bunda Maria dan mempersembahkan tugas kegembalaannya melalui perantaraan Bunda Maria.
Paus Fransiskus sendiri masuk ke dalam Basilika St. Maria Magiore dan disambut oleh sekitar lima-puluhan orang, yang kebanyakan adalah para jurnalis. Ia berdoa di dalam kapel Paolina, Basilika St. Maria Magiore, dimana dalam kapel itu terdapat lukisan Santa Perawan Maria "Salus Populi Romani"
Indahnya, Basilika St. Maria Magiore yang merupakan salah satu dari empat basilika penting atau disebut juga empat basilika kepausan (tiga basilika penting lainnya adalah Basilika Santo Yohanes Lateran, Basilika Santo Petrus dan Basilika Santo Paulus di Luar Tembok) adalah tempat doa favorit bagi Bergoglio alias Paus Fransiskus.
Menurut salah seorang Bapa Pengakuan, P. Elio Monteleone, setiap kali datang ke Roma, Bergoglio pasti mengunjungi dan berdoa di Basilika St. Maria Magiore. Semua pengurus Basilika St. Maria Magiore sendiri tidak pernah menduga bahwa sang pengunjung setia ini suatu saat akan terpilih menjadi Paus.
Selain kebiasannya untuk berdoa di Basilika St Maria Maggiore yang adalah satu-satunya basilika di Roma yang mempertahankan inti dari struktur aslinya dan tetap bertahan kuat walaupun mengalami beberapa proyek konstruksi tambahan dan terjadinya kerusakan akibat gempa bumi pada tahun 1348, Paus Fransiskus juga mempunyai devosi yang sangat istimewa kepada Our Lady Untier of Knots (Bunda Maria sebagai Bunda Pengurai Simpul Masalah).
Ketika Paus Fransiskus (Jorge Mario Bergoglio) masih menjalani studi di Jerman, dia terpesona akan sebuah lukisan "Bunda Maria, Bunda Pengurai Simpul Masalah". Ia-pun berhasil mendapatkan sebuah tiruan dari lukisan itu dan kemudian membawanya ke Argentina serta mewartakan devosi kepada Maria yang bergelar "Bunda Pengurai Simpul Masalah" tersebut.
Adapun teologi tentang Maria yang sedang mengurai simpul masalah ini bermula pada abad kedua - tidak lebih dari 100 tahun setelah kematian para rasul. Santo Ireneus dari Lyon menulis "Hawa, karena ketidaktaatannya telah menghasilkan simpul-simpul aib yang menjatuhkan umat manusia. Namun Bunda Maria, dengan ketaatannya, telah menguraikannya lagi."(Adversus haereses, 3, 22).
Dkl: tulisan ini adalah salah satu ajaran dari abad-abad awal yang menggambarkan Maria sebagai "Hawa baru". Hawa, berdiri di samping Adam, merupakan "co-peccatrix"(co-sinner), sedangkan Maria, yang berdiri di dekat Yesus yang tersalib, merupakan "co-redemptrix"(co-redemptress). Hal ini tidak berarti bahwa Maria secara langsung menyelamatkan atau menebus kita, melainkan bahwa Maria ambil bagian dalam tindakan penebusan Kristus. Peran Maria selaras dan sehubungan dengan kepenuhan dan kemutlakan dari peran Kristus.
Selain kebiasaannya berdoa di Basilika St. Maria Magiore dan devosinya kepada Our Lady Untier of Knots, fakta berikutnya yang patut kita ingat adalah bahwa Paus Fransiskus mendoakan 15 Misteri Rosario Suci setiap hari.
Rupanya, sewaktu masih menjadi Kardinal, Paus Fransiskus terinspirasi oleh teladan Paus Yohanes Paulus II yang senantiasa mendaraskan 15 misteri Rosario setiap hari: Benar, ada banyak jalan ke Roma. Benar juga bahwa ada satu jalan indah ke surga, bukan?
Di lain matra, motto episkopal Jorge Mario Bergoglio sendiri adalah sebuah frase dari bahasa Latin yang diambilnya dari Injil Mateus: “Miserando atque eligendo” artinya “mereka yang kecil dan hina, itulah yang dipilih”.
Ini kiranya menggambarkan sikap Yesus terhadap pemungut cukai (sang pendosa) di mana Yesus memandangnya dengan penuh kerahiman / belas-kasih dan memilihnya untuk mengikuti Dia. Dan, sebenarnya itulah juga yang menjadi nuansa khas dalam Kidung Maria yang penuh syukur: “Jiwaku mengagungkan Tuhan dan hatiku bersukaria karena Allah juruselamatku…..”.
Bisa jadi, syukur atas rahmat kerahiman inilah, yang mengantarnya untuk senantiasa mewartakan Gereja yang punya “hati” terhadap semua, terlebih terhadap yang kecil dan tersingkir (Bdk: Kerahiman Ilahi = “Misericordiae” : “miseri – orang yang kecil dan menderita, “cordia”- hati).
Inilah juga salah satu pilar dasar yang mendasari adanya ajakan Paus Fransiskus untuk mengadakan Tahun Yubileum Kerahiman Ilahi pada masa-masa awal kepausannya dan sekaligus mewartakan Maria sebagai Mater Misercordiae – Bunda Kerahiman Ilahi, karena “begitu Putra Nya, begitu juga Ibu Nya”, bukan?
Nah, bersama dengan pelbagai kenangan indah akan hangatnya relasi Paus dan Bunda Maria, semoga kita diyakinkan bahwa banyak jalan menuju Roma, tapi ada satu jalan sederhana yang sungguh indah menuju surga, yakni berjalan bersama Hati Maria: “Salam, hai engkau yang dikaruniai” (Luk 1:28).
B.
“Compassionate Motherhood”
Keibuan yang Berbelaskasih
Jorge Mario Bergoglio alias Paus Fransiskus terlahir di sebuah wilayah bernama Flores di Buenos Aires. Ia datang dari keluarga imigran Italia di Argentina dari pasangan orangtua bernama Mario José Bergoglio, Regina María Sívori. Lihatlah namanya juga nama kedua orangtuanya, terselip sebuah kata yang penuh cinta dan cerita, yakni “Maria/Mario”. Bisa jadi, inilah salah satu indikasi kecintaan dan kedekatan Bergoglio serta keluarganya kepada Bunda Maria.
Bergoglio sendiri menjadi Paus Jesuit pertama kali dalam sejarah Vatikan dan juga menjadi Paus pertama dari kawasan Benua Amerika. Ia menjadi pengganti Tahta Santo Petrus ke-266 menggantikan Paus Benediktus XVI sejak medio Maret 2013 dan menorehkan garis kepemimpinan yang luar biasa di Vatikan.
Ia tidak menafikan gaya bergaul yang ‘toleran’, adaptif, dan mengakrabi dunia digital sebagai media pewartaan. Ia juga melakukan reformasi internal di kalangan Vatikan untuk membuat semakin efisien, efektif, dan menjalankan gaya hidup yang bersemangatkan ugahari dan kesahajaan.
Sebuah kisah nyata di Wisma Santa Marta, Vatikan, 13 April 2013. Waktu itu, hari masih pagi. Paus Fransiskus keluar dari kamar tidur hendak menuju ke ruang makan umum, untuk sarapan pagi. Ia mendapati seorang Pengawal Swiss berdiri tegap penuh waspada di luar pintu kamarnya.
Paus menyapa sang Pengawal Swiss.
“Selamat pagi. Anda berjaga sepanjang malam di sini?”
“Ya,” sahut Pengawal Swiss dengan penuh hormat.
“Berdiri terus?” Paus bertanya.
“Ya. Tetapi saya bergantian dengan teman,” jawab Pengawal Swiss lagi.
“Dan, Anda tidak lelah?” Paus bertanya.
“Ini memang tugas saya Bapa Suci, demi keselamatan Bapa Suci,” Pengawal Swiss menyahut.
Paus memandang Pengawal Swiss itu dengan penuh iba. Kemudian, ia kembali ke kamarnya. Selang beberapa menit, Paus datang sambil membawa kursi. “Silahkan duduk, dan istirahatlah.” Paus menawarkan kepada Pengawal Swiss dengan ramah.
Terkejutlah Pengawal Swiss ini, dan ia menjawab,
“Maafkan saya Bapa Suci. Saya tidak boleh duduk. Aturannya memang seperti itu.”
“Aturan?” Bapa Suci bertanya.
“Ya. Perintah komandan saya,” jawab Pengawal Swiss.
“Oh, apakah memang harus seperti itu? Baiklah. Saya Paus, dan saya meminta kamu duduk,” tutur Paus.
Pengawal Swiss pun bingung. Ia berada di antara dua pilihan, mentaati komandan atau mentaati Paus. Pengawal Swiss akhirnya memilih yang kedua, mengikuti perintah Paus.
Setelah itu, Paus mengambil beberapa potong roti dan selai, mempersilahkan Pengawal Swiss sarapan: “Buon appetito, my brother,” kata Paus. (Selamat menikmati, saudaraku).
Itulah sepenggal kisah nyata yang menegaskan kepada kita bahwa Paus Fransiskus sungguh memiliki “compassionate motherhood” yang sesungguhnya khas dimiliki oleh Bunda Maria, sebagai “mother” (ibu, yang berbagi kehangatan), “messenger” (pembawa pesan, yang berbagi kedamaian) dan “model” (contoh, yang berbagi keteladanan).
Sebuah kisah lain dari Argentina, dimana Paus sebenarnya ingin agar kita senantiasa membuka hati bersama “compassionate motherhood” khas Bunda Maria. Begini kisahnya:
Seorang puteri berusia 7 tahun jatuh sakit, dan para dokter mendiagnosis bahwa waktu hidupnya hanya tinggal beberapa jam saja. Ayahnya, seorang tukang listrik yang sederhana, menjadi panik dan kalang-kabut. Di dalam kepanikannya itu, ia pergi menaiki bis menuju ke “Persemayaman Bunda Maria dari Lujan”, yang berjarak 70 km.
Ia tiba di tempat itu pukul 21.00 dan kompleks “Persemayaman Bunda Maria dari Lujan” sudah tutup. Dengan tangan memegang pagar besi, ia mulai meratap dan terus berdoa kepada Bunda Maria, berjuang untuk keselamatan puterinya, sampai subuh tiba.
Pukul 06.00, ia naik bis kembali untuk pulang ke Rumah Sakit dan menemukan istrinya tengah menangis. Ia berpikir telah terjadi hal yang terburuk. Masih dalam tangisan haru, istrinya menceritakan bahwa para dokter menemui dirinya dan berkata bahwa semua gejala yang dialami puteri mereka telah hilang total dan ia sembuh, tanpa bisa dijelaskan penyebabnya oleh para dokter. O res mirabilis. O sungguh mengagumkan! Cerita cukup sampai disini.
Persemayaman Kudus Maria yang disebutkan oleh Paus Fransiskus sendiri tadi adalah Persemayaman "Nuestra Señora de Luján", Argentina (1630) yang disebut sebagai : Bunda kaum miskin dan rendah hati. Tidak ada tempat di Argentina, baik di rumah-rumah, di sekolah-sekolah,di stasiun-stasiun, di kantor-kantor publik, yang tidak memasang gambar Bunda Maria dari Luján; sebuah tanda yang nyata dari penyebaran persemayaman kudus itu dan devosi yang kuat dari rakyat Argentina kepada Bunda Maria.
Luján adalah sebuah tempat yang merekam konsentrasi tertinggi umat beriman di seluruh Argentina. Setiap tahun sekitar empat juta peziarah mendatangi tempat itu, khususnya tanggal 8 Desember, Hari Raya Maria dikandung Tanpa Noda Asal. Ya, begitu banyak umat beriman yang bersatu untuk merayakan Pesta Maria itu dengan khidmat, dimana patung Perawan Maria diusung keluar dari Basilika dan dibawa dalam prosesi arak-arakan, melewati jalan-jalan utama di Luján.
Di hadapan gambar kudus Maria, berlutut pula Santo Yohanes Paulus II, yang di dalam Kunjungan Pastoral pertama di Argentina selaku Paus, pernah merayakan Misa Kudus di Persemayaman Bunda Maria dari Luján, tanggal 11 Juni 1982 dan mengatakan:
“Putera-puteri dari tanah Argentina yang bersama hadir di Persemayaman Bunda Maria dari Luján!
Bersyukurlah kepada Allah dari para bapa kalian agar setiap orang ditinggikan dalam Kristus, Putera Allah!
Dari tempat kudus ini di mana pendahuluku, Pius XII juga datang ‘ke dasar jiwa bangsa besar Argentina’ ini, teruslah bertumbuh dalam harapan iman dan kasih kepada sesama manusia.
Dan engkau, ya Bunda, sudilah mendengarkan anak-anakmu dari Argentina, yang menyambut kata-kata yang terucap di Salib yang diarahkan kepada mereka: ‘Inilah puteramu! Inilah Bundamu!’”
Singkat cerita, semoga bersama teladan Paus Fransiskus yang mencintai keibuan yang berbelaskasih ala Bunda Maria, kita juga mau terus hidup sebagai manusia yang penuh keibuan yang berbelas kasih, dalam Karya yang murah hati – Ucapan yang memberkati – Doa yang sepenuh hati; tentunya bersama dengan doa, cinta dan pertolongan dari Bunda Maria, karena bukankah kita adalah Gereja yang selalu lahir terus menerus (in permanent genesis) lewat rahim BundaNya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar