Ads 468x60px

St. Benedictus

HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Benediktus adalah seorang santo besar dalam Gereja, namun sayangnya tidak banyak yang dapat kita ketahui tentang riwayat hidupnya kecuali dari buku “Dialogue” yang ditulis oleh St. Gregorius.
Di kota Norcia, Italia, lahirlah seorang putera dari keluarga petani kaya yang bernama Benediktus. Ia memiliki seorang saudari kembar, yaitu Santa Skolastika yang sejak masa kecilnya telah membaktikan hidupnya untuk Tuhan.
Ketika menginjak masa remaja, Benediktus dikirim ke Roma oleh orang tuanya. Namun, rupanya cara hidup yang tidak baik di kota Roma membuatnya menjadi tidak tahan. Keadaan dunia di sekitarnya pada saat itu penuh dengan bangsa-bangsa kafir, Aria dan dunia tampaknya sudah mengarah ke barbarisme. Para pejabat saat itu kebanyakan jika bukan seorang atheis, adalah seorang barbarian atau seorang heretic. Banyak para pemuda yang mengikuti jejak para pendahulunya itu.
Benediktus muda yang melihat keadaan tersebut akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Roma. Pada saat itu ia kira-kira mendekati umur 20 tahun. Mereka pergi ke desa Enfide di pengunungan, 30 mil dari Roma.
Dalam pencarian akan kesunyian yang total, Benediktus mulai mendaki lebih jauh lagi ke antara bukit-bukit hingga akhirnya ia mencapai sebuah tempat yang disebut Subiaco.
Di tempat yang berbatu cadas ini, ia bertemu dengan seorang rahib yang bernama Romanus. Kepada rahib ini Benediktus menjelaskan maksud hatinya untuk hidup sebagai seorang eremit/pertapa.
Romanus sendiri tinggal di sebuah pertapaan yang tidak jauh dari situ. Ia mau membantu pemuda ini, maka ia memberikan sebuah pakaian dari bulu domba dan membawa Benediktus ke sebuah gua di pegunungan.
Di tempat tersembunyi inilah, Benediktus hidup selama tiga tahun, tanpa diketahui oleh siapa pun juga kecuali Romanus. Setiap hari ia membawa roti bagi pertapa muda ini. Makanan itu ditaruh dalam sebuah keranjang, yang diturunkan dengan tali melalui batu-batuan.
Orang yang pertama kali menemukan Benediktus adalah seorang pastor. Ketika itu pastor tersebut sedang mempersiapkan makan malam, tiba-tiba ia mendengar suara yang mengatakan kepadanya, “Engkau mempersiapkan bagi dirimu makanan yang enak, sedangkan hambaku Benediktus sedang kelaparan.”
Pastor ini pun segera keluar dan mencari Benediktus, dengan susah payah akhirnya ia menemukannya. Tidak lama kemudian beberapa gembala menemukan Benediktus. Ketika mereka menemukannya, mereka sangat terkesan dan belajar banyak dari percakapan mereka. Mulai saat itulah ia mulai dikenal orang, banyak orang mengunjunginya, membawa makanan dan menerima petunjuk dan nasihat darinya.
Meskipun Benediktus hidup jauh dari dunia, seperti para bapa padang gurun yang lain, ia harus menemui godaan-godaan.
Pada suatu saat ketika ia sendirian, sang penggoda mulai menunjukkan dirinya. Seekor burung hitam mulai terbang mengitari mukanya, dan mendekat begitu dekatnya sehingga jika Benediktus mau, ia dapat menangkapnya dengan tangannya. Akan tetapi, akhirnya burung tersebut pergi dengan membuat tanda salib.
Kemudian godaan hawa nafsu muncul seperti yang belum pernah ia alami sebelumnya. Si jahat membawa ke dalam imajinasinya seorang wanita yang pernah ia temui sebelumnya. Si jahat membakar hatinya dengan hawa nafsu, sehingga pikirannya hampir dikuasai untuk meninggalkan pertapaannya. Akan tetapi dibantu oleh kerahiman ilahi, ia menemukan kekuatan untuk menolak godaan tersebut. Ketika ia melihat tumbuhan dan semak berduri di dekatnya, ia melemparkan dirinya ke sana dan berguling-guling sehingga tubuhya terasa sakit. Melalui luka-luka di tubuhnya, ia menyembuhkan luka-luka di jiwanya, dan tidak pernah lagi mendapat kesukaran yang sama.
Di antara Tivoli dan Subiaco, terdapat sebuah tempat yang bernama Vicovaro. Di puncak bukit itu terdapat suatu komunitas rahib yang pemimpinnya baru saja meninggal. Mereka meminta Benediktus menggantikan pemimpin mereka.
Pada mulanya ia menolak permintaan tersebut. Akan tetapi, karena mereka terus mendesak, akhirnya ia pun menyetujui.
Namun, tidak lama kemudian mereka mulai membenci Benediktus, karena cara hidup dan disiplin yang diterapkan Benediktus terlalu keras bagi mereka yang sudah terbiasa hidup secara tidak benar.
Bahkan mereka juga berusaha untuk meracuni minumannya, tetapi ketika ia membuat membuat tanda salib botol anggur itu pun pecah berkeping-keping. Walaupun demikian Benediktus tidak marah kepada mereka; ia hanya berkata, “Tuhan mengampunimu, saudara-saudara. Mengapa engkau bersekongkol merencanakan hal yang jahat ini? Bukankah sudah kukatakan bahwa caraku tidak cocok dengan caramu? Pergi dan carilah kepala biara menurut seleramu sendiri, karena setelah kejadian ini kalian tidak bisa menahan saya di sini lagi di antara kalian.” Setelah berkata demikian, ia pun kembali ke Subiaco.
Pada saat Benediktus kembali ke Subiaco, Tuhan mulai mengirim banyak orang kepadanya. Pada saat itu Tuhan mulai mengerjakan karya besar dalam dirinya.
Rupanya Tuhan ingin memakai Benediktus untuk mempersatukan para rahib yang selama ini terpencar-pencar, untuk lebih menguatkan mereka. Maka Benediktus mengumpulkan mereka yang mau mengikutinya dalam dua belas biara dari kayu, masing-masing terdiri dari 12 rahib dan memiliki kepala biaranya masing-masing. Ia menjadi pembimbing utama, namun tinggal secara terpisah dengan beberapa rahib yang dilatih secara khusus.
Selama itu mereka tidak memiliki peraturan tertulis sendiri, tetapi mereka diberi pengetahuan tentang hidup religius dan mengikuti-contoh kebajikan-kebajikan dari cara hidup Benediktus sendiri. Mulai saat itu banyak orang dari berbagai daerah dan bangsa ingin bergabung bersama Benediktus.
Suatu hari ada seorang bangsa Goth yang kasar dan tak terdidik datang kepada Benediktus dan ia diterima dengan sukacita serta diberi jubah biara.
Dengan sabit besar, ia disuruh untuk membersihkan rumput-rumput liar yang tumbuh subur di dekat danau. Ia bekerja dengan sangat keras sampai kepala sabit tersebut terbang dan hilang ke dalam danau. Orang muda yang malang ini pun sangat sedih.
Ketika Benediktus mendengar tentang kejadian itu, ia membawanya ke ujung danau dan mengambil sabit tersebut dan melemparkannya ke dalam danau. Segera kepala sabit itu muncul dari danau dan menempel pada tongkatnya.
Benediktus lalu mengembalikan sabit itu dan berkata, “Ambillah! Lanjutkanlah pekerjaanmu dan janganlah bersedih hati!” Ini bukanlah mujizat Benediktus yang terakhir, yang menghapuskan pendapat orang bahwa pekerjaan tangan atau pekerjaan kasar itu menurunkan martabat dan merendahkan orang. Benediktus percaya bahwa pekerjaan kasar bukan saja bermartabat, tetapi juga baik untuk mencapai kesucian.
Sesuatu yang baik pasti juga akan menimbulkan reaksi dan tantangan. Di daerah sekitar Subiaco tinggallah seorang imam yang bernama Florentius. Ia menjadi iri hati melihat keberhasilan Benediktus. Berbagai macam cara dilakukannya untuk menjatuhkan nama baik Benediktus. Ia menyebarkan fitnah-fitnah yang jahat kepada orang-orang di sekitarnya, bahkan hendak membunuh Benediktus dengan mengirimkan roti beracun.
Namun Tuhan tidak tinggal diam, Ia mengirim seekor burung gagak untuk mengambil roti itu dari Benediktus. Menyadari adanya maksud jahat dari Florentius, yang ditujukan kepada dirinya secara pribadi, maka akhirnya Benediktus memutuskan untuk meninggalkan Subiaco. Ia pergi ke daerah Monte Cassino, yang berada di tempat yang tinggi dan terpencil di perbatasan Campania.
Monte Cassino dikelilingi lembah-lembah sempit yang naik ke atas menuju puncak gunung pada ketiga sisinya, dan di sisi yang lain adalah dataran Mediteranean.
Benediktus mengawali karya pertamanya di kota ini dengan berpuasa 40 hari lamanya, kemudian ia berkotbah untuk mempertobatkan mereka. Pengajaran dan mujizat yang dilakukannya membawa penduduk kota tersebut kepada pertobatan.
Dengan bantuan mereka, Benediktus merobohkan kuil Apollo yang berdiri di puncak Monte Cassino kemudian mendirikan sebuah biara di sana, yang kemudian menjadi biara paling terkenal di dunia, dasar yang didirikan oleh Benediktus di sekitar abad 530. Dari sinilah mulai suatu pengaruh yang memainkan peranan besar dalam sejarah Gereja dan kebudayaan Eropa sesudah masa Romawi.
Di Monte Cassino, Benediktus kembali menjalani kehidupannya sebagai seorang eremit. Namun tidak lama kemudian para muridnya segera berbondong-bondong ke Monte Cassino juga. Belajar dari pengalaman peristiwa di Subiaco, ia tidak lagi menempatkan mereka dalam rumah-rumah yang terpisah melainkan mengumpulkan mereka semua dalam satu tempat, yang diatur oleh seorang kepala biara dan wakil-wakil di bawah pengawasannya.
Keadaan situasi di Monte Cassino berbeda dengan Subiaco, banyak orang datang ke sana, bukan hanya kaum awam namun juga para pembesar Gereja yang ingin berkonsultasi dengna Benediktus karena reputasi kesucian dan kebijaksanaannya. Apalagi letak Monte Cassino mudah dicapai dari Roma dan Capua.
Pada saat ini pula Benediktus menulis peraturan-peraturannya. Pada mulanya peraturan tersebut ditujukan bagi para rahibnya di Monte Cassino, namun Paus Hormidas menginginkan peraturan itu ditulis bagi semua rahib di Barat.
Peraturan-peraturan tersebut ditujukan bagi mereka yang ingin menyangkal keinginan mereka sendiri, dan mengambil “senjata yang kuat dan terang akan ketaatan untuk berperang di bawah Yesus Kristus, Raja kita yang sesungguhnya,” dan peraturan tersebut menyarankan suatu kehidupan doa liturgi, pengetahuan (“bacaan suci”) dan kerja tangan, hidup bersosialisasi dalam sebuah komunitas di bawah seorang pemimpin umum.
Abbas kudus ini tidak hanya melayani mereka yang mau mengikuti peraturannya, tetapi juga melayani umat di sekitar tempat tersebut; ia menyembuhkan orang-orang yang sakit, memberikan penghiburan bagi orang yang tertekan, membagikan amal dan makanan kepada yang miskin, juga pernah dikatakan bahwa ia membangkitkan orang mati tidak hanya satu kali.
Ketika Campania menderita kelaparan yang amat sangat, ia memberikan semua persediaan makanan di biara kecuali lima potong roti. “Kamu mungkin tidak memiliki cukup makanan hari ini,” katanya kepada para rahibnya ketika melihat kesedihan mereka, “tetapi besok kamu akan memiliki makanan yang berlebihan.”
Esok paginya ada banyak terigu tergeletak tanpa diketahui siapa yang meletakkannya di pintu gerbang biara. Juga dari cerita turun temurun dalam ilustrasi kekuatan profetis Benediktus, dikatakan bahwa ia dapat membaca pikiran manusia.
Seorang bangsawan yang baru ia pertobatkan pada suatu waktu melihatnya menangis dan bertanya apa penyebab kesedihannya. Ia menjawab, ”Biara yang telah saya dirikan dan semua yang telah dipersiapkan bagi saudara-saudaraku telah diserahkan ke surga oleh hukuman Yang Mahakuasa. Hampir-hampir aku tidak dapat memohon belaskasihan bagi hidup mereka.” Nubuat ini terbukti sekitar empat puluh tahun kemudian, ketika biara Monte Cassino dihancurkan oleh bangsa Lombard.
Ketika Totila, orang Goth menang atas Itali, ia menyampaikan keinginannya untuk bertemu dengan Benediktus karena telah banyak mendengar tentangnya.
Oleh karena itu, ia mengirim utusan untuk memberitahukan kedatangannya ke Sang Abbas. Untuk membuktikan apakah orang kudus ini benar memiliki kemampuan seperti yang telah ia dengar, Totila memerintahkan Riggo, kapten pengawalnya untuk mengenakan jubah ungu kebesarannya dan mengirimnya bersama dengan tiga bangsawan yang biasa menyertai raja ke Monte Cassino.
Namun, penyamaran ini tidak dapat mengelabui Benediktus yang menyambut Riggo dengan kata-kata, “Anakku, lepaskanlah jubah yang kau pakai itu karena itu bukan kepunyaanmu.” Maka cepat-cepat Riggo pergi dan melaporkan kepada tuannya bahwa ia telah diketahui.
Ketika Totila sendiri datang kepada hamba Tuhan tersebut, diceritakan bahwa ia begitu terpesona hingga ia sujud berlutut di hadapannya.
Akan tetapi, Benediktus mengangkatnya dari tanah, serta menegurnya karena kelakukan-kelakuannya yang jahat, dan meramalkan kepadanya semua yang akan menimpanya.
Kemudian raja itu mengharapkan doanya dan pergi, dan sejak saat itu tidak menjadi tidak sejahat semula. Kejadian ini terjadi pada tahun 542 dan Santo Benediktus tidak hidup cukup lama untuk melihat semua kepenuhan dari seluruh ucapan profetisnya sendiri.
Santo hebat ini juga telah meramalkan banyak hal lainnya dan bahkan juga akan kematiannya yang mendekati. Ia memberitahukan kepada para muridnya dan enam hari sebelum harinya ia meminta mereka untuk menggali kuburnya.
Segera setelah hal ini dilakukan ia terkena demam, dan pada hari terakhir ia menerima Tubuh dan Darah Yesus. Kemudian, ketika tangan-tangan penuh kasih dari saudara-saudaranya menopang tubuhnya yang lemah, ia mengucapkan kata-kata doa terakhirnya dan iapun meninggal – berdiri di atas kakinya dalam kapel, dengan tangannya terangkat ke atas mengarah ke surga.
Ia dikuburkan di sebelah saudarinya Santa Skolastika di tempat altar dewa Apollo yang ia telah rubuhkan.
Keutamaan dan Teladan Hidup St. Benediktus:
1. Pribadi yang sangat mengasihi Allah
Terlahir sebagai seorang putra dari keluarga kaya, tentunya Benediktus dapat menikmati semua kenikmatan yang disediakan oleh dunia ini. Namun, rupanya Tuhan jauh lebih memikat hati Benediktus dibandingkan dengan kenikmatan yang ditawarkan oleh dunia. Baginya hidup sederhana bersama Allah jauh lebih indah dibandingkan dengan hidup yang berlimpah harta dan kedudukan. Tanpa ragu-ragu Benedistus muda meninggalkan keluarga dan hartanya, kemudian ia hidup sangat sederhana dalam sebuah gua di pegunungan dan hanya berpakaian bulu domba. Ia menghabiskan waktunya untuk berdoa dan bermati raga, untuk mengasihi Allah dengan segenap hati dan kekuatannya.
2. Tegas dalam menolak godaan
Hidup secara tersembunyi bagi Allah dan jauh dari dunia rupanya tidak membuat Benediktus terluput dari godaan si jahat. Seringkali Benediktus digoda untuk keluar dari doa-doanya, untuk meninggalkan pertapaannya dan kembali ke dunia. Namun, Benediktus selalu menolak godaan tersebut secara radikal, ia tidak pernah mau mengikuti godaan tersebut.
Satu ketika Benediktus pernah digoda begitu hebat oleh roh jahat yang membawa ke dalam imajinasinya seorang wanita yang ia temui sebelumnya. Hatinya dibakar dengan kobaran nafsu, hingga hampir menguasai pikirannya untuk meninggalkan pertapaan. Akan tetapi, dibantu oleh kerahiman ilahi, Benediktus segera melawan godaan tersebut dengan melemparkan dirinya ke semak-semak berduri. Sejak saat itu ia tidak pernah lagi mendapat kesukaran yang sama.
3. Pemimpin yang bijaksana
Cara hidup radikal yang dijalani oleh Benediktus rupanya merupakan suatu persiapan untuk suatu karya besar yang telah disiapkan oleh Tuhan baginya. Cara hidup, kesucian, dan kesalehannya banyak menarik orang-orang di sekitarnya untuk mengikuti cara hidupnya yang keras. Benediktus merupakan seorang pemimpin yang bijaksana, ia memimpin murid-muridnya dengan penuh kasih namun tegas dalam menjalankan peraturan biara demi kebaikan hidup bersama. Ketika ia diminta menjadi pemimpin sebuah biara yang merosot kehidupannya, dengan segera ia menerapkan kembali disiplin dan peraturan biara. Meskipun menemui banyak tantangan, ia tetap berusaha sekuat tenaga untuk membawa mereka kembali pada semangat religius yang benar.
4. Pembimbing rohani yang ulung
Santo Benediktus bukan hanya seorang pemimpin yang bijaksana, tetapi juga seorang pembimbing rohani yang ulung. Ia selalu menolong orang-orang yang datang kepadanya, yang mencari bimbingan rohani dan nasehatnya. Dalam mengajar para rahibnya, Benediktus tidak hanya menekankan doa tetapi menekankan juga pekerjaan tangan. Baginya hidup rohani itu harus seimbang antara doa dan kerja. Pekerjaan tangan ia pandang tidak hanya bermartabat tetapi juga baik untuk kesucian.
5. Seorang yang lembut hati
Kasihnya yang begitu besar kepada Allah juga meluap kepada orang-orang yang ada di sekitarnya, khususnya bagi orang-orang yang miskin, menderita, dan sakit. Benediktus seringkali melayani umat yang ada di sekitar biaranya, menyembuhkan yang sakit, memberikan kelegaan kepada orang yang tertekan, membagikan amal dan makanan kepada orang-orang miskin, dan lain-lain.
Benediktus begitu mudah jatuh iba melihat orang yang menderita, dan ia akan berusaha semampunya untuk membantu mereka. Suatu ketika terjadi kelaparan yang amat sangat di Campania. Namun karena belas kasihan dan kelembutan hatinya, ia memberikan semua persediaan makanan di biara kecuali lima potong roti. Pengorbanan dan belas kasihan St. Benediktus rupanya sangat berkenan di hadapan Tuhan, sehingga keesokan harinya ada begitu banyak tepung terigu tergeletak di pintu gerbang biara tanpa diketahui siapa yang meletakkannya.
6. Penuh dengan belas kasih dan pengampunan
Kasihnya yang begitu besar kepada Allah rupanya juga membuat Benediktus menjadi orang yang penuh dengan belas kasihan serta pengampunan kepada orang lain. Baginya kasih kepada sesama adalah perwujudan dari kasihnya yang begitu besar kepada Allah. Kasih bagi Benediktus juga berarti menerima orang lain dalam segala kekurangan dan kelemahan mereka, juga mengampuni segala kesalahan mereka. Namun, itu bukan berarti ia kompromi dengan dosa. Sikapnya ini seperti apa yang diteladankan oleh Yesus sendiri, Ia mengasihi para pendosa tetapi Ia membenci dosa. Sikap ini nampak ketika para rahib di biara memusuhinya, bahkan hendak meracuninya. Belas kasihannya yang begitu besar juga nampak ketika Florentius, seorang imam, membencinya karena iri hati kepada Benediktus.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
“Crux Sacra Sit Mihi Lux - Semoga salib suci ini menjadi penerangku!”
Inilah kalimat pada salib St Benediktus (C.S.P.B - Crux Sancti Patris Benedicti - "Salib Bapa Suci Benediktus").
St. Benediktus yang kita peringati setiap 11 Juli sendiri mempunyai medali atau salib ini, yang dipercaya oleh sebagian orang sebagai medali pengusir setan/kutukan sihir
Adapun pada sekeliling lingkaran salibnya, kita mendapati huruf-huruf “V.R.S.N.S.M.V - S.M.Q.L.I.V.B” yang merupakan semangat iman yang tegas untuk melawan setan, sebuah kode iman yang merupakan singkatan dari:
A.Vade Retro Satana - "Enyahlah setan!
B.Nunquam Suade Mihi Vana - Jangan menggodaku dengan kesombonganmu!
C.Sunt Mala Quae Libas - Apa yang kau tawarkan padaku adalah kejahatan.
D.Ipse Venena Bibas - Minumlah sendiri racunmu!
Inilah sebuah spirit iman yang diberikan St Benediktus dan mengacu pada bacaan injil, Yesus juga memberikan beberapa spirit iman, al:
1. "Prior/lebih utama":
Ia ajak kita punyai "prioritas" u/lebih mengutamakan Allah daripada segala sesuatu. Allah menjadi yang lebih utama dan pertama daripada segala hobi/minat/urusan hidup kita: “Barangsiapa mengasihi bapa/ibunya lebih daripadaKu, ia tidak layak bagiKu. Dan barangsiapa mengasihi putera/puterinya lebih daripadaKu, ia tdk layak bagiKu."
2. "Sanior/lebih baik":
Ia ajak kita u/miliki "kualitas" hidup yang lebih baik, dengan berani menjadi orang beriman yang selalu berani mewartakan "bonum/kebaikan", dan bukan "malum/kejahatan", yang mau menjadi berkat bukannya malah menjadi laknat, yang mau menjadi batu penjuru bukannya malah menjadi batu yang suka berseteru karena penuh dg gosipan dan pergunjingan.
3. "Maior/lebih besar":
Kita diajak u/punyai "komunitas" demi kemuliaan Tuhan, sebuah "komunitas kontras" yang jelas jelas ada di tengah dunia tapi tidak menjadi milik dunia, yang terlibat tapi tidak terlipat, yang berani memberi rasa "3'K", "kasih-ketulusan dan kecakapan", walau harus menjalani pelbagai "HTAG”-“Hambatan Tantangan Ancaman Gangguan." Bukankah dengan berani menjadi komunitas "sang kuli", yang "SANGkal diri, piKUL salib dan Ikuti Tuhan," kita semakin bisa menampakkan cinta yang lebih banyak semata mata bagi nama dan kemuliaan Tuhan yang lebih besar?
"Cari baju cari bahan - Mari maju bersama Tuhan."
1. ASAL-USUL MEDALI/SALIB BENEDIKTUS
Kita tahu bahwa dalam pergulatannya yang sering dengan roh-roh jahat, St Benediktus (dilahirkan di Nursia, Italia, pada tahun 480) biasa menggunakan Tanda Salib dan mengadakan banyak mukjizat dengannya. Ia juga mengajarkan kepada para muridnya untuk menggunakan Tanda penebusan kita itu dalam melawan serangan setan dan dalam bahaya-bahaya lain.
St Maurus dan St Placidus, para murid pertamanya yang paling terkenal, mengadakan banyak mukjizat melalui kuasa Salib Suci dan dalam nama dan demi jasa-jasa pendiri suci ordo mereka.
Medali St Benediktus menjadi terkenal melalui peristiwa manakjubkan berikut. Bruno, yang sesudahnya menjadi Paus Leo IX, pada masa mudanya digigit oleh seekor reptil berbisa yang menyebabkannya sakit parah selama dua bulan. Ia tak dapat berbicara dan segera tubuhnya menjadi kurus kering.
Tak ada harapan hidup, ketika sekonyong-konyong ia melihat suatu tangga kemilau yang ujungnya mencapai surga, dari mana turun seorang laki-laki tua mulia yang mengenakan jubah seorang biarawan. Ia adalah St Benediktus, di tangannya ia memegang sebuah salib bercahaya, dengan mana ia menyentuh wajah Bruno yang bengkak dan serta-merta menyembuhkannya. Lalu penampakan pun berakhir.
Bruno, yang mengalami mukjizat penyembuhan, di kemudian hari mengabungkan diri dalam Ordo St Benediktus. Ia dinobatkan sebagai paus pada tahun 1048 dengan nama Leo IX dan terkenal karena kekudusannya, devosinya kepada Salib Suci dan kepada St Benediktus.
Melalui paus inilah Medali St Benediktus diperkaya dengan berkat-berkat istimewa, dan penghormatan terhadapnya tersebar luas. Penggunaan medali mendapatkan persetujuan dan dianjurkan kepada umat beriman oleh Paus Benediktus XIV pada tahun 1742.
2. PENJELASAN TENTANG MEDALI/SALIB ST BENEDIKTUS
Ada dua jenis Medali St Benediktus: medali biasa dan medali Monte Cassino yang dikenal sebagai Medali Peringatan. Berikut adalah penjelasan tentang Medali Peringatan [= Jubilee or Centenary Medal]. Medali Peringatan dibuat pada tahun 1880 di bawah supervisi para biarawan Monte Cassino, Italia, guna menandai peringatan 1400 tahun kelahiran St Benediktus.
Di satu sisi medali terdapat sebuah Salib, tanda penebusan kita, perisai pelindung yang dianugerahkan Allah kepada kita guna menangkis anak-anak panah keji si jahat. Di atas salib biasa terdapat huruf PAX  damai) atau monogram IHS  Yesus). Pada siku-siku Salib kita dapati empat huruf: C.S.P.B. yang merupakan singkatan Crux Sancti Patris Benedicti - "Salib Bapa Suci Benediktus".
C = Crux (arti dalam bahasa Indonesia adalah Salib).
S = Saint (arti dalam bahasa Indonesia adalah Santo).
P = Patris (arti dalam bahasa Indonesia adalah ayah / bapa).
B = Benedicti (arti dalam bahasa Indonesia disebut Benedictus).
Pada palang vertikal salib terdapat huruf-huruf C.S.S.M.L. yang merupakan singkatan dari Crux Sacra Sit Mihi Lux dan pada palang horizontal terdapat huruf-huruf N.D.S.M.D yang merupakan singkatan dari Non Draco Sit Mihi Dux , yang berarti: "Semoga salib suci ini menjadi penerangku! Semoga iblis tidak akan pernah menjadi pedomanku!"
Sekeliling lingkaran Medali, dimulai dari pojok kanan atas, kita dapati huruf-huruf V.R.S.N.S.M.V.--S.M.Q.L.I.V.B. yang merupakan singkatan dari : "Vade Retro Satana! Nunquam Suade Mihi Vana! Sunt Mala Quae Libas. Ipse Venena Bibas!" Yang dalam bahasa Indonesia berarti: "Enyahlah setan! Jangan menggodaku dengan kesombonganmu! Apa yang kau tawarkan padaku adalah kejahatan. Minumlah sendiri racunmu!"
Pada sisi sebaliknya terdapat gambar St Benediktus dengan tangan kanannya memegang Salib, kuasa dengan mana ia mengadakan begitu banyak mukjizat, dan tangan kirinya memegang Regula Suci, yang membimbing semua pengikutnya dengan jalan Salib menuju terang abadi.
Di kanan bawah St Benediktus terdapat gambar cawan beracun, yang dihancurkannya ketika ia membuat Tanda Salib atasnya. Di kiri bawah St Benediktus terdapat seekor gagak yang hendak membawa pergi seketul roti beracun yang dikirimkan seorang musuh yang dengki kepada St Benediktus. Di atas cawan dan burung gagak terdapat tulisan Latin: Crux S-Patris Benedicti. [Singkatan C.S.P.B. kita dapati di sisi baliknya.]
Sekeliling medali terdapat tulisan: Eius in obitu nostro praesentia muniamur, yang berarti "Semoga kehadirannya melindungi kita di saat ajal." St Benediktus adalah pelindung mereka yang di ambang ajal, sebab peristiwa kematiannya yang mulia, ia menghembuskan jiwanya sementara berdiri dalam doa di hadapan Sakramen Mahakudus. Di bawah St Benediktus kita baca: ex SM Casino MDCCCLXXX yang berarti: dari Monte Cassino suci, 1880. Yang pasti, kata-kata yang tertera pada medali tersebut merupakan kata-kata dari Santo Benedictus sendiri. Kata-kata itu memiliki kuasa untuk mengusir kekuatan jahat.
3. DAYA KUASA MEDALI/SALIB BENEDIKTUS
Medali St Benediktus merupakan salah satu sakramentali Gereja. Nilai dan kuasa medali bersumber pada jasa-jasa Kristus tersalib, kuasa doa St Benediktus, berkat yang dianugerahkan Gereja yang kudus atas medali, dan khususnya iman dan disposisi batin yang saleh dari mereka yang menggunakannya. Melalui penggunaan saleh Medali St Benediktus ini telah begitu banyak mukjizat dan kesembuhan yang mengagumkan diperoleh.
Medali St Benediktus ampuh dalam menangkis segala bahaya jiwa dan badan yang berasal dari si jahat. Kita rentan terhadap serangan-serangan jahat iblis, baik siang maupun malam. St Petrus menulis, "Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya" ( 1 Petrus 5:8). Dalam kisah hidup St Benediktus kita lihat bagaimana iblis berupaya mencelakai jiwa dan badannya, dan juga jiwa dan badan anak-anak rohaninya.
Oleh karenanya Medali/Salib ini merupakan sarana ampuh untuk:
- Memusnahkan sihir dan segala pengaruh roh-roh jahat lainnya.
- Menangkal kutukan sihir dan orang-orang yang berniat jahat.
- Mendatangkan perlindungan atas orang-orang yang dicobai, diperdaya atau dianiaya oleh roh-roh jahat.
- Mendatangkan rahmat pertobatan atas orang-orang berdosa, teristimewa saat dalam bahaya maut.
- Sebagai perisai dalam pencobaan melawan kemurnian suci.
- Menawarkan racun.
- Para ibu yang hendak melahirkan agar anak lahir pada waktunya dan dalam keadaan sehat.
- Perlindungan terhadap badai, angin ribut dan segala bahaya laut dan udara.
- Sebagai obat mujarab sakit badani dan sarana perlindungan terhadap penyakit menular.
- Perlindungan di saat ajal.
- Mendatangkan pengaruh menakjubkan bahkan atas hewan-hewan yang terjangkit wabah atau penyakit lainnya, dan juga atas ladang-ladang yang terserang hama.
4. PENGGUNAAN MEDALI/SALIB
Tak ada catatan khusus mengenai cara pemakaian atau penggunaan medali. Medali dapat dikalungkan pada leher, dipasangkan pada skapulir atau rosario, atau dibawa dengan saleh kemanapun kita pergi. Bagi mereka yang sakit, medali dapat ditempatkan pada luka, dicelupkan dalam obat atau dalam air yang hendak diminum si sakit.
Medali juga biasa ditempatkan dalam pondasi rumah atau dalam tembok atau digantungkan di atas pintu atau ditempatkan di kendaraan guna memohon berkat Allah dan perlindungan St Benediktus.
Tak ada rumusan doa khusus, sebab penggunaan medali ini sendiri sudah dianggap sebagai suatu doa hening yang terus-menerus kepada Allah agar mengabulkan bagi kita, melalui jasa-jasa St Benediktus, permohonan yang kita panjatkan.
Akan tetapi demi terlebih didengarkannya doa kita, disarankan agar kita melakukan devosi khusus demi menghormati St Benediktus, misalnya, pada hari Selasa, di mana Gereja memperingati wafatnya. Jalan Salib juga sangat dianjurkan atau Novena St Bendediktus. Pesta St Benediktus dirayakan setiap tanggal 21 Maret, dua hari sesudah Hari Raya St Yosef.
5. DOA MOHON BANTUAN ST BENEDIKTUS.
Ya St Benediktus yang mulia, teladan agung segala keutamaan, bejana murni rahmat Allah! Lihatlah aku yang dengan rendah hati bersimpuh dalam doa.
Aku mohon hatimu yang lemah-lembut untuk mendoakanku di hadapan tahta Allah. Kepadamulah aku datang mohon pertolongan dalam segala mara bahaya yang setiap hari mengepungku. Lindungilah aku dari para musuhku, ilhamilah aku untuk meneladanimu dalam segala hal. Kiranya berkatmu menyertaiku senantiasa, agar aku menolak apapun yang dilarang Allah dan menghindari kesempatan-kesempatan dosa.
Sudi perolehkanlah bagiku dari Allah karunia dan rahmat yang begitu aku butuhkan dalam pencobaan, kemalangan dan penderitaan hidup. Hatimu senantiasa penuh cinta, kasih sayang dan belas-kasih terhadap mereka yang menderita ataupun mengalami kemalangan. Engkau tiada pernah membiarkan orang yang datang mohon pertolonganmu pergi tanpa penghiburan dan pertolongan.
Sebab itu aku mohon perantaraanmu yang berdaya-kuasa, yakin dalam pengharapan bahwa engkau akan mendengarkan doaku dan memperolehkan bagiku karunia dan permohonan yang dengan sangat aku mohon (sebutkan), jika itu demi kemuliaan Allah dan kesejahteraan jiwaku.
Tolonglah aku, ya St Benediktus agung, untuk hidup dan mati sebagai anak Allah yang setia, untuk senantiasa berserah pada kehendak-Nya yang kudus dan untuk memperoleh kebahagiaan abadi di surga. Amin.
6.DOA SANTO BENEDIKTUS
Ya Bapa Suci yang terberkati, penolong bagi mereka yang memohon kepadamu, lindungilah aku.Jagalah aku dari segala cobaan dalam hidupku, bangkitkanlah dalam hatiku rasa sesal dan tobat sejati untuk menyesali segala dosa yang telah kuperbuat, serta untuk memuji dan memuliakan Allah sepanjang hidupku.
Engkau yang berkenan di hati Allah, ingatlah aku di hadapan yang Mahakuasa, agar aku yang telah dibebaskanNya dari dosa, dibuatNya bertahan dalam kebajikan dan tak dibiarkan berpaling dariNya, sehingga aku diterimaNya dalam paduan suara orang – orang yang terpilih, bersama dengan engkau dan para kudus yang menyertaimu dalam berkat abadi.
Ya Allah yang kekal dan kuasa, demi segala kebajikan dan teladan dari Santo Benediktus dan saudarinya perawan Skolastika serta semua pertapa suci, pulihkanlah aku dalam RohMu yang kudus.
Berikan aku kekuatan dalam perjuangan melawan segala godaan iblis, ketabahan dalam menghadapi cobaan hidup dan kehati-hatian dalam menghadapi setiap bahaya. Tambahkanlah dalam diriku cinta akan kemurnian, kerinduan akan semangat kemiskinan, semangat ketaatan dan iman yang sederhana untuk hidup secara kristiani.
Dalam penghiburanMudan dalam kasih sesamaku, semoga aku melayaniMu dengan penuh sukacita, dan semoga aku meraih kejayaan bersama para kudusMu dalam rumah surgawi, demi Kristus Tuhan kami. Amin.
7. LITANI SANTO BENEDIKTUS
Tuhan, kasihanilah kami.
Kristus, kasihanilah kami.
Tuhan, kasihanilah kami.
Kristus, dengarkanlah kami.
Kristus, kabulkanlah doa kami.
Allah Bapa di surga, kasihanilah kami.
Allah Putera, Penebus Dunia, kasihanilah kami.
Allah Roh Kudus, kasihanilah kami.
Allah Tritunggal Mahakudus, Tuhan yang Mahaesa, kasihanilah kami.
Santa Maria, doakanlah kami*
Bapa Suci yang terberkati, *
Kemuliaan para Bapa Gereja, *
Penyusun peraturan suci, *
Gambaran segala kebijaksanaan, *
Teladan kesempurnaan, *
Mutiara kesucian, *
Matahari yang bersinar di Gereja Allah, *
Matahari yang bersinar di Rumah Allah, *
Ilham para Kudus, *
Pembuat mukjizat, *
Seraf yang bernyala-nyala, *
Kerub yang menjelma, *
Bapa Suci yang terberkati, *
Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia, selamatkanlah kami, ya Tuhan.
Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia, kabulkanlah doa kami ya Tuhan.
Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia, kasihanilahkami.
Antifon :
Kami berlindung padamu, Bapa Suci yang terberkati, Janganlah mengabaikan kami dalam segala derita, kebutuhan dan kemalangan. Tolonglah kami dalam segala pertempuran melawan musuh yang jahat, dan tolonglah kami untuk mencapai kehidupan abadi demi Yesus Kristus Tuhan kami. Amin.
Dia diberkati Allah
Yang melindungi semua anakNya dari surga.
Marilah berdoa :
Allah yang Mahakuasa, St. Benediktus telah Kauanugerahi dengan karunia cinta yang mahabesar, sehingga tak terkira banyaknya jiwa yang datang kepadaMu.
Melalui perantaraannya, dengan rendah hati, kami mohon kepadaMu agar Engkau menyalakan hati kami dengan cintaMu. Demi Kristus Tuhan kami. Amin
-1:05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar