HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
“Venite post me - Mari ikutlah Aku!”
Itulah pesan pokok hari ini bahwa kita dipanggil menjadi "kolaborator-mitra Allah" di tengah dunia dengan 3 pola dasar, al:
1.”See”:
Yesus adalah Tuhan yang "melihat": mengenal dan mencintai dunia. Ia benar-benar ilahi tapi juga insani. Ia sangat religius tapi juga bergaul dengan hiruk-pikuk sekitarnya sehingga menjadi semakin manusiawi dan membumi. Ia keluar masuk desa dan kota. Ia naik-turun gunung dan bukit.
Secara khusus hari ini, Ia berjejak - tapak di pesisir danau: Ia berhenti lalu melihat dan menoleh kepada 4 sekawan dari Galilea: Simon-Andreas-Yakobus-Yohanes. Di tengah jerih letih dan kesibukan karya sukaduka di “Galilea” kita masing-masing, bukankah Tuhan juga kerap berhenti lalu menoleh dan melihat kita?
2.”Judge”:
Bukankah jika sesuatu itu lahir dari hati, ia akan berusaha menjangkau banyak hati yang lain? Dengan hatiNya, Ia “merangkul” 4 sekawan ini: "Mari, ikutlah Aku." Dalam buku saya "3 Bulan 5 Bintang 7 Matahari" (Kanisius), kata Yunani untuk mengikuti “ adalah “akoloutheo”: pergi/menempuh jalan yg sama.
Mereka dipanggil untuk ber-“companion” sekaligus ber-"compassion”:bersekutu hati untuk pergi, berjalan dan hidup sama seperti Dia, yakni menjadi mitra Allah secara nyata dalam sejarah keselamatan: dari nelayan menjadi pelayan, dari penjala ikan menjadi penjala manusia, dari hamba menjadi sahabat. Bukankah Tuhan tidak hanya melihat, tapi Ia juga kerap menyapa dan memanggil hati kita di tengah kesibukan dan aneka karya harian?
3.”Act”:
Missio est action - perutusan adalah tindakan!” Ya, setelah dilihat dan disapa Yesus, mereka ”just do it”: Mereka segera pergi meninggalkan jalanya. Jala menggambarkan gaya hidup yang lama. Artinya? Kita diajak lekas keluar dari “kubangan dosa” dan hidup menjadi manusia baru setiap harinya: "berubah-berbenah dan berbuah" dengan karya nyata: lebih beriman-bersaudara dan berbelarasa.
Seperti Simon yang dipanggil bersama Andreas saudaranya dan Yakobus bersama Yohanes yang juga adalah saudaranya, kita bisa mulai “berubah berbenah dan berbuah" dimulai dengan orang yang ada di dekat hidup kita juga bukan?
“Ikan louhan di desa Bayat - Ikuti Tuhan sampai akhir hayat.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
"Confitemini Domino - Bersyukurlah kepada Tuhan."
Hidup dan iman kita semestinya penuh syukur karena Allah berkenan memanggil dan memilih kita untuk bekerja bersamaNya: "Mari, ikutlah Aku dan kamu akan kujadikan penjala manusia!”. Ia memanggil kita melalui peristiwa biasa dan manusiawi. Ia tidak pernah mencabut akar kemanusiaan kita namun menyempurnakannya.
Adapun, Yesus memanggil empat orang murid dengan cara yang hampir sama: Simon dan Andreas beserta Yakobus dan Yohanes, dipanggil ketika sedang bekerja. Yesus memperlihatkan otoritas-Nya karena Ia mampu memanggil orang keluar dari pekerjaan mereka dan menjadikan mereka sebagai murid-Nya.
Menarik juga untuk diperhatikan adalah bahwa murid-murid tersebut masih bersaudara, dan berasal dari kalangan orang-orang "biasa", bukan dari kalangan bangsawan. Simon, Andreas, Yakobus, dan Yohanes adalah orang-orang biasa, namun dipanggil oleh Yesus untuk tugas yang luar biasa.
Hal indah lainnya, Ia tidak menemui mereka di rumah ibadah tetapi di pantai, sedang bekerja. Kita diajak menemukan sapaan ilahi di tengah kesibukan insani karena menjadi murid memang berarti mematuhi panggilan Yesus tanpa syarat di setiap saat dan tempat.
Panggilan menjadi murid Yesus juga bukan panggilan untuk menjadi relawan, yaitu bekerja sesuai minat dan waktu kita tapi berarti menjadi milik-Nya di sepanjang waktu, bukan?
"Dari Koja ke Sungai Gangga-
Mari bekerja bagi Kerajaan Surga."
B.
"Sanctificetur nomen Tuum - Dikuduskanlah namaMu".
Di kompleks seminari menengah di Jakarta yang berlindung pada nama seorang kudus "St Aloysius Gonzaga", saya pernah mengenal sebuah motto yang saya tulis juga dalam buku "TANDA" (RJK,Kanisius), yakni: "S3" antara lain: "Scientas, Sanitas dan Sanctitas – Kecakapan, Kesehatan dan Kekudusan". Ya, setiap orang beriman diajak untuk selalu cakap, sehat dan hidup kudus.
Yesus sendiri juga hadir di rumah ibadat Kapernaum dengan segala kecakapan, “kebersihan” dan terlebih kekudusanNya. Secara khusus soal kekudusan, bukankah kita juga dipanggil untuk menjadi "Yang Kudus, yang datang dari Allah?"
Adapun 3 "dimensi" kekudusan, al:
1. Diberkati: "Benedicta".
Setiap pagi sebelum berkarya dan setiap malam setelah berkarya, Yesus masuk dalam ruang hati dan sendirian untuk berdoa supaya semua karyanya dari awal sampai akhir selalu diberkati Bapa.
Bukankah dengan diberkati Bapa, kata-sapa dan wartaNya bisa menjadi berkat untuk orang lain? Orang yang dberkati juga pasti bisa memberkati orang lain juga.
2.Dikagumi: "Admiranda".
Banyak orag kagum dan takjub mendengar pengajaranNya yang "bukan sekedar kata-kata". Bahkan roh-roh jahat pun mengakui karisma dan kuasa ilahi Yesus yg penuh daya. Mereka segan dan taat padaNya. HidupNya yang kudus jelas mengagumkan dan mengesankan bagi banyak orang.
Orang yang dikagumi karena kekudusannya pasti juga mudah mengagumi segala ciptaan Tuhan dalam hidupnya sehari-hari, lewat perjumpaan dengan alam, sesama dan dirinya sendiri.
3.Dicintai: "Amanda".
Yesus dicintai Bapa dan dinyatakan di depan umum: "Ini Anak yang Kukasihi kepadaNya Aku berkenan". Ia juga menjadi "public figure" yang dicintai banyak orang karena kebersahajaan sekaligus keistimewaannya: Semua orang rindu datang padaNya karena Ia mempunya cinta yang tulus dan selalu ada untuk memberi: yang dingin jadi hangat- yang buta jadi melihat- yang sakit jadi sembuh, yang lumpuh jadi brjalan dll. Ia menjadi "gift" yang di "giving"kan, hadiah yang dikasih/diberikan bagi banyak orang.
Siapkah kita juga "diberkati, dikagumi dan sekaliguas dicintaiNya?
"Cari kardus di Taman Sari - Hiduplah kudus setiap hari."
C.
"Omnipotentem - Mahakuasa."
Inilah yang dihadirkan Yesus lewat doa dan karya nyatanya. Adapun selama sehari penuh, Yesus melaksanakan 4 misi utama dengan penuh kuasa, antara lain: mengajar (ay.21-22.27),mengusir roh jahat (ay.23-26.32.34.39), menyembuhkan yg sakit (ay.30-31.32-34) dan memberitakan Injil (ay.38-39).
Berbeda dengan para ahli Taurat, Yesus hadir sebagai orang yang "memiliki kuasa”, terlebih kegiatan mengajar Yesus kerap terkait dengan pengusiran roh jahat walaupun sebenarnya Yesus hadir terutama untuk mengajar dan mewartakan Kerajaan Allah dan pengusiran roh adalah kelanjutan dari benarnya warta itu, bukan sebaliknya.
Mengacu pada bacaan hari ini, roh jahat itu meneriakkan tiga kalimat, antara lain:
A.“Apa urusanmu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret!”:
Roh jahat itu mudah marah dan merasa terganggu/tersaingi oleh kehadiran Yesus.
B.“Apakah engkau datang untuk membinasakan kami?”:
Inilah sebuah kegusaran skaligus ketakutan yang jahat ketika berhadapan dengan yang baik, menjadi mudah curiga dan kuatir dengan yang lain.
C.“Yang Kudus dari Allah.”:
Roh jahat itu mengenal Yesus dan mau membuat Yesus mulai takabur/merasa besar dengan puja puji semu. Adapun gelar “Yang Kudus” itu dikenakan kepada Allah sendiri (Yes 40:25, 57:15) atau kepada imam yang dipilih Allah untuk berkurban bagi umat (Mzm 106:16) atau kepada nabi besar Elisya dalam 2Raj 4:9.
Disinilah, Yesus sungguh hadir dengan penuh kuasa menghadapi "kemarahan-kegusaran dan kepalsuan" roh jahat. Ia tetap tenang dan berkuasa atas roh jahat yang berusaha mengacaukan karya-karya baiknya. Bagimana dengan kita?
"Cari pita di pinggir desa - Allah kita itu mahakuasa."
D.
"Deus semper maior - Allah selalu lebih besar."
Hal ini menjadi lebih jelas ketika kata dan warta kehadiran Yesus selalu membawa kuasa ilahi yang benar-benar menyebar dan menjalar kepada semua orang yang diajarNya. Dalam bahasa orang Solo, “Spirit Of Loving Others”, Ia menjadi pengajar yang penuh dengan kuasa ilahi karena 3 jalan cinta yang dimilikiNya, antara lain:
"Wasis": Kecakapan.
Ia benar-benar tahu tentang apa yang diajarkanNya dan sekaligus konsisten melaksanakan apa yang dikatakanNya.
"Waras": Kesehatan.
Ia mengajar dengan akal sehat, tidak penuh dengan sentimen dan argumen yang menjatuhkan pihak lain. Pengajarannya selalu sehat karena obyektif dan benar-benar berangkat dari pengalaman pribadiNya tentang Allah.
"Wareg": Kepenuhan.
Ia “kenyang”, penuh dengan pengalaman kasih Tuhan. Karena diriNya adalah kasih itu sendiri dan semua ajarannya adalah berdasar kasih yang tulus, maka orang banyak menjadi takjub mendengar pengajaranNya yang penuh kuasa. Bahkan Roh-roh jahat pun juga taat kepadaNya. Dengan kata lain: Ia tidak lapar akan pujian/penghargaan, sanjungan/bualan. Ia sudah kenyang dan selalu hendak membagikan rasa "wareg"-Nya itu kepada semua orang lain di sekitarNya.
"Ada pita di tengah pasar- Allah kita memang maha besar."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar