Sabtu, 28 Juli 2018
HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Sabtu, 28 Juli 2018
Hari Biasa Pekan XVI
Yeremia (7:1-11)
(Mzm 84:3.4.5-6a.8a.11)
Matius (13:24-30)
“Veritas aeterna - Kebenaran sejati."
Inilah salah satu hal yang bisa dimaknai lewat perumpamaan gandum dan lalang pada bacaan hari ini.
Penabur gandum adalah Allah yang datang sebagai Kebenaran Sejati, sedangkan penabur lalang adalah Setan yang datang sebagai ketidakbenaran sejati.
Yang menarik, gandum dan lalang ini sejatinya tumbuh di tempat yang sama dan sulit untuk dipilah.
Inilah perumpamaan tentang orang baik dan orang jahat yang sejatinya dibiarkan hidup berdampingan, yang mempunyai karakteristik berbeda tapi tumbuh bersama di tempat yang sama (Inggris: Gandum & Lalang = Wheat & Weeds).
Adapun, 3 poin dasarnya, antara lain:
1. "Kebaikan/bonum":
Tuhan menabur benih “gandum” yang baik di ladang dunia. Gandum adalah lambang manusia yang berhati baik dan menjadi berkat bagi yang lainnya. Ia melambangkan orang yang mendengar dan melakukan firman-Nya.
2. "Kejahatan/malum":
Setan menabur benih “lalang” yang jahat di ladang dunia. Lalang adalah lambang orang berhati jahat yang kerap menjadi batu sandungan. Yang pasti, “lalang” ini tumbuh bersama dengan “gandum”, tapi akan berakhir di tempat yang berbeda.
3. "Keadilan/iustitium":
Inilah semangat “fairness” Tuhan: “Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai.”
Mereka dibiarkan tumbuh bersama dan ketika “waktu menuai” tiba, maka “lalang” akan dibakar (neraka) tapi “gandum” akan dimasukkan ke lumbung (surga).
Jelas terlihat bahwa di surga itu tidak sama dengan di bumi: Kalau di bumi, ada orang baik dan jahat, maka di surga yang ada hanyalah orang baik. Orang baik mendapat ganjaran di surga, orang jahat mendapat hukuman di neraka: "Mereka harus memberi pertanggungjawaban kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang hidup dan mati." Bagaimana dengan kita?
“Bang Maman cari sikat - Akhir zaman semakin mendekat.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
MADAH HARIAN PAGI (Sabtu, 28 Juli 2018)
Abas Poemen pernah berkata :
"Taruh seekor ular atau kalajengking ke dalam sebuah kotak dan diamkan, lama-lama ia akan mati.
Demikian juga pikiran - pikiran buruk yang ditanamkan kuasa jahat ke dalam pikiranmu, tidak akan mempengaruhimu kalau kau tidak mempedulikannya."
- Saying of the Desert Fathers.
O ratu kami yang mulya
Luhur tiada taranya
Engkau merangkul memangku
Tuhan Allah penciptamu.
Pintu yang ditutup Hawa
Dibuka putera bunda
Engkaupun turut berjasa
Membukakan gerbang surga.
Kami anggap tugas luhur
Untuk mengucapkan syukur
Dengan menyanyikan madah
Atas anugerah Allah.
Dimuliakanlah Bapa
Bersama Putra dan Roh-Nya
Yang melimpahkan kurnia
Kepada bunda Maria. Amin.
DOA
Kami mohon, ya Tuhan, semoga dengan bantuan Santa Perawan Maria, kami dapat mengatasi segala bahaya dan menikmati damai-Mu. Demi Yesus Kristus, Putera-Mu dan pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin.
B.
Kutipan Teks Misa:
Orang yang dicintai itu berada di dalam lubuk hati pencintanya, tanpa rasa takut apa pun juga. (St. Yohanes Krisostomus)
Antifon Pembuka (Mzm 84:5.6a)
Berbahagialah orang yang diam di rumah-Mu, yang memuji-muji Engkau tanpa henti. Berbahagialah para peziarah yang mendapat kekuatan dari pada-Mu.
Doa Pembuka
Allah Bapa Maha Pengasih, Engkau tinggal dalam diri kami bila kami melakukan amal baik. Kami mohon, ajarilah kami menghayati sabda-Mu dan resapilah kami dengan kebijaksanaan Putra-Mu, jalan kehidupan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.
Ketidakadilan terus menghantui sikap dan tingkah laku bangsa yang dipilih Tuhan. Lewat Nabi Yeremia, mereka dikritik karena lebih mementingkan ibadat daripada kasih sayang terhadap orang miskin dan tertindas.
Bacaan dari Kitab Yeremia (7:1-11)
"Sudahkah menjadi sarang penyamun rumah yang atasnya nama-Ku diserukan?
Tuhan bersabda kepada Yeremia, “Berdirilah di pintu gerbang rumah Tuhan. Serukanlah di sana sabda ini dan katakanlah, ‘Dengarkanlah sabda Tuhan, hai sekalian orang Yehuda yang masuk melalui semua pintu gerbang ini untuk sujud menyembah kepada Tuhan! Beginilah sabda Tuhan semesta alam, Allah Israel: Perbaikilah tingkah langkah dan perbuatanmu, maka Aku mau diam bersama kalian di tempat ini. Jangan percaya kepada perkataan dusta, ‘Ini bait Tuhan, bait Tuhan, bait Tuhan!’ Hanya apabila kalian sungguh-sungguh memperbaiki tingkah langkah dan perbuatanmu, apabila kalian sungguh-sungguh melaksanakan keadilan di antara kalian sendiri, tidak menindas orang asing, yatim dan janda, tidak menumpahkan darah orang tak bersalah di tempat ini dan tidak mengikuti allah lain yang menjadi kemalanganmu sendiri, maka Aku mau diam bersama kalian di tempat ini, di tanah yang telah Kuberikan kepada nenek moyangmu, sejak dahulu kala sampai selama-lamanya. Tetapi ternyata kalian percaya kepada perkataan dusta yang tidak memberi faedah. Masakan kalian mencuri, membunuh, berzinah dan bersumpah palsu, membakar kurban kepada Baal dan mengikuti allah lain yang tidak kalian kenal, lalu kalian datang berdiri di hadapan-Ku di rumah yang atasnya nama-Ku diserukan, sambil berkata, ‘Kita selamat’, agar dapat melanjutkan segala perbuatan yang keji itu! Sudahkan menjadi sarang penyamun rumah yang atasnya nama-Ku diserukan ini? Aku, Aku melihat sendiri semuanya itu!”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Betapa menyenangkan tempat kediaman-Mu, ya Tuhan semesta alam.
Ayat. (Mzm 84:3.4.5-6a.8a.11)
1. Jiwaku merana karena merindukan pelataran rumah Tuhan; jiwa dan ragaku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup.
2. Bahkan burung pipit mendapat tempat dan burung laying-layang mendapat sebuah sarang, tempat mereka menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu ya Tuhan semesta alam, ya Rajaku dan Allahku!
3. Berbahagialah orang yang diam di rumah-Mu, yang memuji-muji Engkau tanpa henti. Berbahagialah para peziarah yang mendapat kekuatan dari pada-Mu. Langkah mereka makin lama makin tinggi.
4. Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu daripada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku daripada diam di kemah-kemah orang fasik.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Yak 1:21)
Terimalah dengan lemah lembut sabda yang tertanam dalam hatimu, yang mampu menyelamatkan jiwamu. Alelluya.
Ladang dan gandum dibiarkan tumbuh bersama sampai waktu menuai tiba. Lalang adalah lambang kejahatan dan gandum adalah kebaikan. Keduanya beriringan, namun hanya kebaikanlah yang akan membawa kepada keabadian atau hidup yang kekal.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (13:24-30)
"Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai tiba."
Pada suatu hari Yesus membentangkan suatu perumpamaan kepada orang banyak, “Hal Kerajaan Surga itu seumpama orang yang menaburkan benih baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya, menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu dan berkata kepadanya, ‘Tuan, bukankah benih baik yang Tuan taburkan di ladang Tuan? Dari manakah lalang itu?’ Jawab tuan itu, ‘seorang musuh yang melakukannya!’ Lalu berkatalah para hamba itu, ‘Maukah Tuan, supaya kami pergi mencabuti lalang itu?’ Tetapi ia menjawab, ‘Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kalian mencabut lalangnya. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai tiba. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai, ‘Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandumnya ke dalam lumbungku’.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Sejak semula Tuhan menciptakan manusia baik adanya. Ibaratnya, ladang yang ditaburi dengan benih yang baik. Namun, ketidaksetiaan kepada Tuhan, menyebabkan manusia dikuasai oleh si jahat dan hatinya "ditaburi dengan benih ilalang". Akhirnya, benih yang baik dan yang jahat bersatu dalam diri manusia; dan manusia menjauh dari Tuhan. Maka, supaya Tuhan berkenan tinggal, manusia harus membersihkan dirinya (bertobat) dan membangun tingkah laku yang baik.
Apa makna perumpamaan tentang lalang di antara gandum? Perumpamaan ini dapat dilihat sebagai sebuah undangan untuk bersabar dan sekaligus untuk menantikan penghakiman Tuhan dengan takut akan Allah dan dengan rendah hati. Penghakiman itu pasti akan datang. Dialah Hakim, bukan manusia. Bukan urusan manusia menghakimi siapa yang baik dan siapa yang jahat. Manusia wajib bersikap setia saja kepada firman mengenai Kerajaan Allah. Sebab yang penting ialah menghasilkan buah demi Kerajaan Allah, bukan menghakimi, apalagi berusaha "mencabut-cabuti" mereka yang oleh manusia dipandang jahat, padahal belum tentu demikian di mata Allah.
Doa Malam
Allah Bapa Mahasetia, kami bersyukur atas kesabaran dan kasih setia-Mu. Kami mohon, agar apa yang telah Kaukehendaki benar-benar terlaksana, apabila kami mengimani serta mematuhi Putra-Mu terkasih. Dialah Tuhan, Pengantara kami. Amin.
C.
"WWF - WALK WITH FRANCIS"
HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
“Jangan takut jatuh! Bangkitlah segera!!
Paus Fransiskus kehilangan pijakan saat melangkah yang membuatnya tidak seimbang sehingga terjatuh ke tanah, Kamis, ketika Paus menuju altar terbuka untuk merayakan misa di biara Jasna Gora di Polandia tahun lalu.
Kejadiannya sangat dramatis. Paus Fransiskus, yang waktu itu berusia 79 tahun, berjalan mengenakan jubah panjang, tidak melihat ke langkah kakinya di bawah dan jatuh ke tanah di depan altar. Imam di sekelilingnya bergegas untuk membantu dia berdiri dan meluruskan jubahnya.
Misa berlangsung seperti yang direncanakan dan Paus menyampaikan khotbah lama sebelum puluhan ribu umat berkumpul di kaki biara Jasna Gora, salah satu tempat suci, di selatan kota Czestochowa, Polandia.
Setelah peristiwa jatuhnya Paus, ada yang mengatakan bahwa Sri Paus menderita sciatica, sebuah kondisi di mana penderitanya bisa mengalami serangan rasa sakit dari punggung bagian bawah hingga kaki. Tapi, seperti dikutip dari USA Today, Kamis (28/7/2016), ketika ditanya, apakah Paus Fransiskus mengalami cedera? Juru Bicara Vatikan, Greg Burke, mengatakan “Paus baik-baik saja.”
Pada beberapa kesempatan di masa lalu, Paus Fransiskus, mengenakan jubah panjang di upacara publik, telah melewatkan langkah atau bahkan terjatuh di tangga. Setiap kali ia telah jatuh, paus berdiri sendiri atau berkat bantuan pembantu di sampingnya.
Setiap kali paus terjatuh, seperti yang dia lakukan Kamis, Paus Fransiskus segera pulih dan melaksanakan tugas berikutnya tanpa hambatan, seberapapun panjangnya acara yang sedang dia lakukan.
Dalam kotbahnya, Paus Fransiskus meminta rakyat Polandia untuk tetap bersatu di tengah terpaan beragam isu seperti krisis pengungsi. Paus juga mendoakan segenap umat agar memiliki niat untuk meninggalkan kesalahan dan luka lama dan membina persaudaraan serta membangun persatuan tanpa pernah terhasut pada godaan untuk berkuasa.
===
KILAS BALIK.
Paus Fransiskus menyiapkan kunjungannya dengan membuat sapaan pada Hari Orang Muda Sedunia (World Youth Day/WYD) ke-31 di Krakow, Polandia.
Dalam pesannya, Paus Fransiskus menyatakan:
“Saya menantikan hari pertemuan Orang Muda Sedunia (Worldl Youth Day/WYD) di Krakow dan mendapat kesempatan bisa berjumpa dengan bangsa Polandia yang terkasih.”
“Seluruh perjalanan saya akan diinspirasikan oleh belas kasih dalam Tahun Yubelium ini dan juga oleh kenangan akan Santo Yohanes Paulus II, yang memulai Hari Orang Muda Sedunia yang merupakan juga sebuah bimbingan bagi bangsa Polandia dalam perjalanan historik mereka menuju kebebasan.”
“Para orang muda yang terkasih, saya tahu bahwa sekarang ini, kalian tengah mempersiapkan diri, khususnya juga dengan doa-doa, untuk pertemuan akbar di Krakow itu. Saya ingin berterimakasih kepada semua orangmuda atas segala-sesuatu yang kalian lakukan, dan untuk cinta kasih yang telah anda perbuat. Saya ingin memeluk dan memberkati kalian semua.”
“Hai orang muda dari seluruh Eropa, Afrika, Amerika, Asia dan Oceania. Saya juga memberkati tanah air kalian, harapan-harapan dan perjalanan kalian ke Krakow; dan saya berdoa semua perjalanan itu merupakan peziarahan dalam iman dan persaudaraan.”
“Semoga Tuhan Yesus mencurahkan berkat-Nya bagi kalian untuk bisa merasakan secara pribadi kata-kata-Nya: “Berbahagialah orang yang berbelas kasih, karena mereka akan mendapatkan belas kasih” (Mat. 5:7).”
“Saya sangat rindu untuk berjumpa dengan kalian dan menawarkan kepada dunia sebuah tanda baru berupa hidup dalam harmoni, sebuah mozaik keragaman wajah, dari banyak suku bangsa, bahasa, dan budaya, yang semuanya disatukan di dalam nama Yesus, yang adalah Wajah Belas Kasih. (Tanda baru bagi dunia ini sangat penting: di tengah orang saling membunuh karena perbedaan-perbedaan. Tanda baru itu sangat dibutuhkan oleh dunia ini).
“Secara khusus saya ingin menyapa kalian, putera-puteri bangsa Polandia. Bagi saya pribadi, ini adalah karunia Tuhan untuk bisa mengunjungi kalian. Kalian adalah bangsa yang sepanjang sejarah hidup kalian mengalami banyak pencobaan, banyak pengalaman sulit dan berat, dan tetap bertahan dengan kekuatan iman, dibantu oleh pertolongan keibuan Santa Perawan Maria.”
“Saya yakin bahwa peziarahan saya ke Biara Suci Czestochowa akan membenamkan saya ke dalam kekuatan iman itu dan akan sangat berguna bagi saya.”
“Saya berterima kasih atas doa-doa kalian bagi persiapan kunjungan saya ini. Saya berterima kasih kepada para uskup dan imam, biarawan-biarawati, umat awam dan keluarga-keluarga, yang secara simbolik saya akan membawa ekshortasi post sinodal Amoris Laetitia. Kesehatan moral dan spiritual sebuah bangsa terlihat dari keluarga-keluarga. Itulah sebabnya Santo Yohanes Paulus II memberi perhatianyang sangat besar bagi pasangan-pasangan yang bertunangan, pada perkawinan muda dan bagi semua keluarga. Teruslah maju dalam jalan peziarahan ini.”
D.
DOA KEPADA SAKRAMEN MAHAKUDUS
St. Alfonsus Maria de Liguori
Tuhanku Yesus Kristus, kasih-Mu yang dahsyat kepada umat manusialah yang menahan-Mu siang malam dalam Sakramen ini, penuh belas kasihan dan cinta, menanti, mengundang, dan menyambut semua yang datang
mengunjungi-Mu.
Aku percaya bahwa Engkau sungguh hadir dalam Sakramen dari altar. Dari kedalaman ketiadaanku, aku memuja-Mu; dan
aku bersyukur kepada-Mu atas begitu banyak rahmat yang telah Kau anugerahkan kepadaku, teristimewa anugerah Diri-Mu sendiri dalam Sakramen ini, anugerah Bunda-Mu yang Tersuci sebagai perantaraku, dan anugerah hak istimewa mengunjungi-Mu dalam Gereja ini.
Sekarang aku berbicara kepada Hati-Mu yang Maharahim dengan tiga intensi:
untuk mengucap syukur kepada-Mu atas anugerah agung Diri-Mu sendiri;
untuk menyilih segala penghinaan yang ditimpakan para musuh
ke atas-Mu dalam Sakramen ini;
dan untuk menyembah-Mu di mana pun
Kehadiran Ekaristi-Mu dicemarkan atau diabaikan.
Yesusku, aku mengasihi Engkau dengan segenap hatiku. Aku sungguh menyesal atas segala tidak tahu terima kasihku atas kebajikan-Mu yang tak terbatas.
Sekarang aku berbulat hati, dengan pertolongan rahmat-Mu, untuk tidak pernah menghina Engkau lagi.
Aku orang yang berdosa ini mempersembahkan kepada-Mu segenap keberadaanku, segenap kehendakku, kasihku, kerinduan dan segalanya yang aku miliki.
Mulai saat ini, perbuatlah padaku dan pada segala milikku seperti yang Engkau kehendaki.
Aku merindukan dan menginginkan hanya kasih-Mu, ketekunan hingga akhir, dan rahmat untuk senantiasa melakukan kehendak-Mu yang kudus.
Aku mohon pengantaraan-Mu bagi jiwa-jiwa di api penyucian, teristimewa jiwa-jiwa yang paling berdevosi kepada Sakramen Mahakudus
dan kepada BundaMu yang Tersuci.
Aku mempersembahkan kepada-Mu pula, segenap pendosa yang malang.
Dan yang terakhir, Juru Selamatku terkasih, aku mempersatukan segenap kerinduanku dengan kerinduan Hati-Mu yang Maharahim.
Bersatu dengan-Mu, aku persembahkan segala doaku kepada Bapa-Mu yang kekal, dan mohon kepada-Nya dalam Nama-Mu dan demi kasih-Nya kepada-Mu untuk mendengarkan dan menjawab doa doaku. Amin.
E.
SKETSA PROFIL.
Alfonsus Maria de Liguori:
(Buku “XXI – INTERUPSI”, RJK, KANISIUS).
Totus tuus ego sum et omnia mea Tua sunt.
Accipio Te in me omnia.
Praebe mihi cor Tuum, Maria
Aku adalah milikmu
dan segala milikku adalah milikmu.
Engkau kuterima dalam diriku seluruhnya.
Berikan aku hatimu, ya Maria.
1.
Prolog.
Saya mempunyai seorang sahabat muda dari tanah Jawa, yang kini bekerja di
Thailand. Ia tinggal dekat MBK Centre, setiap hari ia menjadi seorang supir "tuk tuk", kendaraan khas di kota Bangkok, sejenis bajaj khas .
Namanya Poniman; bisa berarti Pokoknya Ingin Beriman. Di sinilah, saya mengangkat seorang beriman bernama Alfonsus Maria de Liguori. Ia adalah seorang uskup, doktor Gereja, dan
juga sekaligus pendiri Kongregasi Redemptorist. (CSsR; Redemptoris artinya Sang
Penebus).
Dengan segala usaha karya dan pelbagai bukunya, dia sungguh ingin menampilkan dan sekaligus mewartakan iman: pokoknya ingin beriman. Dia juga berani meninggalkan karirnya sebagai pengacara demi Tuhannya. Inilah juga yang menjadi harapan Gereja bahwa setiap orang juga mempunyai keinginan untuk
“pokoknya semakin ingin beriman”, bukan?
2.
Sebuah Sketsa Profil.
“Glorificate et portate Deum in corpora vestro
Muliakanlah Tuhan serta bawalah Dia di dalam tubuhmu ...”
Alfonsus Liguori (27 September 1696 – 1 Agustus 1787) terlahir dengan nama Alphonsus Marie Antony John Cosmos Damien Michael Gaspard de Liguori pada tanggal 27 September 1696 di Marianella, dekat Naples, Italia.
Keluarga Alfonsus adalah keluarga bangsawan Katolik yang saleh. Ayahnya, Don Joseph de Ligouri, seorang laksamana militer Kerajaan Napoli dan ibunya, Donna Anna Cavalieri, mendidik Alfonsus dengan disiplin yang
tinggi terutama dalam hal iman dan cara hidup Katolik.
Alfonsus sendiri sebagai anak sulung dari tujuh bersaudara, sering pergi retret bersama
ayahnya. Orang tuanya juga mendidiknya ala militer. Dengan disiplin yang tinggi,
seminggu sekali ia diwajibkan tidur di lantai tanpa alas. Hal ini membuatnya tidak manja dan terbiasa dengan pola hidup yang teratur.
Dengan bakat dan kemampuan yang luar biasa, Alfonsus belajar hukum pada usia tiga belas
tahun dan memperoleh gelar doktor hukum dengan predikat magna cum laude, pada usia 16 tahun.
Pada awalnya, ia berpraktik menjadi pengacara yang cemerlang. Semua kasus yang ditanganinya pasti dimenangkannya. Sampai suatu ketika, akhirnya ia kalah dalam sebuah kasus. Ketika itulah, Alfonsus mengurung
diri selama tiga hari di kamar, merenungkan kekalahannya. Kekalahan ini membuat batinnya tertekan. Akan tetapi, ternyata kekalahan ini malahan membuatnya lebih dekat dengan Tuhan.
Suatu ketika, saat mengunjungi orang sakit di rumah sakit, Alfonsus dua kali mendengar suara ajaib yang berkata, ”Tinggalkanlah dunia dan serahkanlah dirimu kepada-Ku.”
Lama-kelamaan, ia sadar bahwa itu adalah
suara Tuhan. Pada akhirnya dengan kesadaran ini, ia memutuskan untuk menjadi seorang imam yang sepenuhnya mempersembahkan hidup bagi Tuhan.
Lalu Alfonsus pergi ke Gereja Maria Bunda Penebus, berdoa di depan tabernakel dan semakin mantap untuk menjadi seorang imam.
Setelah belajar teologi, Alfonsus akhirnya ditahbiskan sebagai imam pada tanggal 21 Desember 1726, dan berkarya di seluruh daerah Napoli.
Awal abad ke-18 merupakan masa kesombongan dalam berkhotbah di mana
banyak khotbah yang bertele-tele (buah dari masa Renaissance). Abad itu juga merupakan masa di mana banyak terjadi penyimpangan dalam pengakuan dosa (buah dari Jansenisme).
Dengan keprihatinannya terhadap imbas Renaissance dan Jansenisme, sebagai seorang imam muda, ia terus berkhotbah di seluruh Kerajaan Napoli, terutama di desa-desa dan daerah-daerah kumuh. Karyanya lumayan berhasil: banyak orang kembali mengaku dosa, banyak pendosa berat kembali kepada
Sakramen Ekaristi yang menyembuhkan, banyak musuh-musuh berdamai, dan konflik keluarga juga bisa didamaikan.
Akan tetapi, Alfonsus merasa belum maksimal dan masih sangat prihatin dengan keadaan Gereja waktu itu.
Kebetulan, pada tahun 1729 ia menjadi imam kapelan di sebuah kolese yang khusus mendidik para calon imam yang akan dikirim ke China.
Disanalah, ia berkenalan dengan Mgr. Thomas Falcoia, seorang pribadi yang memberi inspirasi dan dorongan kepadanya untuk mendirikan sebuah institut yang baru.
Kepadanya, Mgr. Falcoia menceritakan tentang kelompok para suster binaannya di Scala yang menghayati cara hidup yang keras dalam
doa dan mati raga.
Terdorong oleh inspirasi dan semangat yang diberikan oleh Mgr. Falcoia, ia kemudian mendirikan sebuah tarekat religius baru di Scala pada tanggal 9 Nopember 1732 dengan nama Sanctissimi Redemptoris (Sang Penebus, Congregation of the Most Holy Redeemer/Congregatio Sanctissimi Redemptoris,
C.Ss.R atau CSSR).
Tarekat religius ini mengabdikan diri dalam bidang pewartaan Injil kepada orang-orang pedesaan. Tanpa kenal lelah, mereka berkhotbah di alun alun, mendengarkan pengakuan dosa dan memberikan bimbingan khusus kepada orang muda, keluarga dan anak-anak.
Sejak Mgr. Falcoia meninggal pada tahun 1743, Alfonsus memimpin kongregasi barunya ini. Dengan berbagai permasalahan internal ataupun eksternal, Alfonsus berusaha untuk
mendapat pengakuan raja, dan menjalankan tugas-tugas di seluruh Napoli dan Sicilia.
Setelah tahun 1752, ia mendedikasikan lebih banyak waktunya untuk menulis buku. Ia juga menulis lagu puji-pujian, bermain organ dan
melukis. St. Alfonsus menulis enam puluh buah buku, di antaranya buku buku bertema moral kristiani.
Pada Juni 1767, Alfonsus diserang penyakit radang sendi yang tak dapat disembuhkan dan menjadikannya lumpuh. Ia kehilangan pendengarannya serta nyaris buta.
Ia juga harus mengalami berbagai kekecewaan dan pencobaan dari orang-orang dekatnya sendiri.
Namun, Alfonsus memiliki devosi yang
amat mendalam kepada Sakramen Mahakudus dan Santa Perawan Maria, seperti yang dapat kita ketahui melalui bukunya yang terkenal yang berjudul "Kemuliaan Maria". Dia juga yang mulai mengenalkan “Tujuh Duka Santa Perawan Maria.”
Akhirnya Alfonsus meninggal dunia di Pagani, dekat Napoli, Italia pada tahun 1787 dalam usia 91 tahun. Alfonsus dibeatifikasi pada tahun 1816, dan dikanonisasi pada tahun 1839, serta dinyatakan sebagai Pujangga Gereja
pada tahun 1871.
3.
Refleksi Teologis.
Bu Muaral: Budayakan Muatan Moral
Consuetudinis vis magna est.
Pengaruh sebuah kebiasaan sungguh luar biasa.
Saya mengenal seorang ibu, berusia 70an tahun di daerah Utara Jakarta. Namanya, Bu Muaral. Dia bersama beberapa relawan memimpin sekaligus mengurus kegiatan harian sebuah sekolah (semacam Taman Kanak-kanak),
bagi anak-anak nelayan yang tidak mampu bersekolah karena terbentur masalah dana.
Nama sekolahnya kerap disebut “Lumba-lumba”. Mungkin seperti ikan lumba-lumba yang kehadirannya menolong para awak kapal
atau nelayan yeng terjebak di laut, sekolah ini juga dihadirkan untuk menolong orang-orang yang kurang mampu di sekitarnya.
“Bu Muaral” sendiri bagi saya bisa berarti Budayakan Muatan Moral. Lewat kehadiran
dan teladan karya Alfonsus Maria de Liguori, jelaslah bahwa ia juga ingin membudayakan muatan moral.
Dengan kata lain, moral itu tidak terlepas
dari hidup kita sehari-hari, juga tentunya dari hidup iman kristiani kita, bukan?
Sebuah kisah, pada tahun 1762, di usia 66 tahun, Alfonsus dipilih menjadi Uskup Agata dei Goti oleh Paus Klemens XIII. Agata merupakan
keuskupan kecil, dengan jumlah 30.000 jiwa, dengan 17 rumah biara dan 400 pastor.
Di keuskupannya ini, terdapat banyak keluhan terhadap moralitas para imam yang merayakan misa sedemikian terburu-buru sehingga merusak makna ekaristi.
Sebagai uskup, Alfonsus berusaha membarui moralitas dan cara hidup para imamnya di keuskupan tersebut.
Di sinilah, Alfonsus pernah menulis sebuah risalah: 'Pastor di altar, kata Santo Siprianus, “mewakili Yesus Kristus”. Akan tetapi, siapa yang diwakili para pastor saat ini? Mereka hanya mewakili mata pencaharian mereka untuk memperoleh uang'.
Di keuskupan inilah, ia mulai membenahi moralitas para imamnya. Ia juga mulai
menganjurkan dua hal bagi para imamnya: kesederhanaan dalam berkhotbah serta kemurahan hati dalam pengakuan dosa.
Dia juga mengajar dengan menulis banyak buku bertema moral. Edisi pertama Teologi Moral Alfonsus sendiri diterbitkan di Napoli pada tahun 1748. Edisi kedua, yang merupakan
karyanya yang jelas dan lengkap diterbitkan pada tahun 1753-1755.
Tujuh edisi berikutnya adalah autobiografi kehidupannya. Tulisan-tulisannya ini
sangat membantu para imam dalam bidang pelayanan sakramen tobat.
Ia juga tetap menganjurkan dua hal pokok bagi para imamnya: kesederhanaan dalam berkhotbah serta kemurahan hati dalam pengakuan dosa.
Oleh sebab itulah, sekarang Alfonsus diangkat sebagai pelindung para konfesor (imam yang memberikan sakramen tobat) dan para moralis karena sikapnya yang begitu menghargai sakramen tobat dan tulisan-tulisan moralnya yang begitu mendalam.
Seorang imam dari Keuskupan Napoli, Pastor Mazzini mengatakan, “Jika saya Paus, saya akan mengkanonisasinya tanpa proses.” “Ia
dipenuhi dengan jalan yang sempurna, persepsi moralnya yang ilahi tentang cinta Tuhan di atas segala-galanya, dengan seluruh hati dan dengan segenap kekuatan sepertinya semua sudah dilihat dan seperti yang saya lihat, cinta kasih Tuhan memancar dalam setiap tindakan dan perkataan, dalam cara berbicara yang sangat berdevosi kepada Tuhan dan Bunda Maria, kontemplasinya yang mendalam, penghormatannya terhadap Sakramen Mahakudus dan akan kehadiran ilahi.”
4.
Epillog
Spe gaudentes, in tribulation patientes, oration instants. Bersukacitalah dalam pengharapan, bersabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah
dalam doa.”
“Bersama Tuhan, penebusan berlimpah.” Itulah kalimat singkat-padat yang pernah dikatakannya kepada para pengikutnya di CSsR.
Jelaslah, bahwa pelbagai keutamaan dan ciri khas kebajikannya merupakan tujuan iman yang murni. Pada setiap hal dalam seluruh waktu, ia bertindak untuk, dalam dan yang pasti bersama
Nama Tuhan.
Bukankah merupakan hal yang benar jika segala sesuatu itu dikerjakan bersama Tuhan, maka segala sesuatu itu – seberapa pun beratnya, akan terasa lebih indah dan lebih mudah? Alfonsus Maria de Liguori telah memberikan contohnya. Bagaimana dengan kita sendiri?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar