Ads 468x60px

Si Wanita Yang Lebih Jahat Daripada Setan



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.

“Si Wanita Yang Lebih Jahat Daripada Setan”.

Apakah ada sesuatu yang sangat kamu idam-idamkan?
Apa yang rela kau lakukan untuk mendapatkannya ?
Apakah kau lebih memilih mendapatkan keinginan itu daripada jiwa abadi mu ?
Ternyata, ada seorang wanita Swedia yang hidup di abad pertengahan, yang tercatat pernah bersedia; dan apa yang ia tukar dengan jiwanya tak lain hanyalah sepasang sepatu baru idamannya.
Kisah “Sko-Ella (Sepatu-Ella)”, dilukiskan di atas pintu ruang depan atau vapenhus di Viksta kyrka, sebuah gereja di Uppsala utara yang berasal dari abad ke-13.
Pada lukisan di dinding tersebut, tokoh si jahat/setan, berdiri di salah satu sisi pintu, memegang sebuah tongkat yang panjang dengan sepasang sepatu bot merah terikat di ujung nya.
Seorang wanita berdiri di sisi lain, memegang sepatu itu dengan satu tangan; seperti sedang memeriksa atau mengaguminya.
Kisah itu sendiri banyak dikenal, dan Stephen Mitchell dalam bukunya “Sihir di Abad Pertengahan Nordik”, mengidentifikasi gambar tersebut sebagai kisah terkenal ‘The Old Woman as Troublemaker – Si Wanita Tua Pembuat Masalah.”
Namun, Sko-Ella melakukan lebih dari sekadar menimbulkan masalah, dia telah melakukan sesuatu yang bahkan membuat setan gemetar.
Dikisahkan, Sko-Ella, telah lama menginginkan sepasang sepatu baru.
Sementara itu, setan sudah lama ingin menciptakan masalah pada sebuah pasangan yang sudah menikah.
Dia menggunakan Sko-Ella untuk tujuan itu, sebagai ganti sepatu.
Mereka bekerja sama untuk mencapai tujuan masing-masing.
Sko-Ella memberi tahu kepada sang istri bahwa suaminya berselingkuh; dan untuk bisa mendapatkan cinta suaminya kembali, dia harus memotong sejumput janggutnya di tengah malam.
Kepada sang suami, Sko-Ella menceritakan hal lain: istrinya berencana untuk membunuhnya, jadi dia harus tetap terjaga di malam hari dan bersiap-siap.
Malam itu, sang suami, -yang mempercayai kata-kata Sko-Ella, pergi tidur dengan waspada, dan pura-pura tidur.
Ia melihat istrinya mendekat dengan pisau.
Percaya bahwa apa yang dikatakan Sko-Ella akan menjadi kenyataan, sang suami melompat bangun dari tempat tidur dan membunuh istrinya di tempat.
Tugas Ella selesai, dan ia menuntut hadiahnya, tetapi metodenya yang begitu kejam dan berdarah membuat bahkan setan menjadi takut, -bagaimanapun, yang setan inginkan hanyalah perselisihan rumah tangga dan mungkin akhir dari sebuah pernikahan; tetapi tidak perlu ada kematian.
Menyadari wanita seperti apa yang dia hadapi, setan tidak berani mendekat kepada Sko-Ella.
Sebaliknya, dia menyerahkan sepatu itu dengan tongkat panjang, supaya dirinya berada di luar jangkauan tangan Ella.
Kisah Sko-Ella, pada dasarnya adalah sebuah kisah moral.
Bahwa kisah itu atau beberapa versi yang serupa, dilukiskan di pintu baik di Vikstad kyrka ataupun di beberapa gereja lain di komunitas Uppsala, berfungsi sebagai peringatan; setiap kali melewati ruang depan, umat paroki akan diingatkan tentang bahaya apa yang bisa dilakukan oleh gosip dan fitnah.
Lokasi penempatan gambaran ini penting dan tidak dipilih secara acak, seperti yang dikatakan Mitchell dalam bukunya.
Vapenhus atau 'rumah senjata', adalah tempat di mana orang-orang diharapkan untuk meninggalkan senjata mereka sebelum memasuki gereja.
Ini merepresentasikan 'ruang transisi atau ruang antara dunia sekuler luar dan area ibadah suci yang ditandai'.
Sedangkan dinding bagian dalam sebagian besar berlukiskan kisah-kisah dari Alkitab dan gambar sekuler ajaran agama, seolah-olah untuk mengingatkan umat, terutama pada saat berjalan keluar, bahwa mereka tidak boleh menyimpang dari jalan kebajikan ketika mereka “keluar” ke hidup dunia sehari-hari.
Apa yang membuat dunia duniawi begitu berbahaya adalah bahwa ia penuh dengan godaan, yang pada gilirannya berakar pada setan.
Kisah Sko-Ella, tentu saja, juga merupakan peringatan terhadap sihir, atau tindakan melibatkan diri dengan iblis secara umum.
Khususnya di Uppland, mural-mural gereja yang menggambarkan adegan-adegan dengan iblis adalah yang paling sering terlihat.
Dalam penggambaran ini, selalu ada wanita yang terlibat sebagai penolong setan, seperti Sko-Ella, meskipun tugas para wanita itu kurang berdarah: sebagian besar pada waktu di masa itu, tugas mereka hanya mencuri susu dan mentega.
Pesannya jelas, bahwa perempuan, karena adalah golongan yang lebih lemah, adalah sasaran empuk dari kekuatan kejahatan serta dunia laki-laki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar