HIK : HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI
HARAPAN IMAN KASIH
Minggu, 19 Agustus 2018
Amsal (9:1-6)
(Mzm 34:2-3.10-11.12-13.14-15)
Efesus (5:15-20)
Yohanes (6:51-58)
"Panis caelicus - Roti dari surga".
Inilah salah satu identitas ilahi yang diwartakan hari ini: "TubuhKu benar-benar makanan, DarahKu benar-benar minuman."
Yesus hadir sebagai "roti hidup" yang benar-benar makanan dan minuman, yang benar-benar dipilih - diberkati - dipecah serta dibagi bagi untuk kita.
Dengan kata lain:
Ia selalu menyediakan makanan dan minuman bagi kita (bdk. Kej 1:29-30). Inilah yang selalu kita kenangkan juga dalam setiap perayaan misa/ekaristi (“Elok KARena kRIStus ada di haTI”) bahwa kitapun juga dipanggil untuk menjadi "makanan" yang siap mengalami empat dimensi, "dipilih diberkati dipecah dan dibagi-bagi di tengah dunia yang penuh dengan aneka ria kelaparan.
Adapun pada hari ini, kita juga diajaj memaknai sebuh ssemangat "komuni", antara lain:
1."KObarkan iman":
Kita diajak semakin siap untuk mewartakan iman dengan bersemangat sebagai buah dari penerimaan sakramen ekaristi, dimana Tuhan sungguh-sungguh hadir untuk kita.
2."MUliakan Tuhan":
Sadar akan berlimpahnya kasih Tuhan untuk kita, kitapun juga diajak untuk selalu memuliakan Tuhan dengan sikap hati dan hidup yang pantas, karena bukankah apa yang kita persembahkan di altar juga harus kita bawa dalam pergulatan pasar kehidupan kita setiap harinya?
3."Mari kita mengimaNI":
Inilah pemaknaan yang terus menerus bahwa kita diajak melihat dengan mata iman bahwa Tuhan bena-benar hadir dan menjadi makanan buat kita. Dengan iman, kita diyakinkan bhw Tuhan rela menjadi "hosti" (korban) untuk kita. Bagaimana dengan kita sendiri?
"Dari Pati sampai Kramat Jati - Hayatilah ekaristi sepenuh hati."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
MADAH PAGI.
Ketika segala sesuatu dalam hidup berjalan salah,
ketika tidak sesuai dengan rencana kita,
ketika hubungan dalam keluarga kita tampak sulit,
ketika anak-anak kita tidak melakukan dengan baik,
ketika penyakit fatal menyerang,
ketika kita tidak tahu harus berbuat apa,
ketika kita tidak dapat menemukan kedamaian,
ketika kita tidak bisa belajar,
ketika kita bahkan tidak bisa berdoa
dan merasa benar-benar bagaikan hilang;
- jangan sampai kita kehilangan harapan.
Mari kita hanya mengatakan:
'Ya Tuhanku, terjadilah apapun yang menjadi kehendakMu.
Aku tidak tahu, tapi Engkau tahu dan Engkau mencintaiku. Jika Kau yang menginginkan aku mengalami ini, biarkan hal itu terjadi, jika itu adalah kehendakmu.'
Ketika kita sanggup mengatakan ini, maka Tuhan, yang mencintai ciptaan-Nya, akan datang dan memberi kita kekuatan, anugerah, dan penghiburanNya yang di luar pemahaman siapa pun.
Kemudian kita akan benar-benar mengerti apa artinya bahwa 'Yunus berseru kepada Tuhan dari perut ikan paus, dan ia diselamatkan'.
MADAH HARIAN PAGI
(Minggu, 19 Agustus 2018 - Hari Minggu Biasa XX)
Ya Allah, bersegeralah menolong aku
Ya Tuhan, perhatikanlah hambaMu
Kemuliaan...
Alleluya
Allah hidup dan meraja
Alleluya, alleluya
Maut sudah dikalahkan
Hidup sudah dilimpahkan.
Alleluya, alleluya
Terpujilah Kristus Tuhan.
Hari ini hari Tuhan
Alleluya, alleluya
Hari penuh kesukaan
Hari raya kebangkitan
Alleluya, alleluya
Terpujilah Kristus Tuhan.
Mari kita bergembira
Alleluya, alleluya
Bersyukur sambil memuji,
Bermadah sambil bernyanyi
Alleluya, alleluya
Terpujilah Kristus Tuhan. Amin.
DOA
Allah yang mahabaik, Engkau telah menyediakan anugerah ilahi yang tak kelihatan bagi orang yang mencintai Engkau. Curahkanlah api cinta-Mu ke dalam hati kami. Semoga kami mencintai Engkau dalam segala hal melebihi segala-galanya dan menikmati janji-Mu, yang melampaui segala keinginan. Demi Yesus Kristus, pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin.
B.
"WWF - WALK WITH FRANCIS".
Amor difficultates superat; amor nos provehit.
Love overcomes all difficulties. Love gives us the strength to carry on.
Kasih mengatasi semua kesulitan. Kasih memberi kita kekuatan untuk melanjutkan.
=====
ULASAN EKSEGETIS
BACAAN INJIL HARI MINGGU BIASA XX TAHUN B - 19 Agustus 2018
(Yoh 6:51-58) :
"HARAPKAN BURUNG TERBANG TINGGI..."
Rekan-rekan yang budiman!
Umat Perjanjian Lama meninggalkan tanah Mesir untuk memperoleh kemerdekaan di negeri yang dijanjikan kepada mereka (Kel 3:7-10; 6:5-7; Ul 26:5-9). Ada kalanya di tengah perjalanan mereka menyesali telah melepaskan tempat mereka biasa hidup sehari-hari demi sebuah negeri yang baru berujud janji itu (Kel 16:3). Dapatkah mereka sampai ke sana dengan selamat? Bagaimana melewati gurun gersang yang mengerikan ini? Syukur semuanya telah terjadi. Dan pokok-pokok terpenting pengalaman di gurun tadi dikenang turun temurun dalam ibadat. Dipercaya pula bagaimana hari demi hari umat mendapat makanan langsung dari langit (Kel 16:12-35; bdk. Bil 11:7-8) sehingga mereka dapat berjalan terus.
Perjalanan di gurun tadi kemudian dipakai untuk membaca kembali pengalaman mengarungi kehidupan ini. Manakah tujuan hidup yang sesungguhnya? Bagaimana mencapainya? Masihkah Yang Maha Kuasa memberi makanan seperti dulu? Dalam cara apa? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini bisa dianggap sepi, bisa dibesar-besarkan, tetapi dapat pula ditekuni dalam dialog batin. Bagaimana mengarungi gurun kehidupan ini dengan selamat sampai ke tujuan? Dalam hubungan inilah Yesus menampilkan diri kepada orang-orang sezamannya sebagai makanan bagi kehidupan yang turun dari surga. Begitulah, bila orang mau menerimanya dan menyatu dengannya, kehidupannya akan dirasuki surga. Inilah yang ditampilkan dalam Yoh 6:51-58 yang dibacakan pada hari Minggu Biasa XX tahun B.
1.
"DAGING DAN DARAH"
Yesus memakai cara bicara yang agak khusus, yaitu menyebut diri sebagai “anak manusia”. Ia juga merujuk pada semua tindakan, amal, kata-kata dan pelayanannya dalam hidupnya sebagai “daging” dan “darah”-nya. Ungkapan ini menunjukkan betapa semuanya itu terpadu dalam kehidupannya. Jadi “daging anak manusia” sama dengan semua yang dijalankan Yesus dan diajarkannya.
Dalam hubungan ini “makan” dan “minum” mengungkapkan kesatuan baik dengan yang disantap maupun dengan sesama penyantap. Gagasan-gagasan ini diungkapkan dengan “makan dagingku” dan “minum darahku”.
Orang-orang Yahudi yang memperbincangkan pernyataan Yesus menyangkut “makan dagingnya” (Yoh 6:52) bukannya tidak menangkap maksudnya. Mereka tahu betul yang dimaksud ialah diri Yesus, hidupnya, pengabdiannya, ajarannya, apa saja yang dilakukan. Yesus mengajak mereka menerima semua itu sebagai bekal perjalanan manusia menuju hidup abadi. Tetapi sulit bagi mereka untuk mengiakannya. Mereka juga memiliki tradisi panjang dalam agama mereka.
Dan ia sekarang mau memancang kebijaksanaan turun-temurun tadi pada hal-hal yang diajarkannya sendiri? Memang ia pintar, ia mempesona, ia banyak pengikutnya, tetapi apakah semua yang dilakukannya dan diajarkannya itu sungguh dapat menjadi penopang perjalanan hidup ini? Klaim segede itu apa tidak keterlaluan?
Jangan-jangan spiritualitas baru ini cuma mau memonopoli Yang Keramat! Itulah kesangsian mereka. Itulah yang mereka perdebatkan. Bukan hanya perkara di dalam kepala saja. Jika kita ikut ajaran Yesus ini, risikonya besar. Kalau ternyata keliru, maka kita akan kehilangan yang telah kita punyai dari dulu. Mereka seperti leluhur mereka yang gundah ketika mulai menempuh perjalanan meninggalkan Mesir ke sebuah negeri yang baru berupa janji.
Dalam membaca petikan ini tak perlu kita bertolak pada anggapan bahwa orang-orang Yahudi dari awal bersikap memusuhi. Mereka sebetulnya ingin tahu apa dasar klaim sebesar itu. Yesus pun menegaskan, “Sesungguhnya aku berkata kepadamu, jikalau kamu tidak makan daging anak manusia (dagingku dalam arti seperti dijelaskan di atas) dan minum darahnya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu...”
Meskipun nada ay. 54 itu seperti mengulang-ulang yang pernah dikatakannya sendiri, di sini ditegaskan bahwa “daging dan darah anak manusia” dapat ikut dihidupkan dan dihidupi tiap orang yang bersedia menerimanya.
Yang dimaksud tentunya semua yang dilakukan dan diajarkan Yesus, pengusiran roh jahat, penyembuhan, ungkapan belas kasihnya kepada orang banyak. Inilah yang menjadi awal dari “hidup kekal” yang nanti bakal diperoleh dengan utuh pada akhir zaman, seperti ditandaskan dalam ay. 54.
2.
DI RUMAH IBADAT
Disebutkan dalam ay. 59, yang tidak ikut dibacakan hari ini, bahwa perkataan Yesus tadi diucapkannya sewaktu mengajar di sinagoga, yakni rumah ibadat orang Yahudi di Kapernaum. Jadi ia menyampaikan pengajaran kepada orang-orang yang datang beribadat dan mendengarkan sabda Allah menurut kepercayaan Yahudi dan kebiasaan turun temurun mereka.
Salah satu tema yang selalu muncul dalam doa dan penjelasan sabda di rumah ibadat ialah kehidupan umat dalam perjalanan ke Tanah Terjanji dan pemberian hukum Taurat di Sinai. Diingat kembali kisah pemberian makanan dari surga tiap hari, yakni manna (Kel 16:12-35), yang membuat umat dapat bertahan dalam perjalanan mencapai tujuannya.
Selain itu juga ada kurban sembelihan di Sinai dengan recikan darah untuk meresmikan janji setia umat (Kel 24:5-8). Dalam ibadat seperti itu seorang pembicara dapat mengolah pokok-pokok ini dengan menghubungkan dengan keadaan nyata. Semacam homili dengan aktualisasi. Itulah yang dilakukan Yesus pada waktu itu. Bisa ditengok pengajarannya di rumah ibadat di Nazaret yang menerapkan nubuat Yes 61:1-2 pada warta yang dibawakannya hari itu (Luk 4:21). Juga di lain kesempatan di rumah ibadat ia mengajar mengenai Kerajaan Allah (Mat 4:23 9:35).
Sebelum petikan bagi hari ini, dikisahkan bagaimana reaksi orang-orang Yahudi mendengar perkataan Yesus mengenai “roti kehidupan” (Yoh 6:25-50). Pada kesempatan itu ia menegaskan bahwa dirinya ialah makanan yang diberikan dari surga untuk menyambung hidup umat agar mencapai tujuan perjalanannya (ay. 51 yang dibacakan pada awal petikan).
Karena itulah orang-orang Yahudi memperdebatkan, apa maksud Yesus sebenarnya dengan pernyataan itu. (ay. 52). Dari konteks ini jelas perbincangan tadi sudah jadi bahan pembicaraan umum.
Dalam hubungan inilah patut dipahami uraian Yesus di sinagoga di Kapernaum ini. Di situ ia menerapkan pada dirinya gagasan bahwa Allah memperhatikan dan memelihara umatNya yang ada dalam perjalanan menuju ke Tanah Terjanji. Tidak semua pendengarnya setuju, tetapi mereka tertarik membicarakannya karena bahannya menyangkut masalah yang mereka kenal.
3.
KOMUNITAS AWAL
Keadaan para pendengar di sinagoga waktu itu tidak sama dengan umat yang datang ke gereja kini. Bagi mereka dulu, “makan daging dan darahnya”, yakni bersatu dengan kehidupan Yesus demi keselamatan, menimbulkan persoalan besar.
Bagi pendengar di gereja, kehidupan Yesus yang dikurbankan bagi penebusan dan keselamatan orang banyak sudah menjadi pokok kepercayaan. Bagi orang dulu perspektifnya ialah berusaha mengerti dan percaya Bagi kita, masalahnya bukan lagi agar kita mau menerima iman itu, melainkan bagaimana kita dapat memahami hal-hal dalam terang iman.
Injil yang diperdengarkan hari ini sebenarnya tumbuh dari upaya komunitas awal, komunitas Yohanes, untuk menjelaskan makna perjamuan ekaristi yang sudah biasa mereka rayakan. Pengajaran Yesus mengenai dirinya sebagai makanan yang diberikan dari surga yang dapat membawa mereka sampai ke hidup abadi dalam Yoh 6:25-50 diterapkan pada perayaan ekaristi.
Pertanyaan dasar ialah apa arti ekaristi ini dan bagaimana “kita”, yakni orang-orang dalam komunitas Yohanes tadi boleh merasa lebih beruntung dari nenek moyang mereka. Maklum, komunitas ini berasal dari kalangan orang Yahudi yang saleh yang sadar akan nilai tradisi keagamaan leluhur mereka.
Tetapi kini mereka juga berusaha menghayati ajaran Yesus yang membuat mereka makin dekat dengan Yang Maha Kuasa yang tak terjangkau itu.
Ibadat ekaristi menjadi tindakan sakramental bersatu dengan Yesus. Tindakan ini mengungkapkan tekad mereka untuk saling menunjang. Mereka merasa berpikir sejalan, sepengharapan. Ada komunitas. Bagi mereka, kehidupan yang dipelihara dengan ingatan bersama akan Yesus tadi ialah kehidupan yang nanti akan berlanjut tanpa akhir. Mereka sudah mulai menemukan kehadiran ilahi yang tak hanya dibataskan pada perjalanan ke Tanah Terjanji seperti nenek moyang mereka dulu.
Juga bagi kita orang zaman ini, Yang Maha Kuasa masih memberi makanan dan minuman agar orang dapat menempuh perjalanan hidup. Perjalanan ini penuh unsur yang tak terduga-duga, perjalanan ini penuh harapan tapi yang juga yang sering harus dititi dengan rasa sakit. Di beberapa tempat di negeri kita sedang mengalami kesusahan akibat bencana alam dan malapetaka sosial. Kepercayaan akan kebesaran Yang Maha Kuasa akan membuat orang makin tabah.
Juga dalam keadaan sulit kita masih “diberi makan dan minum dari langit”. Akan diperoleh makanan yang sama, minuman yang sama, kehidupan yang sama yang telah diperoleh Yesus dari atas sana.
Bukan hanya bagi kepentingan perorangan saja, melainkan dalam ikhtiar bersama untuk memperbaiki keadaan, dalam mengatasi kesulitan, dalam saling menguatkan. Dan solidaritas sakramental ini dapat menjadi kekuatan untuk berjalan terus sampai ke sana, ke tempat yang telah dicapai Yesus sendiri! (AG)
C.
PAUS FRANSISKUS:
"Makanlah Tubuh yang menjadi ikatan Perjanjian, dan minumlah Darah yang telah menebus kita."
"Kristus yang hadir ditengah-tengah kita, di dalam tanda roti dan anggur, menginginkan agar kekuatan dari kasih mengatasi setiap keretakan dan di saat yang sama menjadi kesatuan dengan yang miskin, dukungan bagi yang lemah, perhatian persaudaraan kepada banyak orang yang letih dalam menanggung beban hidup sehari-hari. Dan mereka berada di dalam bahaya iman."
"Melalui roti dan anggur, Tubuh dan Darah Tuhan telah dikaruniakan kepada kita dan meninggalkan bagi kita 'peringatan akan pengorbananNya tentang kasih yang kekal'.
“Dengan roti dan anggur ini, para Rasul memiliki apa yang penting bagi langkah mereka sepanjang sejarah dan untuk menyebarkan kepada semua orang Kerajaan Allah. Saat ini, sang Roti kehidupan juga adalah milik kita, yang dihadapanNya ketakjuban Gereja tidak pernah padam, ketakjuban yang mengenyangkan perenungan, adorasi dan ingatan kita."
"Apakah arti dari terpecah dan merendahkan nilai? Kita terpecah ketika kita tidak taat kepada Firman Tuhan, ketika kita tidak hidup di dalam persaudaraan, ketika kita berlomba untuk menduduki tempat pertama, ketika kita tidak menemukan keberanian untuk bersaksi akan amal, ketika kita tidak mampu menawarkan pengharapan. Demikian kita terpecah."
"Jadi, yang membuat kita tidak terpecah adalah Ekaristi, karena menyatukan kita di dalam persatuan, Ekaristi sebagai pemenuhan dari Perjanjian, tanda yang hidup dari kasih Kristus yang telah merendahkan diriNya dan ditumpaskan supaya kita tetap bersatu."
"Apakah arti dari "merendahkan nilai" atau "menenggelamkan martabat Kristen kita?": "Berarti membiarkan diri terpengaruh dari penyembahan berhala pada jaman kita: penampilan, konsumer, "Aku" sebagai pusat dari segala sesuatu; tetapi juga menjadi kompetitif, kesombongan sebagai sikap pemenang, tidak pernah harus mengakui kesalahan atau membutuhkan bantuan. Semua ini merendahkan nilai kita, menjadikan kita orang Kristen yang biasa-biasa saja, yang suam-suam kuku, yang hambar, sebagai orang-orang kafir."
"Yesus telah mencurahkan darah-Nya bagi kita, untuk membersihkan kita dari dosa, oleh karena itu supaya kita tidak merendahkan nilai, marilah menatap kepadaNya, marilah minum dari sumbernya, supaya kita di hindarkan dari risiko korupsi."
"Darah Kristus akan membebaskan kita dari dosa-dosa kita dan mengembalikan martabat kita. Membebaskan kita dari korupsi"!
"Kita belajar bahwa Ekaristi bukanlah hadiah untuk orang-orang yang baik, tapi adalah kekuatan untuk yang lemah, untuk orang-orang berdosa. Ekaristi adalah pengampunan, adalah dorongan yang membantu kita untuk pergi, untuk berjalan."
“Hari Raya Corpus Domini merayakan misteri Ekaristi dan itu dilakukan dengan memadahkan pujian dan bernyanyi di jalan-jalan kota, dan prosesi adalah ungkapan rasa syukur kita atas semua langkah dari Allah yang kita tempuh melalui gurun dari kemiskinan kita, untuk membuat kita keluar dari perbudakan, mengenyangkan kita dengan Kasihnya melalui Sakramen dari Tubuh dan Darah-Nya."
“Bersama semua saudara-saudari yang dianiaya oleh karena iman mereka, marilah kita bernyanyi bersama mereka, memuji bersama mereka, menyembah bersama mereka. Dan kita menghormati di dalam hati kita saudara-saudari yang telah diminta untuk mengorbankan nyawa “mereka demi kesetiaan kepada Kristus: semoga darah mereka, yang disatukan dengan Darah Tuhan, menjadi jaminan perdamaian dan rekonsiliasi bagi seluruh dunia. Dan jangan lupa: supaya tidak terpecah, makanlah ikatan dari persatuan ini, supaya tidak merendahkan nilai kita, minumlah harga dari Penebusan kita".
D.
Sebagai Kenangan akan Daku....!
Panis Angelicus fit panis hominum,
Dat Panis caelicus figuris terminum,
O res mirabilis!
Manducat Dominum pauper servus et humilis!
Roti malaekat menjadi roti manusia,
Roti surgawi mendapat bentuk terbatas,
Oh begitu mengagumkan!
Hamba yang miskin dan hina makan Tuannya!
Alkisah, ada seorang profesor muda sengaja mendatangi seorang romo paroki dan bermaksud menertawakan imannya.
Dia mulai bertanya, “Mo, bagaimana mungkin roti dan anggur berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus ?” Romo itu menjawab, “Tentu saja bisa. Anda sendiri mengubah makanan menjadi tubuh dan darahmu, lalu kenapa tidak bisa melakukan hal yang sama ?”
Namun, profesor itu tidak menyerah. Dia bertanya lagi, “Tapi bagaimana seluruh tubuh Kristus bisa masuk ke dalam hosti kecil itu ?” “ Sama seperti pemandangan yang luas di hadapanmu bisa masuk ke dalam mata yang kecil itu.” Jawab sang pastor.
Tapi lagi-lagi profesor itu masih belum menyerah, “Bagaimana bisa bahwa Kristus yang satu dapat hadir di semua gereja pada saat yang bersamaan ?”
Romo itu lalu mengambil cermin dan memberikannya kepada profesor itu. Lalu memintanya menjatuhkan cermin itu sehingga pecah berkeping-keping. Romo itu berkata kepada sang profesor tersebut, “Anda hanya satu tapi sekarang anda bisa melihat wajahmu tercermin di dalam setiap keping cermin itu.” Cerita cukup sampai disini.
Dari penggalan cerita sederhana itu, kiranya ada beberapa hal yang dapat menjadi inspirasi kita untuk semakin tahu, paham dan akhirnya sungguh mencintai perayaan Ekaristi (eucharistein: mengucap syukur, eulogein: mengucap berkat), sebagai sumber dan puncak hidup orang beriman (Sacrosanctum Concilium 10).
Pertama, Kristus sendirilah yang hadir dalam Ekaristi. Bentuk kehadirannya secara real ada dalam wujud Hosti dan Anggur - Tubuh dan DarahNya (dikenal dengan istilah teologis, transubstantiatio).
Kedua, Praesentia Christus/kehadiran Kristus itu tidak hanya di satu tempat saja namun Dia juga hadir di lain tempat. Dengan demikian, kita ikut ambil bagian dalam perayaan iman bersama seluruh Gereja Universal. Ekaristi dengan sendirinya melambangkan dan membuahkan kesatuan (comunio) dalam Gereja.
Ketiga, Ekaristi adalah perayaan syukur mengenang kembali (anamnesis/zikkaron) misteri keselamatan Allah, yang dilakukan Kristus sekali untuk selamanya. Karya penyelamatanNya itu dirasakan pada semua orang, khususnya pada mereka yang lemah, miskin dan tersingkir. Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.”
Lewat tiga point pokok itulah, kita patut bersyukur karena lewat Ekaristi, kita semakin menyadari bahwa Allah yang kita imani adalah sungguh Allah orang hidup. Allah yang sudi datang ke dunia, dekat dan menjadi sama seperti kita, hidup dalam ruang dan waktu sejarah. Allah yang sungguh mengalami kemanusiaan dalam keilahiannya. Ia menjadi “daging”, yang pada awalnya berwujud janin yang dikandung seorang perempuan (Luk 1:31). Ia “lahir-hidup-mati” (tapi Ia yang dibunuh mati tetap hidup - baca: bangkit!).
Dalam Injil Yohanes 1:14 juga dikatakan bahwa, “Verbum caro factum est, et habitavit in nobis: Firman itu telah menjadi daging, dan diam di antara kita”. Gagasan pokoknya dipaparkan sebagai berikut: Yesus adalah firman Allah yang menjadi daging “in carne”.
Dengan istilah “in carne” dinyatakan bahwa Yesus adalah sungguh manusia dengan segala kelemahan-Nya. Dalam segalanya Ia serupa dengan manusia, kecuali dalam hal dosa, karena Ia adalah Yang Kudus dari Allah (Yoh 6: 59).
Dari penggalan Injil Yohanes itu, yang juga hendak dinyatakan ialah bahwa peristiwa Yesus merupakan peristiwa keselamatan bagi manusia dan seluruh dunia: dengan kedatangan dan kematian “di dalam daging”-lah Yesus menjadi jaminan keselamatan manusia. Ia konsisten memilih jalan hidup sebagai manusia yang rapuh. Ia konsisten ‘menjadi daging’ yang dapat dimakan oleh manusia lain agar manusia dan dunia diselamatkan (bdk. Yoh 6:25-59). Dan, itulah yang terus kita kenangkan dan syukuri dalam setiap perayaan Ekaristi.
Sebuah informasi tambahan, pada Konggres Ekaristi Internasional ke-46, di Wroclaw, Polandia, Gereja mengangkat tema “Ekaristi dan Pembebasan”. Dengan tema besar itu, ingin ditegaskan bahwa perayaan Ekaristi adalah perayaan iman yang menerangkan (informing), sekaligus mencerahkan (enlightening), dan dengan demikian perayaan iman itu juga memerdekakan (liberating).
Dengan kata lain, Gereja ingin menyatakan Ekaristi adalah sebuah gerakan sakramental pemberian diri-Nya sendiri sebagai makanan bagi orang banyak. Gerakan sakramental Ekaristi tersebut merupakan tanda dari hati yang solider, setia kawan satu sama lain. Solidaritas itulah yang menyadi dasar harapan bagi pembebasan semakin banyak orang.
Di sinilah persis, seperti anjuran Gereja dalam ensiklik “Ecclesiae de Eucharistia”, tak seorangpun dibolehkan meremehkan misteri agung yang dipercayakan kepada Gereja ini.
Kita diajak untuk semakin menghayati Ekaristi itu sebagai suatu momentum perjumpaan dengan Kristus sekaligus momentum memperbarui semangat iman guna menyebarkan pesan keselamatan yang hadir dalam perayaan Ekaristi. Apa yang kita gulat-geliati di pasar kehidupan kita, kita persembahkan dan sucikan di altar Ekaristi. Begitu juga sebaliknya, apa yang kita kenangkan dan rayakan di altar Ekaristi, kita bawa dan hayati dalam pergulatan di pasar kehidupan kita masing-masing.
Nah, kalau ini terjadi, tepatlah perkataan kedua murid Emaus kepada Yesus, ‘Mane Nobiscum Domine-Tuhan, tinggallah bersama kami”, karena jelaslah benar bahwa Ekaristi sungguh dekat di mata pun dekat di hati dengan keseharian hidup kita. ”Perbuatlah ini menjadi kenangan akan Daku” , 1 Korintus 11:24.
E.
Kutipan Teks Misa.
Umat yang menyambut, tidak boleh diberi izin untuk sendiri mencelupkan hosti ke dalam piala; tidak boleh juga ia menerima hosti yang sudah dicelupkan itu pada tangannya. Hosti yang dipergunakan untuk pencelupan itu harus dikerjakan dari bahan sah dan harus sudah dikonsekrir; untuk itu dilarang memakai roti yang belum dikonsekrir atau yang terbuat dari bahan lain. (Redemptionis Sacramentum, Instruksi VI tentang sejumlah hal yang perlu dilaksanakan atau dihindari berkaitan dengan Ekaristi Mahakudus, No. 104)
Antifon Pembuka (Bdk. Mzm 81:17)
Ia telah memberi mereka gandum yang terbaik. Ia telah mengenyangkan mereka dengan madu dari gunung batu.
He fed them with the finest wheat and satisfied them with honey from the rock.
atau
Antifon: Cibavit eos ex adipe frumenti, alleluia: et de petra, melle saturavit eos, alleluia, alleluia, alleluia.
Ayat Mazmur.
1. Exsultate Deo adiutori nostro: iubilate Deo Iacob. (Antifon)
2. Sumite psalmum, et date tympanum: psalterium iucundum cum cithara. (Antifon)
3. Ego enim sum Dominus Deus tuus, qui eduxi te de terra ægypti: dilata os tuum, et implebo illud. (Antifon)
Doa Pembuka
Ya Allah, Putra-Mu telah meninggalkan kenangan akan wafat dan kebangkitan-Nya dalam sakramen yang mengagumkan ini. Kami mohon semoga kami dapat menghormati misteri kudus Tubuh dan Darah Putra-Mu, sehingga kami senantiasa dapat menikmati buah penebusan-Nya. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dan Roh Kudus, Allah, kini dan sepanjang masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Ulangan (8:2-3.14b-16a)
"Tuhan memberi engkau makan manna yang tidak kaukenal dan juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu."
Di padang gurun seberang Sungai Yordan berkatalah Musa kepada umat Israel, “Ingatlah akan seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak Tuhan, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun itu. Maksud Tuhan ialah merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak. Jadi Tuhan merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari segala yang diucapkan Tuhan. Ingatlah selalu pada Tuhan, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan. Dialah yang memimpin engkau melalui padang gurun yang luas dan dahsyat itu, dengan ular-ularnya yang ganas serta kalajengkingnya, dengan tanahnya yang gersang, yang tidak ada airnya. Dialah yang membuat air keluar bagimu dari gunung batu yang keras. Dialah yang di padang gurun memberi engkau makan manna yang tidak dikenal oleh nenek moyangmu.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do=a, 2/2, PS 863
Ref. Pujilah Tuhan, hai umat Allah. Pujilah Tuhan, hai umat Allah.
Ayat. (Mzm 147:12-13.14-15.19-20; Ul:12a)
1. Megahkanlah Tuhan, hai Yerusalem, pujilah Allahmu, hai Sion. Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu, dan memberkati anak-anak yang ada padamu.
2. Ia memberikan kesejahteraan kepada daerahmu, dan mengenyangkan engkau dengan gandum yang terbaik. Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi, dengan segera firman-Nya berlari.
3. Ia memberitakan firman-Nya kepada Yakub, ketetapan dan hukum-hukum-Nya kepada Israel. Ia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa, dan hukum-hukum-Nya tidak mereka kenal.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus (10:16-17)
"Karena roti itu hanya satu, maka kita ini, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh."
Saudara-saudaraku terkasih, bukankah piala syukur yang kita syukuri merupakan persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita bagi-bagi merupakan persekutuan dengan tubuh Kristus? Karena roti itu hanya satu, maka kita ini, sekalipun banyak merupakan satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
SEKUENSIA: Madah Ekaristi, sol = es, m.7, PS 556
Syair: Lauda Sion, ayat 1-4.5-8 Thomas dari Aquino 1263/64, terj. Komlit KWI 1992
Lagu: Prancis abad ke-12, Graduale Romanum 1974
1. Sion, puji Penyelamat, Sang Pemimpin dan Gembala dalam kidung pujian.
2. Pujilah sekuat hati, kar'na Dia melampaui puji yang kaulambungkan.
3. Hari ini yang tersaji: Roti Hidup yang dipuji, sumber hidup yang kekal.
4. Itulah yang dihidangkan bagi para rasul Tuhan: Tak perlu diragukan.
5. Lihat Roti malaikat, jadi boga peziarah: sungguh itu roti putra, anjing jangan diberi.
6. Inilah yang dilambangkan waktu Ishak dikurbankan: Domba Paskah disajikan, dan manna dihujankan.
7. Yesus, Roti yang sejati, Kau Gembala murah hati, s'lalu lindungilah kami, dan tunjukkan pada kami bahagia yang kekal.
8. Dikau Allah mahakuasa, bimbing kami, insan fana, undang kami dalam pesta, dan jadikan kami warga umat kudus bahagia. Amin. Alleluya.
Bait Pengantar Injil, do=as, 2/2, PS 957
Ref. Alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 6:51, 2/4)
Akulah roti hidup yang telah turun dari surga, sabda Tuhan.
Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (6:51-58)
"Tubuh-Ku benar-benar makanan, Darah-Ku benar-benar minuman."
Di rumah ibadat di Kapernaum Yesus berkata kepada orang banyak, “Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya. Dan roti yang Kuberikan ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.” Orang-orang Yahudi bertengkar antar mereka sendiri dan berkata, “Bagaimana Yesus ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan!” Maka kata Yesus kepada mereka, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan Daging-Ku dan minum Darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal, dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan, dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan Daging-Ku dan minum Darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku, dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa memakan Aku, ia akan hidup oleh Aku. Akulah roti yang telah turun dari surga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Antifon Komuni (Yoh 6:56)
Siapa yang makan Daging-Ku dan minum Darah-Ku, tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, sabda Tuhan.
Whoever east my flesh and drinks my blood remains in me and I in him, says the Lord.
Qui manducat carnem meam, et bibit sanguinem meum, in me manet, et ego in eo, dicit Dominus.
“Ketika kita menghadiri Misa kita tidak datang untuk bertepuk tangan. Kita tidak datang untuk menonton orang-orang, ataupun menghormatinya. Kita ingin menyembah Allah, mengucap syukur kepada-Nya, meminta Ia mengampuni dosa kita, dan meminta kepada-Nya apa yang kita butuhkan” – Cardinal Arinze
NB:
KUTIPAN TEKS MISA:
Minggu, 19 Agustus 2018
Hari Minggu Biasa XX
“Ekaristi adalah sungguh perjamuan sejati, di mana Kristus mempersembahkan diri-Nya sebagai santapan yang menguatkan kita.” (Paus Yohanes Paulus II, Ecclesia de Eucharistia, 16)
Antifon Pembuka (Mzm 84:10-11)
Ya Allah, Pelindung kami, pandanglah dan perhatikanlah wajah yang Engkau urapi. Lebih baik satu hari di pelataran-Mu daripada seribu hari di tempat lain.
Turn your eyes, O God, our shield; and look on the face of your anointed one; one day within your courts is better than a thousand elsewhere.
Protector noster aspice, Deus, et respice in faciem Christi tui: quia melior est dies una in atriis tuis super millia.
Mzm. Quam dilecta tabernacula tua, Domine virtutum! concupiscit, et deficit anima mea in atria Domini.
Doa Pagi
Allah Bapa sumber kehidupan sejati, Engkau telah menyediakan makanan surgawi bagi kami, yaitu Tubuh dan Darah Putra-Mu. Ajarilah kami untuk sungguh-sungguh mengimani kehadiran Putra-Mu dalam Ekaristi ini, sehingga kami pun dapat menimba daya hidup dari-Nya. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Amsal (9:1-6)
"Makanlah rotiku, dan minumlah anggur yang telah kucampur."
Sang Hikmat telah mendirikan rumah, menegakkan ketujuh tiangnya, memotong ternak sembelihan dan mencampur anggurnya, serta menyediakan hidangan. Pelayan-pelayan perempuan telah disuruhnya berseru-seru di atas tempat-tempat yang tinggi di kota, "Siapa yang tak berpengalaman, singgahlah kemari!" Dan kepada yang tidak berakal budi mereka berkata, "Marilah, makanlah rotiku, dan minumlah anggur yang telah kucampur! Buanglah kebodohan, maka kamu akan hidup, dan ikutilah jalan pengertian."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = g, 3/4, PS 857
Ref. Kecaplah betapa sedapnya Tuhan. Kecaplah betapa sedapnya Tuhan.
Ayat. (Mzm 34:2-3.10-11.12-13.14-15)
1. Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu; puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku. Karena Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.
2. Takutlah akan Tuhan, hai orang-orang-Nya yang kudus, sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia! Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari Tuhan, tidak kekurangan sesuatupun yang baik.
3. Marilah anak-anak, dengarkanlah aku, takut akan Tuhan akan kuajarkan kepadamu! Siapakah orang yang menyukai hidup, yang mengingini umur panjang untuk menikmati yang baik?
4. Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu; jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya!
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus (5:15-20)
"Berusahalah mengerti kehendak Tuhan."
Saudara-saudara, perhatikanlah dengan saksama bagaimana kamu hidup: janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif. Pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Janganlah kamu bodoh, tetapi berusahalah mengerti kehendak Tuhan. Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu. Tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh, dan berkata-katalah seorang dengan yang lain dengan mazmur, kidung pujian, dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati! Kepada Allah dan Bapa kita ucapkanlah selalu syukur atas segala sesuatu dalam Tuhan kita Yesus Kristus.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = f, 4/4, Kanon, PS 960
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 6:51-52)
Barangsiapa makan Daging-Ku dan minum Darah-Ku ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (6:51-58)
"Tubuh-Ku benar-benar makanan, Darah-Ku benar-benar minuman."
Di rumah ibadat di Kapernaum Yesus berkata kepada orang banyak, “Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya. Dan roti yang Kuberikan ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.” Orang-orang Yahudi bertengkar antar mereka sendiri dan berkata, “Bagaimana Yesus ini dapat memberikan Daging-Nya kepada kita untuk dimakan!” Maka kata Yesus kepada mereka, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barang-siapa makan Daging-Ku dan minum Darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal, dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab Daging-Ku adalah benar-benar makanan, dan Darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan Daging-Ku dan minum Darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku, dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa memakan Aku, ia akan hidup oleh Aku. Akulah roti yang telah turun dari surga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
"Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia" (Yoh 6,51)
Liturgi Sabda pada hari ini mengajak kita merenungkan kembali misteri Ekaristi sebagai santapan jiwa yang menuntun pada keselamatan. Yesus menyatakan bahwa Diri-Nya adalah Roti Hidup yang telah turun dari surga. Ia juga mengundang agar Tubuh dan Darah-Nya disambut sebagai santapan jiwa dan menganugerahkan kesatuan hidup dengan-Nya, kebangkitan dan kehidupan kekal bagi mereka yang menyantap-Nya. Kesatuan hidup dengan-Nya, seharusnya semakin menumbuh-kembangkan dan memperkaya kehidupan rohani serta mencegah kita untuk melangkahkan diri menuju pada dosa-dosa berat (Dok. Eucharisticum Mysterium, No. 35). Maka, sangat perlu memperhatikan seruan Rasul Paulus untuk menghindarkan diri pada tindakan-tindakan bodoh dan mencari kehendak Allah. (Bacaan II).
Ekaristi, sebagai ungkapan tertinggi sakramen persekutuan dalam Gereja, menuntut dirayakan dalam konteks ikatan persekutuan lahir yang utuh. Secara khusus, justru karena Ekaristi "merupakan puncak hidup rohani dan tujuan semua sakramen." Maka dituntut juga agar perikatan persekutuan dalam sakramen, khususnya baptisan dan dalam hal tahbisan imam, haruslah nyata. Mustahillah memberikan komuni kepada seseorang yang tidak terbaptis atau yang menolak kepenuhan kebenaran iman mengenai misteri Ekaristi. Kristus adalah kebenaran dan saksi kebenaran (lih Yoh 14:6; 18:37); Sakramen tubuh dan Darah-Nya tak membenarkan kepalsuan. (Paus Yohanes Paulus II, Surat Ensiklik Ecclesia De Eucharistia No. 38b - Seri Dokumen Gerejawi No. 67)
Beberapa orang Katolik kurang memiliki rasa hormat kepada Ekaristi Suci karena iman Ekaristis mereka begitu miskin dan penuh kecacatan serta keraguan. Katekese tidak seharusnya mengasumsikan bahwa setiap orang memiliki seratus persen iman. Melainkan Iman Katolik tentang Ekaristi Suci harus secara sistematis diajarkan.
Homili-homili harus berlandaskan Kitab Suci dengan kokoh, teks liturgis, dan dokumen Gereja otoritatif lainnya. Homili perlu mendapat perhatian khusus karena bagi sebagian besar orang Katolik, ini adalah momen tunggal mingguan paling efektif tempat mereka diberi makan oleh ajaran iman guna membantu mereka mengetahuinya, mencintainya, dan menghidupinya dengan otentisitas yang lebih besar. Studi Katekismus Gereja Katolik secara saksama dan mambaca majalah Katolik terpercaya secara teratur juga akan membantu dalam pembangunan iman. (Kardinal Robert Sarah, Prefek Kongregasi Ibadat Ilahi dan Tata-tertib Sakramen, 18 Juli 2013)
Antifon Komuni (Mzm 130:7; PS 814)
Pada Tuhan ada kasih setia dan penebusan berlimpah
With the Lord there is mercy; in him is plentiful redemption.
Atau
Akulah roti kehidupan yang telah turun dari surga, Sabda Tuhan. Jika seseorang makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya. (Yoh 6:51-52)
I am the living bread that came down from heaven, says the Lord.
Whoever eats of this bread will live for ever. (Yoh 6:51-52)
Qui manducat carnem meam, et bibit sanguinem meum, in me manet, et ego in eo, dicit Dominus. (Yoh 6:57)
HARAPAN IMAN KASIH
Minggu, 19 Agustus 2018
Amsal (9:1-6)
(Mzm 34:2-3.10-11.12-13.14-15)
Efesus (5:15-20)
Yohanes (6:51-58)
"Panis caelicus - Roti dari surga".
Inilah salah satu identitas ilahi yang diwartakan hari ini: "TubuhKu benar-benar makanan, DarahKu benar-benar minuman."
Yesus hadir sebagai "roti hidup" yang benar-benar makanan dan minuman, yang benar-benar dipilih - diberkati - dipecah serta dibagi bagi untuk kita.
Dengan kata lain:
Ia selalu menyediakan makanan dan minuman bagi kita (bdk. Kej 1:29-30). Inilah yang selalu kita kenangkan juga dalam setiap perayaan misa/ekaristi (“Elok KARena kRIStus ada di haTI”) bahwa kitapun juga dipanggil untuk menjadi "makanan" yang siap mengalami empat dimensi, "dipilih diberkati dipecah dan dibagi-bagi di tengah dunia yang penuh dengan aneka ria kelaparan.
Adapun pada hari ini, kita juga diajaj memaknai sebuh ssemangat "komuni", antara lain:
1."KObarkan iman":
Kita diajak semakin siap untuk mewartakan iman dengan bersemangat sebagai buah dari penerimaan sakramen ekaristi, dimana Tuhan sungguh-sungguh hadir untuk kita.
2."MUliakan Tuhan":
Sadar akan berlimpahnya kasih Tuhan untuk kita, kitapun juga diajak untuk selalu memuliakan Tuhan dengan sikap hati dan hidup yang pantas, karena bukankah apa yang kita persembahkan di altar juga harus kita bawa dalam pergulatan pasar kehidupan kita setiap harinya?
3."Mari kita mengimaNI":
Inilah pemaknaan yang terus menerus bahwa kita diajak melihat dengan mata iman bahwa Tuhan bena-benar hadir dan menjadi makanan buat kita. Dengan iman, kita diyakinkan bhw Tuhan rela menjadi "hosti" (korban) untuk kita. Bagaimana dengan kita sendiri?
"Dari Pati sampai Kramat Jati - Hayatilah ekaristi sepenuh hati."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
MADAH PAGI.
Ketika segala sesuatu dalam hidup berjalan salah,
ketika tidak sesuai dengan rencana kita,
ketika hubungan dalam keluarga kita tampak sulit,
ketika anak-anak kita tidak melakukan dengan baik,
ketika penyakit fatal menyerang,
ketika kita tidak tahu harus berbuat apa,
ketika kita tidak dapat menemukan kedamaian,
ketika kita tidak bisa belajar,
ketika kita bahkan tidak bisa berdoa
dan merasa benar-benar bagaikan hilang;
- jangan sampai kita kehilangan harapan.
Mari kita hanya mengatakan:
'Ya Tuhanku, terjadilah apapun yang menjadi kehendakMu.
Aku tidak tahu, tapi Engkau tahu dan Engkau mencintaiku. Jika Kau yang menginginkan aku mengalami ini, biarkan hal itu terjadi, jika itu adalah kehendakmu.'
Ketika kita sanggup mengatakan ini, maka Tuhan, yang mencintai ciptaan-Nya, akan datang dan memberi kita kekuatan, anugerah, dan penghiburanNya yang di luar pemahaman siapa pun.
Kemudian kita akan benar-benar mengerti apa artinya bahwa 'Yunus berseru kepada Tuhan dari perut ikan paus, dan ia diselamatkan'.
MADAH HARIAN PAGI
(Minggu, 19 Agustus 2018 - Hari Minggu Biasa XX)
Ya Allah, bersegeralah menolong aku
Ya Tuhan, perhatikanlah hambaMu
Kemuliaan...
Alleluya
Allah hidup dan meraja
Alleluya, alleluya
Maut sudah dikalahkan
Hidup sudah dilimpahkan.
Alleluya, alleluya
Terpujilah Kristus Tuhan.
Hari ini hari Tuhan
Alleluya, alleluya
Hari penuh kesukaan
Hari raya kebangkitan
Alleluya, alleluya
Terpujilah Kristus Tuhan.
Mari kita bergembira
Alleluya, alleluya
Bersyukur sambil memuji,
Bermadah sambil bernyanyi
Alleluya, alleluya
Terpujilah Kristus Tuhan. Amin.
DOA
Allah yang mahabaik, Engkau telah menyediakan anugerah ilahi yang tak kelihatan bagi orang yang mencintai Engkau. Curahkanlah api cinta-Mu ke dalam hati kami. Semoga kami mencintai Engkau dalam segala hal melebihi segala-galanya dan menikmati janji-Mu, yang melampaui segala keinginan. Demi Yesus Kristus, pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin.
B.
"WWF - WALK WITH FRANCIS".
Amor difficultates superat; amor nos provehit.
Love overcomes all difficulties. Love gives us the strength to carry on.
Kasih mengatasi semua kesulitan. Kasih memberi kita kekuatan untuk melanjutkan.
=====
ULASAN EKSEGETIS
BACAAN INJIL HARI MINGGU BIASA XX TAHUN B - 19 Agustus 2018
(Yoh 6:51-58) :
"HARAPKAN BURUNG TERBANG TINGGI..."
Rekan-rekan yang budiman!
Umat Perjanjian Lama meninggalkan tanah Mesir untuk memperoleh kemerdekaan di negeri yang dijanjikan kepada mereka (Kel 3:7-10; 6:5-7; Ul 26:5-9). Ada kalanya di tengah perjalanan mereka menyesali telah melepaskan tempat mereka biasa hidup sehari-hari demi sebuah negeri yang baru berujud janji itu (Kel 16:3). Dapatkah mereka sampai ke sana dengan selamat? Bagaimana melewati gurun gersang yang mengerikan ini? Syukur semuanya telah terjadi. Dan pokok-pokok terpenting pengalaman di gurun tadi dikenang turun temurun dalam ibadat. Dipercaya pula bagaimana hari demi hari umat mendapat makanan langsung dari langit (Kel 16:12-35; bdk. Bil 11:7-8) sehingga mereka dapat berjalan terus.
Perjalanan di gurun tadi kemudian dipakai untuk membaca kembali pengalaman mengarungi kehidupan ini. Manakah tujuan hidup yang sesungguhnya? Bagaimana mencapainya? Masihkah Yang Maha Kuasa memberi makanan seperti dulu? Dalam cara apa? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini bisa dianggap sepi, bisa dibesar-besarkan, tetapi dapat pula ditekuni dalam dialog batin. Bagaimana mengarungi gurun kehidupan ini dengan selamat sampai ke tujuan? Dalam hubungan inilah Yesus menampilkan diri kepada orang-orang sezamannya sebagai makanan bagi kehidupan yang turun dari surga. Begitulah, bila orang mau menerimanya dan menyatu dengannya, kehidupannya akan dirasuki surga. Inilah yang ditampilkan dalam Yoh 6:51-58 yang dibacakan pada hari Minggu Biasa XX tahun B.
1.
"DAGING DAN DARAH"
Yesus memakai cara bicara yang agak khusus, yaitu menyebut diri sebagai “anak manusia”. Ia juga merujuk pada semua tindakan, amal, kata-kata dan pelayanannya dalam hidupnya sebagai “daging” dan “darah”-nya. Ungkapan ini menunjukkan betapa semuanya itu terpadu dalam kehidupannya. Jadi “daging anak manusia” sama dengan semua yang dijalankan Yesus dan diajarkannya.
Dalam hubungan ini “makan” dan “minum” mengungkapkan kesatuan baik dengan yang disantap maupun dengan sesama penyantap. Gagasan-gagasan ini diungkapkan dengan “makan dagingku” dan “minum darahku”.
Orang-orang Yahudi yang memperbincangkan pernyataan Yesus menyangkut “makan dagingnya” (Yoh 6:52) bukannya tidak menangkap maksudnya. Mereka tahu betul yang dimaksud ialah diri Yesus, hidupnya, pengabdiannya, ajarannya, apa saja yang dilakukan. Yesus mengajak mereka menerima semua itu sebagai bekal perjalanan manusia menuju hidup abadi. Tetapi sulit bagi mereka untuk mengiakannya. Mereka juga memiliki tradisi panjang dalam agama mereka.
Dan ia sekarang mau memancang kebijaksanaan turun-temurun tadi pada hal-hal yang diajarkannya sendiri? Memang ia pintar, ia mempesona, ia banyak pengikutnya, tetapi apakah semua yang dilakukannya dan diajarkannya itu sungguh dapat menjadi penopang perjalanan hidup ini? Klaim segede itu apa tidak keterlaluan?
Jangan-jangan spiritualitas baru ini cuma mau memonopoli Yang Keramat! Itulah kesangsian mereka. Itulah yang mereka perdebatkan. Bukan hanya perkara di dalam kepala saja. Jika kita ikut ajaran Yesus ini, risikonya besar. Kalau ternyata keliru, maka kita akan kehilangan yang telah kita punyai dari dulu. Mereka seperti leluhur mereka yang gundah ketika mulai menempuh perjalanan meninggalkan Mesir ke sebuah negeri yang baru berupa janji.
Dalam membaca petikan ini tak perlu kita bertolak pada anggapan bahwa orang-orang Yahudi dari awal bersikap memusuhi. Mereka sebetulnya ingin tahu apa dasar klaim sebesar itu. Yesus pun menegaskan, “Sesungguhnya aku berkata kepadamu, jikalau kamu tidak makan daging anak manusia (dagingku dalam arti seperti dijelaskan di atas) dan minum darahnya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu...”
Meskipun nada ay. 54 itu seperti mengulang-ulang yang pernah dikatakannya sendiri, di sini ditegaskan bahwa “daging dan darah anak manusia” dapat ikut dihidupkan dan dihidupi tiap orang yang bersedia menerimanya.
Yang dimaksud tentunya semua yang dilakukan dan diajarkan Yesus, pengusiran roh jahat, penyembuhan, ungkapan belas kasihnya kepada orang banyak. Inilah yang menjadi awal dari “hidup kekal” yang nanti bakal diperoleh dengan utuh pada akhir zaman, seperti ditandaskan dalam ay. 54.
2.
DI RUMAH IBADAT
Disebutkan dalam ay. 59, yang tidak ikut dibacakan hari ini, bahwa perkataan Yesus tadi diucapkannya sewaktu mengajar di sinagoga, yakni rumah ibadat orang Yahudi di Kapernaum. Jadi ia menyampaikan pengajaran kepada orang-orang yang datang beribadat dan mendengarkan sabda Allah menurut kepercayaan Yahudi dan kebiasaan turun temurun mereka.
Salah satu tema yang selalu muncul dalam doa dan penjelasan sabda di rumah ibadat ialah kehidupan umat dalam perjalanan ke Tanah Terjanji dan pemberian hukum Taurat di Sinai. Diingat kembali kisah pemberian makanan dari surga tiap hari, yakni manna (Kel 16:12-35), yang membuat umat dapat bertahan dalam perjalanan mencapai tujuannya.
Selain itu juga ada kurban sembelihan di Sinai dengan recikan darah untuk meresmikan janji setia umat (Kel 24:5-8). Dalam ibadat seperti itu seorang pembicara dapat mengolah pokok-pokok ini dengan menghubungkan dengan keadaan nyata. Semacam homili dengan aktualisasi. Itulah yang dilakukan Yesus pada waktu itu. Bisa ditengok pengajarannya di rumah ibadat di Nazaret yang menerapkan nubuat Yes 61:1-2 pada warta yang dibawakannya hari itu (Luk 4:21). Juga di lain kesempatan di rumah ibadat ia mengajar mengenai Kerajaan Allah (Mat 4:23 9:35).
Sebelum petikan bagi hari ini, dikisahkan bagaimana reaksi orang-orang Yahudi mendengar perkataan Yesus mengenai “roti kehidupan” (Yoh 6:25-50). Pada kesempatan itu ia menegaskan bahwa dirinya ialah makanan yang diberikan dari surga untuk menyambung hidup umat agar mencapai tujuan perjalanannya (ay. 51 yang dibacakan pada awal petikan).
Karena itulah orang-orang Yahudi memperdebatkan, apa maksud Yesus sebenarnya dengan pernyataan itu. (ay. 52). Dari konteks ini jelas perbincangan tadi sudah jadi bahan pembicaraan umum.
Dalam hubungan inilah patut dipahami uraian Yesus di sinagoga di Kapernaum ini. Di situ ia menerapkan pada dirinya gagasan bahwa Allah memperhatikan dan memelihara umatNya yang ada dalam perjalanan menuju ke Tanah Terjanji. Tidak semua pendengarnya setuju, tetapi mereka tertarik membicarakannya karena bahannya menyangkut masalah yang mereka kenal.
3.
KOMUNITAS AWAL
Keadaan para pendengar di sinagoga waktu itu tidak sama dengan umat yang datang ke gereja kini. Bagi mereka dulu, “makan daging dan darahnya”, yakni bersatu dengan kehidupan Yesus demi keselamatan, menimbulkan persoalan besar.
Bagi pendengar di gereja, kehidupan Yesus yang dikurbankan bagi penebusan dan keselamatan orang banyak sudah menjadi pokok kepercayaan. Bagi orang dulu perspektifnya ialah berusaha mengerti dan percaya Bagi kita, masalahnya bukan lagi agar kita mau menerima iman itu, melainkan bagaimana kita dapat memahami hal-hal dalam terang iman.
Injil yang diperdengarkan hari ini sebenarnya tumbuh dari upaya komunitas awal, komunitas Yohanes, untuk menjelaskan makna perjamuan ekaristi yang sudah biasa mereka rayakan. Pengajaran Yesus mengenai dirinya sebagai makanan yang diberikan dari surga yang dapat membawa mereka sampai ke hidup abadi dalam Yoh 6:25-50 diterapkan pada perayaan ekaristi.
Pertanyaan dasar ialah apa arti ekaristi ini dan bagaimana “kita”, yakni orang-orang dalam komunitas Yohanes tadi boleh merasa lebih beruntung dari nenek moyang mereka. Maklum, komunitas ini berasal dari kalangan orang Yahudi yang saleh yang sadar akan nilai tradisi keagamaan leluhur mereka.
Tetapi kini mereka juga berusaha menghayati ajaran Yesus yang membuat mereka makin dekat dengan Yang Maha Kuasa yang tak terjangkau itu.
Ibadat ekaristi menjadi tindakan sakramental bersatu dengan Yesus. Tindakan ini mengungkapkan tekad mereka untuk saling menunjang. Mereka merasa berpikir sejalan, sepengharapan. Ada komunitas. Bagi mereka, kehidupan yang dipelihara dengan ingatan bersama akan Yesus tadi ialah kehidupan yang nanti akan berlanjut tanpa akhir. Mereka sudah mulai menemukan kehadiran ilahi yang tak hanya dibataskan pada perjalanan ke Tanah Terjanji seperti nenek moyang mereka dulu.
Juga bagi kita orang zaman ini, Yang Maha Kuasa masih memberi makanan dan minuman agar orang dapat menempuh perjalanan hidup. Perjalanan ini penuh unsur yang tak terduga-duga, perjalanan ini penuh harapan tapi yang juga yang sering harus dititi dengan rasa sakit. Di beberapa tempat di negeri kita sedang mengalami kesusahan akibat bencana alam dan malapetaka sosial. Kepercayaan akan kebesaran Yang Maha Kuasa akan membuat orang makin tabah.
Juga dalam keadaan sulit kita masih “diberi makan dan minum dari langit”. Akan diperoleh makanan yang sama, minuman yang sama, kehidupan yang sama yang telah diperoleh Yesus dari atas sana.
Bukan hanya bagi kepentingan perorangan saja, melainkan dalam ikhtiar bersama untuk memperbaiki keadaan, dalam mengatasi kesulitan, dalam saling menguatkan. Dan solidaritas sakramental ini dapat menjadi kekuatan untuk berjalan terus sampai ke sana, ke tempat yang telah dicapai Yesus sendiri! (AG)
C.
PAUS FRANSISKUS:
"Makanlah Tubuh yang menjadi ikatan Perjanjian, dan minumlah Darah yang telah menebus kita."
"Kristus yang hadir ditengah-tengah kita, di dalam tanda roti dan anggur, menginginkan agar kekuatan dari kasih mengatasi setiap keretakan dan di saat yang sama menjadi kesatuan dengan yang miskin, dukungan bagi yang lemah, perhatian persaudaraan kepada banyak orang yang letih dalam menanggung beban hidup sehari-hari. Dan mereka berada di dalam bahaya iman."
"Melalui roti dan anggur, Tubuh dan Darah Tuhan telah dikaruniakan kepada kita dan meninggalkan bagi kita 'peringatan akan pengorbananNya tentang kasih yang kekal'.
“Dengan roti dan anggur ini, para Rasul memiliki apa yang penting bagi langkah mereka sepanjang sejarah dan untuk menyebarkan kepada semua orang Kerajaan Allah. Saat ini, sang Roti kehidupan juga adalah milik kita, yang dihadapanNya ketakjuban Gereja tidak pernah padam, ketakjuban yang mengenyangkan perenungan, adorasi dan ingatan kita."
"Apakah arti dari terpecah dan merendahkan nilai? Kita terpecah ketika kita tidak taat kepada Firman Tuhan, ketika kita tidak hidup di dalam persaudaraan, ketika kita berlomba untuk menduduki tempat pertama, ketika kita tidak menemukan keberanian untuk bersaksi akan amal, ketika kita tidak mampu menawarkan pengharapan. Demikian kita terpecah."
"Jadi, yang membuat kita tidak terpecah adalah Ekaristi, karena menyatukan kita di dalam persatuan, Ekaristi sebagai pemenuhan dari Perjanjian, tanda yang hidup dari kasih Kristus yang telah merendahkan diriNya dan ditumpaskan supaya kita tetap bersatu."
"Apakah arti dari "merendahkan nilai" atau "menenggelamkan martabat Kristen kita?": "Berarti membiarkan diri terpengaruh dari penyembahan berhala pada jaman kita: penampilan, konsumer, "Aku" sebagai pusat dari segala sesuatu; tetapi juga menjadi kompetitif, kesombongan sebagai sikap pemenang, tidak pernah harus mengakui kesalahan atau membutuhkan bantuan. Semua ini merendahkan nilai kita, menjadikan kita orang Kristen yang biasa-biasa saja, yang suam-suam kuku, yang hambar, sebagai orang-orang kafir."
"Yesus telah mencurahkan darah-Nya bagi kita, untuk membersihkan kita dari dosa, oleh karena itu supaya kita tidak merendahkan nilai, marilah menatap kepadaNya, marilah minum dari sumbernya, supaya kita di hindarkan dari risiko korupsi."
"Darah Kristus akan membebaskan kita dari dosa-dosa kita dan mengembalikan martabat kita. Membebaskan kita dari korupsi"!
"Kita belajar bahwa Ekaristi bukanlah hadiah untuk orang-orang yang baik, tapi adalah kekuatan untuk yang lemah, untuk orang-orang berdosa. Ekaristi adalah pengampunan, adalah dorongan yang membantu kita untuk pergi, untuk berjalan."
“Hari Raya Corpus Domini merayakan misteri Ekaristi dan itu dilakukan dengan memadahkan pujian dan bernyanyi di jalan-jalan kota, dan prosesi adalah ungkapan rasa syukur kita atas semua langkah dari Allah yang kita tempuh melalui gurun dari kemiskinan kita, untuk membuat kita keluar dari perbudakan, mengenyangkan kita dengan Kasihnya melalui Sakramen dari Tubuh dan Darah-Nya."
“Bersama semua saudara-saudari yang dianiaya oleh karena iman mereka, marilah kita bernyanyi bersama mereka, memuji bersama mereka, menyembah bersama mereka. Dan kita menghormati di dalam hati kita saudara-saudari yang telah diminta untuk mengorbankan nyawa “mereka demi kesetiaan kepada Kristus: semoga darah mereka, yang disatukan dengan Darah Tuhan, menjadi jaminan perdamaian dan rekonsiliasi bagi seluruh dunia. Dan jangan lupa: supaya tidak terpecah, makanlah ikatan dari persatuan ini, supaya tidak merendahkan nilai kita, minumlah harga dari Penebusan kita".
D.
Sebagai Kenangan akan Daku....!
Panis Angelicus fit panis hominum,
Dat Panis caelicus figuris terminum,
O res mirabilis!
Manducat Dominum pauper servus et humilis!
Roti malaekat menjadi roti manusia,
Roti surgawi mendapat bentuk terbatas,
Oh begitu mengagumkan!
Hamba yang miskin dan hina makan Tuannya!
Alkisah, ada seorang profesor muda sengaja mendatangi seorang romo paroki dan bermaksud menertawakan imannya.
Dia mulai bertanya, “Mo, bagaimana mungkin roti dan anggur berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus ?” Romo itu menjawab, “Tentu saja bisa. Anda sendiri mengubah makanan menjadi tubuh dan darahmu, lalu kenapa tidak bisa melakukan hal yang sama ?”
Namun, profesor itu tidak menyerah. Dia bertanya lagi, “Tapi bagaimana seluruh tubuh Kristus bisa masuk ke dalam hosti kecil itu ?” “ Sama seperti pemandangan yang luas di hadapanmu bisa masuk ke dalam mata yang kecil itu.” Jawab sang pastor.
Tapi lagi-lagi profesor itu masih belum menyerah, “Bagaimana bisa bahwa Kristus yang satu dapat hadir di semua gereja pada saat yang bersamaan ?”
Romo itu lalu mengambil cermin dan memberikannya kepada profesor itu. Lalu memintanya menjatuhkan cermin itu sehingga pecah berkeping-keping. Romo itu berkata kepada sang profesor tersebut, “Anda hanya satu tapi sekarang anda bisa melihat wajahmu tercermin di dalam setiap keping cermin itu.” Cerita cukup sampai disini.
Dari penggalan cerita sederhana itu, kiranya ada beberapa hal yang dapat menjadi inspirasi kita untuk semakin tahu, paham dan akhirnya sungguh mencintai perayaan Ekaristi (eucharistein: mengucap syukur, eulogein: mengucap berkat), sebagai sumber dan puncak hidup orang beriman (Sacrosanctum Concilium 10).
Pertama, Kristus sendirilah yang hadir dalam Ekaristi. Bentuk kehadirannya secara real ada dalam wujud Hosti dan Anggur - Tubuh dan DarahNya (dikenal dengan istilah teologis, transubstantiatio).
Kedua, Praesentia Christus/kehadiran Kristus itu tidak hanya di satu tempat saja namun Dia juga hadir di lain tempat. Dengan demikian, kita ikut ambil bagian dalam perayaan iman bersama seluruh Gereja Universal. Ekaristi dengan sendirinya melambangkan dan membuahkan kesatuan (comunio) dalam Gereja.
Ketiga, Ekaristi adalah perayaan syukur mengenang kembali (anamnesis/zikkaron) misteri keselamatan Allah, yang dilakukan Kristus sekali untuk selamanya. Karya penyelamatanNya itu dirasakan pada semua orang, khususnya pada mereka yang lemah, miskin dan tersingkir. Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.”
Lewat tiga point pokok itulah, kita patut bersyukur karena lewat Ekaristi, kita semakin menyadari bahwa Allah yang kita imani adalah sungguh Allah orang hidup. Allah yang sudi datang ke dunia, dekat dan menjadi sama seperti kita, hidup dalam ruang dan waktu sejarah. Allah yang sungguh mengalami kemanusiaan dalam keilahiannya. Ia menjadi “daging”, yang pada awalnya berwujud janin yang dikandung seorang perempuan (Luk 1:31). Ia “lahir-hidup-mati” (tapi Ia yang dibunuh mati tetap hidup - baca: bangkit!).
Dalam Injil Yohanes 1:14 juga dikatakan bahwa, “Verbum caro factum est, et habitavit in nobis: Firman itu telah menjadi daging, dan diam di antara kita”. Gagasan pokoknya dipaparkan sebagai berikut: Yesus adalah firman Allah yang menjadi daging “in carne”.
Dengan istilah “in carne” dinyatakan bahwa Yesus adalah sungguh manusia dengan segala kelemahan-Nya. Dalam segalanya Ia serupa dengan manusia, kecuali dalam hal dosa, karena Ia adalah Yang Kudus dari Allah (Yoh 6: 59).
Dari penggalan Injil Yohanes itu, yang juga hendak dinyatakan ialah bahwa peristiwa Yesus merupakan peristiwa keselamatan bagi manusia dan seluruh dunia: dengan kedatangan dan kematian “di dalam daging”-lah Yesus menjadi jaminan keselamatan manusia. Ia konsisten memilih jalan hidup sebagai manusia yang rapuh. Ia konsisten ‘menjadi daging’ yang dapat dimakan oleh manusia lain agar manusia dan dunia diselamatkan (bdk. Yoh 6:25-59). Dan, itulah yang terus kita kenangkan dan syukuri dalam setiap perayaan Ekaristi.
Sebuah informasi tambahan, pada Konggres Ekaristi Internasional ke-46, di Wroclaw, Polandia, Gereja mengangkat tema “Ekaristi dan Pembebasan”. Dengan tema besar itu, ingin ditegaskan bahwa perayaan Ekaristi adalah perayaan iman yang menerangkan (informing), sekaligus mencerahkan (enlightening), dan dengan demikian perayaan iman itu juga memerdekakan (liberating).
Dengan kata lain, Gereja ingin menyatakan Ekaristi adalah sebuah gerakan sakramental pemberian diri-Nya sendiri sebagai makanan bagi orang banyak. Gerakan sakramental Ekaristi tersebut merupakan tanda dari hati yang solider, setia kawan satu sama lain. Solidaritas itulah yang menyadi dasar harapan bagi pembebasan semakin banyak orang.
Di sinilah persis, seperti anjuran Gereja dalam ensiklik “Ecclesiae de Eucharistia”, tak seorangpun dibolehkan meremehkan misteri agung yang dipercayakan kepada Gereja ini.
Kita diajak untuk semakin menghayati Ekaristi itu sebagai suatu momentum perjumpaan dengan Kristus sekaligus momentum memperbarui semangat iman guna menyebarkan pesan keselamatan yang hadir dalam perayaan Ekaristi. Apa yang kita gulat-geliati di pasar kehidupan kita, kita persembahkan dan sucikan di altar Ekaristi. Begitu juga sebaliknya, apa yang kita kenangkan dan rayakan di altar Ekaristi, kita bawa dan hayati dalam pergulatan di pasar kehidupan kita masing-masing.
Nah, kalau ini terjadi, tepatlah perkataan kedua murid Emaus kepada Yesus, ‘Mane Nobiscum Domine-Tuhan, tinggallah bersama kami”, karena jelaslah benar bahwa Ekaristi sungguh dekat di mata pun dekat di hati dengan keseharian hidup kita. ”Perbuatlah ini menjadi kenangan akan Daku” , 1 Korintus 11:24.
E.
Kutipan Teks Misa.
Umat yang menyambut, tidak boleh diberi izin untuk sendiri mencelupkan hosti ke dalam piala; tidak boleh juga ia menerima hosti yang sudah dicelupkan itu pada tangannya. Hosti yang dipergunakan untuk pencelupan itu harus dikerjakan dari bahan sah dan harus sudah dikonsekrir; untuk itu dilarang memakai roti yang belum dikonsekrir atau yang terbuat dari bahan lain. (Redemptionis Sacramentum, Instruksi VI tentang sejumlah hal yang perlu dilaksanakan atau dihindari berkaitan dengan Ekaristi Mahakudus, No. 104)
Antifon Pembuka (Bdk. Mzm 81:17)
Ia telah memberi mereka gandum yang terbaik. Ia telah mengenyangkan mereka dengan madu dari gunung batu.
He fed them with the finest wheat and satisfied them with honey from the rock.
atau
Antifon: Cibavit eos ex adipe frumenti, alleluia: et de petra, melle saturavit eos, alleluia, alleluia, alleluia.
Ayat Mazmur.
1. Exsultate Deo adiutori nostro: iubilate Deo Iacob. (Antifon)
2. Sumite psalmum, et date tympanum: psalterium iucundum cum cithara. (Antifon)
3. Ego enim sum Dominus Deus tuus, qui eduxi te de terra ægypti: dilata os tuum, et implebo illud. (Antifon)
Doa Pembuka
Ya Allah, Putra-Mu telah meninggalkan kenangan akan wafat dan kebangkitan-Nya dalam sakramen yang mengagumkan ini. Kami mohon semoga kami dapat menghormati misteri kudus Tubuh dan Darah Putra-Mu, sehingga kami senantiasa dapat menikmati buah penebusan-Nya. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dan Roh Kudus, Allah, kini dan sepanjang masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Ulangan (8:2-3.14b-16a)
"Tuhan memberi engkau makan manna yang tidak kaukenal dan juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu."
Di padang gurun seberang Sungai Yordan berkatalah Musa kepada umat Israel, “Ingatlah akan seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak Tuhan, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun itu. Maksud Tuhan ialah merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak. Jadi Tuhan merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari segala yang diucapkan Tuhan. Ingatlah selalu pada Tuhan, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan. Dialah yang memimpin engkau melalui padang gurun yang luas dan dahsyat itu, dengan ular-ularnya yang ganas serta kalajengkingnya, dengan tanahnya yang gersang, yang tidak ada airnya. Dialah yang membuat air keluar bagimu dari gunung batu yang keras. Dialah yang di padang gurun memberi engkau makan manna yang tidak dikenal oleh nenek moyangmu.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do=a, 2/2, PS 863
Ref. Pujilah Tuhan, hai umat Allah. Pujilah Tuhan, hai umat Allah.
Ayat. (Mzm 147:12-13.14-15.19-20; Ul:12a)
1. Megahkanlah Tuhan, hai Yerusalem, pujilah Allahmu, hai Sion. Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu, dan memberkati anak-anak yang ada padamu.
2. Ia memberikan kesejahteraan kepada daerahmu, dan mengenyangkan engkau dengan gandum yang terbaik. Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi, dengan segera firman-Nya berlari.
3. Ia memberitakan firman-Nya kepada Yakub, ketetapan dan hukum-hukum-Nya kepada Israel. Ia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa, dan hukum-hukum-Nya tidak mereka kenal.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus (10:16-17)
"Karena roti itu hanya satu, maka kita ini, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh."
Saudara-saudaraku terkasih, bukankah piala syukur yang kita syukuri merupakan persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita bagi-bagi merupakan persekutuan dengan tubuh Kristus? Karena roti itu hanya satu, maka kita ini, sekalipun banyak merupakan satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
SEKUENSIA: Madah Ekaristi, sol = es, m.7, PS 556
Syair: Lauda Sion, ayat 1-4.5-8 Thomas dari Aquino 1263/64, terj. Komlit KWI 1992
Lagu: Prancis abad ke-12, Graduale Romanum 1974
1. Sion, puji Penyelamat, Sang Pemimpin dan Gembala dalam kidung pujian.
2. Pujilah sekuat hati, kar'na Dia melampaui puji yang kaulambungkan.
3. Hari ini yang tersaji: Roti Hidup yang dipuji, sumber hidup yang kekal.
4. Itulah yang dihidangkan bagi para rasul Tuhan: Tak perlu diragukan.
5. Lihat Roti malaikat, jadi boga peziarah: sungguh itu roti putra, anjing jangan diberi.
6. Inilah yang dilambangkan waktu Ishak dikurbankan: Domba Paskah disajikan, dan manna dihujankan.
7. Yesus, Roti yang sejati, Kau Gembala murah hati, s'lalu lindungilah kami, dan tunjukkan pada kami bahagia yang kekal.
8. Dikau Allah mahakuasa, bimbing kami, insan fana, undang kami dalam pesta, dan jadikan kami warga umat kudus bahagia. Amin. Alleluya.
Bait Pengantar Injil, do=as, 2/2, PS 957
Ref. Alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 6:51, 2/4)
Akulah roti hidup yang telah turun dari surga, sabda Tuhan.
Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (6:51-58)
"Tubuh-Ku benar-benar makanan, Darah-Ku benar-benar minuman."
Di rumah ibadat di Kapernaum Yesus berkata kepada orang banyak, “Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya. Dan roti yang Kuberikan ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.” Orang-orang Yahudi bertengkar antar mereka sendiri dan berkata, “Bagaimana Yesus ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan!” Maka kata Yesus kepada mereka, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan Daging-Ku dan minum Darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal, dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan, dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan Daging-Ku dan minum Darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku, dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa memakan Aku, ia akan hidup oleh Aku. Akulah roti yang telah turun dari surga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Antifon Komuni (Yoh 6:56)
Siapa yang makan Daging-Ku dan minum Darah-Ku, tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, sabda Tuhan.
Whoever east my flesh and drinks my blood remains in me and I in him, says the Lord.
Qui manducat carnem meam, et bibit sanguinem meum, in me manet, et ego in eo, dicit Dominus.
“Ketika kita menghadiri Misa kita tidak datang untuk bertepuk tangan. Kita tidak datang untuk menonton orang-orang, ataupun menghormatinya. Kita ingin menyembah Allah, mengucap syukur kepada-Nya, meminta Ia mengampuni dosa kita, dan meminta kepada-Nya apa yang kita butuhkan” – Cardinal Arinze
NB:
KUTIPAN TEKS MISA:
Minggu, 19 Agustus 2018
Hari Minggu Biasa XX
“Ekaristi adalah sungguh perjamuan sejati, di mana Kristus mempersembahkan diri-Nya sebagai santapan yang menguatkan kita.” (Paus Yohanes Paulus II, Ecclesia de Eucharistia, 16)
Antifon Pembuka (Mzm 84:10-11)
Ya Allah, Pelindung kami, pandanglah dan perhatikanlah wajah yang Engkau urapi. Lebih baik satu hari di pelataran-Mu daripada seribu hari di tempat lain.
Turn your eyes, O God, our shield; and look on the face of your anointed one; one day within your courts is better than a thousand elsewhere.
Protector noster aspice, Deus, et respice in faciem Christi tui: quia melior est dies una in atriis tuis super millia.
Mzm. Quam dilecta tabernacula tua, Domine virtutum! concupiscit, et deficit anima mea in atria Domini.
Doa Pagi
Allah Bapa sumber kehidupan sejati, Engkau telah menyediakan makanan surgawi bagi kami, yaitu Tubuh dan Darah Putra-Mu. Ajarilah kami untuk sungguh-sungguh mengimani kehadiran Putra-Mu dalam Ekaristi ini, sehingga kami pun dapat menimba daya hidup dari-Nya. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Amsal (9:1-6)
"Makanlah rotiku, dan minumlah anggur yang telah kucampur."
Sang Hikmat telah mendirikan rumah, menegakkan ketujuh tiangnya, memotong ternak sembelihan dan mencampur anggurnya, serta menyediakan hidangan. Pelayan-pelayan perempuan telah disuruhnya berseru-seru di atas tempat-tempat yang tinggi di kota, "Siapa yang tak berpengalaman, singgahlah kemari!" Dan kepada yang tidak berakal budi mereka berkata, "Marilah, makanlah rotiku, dan minumlah anggur yang telah kucampur! Buanglah kebodohan, maka kamu akan hidup, dan ikutilah jalan pengertian."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = g, 3/4, PS 857
Ref. Kecaplah betapa sedapnya Tuhan. Kecaplah betapa sedapnya Tuhan.
Ayat. (Mzm 34:2-3.10-11.12-13.14-15)
1. Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu; puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku. Karena Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.
2. Takutlah akan Tuhan, hai orang-orang-Nya yang kudus, sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia! Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari Tuhan, tidak kekurangan sesuatupun yang baik.
3. Marilah anak-anak, dengarkanlah aku, takut akan Tuhan akan kuajarkan kepadamu! Siapakah orang yang menyukai hidup, yang mengingini umur panjang untuk menikmati yang baik?
4. Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu; jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya!
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus (5:15-20)
"Berusahalah mengerti kehendak Tuhan."
Saudara-saudara, perhatikanlah dengan saksama bagaimana kamu hidup: janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif. Pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Janganlah kamu bodoh, tetapi berusahalah mengerti kehendak Tuhan. Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu. Tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh, dan berkata-katalah seorang dengan yang lain dengan mazmur, kidung pujian, dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati! Kepada Allah dan Bapa kita ucapkanlah selalu syukur atas segala sesuatu dalam Tuhan kita Yesus Kristus.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = f, 4/4, Kanon, PS 960
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 6:51-52)
Barangsiapa makan Daging-Ku dan minum Darah-Ku ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (6:51-58)
"Tubuh-Ku benar-benar makanan, Darah-Ku benar-benar minuman."
Di rumah ibadat di Kapernaum Yesus berkata kepada orang banyak, “Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya. Dan roti yang Kuberikan ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.” Orang-orang Yahudi bertengkar antar mereka sendiri dan berkata, “Bagaimana Yesus ini dapat memberikan Daging-Nya kepada kita untuk dimakan!” Maka kata Yesus kepada mereka, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barang-siapa makan Daging-Ku dan minum Darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal, dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab Daging-Ku adalah benar-benar makanan, dan Darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan Daging-Ku dan minum Darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku, dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa memakan Aku, ia akan hidup oleh Aku. Akulah roti yang telah turun dari surga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
"Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia" (Yoh 6,51)
Liturgi Sabda pada hari ini mengajak kita merenungkan kembali misteri Ekaristi sebagai santapan jiwa yang menuntun pada keselamatan. Yesus menyatakan bahwa Diri-Nya adalah Roti Hidup yang telah turun dari surga. Ia juga mengundang agar Tubuh dan Darah-Nya disambut sebagai santapan jiwa dan menganugerahkan kesatuan hidup dengan-Nya, kebangkitan dan kehidupan kekal bagi mereka yang menyantap-Nya. Kesatuan hidup dengan-Nya, seharusnya semakin menumbuh-kembangkan dan memperkaya kehidupan rohani serta mencegah kita untuk melangkahkan diri menuju pada dosa-dosa berat (Dok. Eucharisticum Mysterium, No. 35). Maka, sangat perlu memperhatikan seruan Rasul Paulus untuk menghindarkan diri pada tindakan-tindakan bodoh dan mencari kehendak Allah. (Bacaan II).
Ekaristi, sebagai ungkapan tertinggi sakramen persekutuan dalam Gereja, menuntut dirayakan dalam konteks ikatan persekutuan lahir yang utuh. Secara khusus, justru karena Ekaristi "merupakan puncak hidup rohani dan tujuan semua sakramen." Maka dituntut juga agar perikatan persekutuan dalam sakramen, khususnya baptisan dan dalam hal tahbisan imam, haruslah nyata. Mustahillah memberikan komuni kepada seseorang yang tidak terbaptis atau yang menolak kepenuhan kebenaran iman mengenai misteri Ekaristi. Kristus adalah kebenaran dan saksi kebenaran (lih Yoh 14:6; 18:37); Sakramen tubuh dan Darah-Nya tak membenarkan kepalsuan. (Paus Yohanes Paulus II, Surat Ensiklik Ecclesia De Eucharistia No. 38b - Seri Dokumen Gerejawi No. 67)
Beberapa orang Katolik kurang memiliki rasa hormat kepada Ekaristi Suci karena iman Ekaristis mereka begitu miskin dan penuh kecacatan serta keraguan. Katekese tidak seharusnya mengasumsikan bahwa setiap orang memiliki seratus persen iman. Melainkan Iman Katolik tentang Ekaristi Suci harus secara sistematis diajarkan.
Homili-homili harus berlandaskan Kitab Suci dengan kokoh, teks liturgis, dan dokumen Gereja otoritatif lainnya. Homili perlu mendapat perhatian khusus karena bagi sebagian besar orang Katolik, ini adalah momen tunggal mingguan paling efektif tempat mereka diberi makan oleh ajaran iman guna membantu mereka mengetahuinya, mencintainya, dan menghidupinya dengan otentisitas yang lebih besar. Studi Katekismus Gereja Katolik secara saksama dan mambaca majalah Katolik terpercaya secara teratur juga akan membantu dalam pembangunan iman. (Kardinal Robert Sarah, Prefek Kongregasi Ibadat Ilahi dan Tata-tertib Sakramen, 18 Juli 2013)
Antifon Komuni (Mzm 130:7; PS 814)
Pada Tuhan ada kasih setia dan penebusan berlimpah
With the Lord there is mercy; in him is plentiful redemption.
Atau
Akulah roti kehidupan yang telah turun dari surga, Sabda Tuhan. Jika seseorang makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya. (Yoh 6:51-52)
I am the living bread that came down from heaven, says the Lord.
Whoever eats of this bread will live for ever. (Yoh 6:51-52)
Qui manducat carnem meam, et bibit sanguinem meum, in me manet, et ego in eo, dicit Dominus. (Yoh 6:57)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar