Ads 468x60px

Jumat, 21 September 2018

HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Jumat, 21 September 2018
Pesta Santo Matius, Rasul, Penginjil
Efesus (4:1-7.11-13)
(Mzm 19:2-3.4-5; R:5a)
Matius (9:9-13)
“Libertas, Egalitas, Fraternitas - Kebebasan, Kesetaraan, Persaudaraan”.
Inilah trilogi semboyan yang marak pada waktu Revolusi Perancis (1789–1799). Tiga semangat dasar inilah yang juga tampak pada bacaan hari ini ketika Yesus memanggil Matius: “Ikutlah Aku!”
Secara historis, latar belakang Matius mirip dengan Zakheus yang adalah seorang pemungut cukai. Pada masa itu pemungut cukai adalah profesi yang sangat dibenci dan dianggap sebagai pengkhianat bangsa Yahudi. Mereka dicap sebagai pengkhianat dan antek-antek penjajah karena menyetorkan pajak kepada bangsa Romawi.
Nama asli Matius sendiri sebelum panggilan Yesus datang kepadanya adalah Lewi. Bisa dipastikan, Lewi ini adalah seorang yang kaya dalam hal harta, selain karena profesinya sebagai pemungut cukai, juga disiratkan oleh Alkitab bahwa dia juga mengadakan jamuan makan bersama untuk Yesus dan rekan-rekan seprofesinya.
Ketika kemudian menjadi salah satu di antara 12 rasul, Lewi lebih dikenal dengan nama Matius, yang dalam bahasa Yunani berarti “anugerah/hadiah dari Allah”.
Adapun tiga sikap dasar supaya kita juga bisa belajar menjadi “anugerah/hadiah dari Allah”, al:
1. Libertas:
Yesus bebas menyapa setiap orang. Ia bergaul dan bersahabat bukan hanya dengan orang-orang yang sudah dikenal baik, tapi dengan para pendosa dan pemungut cukai.
Hatinya bebas dan merdeka karena penuh dengan cinta kasih dan keterbukaan. Ia tidak suka memberikan cap atau stigma negatif alias ”meng-eks-komunikasikan”: mengasingkan orang lain”. Padahal kalau mau jujur, pendirian/sikap yang suka meng-ekskomunikasikan yang lain (biasanya karena merasa iri atau sakit hati), malahan membuat kita "ter-ekskomunikasi" dari yang lain, terasing dari dunia dimana kita nyata nyata berada secara lebih luas.
Di lain segi, hati Matius juga merdeka sehingga ia peka mendengarkan sapaan Tuhan. Baginya: “Barangsiapa mencari kebenaran, entah sadar atau tidak, ia mencari Tuhan.” Bukankah mendengarkan adalah cara kita untuk mencintai dan mencari kebenaranNya? Sederhana tapi tidak sesederhana itu karena kita lebih mudah besar mulut dibanding lebar telinga bukan?
Disinilah menjadi jelas bahwa iman dan akal, hati dan budi, roh jahat dan roh baik selalu bertanding dan bersanding, sehingga mutlak diperlukan sikap kemerdekaan sebagai anak-anak Allah yang sejati: “live without pretending, love without depending”
2. Egalitas:
Yesus menyapa dan memanggil semua orang. Ia tidak hanya menyapa Nikodemus yang pintar atau Zakheus yang kaya atau Magdalena yang menarik. Ia juga menyapa Matius yang berdosa karena bekerja sebagai pemungut cukai, bahkan Ia berkenan untuk diundang makan bersama Matius dan para pendosa yang lainnya.
Karena itulah juga, Matius juga mengajak semua temannya yang kebanyakan para pemungut cuka dan pendosa untuk makan bersama di meja perjamuan yang sama. Tidak ada yang lebih tinggi atau rendah, semua diajak makan dalam suasana kebersamaan yang setara.
Bukankah kita tidak akan pernah menang jika kita tidak pernah memulai bukan? Dan Yesus bersama Matius telah menunjukkan jalan sederhananya kepada kita.
3. Fraternitas:
Idealnya:
Hidup diperkuat oleh banyak persahabatan – Life is to be fortified by many friendships!
Realnya:
Kita hidup di bawah langit yang sama tapi kita tidak selalu memiliki horizon yang sama. Kita menghirup udara yang sama tapi kita kadang sulit untuk bersa"udara".
Lihatlah figur orang Farisi yang ahli agama dan kitab suci! Mereka malahan penuh pikiran negatif dan cenderung “semper accusat – selalu menuduh”: asyik bicara tentang DIA, tapi tak pernah bicara dengan DIA!
Inilah yang juga yang kadang kita perbuat bukan, bahkan kepada saudara seiman sendiri ketika hati penuh dengki dan keiri hatian, gosipan dan pergunjingan, ketika diri menjadi “enak - egois, narsis, autis dan kritik sinis”.
Disinilah kita perlu persaudaraan yang penuh kasih dan ketulusan karena kasih dan ketulusan mempunyai persamaan, keduanya sama sama bisa memperkaya jiwa dan mencerahkan hati. Bukankah juga menjadi jelas bahwa ukuran integritas persaudaraan sejati adalah ketika ia bersemi dalam hati, terkembang dalam kata dan pastinya terurai berai dalam perbuatan kasih yang nyata?
Sst, dalam Injil sering dinyatakan bahwa Yesus mengetahui pikiran dan hati orang (Mat 9:4; 12:25; Luk 5:22; 11:17 dsb). Bagaimana dengan hatimu? Adakah libertas, egalitas dan fraternitas?
Jangan lupa, kita adalah "tanda yang kelihatan dari rahmat yang tak kelihatan" (the visible sign of an invisible grace)
“Cari galah cari paku - Mari ikutilah Aku”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
"Vaya con Dios - Pergilah bersama Tuhan!"
Bersamaan dengan kisah panggilan Matius yang diwartakan hari ini, kitapun diajak untuk selalu "pergi" bersama Tuhan.
Mengacu pada bingkai biblis, orang-orang yang "pergi" bersamaNya, yang dipanggil dan dipilihNya bukanlah selalu orang sempurna tapi malahan orang yang lemah-rapuh dan berdosa: Yunus yang pengecut (Yun 1:1-17); Daud yang menghamili Batsyeba (2 Sam 2-27); Petrus yang menyangkal (Mat 26:31-35.65-75) dll.
Matius alias Lewi yang dikisahkan dalam Injil hari ini, profesinya adalah pemungut cukai (pegawai pajak: "Perintah Allah Jangan Anda Kacaukan").
Bisa jadi, ia adalah anak buah Zakheus yang dianggap "kotor" oleh masyarakat Yahudi karena di-cap pengkhianat dan pemeras rakyat.
Satu yang pasti, Tuhan tidak memilih orang yang sempurna tapi orang yang sederhana karena jelaslah bahwa menjadi suci itu sebenarnya berarti menjadi lebih manusiawi, punya rasa perasaan insani yang disadaridan disyukuri, mengacu pada 3 kalimatNya yang bisa kita ingat hari ini, antara lain:
A."Ikutlah Aku":
Tuhan hadir sebagai pihak yang berinisiatif lebih dulu dalam menyapa hati kita di tengah segala kesibukan dan kerja harian dan pastinya Ia menanti tanggapan positif kita.
B."Bukan orang sehat yang memerlukan tabib tapi orang sakit":
Ia menerima orang yang "sakit"berdosa dan menolak orang yang "merasa sehat/suci", karena jelaslah Gereja sebenarnya bukan hanya museum para kudus tapi juga rumah sakit buat para pendosa. Ia ingin kita menjadi orang yang rendah hati mengakui diri sebagai "pendosa yang dicintai Tuhan".
C."Yang Kukehendaki bukan persembahan tapi belaskasihan":
Ia mengajak kita untuk tidak berhenti pada iman yang dirayakan/diungkapkan di atas "altar" saja (dengan pelbagai pesta liturgi) tapi yang sekaligus juga harus diwujudnyatakan lewat hidup harian di tengah "pasar" kehidupan kita lewat pelbagai karya nyata yang tulus dan penuh cinta, karena jelaslah iman kita tidak berjalan di atas awan, tapi iman yang membuat hidup kita bisa lebih pantas dan berkualitas.
"Ikan louhan ikan pari - Ikutilah Tuhan setiap hari."
B.
Kutipan Teks Misa:
“Matius, seorang pemungut cukai, menjadi contoh pertobatan dan pengampunan bagi banyak pemungut cukai dan pendosa” (St. Beda Venerabilis)
Antifon Pembuka (Bdk. Mat 28:19-20)
Tuhan bersabda, “Pergilah, jadikanlah segala bangsa murid-Ku dan baptislah mereka. Ajarilah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.”
Go and make disciples of all nations, baptizing them and teaching them to observe all that I have commanded you, says the Lord.
Pada Misa ini ada Madah Kemuliaan
Doa Pembuka
Allah Bapa Mahamurah, kerahiman-Mu tiada taranya. Santo Matius, pegawai pajak, telah Kaupilih menjadi rasul dan kelak juga pengarang Injil-Mu. Semoga kami dikuatkan oleh teladan hidupnya dan dibantu oleh doa permohonannya serta mengikat diri pada-Mu dengan hati teguh. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Efesus (4:1-7.11-13)
"Ada macam-macam tugas pelayanan demi pembangunan umat."
Saudara-saudara, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, menasihati kamu, supaya sebagai orang-orang yang terpanggil, kamu hidup sepadan dengan panggilan itu. Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh dalam ikatan damai sejahtera: Satu tubuh dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu; satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, yang di atas semua, menyertai semua dan menjiwai semua. Akan tetapi, kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus. Dialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita Injil, gembala umat, maupun pengajar; semuanya itu untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi tugas pelayanan demi pembangunan tubuh Kristus. Dengan demikian, akhirnya kita semua mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = g, 4/4, PS 834
Ref. Nama Tuhan hendak kuwartakan di tengah umat kumuliakan.
atau Di seluruh bumi bergemalah suara mereka.
Ayat. (Mzm 19:2-3.4-5; R:5a)
1. Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan karya tangan-Nya; hari yang satu mengisahkannya kepada hari yang lain dan malam yang satu menyampaikan pengetahuannya kepada malam berikut.
2. Meskipun tidak berbicara, dan tidak memperdengarkan suara, namun di seluruh bumi bergaunglah gemanya, dan amanat mereka sampai ke ujung bumi.
Bait Pengantar Injil, do = bes, PS 954
Ref. Alleluya
Ayat. (Mat 5:16)
Allah, Tuhan kami, Engkau kami puji dan kami muliakan. Kepada-Mu paduan para rasul bersyukur.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (9:9-13)
"Berdirilah Matius, lalu mengikuti Yesus."
Pada suatu hari, Yesus melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya, “Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Matius, lalu mengikuti Dia. Kemudian, ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa, makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada murid-murid Yesus, “Mengapa gurumu makan bersama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Yesus mendengarnya dan berkata, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, melainkan orang sakit. Maka pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.
Antifon Komuni (Mat 9:13)
Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa, demikianlah firman Tuhan.
I did not come to call the just, but sinners, says the Lord.
C.
Santo Matius Rasul
Matius Pemungut Cukai, Lewi, Levi, Apostle of Ethiopia
Matius, anak Alfeus (Markus 2:14) adalah seorang Yahudi dari Galilea. Dia adalah seorang pemungut cukai di kota Kapernaum. Matius, pengarang Injil ini disebut juga Levi, si pemungut cukai (Mrk 2:14). Namun, dalam empat daftar rasul-rasul yang merupakan murid terdekat Yesus (Mat 10: 2-4; Mrk 3: 16-19; Lukas 6: 14-16; Kis 1:13), ia disebut Matius. Identitasnya sebagai pemungut cukai disebutkan dalam Mat 10: 3.
Pada jaman itu para penarik pajak (pemungut cukai) Kerajaan Romawi dipilih oleh para pejabat lokal Romawi dari penduduk setempat yang dianggap dapat diajak bekerja sama.
Mereka diberikan kewenangan untuk menarik pajak namun sama sekali tidak diberi gaji atas pekerjaan mereka. Karena itu para pemungut cukai ini biasanya menarik pajak lebih tinggi dari jumlah yang seharusnya mereka tagih; dan kelebihan ini dianggap sebagai upah mereka.
Karena profesinya ini, Matius sangat dibenci oleh orang-orang sebangsanya. Mereka tidak mau berhubungan dengan “orang-orang berdosa” seperti dia. Namun, Yesus tidak berpikir demikian terhadap Matius.
Nama Matius (Hibrani: Mattityahu atau Mattay) berarti “pemberian YHWH”. Menurut Injil hari ini, ketika Yesus melintasi sebuah rumah cukai, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai itu, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." (Mat 9: 9). Reaksi Matius sangat cepat: “Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia.” Sebagai murid dan Rasul dia sejak saat itu mengikuti Kristus, menyertai-Nya sampai saat Sengsara dan wafat-NYA.
Matius adalah salah satu saksi dari Kebangkitan-Nya. Dia juga di antara para rasul yang hadir di Yesus naik kesurga. Di Yerusalem ia ikut berdoa dalam persatuan dengan Maria, Bunda Yesus, dan dengan para Rasul yang lain. Pada saat itu Roh Kudus pun turun diatas mereka.
Kisah hidup Santo Matius selanjutnya kurang jelas. Kita hanya memiliki data yang tidak akurat atau hanya berupa legenda. Santo Irenaeus mengatakan bahwa Matius memberitakan Injil di antara Orang-orang Yahudi.
Santo Klemens dari Alexandria menguatkan pernyataan ini dan mengatakan bahwa Matius merasul di kalangan orang Yahudi selama lima belas tahun, lalu Ia pergi mewartakan Injil ke negara-negara lain.
Hampir semua menyebutkan bahwa Matius pergi ke Ethiopia di selatan Laut Kaspia (bukan Ethiopia di Afrika), dan di beberapa wilayah Kerajaan Persia dan kerajaan Partia, Makedonia, dan Suriah.
Matius adalah penulis Injil Matius dan merupakan kitab pertama dalam Perjanjian Baru. Injil ini ditulis Matius untuk pembaca Yahudi demi meyakinkan mereka bahwa Mesias yang dinanti-nantikan telah datang dalam diri Yesus Kristus.
Ada ketidak-sepakatan mengenai tempat kemartiran Santo Matius dan penyiksaan yang menyebabkan kematiannya. Tidak diketahui dengan pasti apakah ia menjadi martir dengan cara dibakar, dirajam, atau dipenggal. Dalam buku The Martirologi Romawi hanya tertulis : "S.Matthaei, qui di Aethiopia prædicans martyrium passus est " (Santo Matius Rasul menderita kemartiran di Ethiopia).
Gereja Latin merayakan pesta Santo Matius pada tanggal 21 September, dan Gereja Yunani pada tanggal 16 November. Santo Matius digambarkan dengan simbol seorang pria bersayap, membawa tombak di tangannya sebagai lambang karakteristik.
Salah satu karya seni yang menggambarkan panggilan Matius adalah lukisan Michelangelo Merisi da Caravaggio, yang diselesaikan antara tahun 1599 - 1600, untuk kapel Contarelli yang berada dalam Gereja San Luigi dei Francesi di Roma, dan sampai sekarang masih tergantung di sana. Konon, pada saat mudanya, Paus Fransiskus sering mengunjungi kapel di mana lukisan ini berada, dan mengkontemplasikan panggilan Matius melalui lukisan ini.
D.
Buat yang merasa bahwa hidupnya selalu menderita, cobalah simak biografi keduabelas murid Yesus ini.
Ternyata penderitaan kita bukan apa-apa bila dibandingkan penderitaan mereka. Adapun satu penulis sejarah yang bisa dipertanggungjawabkan tulisannya berdasarkan bukti-bukti nyata ialah Eusebius.
Ia menulis buku mengenai cara meninggalnya para Rasul di tahun 325 yang berjudul: "Rasul dan murid dari Juruselamat telah menyebarkan dan mengkotbahkan Injil ke seluruh dunia".
Tulisan dari Eusebius telah ditelusuri dan diselidiki ulang oleh penulis sejarah gereja kondang Mr. Schumacher untuk membuktikan akan kebenaran dari tulisan tersebut.
Adapun beberapa sketsa kematian para rasul, al:
1. Matius meninggal dunia, karena disiksa dan dibunuh dengan pedang di Etiopia.
2. Markus meninggal dunia di Alexandria (Mesir), setelah badannya diseret hidup-hidup dengan kuda melalui jalan-jalan yang penuh batu sampai ia menemui ajalnya.
3. Lukas mati digantung di Yunani, setelah berkhotbah di sana kepada orang-orang yang belum mengenal Tuhan.
4. Yohanes direbus atau lebih tepatnya digoreng di dalam bak minyak mendidih di Roma, tetapi karena Tuhan masih ingin memakai Yohanes lebih jauh, maka keajaiban terjadi sehingga walaupun ia telah digoreng hidup-hidup ia bisa hidup terus. Ia adalah satu-satunya Rasul yang bisa mencapai usia lanjut dan bisa meninggal dunia dengan tenang.
5. Petrus telah disalib dengan kepala di bawah. Kayu salib untuk Petrus dipasangnya berbeda, ialah secara huruf X, karena itulah permohonan yang ia ajukan sebelum ia disalib, dimana ia memohon untuk disalib dengan cara demikian. Ia merasa tidak layak untuk mati dan disalib seperti Tuhan Yesus.
6. Yakobus saudara tiri dari Tuhan Yesus dan pemimpin gereja di Yerusalem,dilempar ke bawah dari puncak bubungan Bait Allah, di tempat yang sama dimana si setan dahulu membawa Tuhan Yesus untuk digoda. Ia meninggal dunia setelah dilempar dari tempat tinggi tersebut.
7. Yakobus anak Zebedeus adalah seorang nelayan dan ia adalah murid pertama yang dipanggil untuk ikut Tuhan Yesus, ia dipenggal kepalanya di Yerusalem.
Pada saat-saat disiksapun, ia tidak pernah menyangkal Tuhan Yesus, bahkan berusaha untuk berkhotbah terus, bukan hanya kepada para tawanan lainnya saja, bahkan kepada orang yang menghukum dan menyiksa dia dengan kejamnya. Sehingga akhirnya orang Romawi yang menjadi penjaga dan penyiksa dia, bisa turut bertobat. Penjaga Romawi itu mendampingi Yakobus pada saat ia dihukum penggal, bukannya sekedar hanya untuk turut menyaksikannya saja, melainkan juga untuk turut dihukum dan dipenggal bersama dengan Yakobus.
Pada saat ia mau menjalani hukuman mati, ia berlutut bersama di samping Yakobus, sambil berdoa, itu adalah doanya yang terakhir, sebelum mati dipenggal bersamaYakobus sebagai orang Kristen.
8. Bartolomeus yang lebih dikenal sebagai Natanael menjadi misionaris di Asia, antara lain memberikan kesaksian di Turki. Ia meninggal dunia di Armenia setelah mendapat hukuman cambuk yang sedemikian kejam sehingga semua kulitnya hancur.
9. Andreas juga disalib seperti Petrus dengan cara X di Yunani. Sebelum meninggal, ia disiksa dengan hukum cambuk oleh tujuh tentara dan diikat disalib. Dengan cara demikian mereka bisa memperpanjang masa sakit dan masa siksaannya. Bahkan pada saat ia disiksa pun tiada henti-hentinya ia berkhotbah terus, ia berkotbah terus dua hari sebelum ajalnya tiba. Berkotbah sambil dihukum cambuk."
10. Thomas mati ditusuk dengan tombak di India.
11. Yudas saudara Tuhan Yesus dihukum mati dengan panah, karena tidak bersedia mengingkari Tuhan Yesus.
12. Matias, rasul pengganti dari Yudas Iscariot mati dihukum rajam dan akhirnya dipenggal kepalanya.
13. Paulus disiksa dengan sangat kejam dan akhirnya dipenggal kepalanya olehKaisar Nero di Roma pada tahun 67. Rasul Paulus adalah rasul yang paling lama mengalami masa siksaan dipenjara. Kebanyakan surat-surat dari Rasul Paulus dibuat dan dikirim dari penjara.
Disamping kisah para rasul yang ditulis oleh ahli sejarah Eusebius, ia juga menceritakan tentang seorang penginjil yang matanya dibakar sampai buta dengan catatan bahwa kalau ia buta, maka ia tidak akan bisa membaca Alkitab lagi dengan mana ia tidak akan bisa mengabarkan Injil lagi. Tetapi kenyataannya ia tetap mengabarkan Injil berdasarkan ayat-ayat yang telah dipelajari dan diingat sebelumnya.
Satu harapan iman yang pasti: "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar