HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Rabu, 19 September 2018
Hari Biasa Pekan XXIV
1 Korintus (12:31-13:13)
(Mzm 33:2-3.4-5.12.22)
Lukas (7:31-35)
"VAMOS - AYO SEMANGAT!"
Inilah kata yang kerap diteriakkan Toni Nadal untuk menggenjot semangat keponakannya, salah satu petenis elit dunia, Rafa (Rafael Nadal). Inilah juga yang kerap dikatakan Jose Mourinho ketika dulu menggenjot semangat Ronaldo dkk di Real Madrid - Spanyol.
Adapun hari ini kita juga diminta menimba semangat "VAMOS". Di lain matra, mengacu pada bacaan hari ini, ada 3 karakter minus yang membuat kita tidak bersemangat "vamos", al:
1. Malas.
Yohanes Pembaptis menyanyikan kidung duka, mengundang matiraga dan menyerukan pertobatan, namun tidak digubris. Yesus meniup seruling bahagia atas Sabda Kehidupan, tapi mereka juga tidak tertarik untuk menari. Sikap cuek, EGP/HIV - "Hemang Ike Vikirin", masa bodoh, lamban dalam menanggapi undangan dan tawaran rahmat Allah adalah tanda maraknya virus malas yang malahan bisa membawa kehancuran bagi kita sendiri.
2. Culas
Suka berpikir buruk adalah salah satu tanda orang culas. Ketika Yohanes Pembaptis datang, dan ia tidak makan roti & tidak minum anggur, dikatakan: ‘Ia kerasukan setan.’ Ketika Yesus datang & ikut makan minum, dikatakan: ‘Lihatlah, seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.’ Mulut mereka nyinyir karena hatinya culas, penuh dengan prasangka dan praduga buruk.
Mereka tidak mampu melihat kebaikan dalam diri sesamanya. Mereka mudah curiga dan "semper accusat - selalu menuduh", dengan memberi cap jelek kepada yang lain.
3. Tak berkelas.
Kekanak-kanakan! Itulah gambaran orang Yahudi yang dikeluhkan Yesus dalam Injil hari ini: "Mereka sama dengan anak-anak yang duduk di pasar dan berseru-seru." Ibarat orang yang berisik tapi tidak berisi, "tong kosong nyaring bunyinya", banyak menggerutu sehingga lupa untuk meningkatkan mutu.
Yang pasti, semangat "VAMOS" adalah kekayaan hidup yang akan menjadi lebih kaya apabila dibagi-bagikan kepada orang lain. Karena, kalau hidup kita dihabiskan untuk mengumpulkan saja, kapan kita mempergunakan dan membagikan apa yang kita kumpulkan?
Jadi:
Bekerjalah bagaikan tak butuh uang. Mencintailah bagaikan tak pernah disakiti. Menarilah bagaikan tak seorang pun menonton.
Bukankah umur itu setipis rambut?
Tebalkanlah dengan HARAPAN !
Bukankah hati itu serapuh kaca?
Kuatkanlah dengan IMAN !
Bukankah perasaan itu selembut sutera? Hiasilah dengan KASIH !
Mari mengayuh dan mari melaju bersama Tuhan! VAMOS !!!!
Hasta el final - Berjuanglah sampai akhir.
"Dari Bekasi ke Stasiun Kota - Mari bersaksi dengan penuh sukacita."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
WELCOME PADRE (PIO)
Beberapa Kisah Pertolongan Padre Pio.
1. "Sembuh dari Kanker"
Suatu waktu, kami diminta untuk berdoa Novena kepada Padre Pio untuk seorang anak berusia 13 tahun yang sedang sekarat karena menderita tumor di bagian bawah perutnya.
Anak yang sakit tersebut bernama Michael Andrews, tumornya sebesar bola baseball di bagian perut bawah dan dapat terlihat jelas seperti bengkak yang besar.
Pada suatu malam, ibunya mendengarnya menjerit dalam kesakitan. Segera ibunya berlari masuk ke kamarnya tapi menemukan anak itu sedang tertidur. Ibunya merasa heran. Sesuatu membuatnya menoleh dan memperhatikan gambar Padre Pio yang tergantung di dinding kamar, semua bagian putih dari foto itu seakan bersinar dalam kegelapan.
Mengira itu adalah pantulan sinar dari luar, sang ibu menutup rapat pintu sehingga tidak ada cahaya apapun yang masuk.
Namun demikian, gambar Padre Pio tetap bersinar. Sang ibu meraba gambar itu dengan jari-jarinya dan sinar itu memang ada di sana.
Setelah sesaat, perlahan menghilang dan kamar kembali dalam kegelapan.
Keesokan paginya, Michael merasakan bagian bawah perutnya rata, tumor besarnya tidak terasa dan tidak teraba, hilang.
Ketika diperiksakan ke rumah sakit, dokter juga tidak dapat menemukannya.
2. "Sarung tangan Padre Pio"
Elizabeth, putriku, berumur 8 tahun ketika ia didiagnosa menderita "hodgkin", sejenis kanker.
Ia dirawat di Rumah Sakit Our Lady's Children di Dublin berminggu- minggu.
Aku biasa mengunjunginya saat istirahat makan siangku setiap hari dan pada sore hari sebelum pulang ke rumah.
Lehernya telah terjangkiti penyakitnya dan membuatnya tak dapat berbicara.
Suatu hari, suster kepala perawat yang merawat putriku, mengajakku untuk berbicara privat, ia tidak mau istriku mengetahui karena istriku agak terguncang dan kurang stabil emosinya.
Suster mengatakan padaku bahwa Elizabeth nampaknya tidak akan mampu bertahan lagi dengan kankernya.
Setelah mendengarnya, aku ke biara Kapusin St. Maria of the Angels di Dublin.
Salah seorang imam di sana, Pastor John, memiliki sarung tangan Padre Pio.
Aku memintanya untuk mengunjungi Elizabeth dan memberi berkat kepadanya.
Aku sendiri, berdevosi kepada Padre Pio sudah beberapa tahun, dan menghadiri misa harian sudah lebih dari 50 tahun, sejak dari tahun 1960.
Pastor John datang ke rumah sakit dan memberkati Elizabeth dengan memakai sarung tangan Padre Pio dan juga memberkati anak-anak sakit lainnya.
Tak lama setelahnya, aku saat itu sedang makan siang di restoran Fish and Chip di jalan Kimmage, ketika tiba-tiba sekeliling menjadi wangi bunga mawar.
Aku sadar seketika bahwa itu adalah kehadiran Padre Pio dan merasa agak aneh bahwa Padre Pio hadir di tempat seperti ini.
Beberapa hari kemudian, suster kepala perawat memberi-tahu kan berita luar biasa, bahwa semua hasil tes Elizabeth menunjukkan normal.
Putriku berangsur sembuh dengan sempurna dan suaranya juga pulih kembali.
Ketika ia bertambah dewasa, ia menjadi penyanyi profesional berkeliling Eropa.
Aku sungguh percaya, adalah lewat perantaraan Padre Pio lah, putriku mendapat kesembuhan ajaibnya.
3. "Medali Padre Pio"
Kakak lelakiku; ayah dari sepasang putri kembar yang manis; punya masalah minum-minum, mabuk dan suka memukul selama bertahun-tahun.
Saking kecanduan minum, ia tidak bersama keluarganya lagi dan tidak memberi perhatian kepada putri-putrinya, malahan ia tinggal di tenda bersama para tuna wisma, tidak jauh dari rumah orang tua kami.
Aku berdoa dan berdoa untuknya, agar ia menemukan kembali jalan yang benar dan kembali kepada keluarganya dan hidup yang baik.
Aku berbicara kepadanya tentang Tuhan, tentang Bunda Maria, tanpa hasil.
Terakhir, aku memberinya kartu doa dan medali Padre Pio.
Lalu, nampaknya doa-doaku mendapat jawaban. Kakakku mau masuk ke rehabilitasi untuk pecandu obat dan alkohol, mengikuti grup pendukung untuk menghentikan kecanduannya.
Ia kini memiliki pekerjaan dan kembali tinggal di rumah orang tua kami.
Dia juga mulai bertemu rutin mingguan dengan putri-putri manisnya.
Beberapa hari lalu, aku kebetulan melihat, pada jaket yang ia pakai sehari-hari, tergantung pada resletingnya, medali Padre Pio.
Aku menyadari, adalah Padre Pio lah yang telah membantunya bangkit dan memberinya kekuatan yang ia butuhkan.
4. "Kembalinya 'si mantan'"
Suamiku seorang "mantan" Katolik.
Dia berhenti pergi ke Gereja.
Aku menaruh kartu doa yang ada relic Padre Pio di bawah bantalnya, ia tidak tahu hal itu, bahwa ia tiap hari tidur di atas kartu doa.
Pada ulang tahunnya di 23 September, pada kartu ucapan selamat ulang tahun untuknya, aku melampirkan kartu doa yang sama.
Aku berdoa kepada Padre Pio, memohon agar membawa suamiku kembali kepada iman dan bertobat.
3 hari kemudian, ketika aku sedang bersiap hendak tidur dan mengucapkan selamat malam, suamiku berkata padaku, "Lorna, tadi siang, aku pergi ke pengakuan dan bahkan naik bus untuk pergi ke Misa, dan menerima komuni."
Oh Puji Tuhan !!
Terima kasih Padre Pio !!
5. "Doakan jiwa-jiwa di Api penyucian"
Pada tahun 1964, aku bepergian dari Filipina ke San Giovanni Rotondo bersama orang tua dan adik-adikku untuk mengunjungi Padre Pio. Akan tetapi sesampainya di sana, kami tak berhasil menemuinya karena beliau sedang sakit saat itu, dan kami meninggalkan San Giovanni dengan kecewa dan berat hati.
Pada Juni 2006, aku berkesempatan pergi ke sana lagi dalam perjalanan ziarah.
Kami melihat relic nya, rumahnya, Gerejanya, Gereja yang baru dibangun untuk menghormatinya adalah sebuah Basilika yang besar.
Tapi aku lebih tertarik kepada Gereja yang lama", Gereja Our Lady of Grace.
Aku merasakan dengan kuat kehadiran Padre Pio di sana.
Di Gereja lama ini, aku berlutut di samping tempat pengakuan Padre Pio dan berdoa kepadanya dan mengakukan dosa.
Aku mencoba mengingat-ingat dosa-dosa dalam hidupku dan dengan rendah hati meminta pengantaraannya akan pengampunan Tuhan.
Lalu, dalam hatiku, aku merasa seolah Padre Pio berbicara kepadaku.
Aku merasa bahwa ia menginginkan aku untuk berdoa satu kali Bapa Kami, satu kali Salam Maria, dan satu kali Kemuliaan, "untuk jiwa-jiwa di api penyucian"; setiap hari seumur hidupku.
Setelahnya, aku mengunjungi toko buku di samping Gereja, dan di sana aku menemukan buku dengan gambar wajah Padre Pio pada covernya dengan judul "The Holy Souls - Jiwa-jiwa Suci".
Aku membelinya dan kemudian mempelajari bahwa Padre Pio mempersembahkan Misa-Misa, doa-doa, dan amal bakti untuk menolong jiwa-jiwa di Purgatorium.
Aku tidak mengetahui hal ini sebelum aku membaca buku ini.
Aku merasa sungguh doaku didengar Padre Pio dan ia sungguh telah berbicara kepada hatiku.
6. Pada Perang Dunia II, di Bari, Italia terdapat markas besar Angkatan Udara Amerika.
Banyak perwira yang mengaku "diselamatkan" Padre Pio selama perang.
Bahkan Komandan Jenderal pun mengalami dan menyaksikan hal yang menakjubkan.
Seorang Komandan Lapangan suatu waktu hendak memimpin sepasukan pengebom untuk menghancurkan tempat penyimpanan senjata Jerman yang terletak di San Giovanni Rotondo.
Sang komandan menceritakan, "ketika pesawat-pesawat mendekati sasaran, kami melihat, di angkasa, seorang pertapa dengan tangannya terangkat.
Bom bom yang kami bawa berjatuhan sendiri ke dalam hutan. Pesawat-pesawat kami berbalik sendiri tanpa digerakkan pilot.
Semua keheranan dan bingung bagaimana pesawat-pesawat kami seakan "patuh" pada pertapa tersebut. Salah seorang pilot berkata, "memang pernah mendengar ada pertapa di San Giovanni yang dapat membuat mukjizat."
Komandan bertekad, nanti setelah perang selesai dan aman, ia akan mengunjungi dan melihat apakah pertapa yang dimaksud, sama seperti yang mereka lihat di angkasa.
Setelah perang berlalu, ia pergi ke biara Kapusin bersama beberapa pilot.
Baru saja memasuki Sakristi, ia bertemu dengan banyak imam pertapa, yang salah satunya ia kenali sebagai yang ia lihat di angkasa yang menghentikan pesawatnya bertahun silam : Padre Pio.
Padre Pio, di saat yang sama, mendekatinya juga dan bertanya, "Apakah anda ini yang hendak membunuh kami semua ?"
Namun, dari bahasa tubuh, kata-kata, dan pandangan mata dari Padre Pio, komandan lega dan jatuh berlutut.
Padre Pio berbicara dengannya dengan bahasa aslinya, namun sang komandan yakin mendengar dan mengerti perkataannya dalam bahasa Inggris.
Ini rupanya salah satu "karunia" Padre Pio.
Keduanya menjadi sahabat, dan sang komandan, yang sebelumnya seorang Protestan, menjadi Katolik.
B.
DEVOSI PADRE PIO
1.
MISA KUDUS.
Dalam menilai kehidupan Padre Pio, orang harus ingat bahwa Misa Kudus adalah peristiwa paling penting dalam kehidupannya sehari-hari. Hal inilah yang kita harapkan dari setiap imam yang baik, namun sayangnya banyak umat Katolik kurang menghargai arti dari Misa Kudus ini.
Menurut Peter Dwan, malah ada sejumlah katekis yang telah berani – pada waktu dia menulis bukunya itu – mengatakan bahwa Misa Hari Minggu bukan lagi suatu kewajiban bagi umat untuk menghadirinya. Sementara itu ada sejumlah imam yang begitu sibuk dengan berbagai kegiatan sehingga mereka mengklaim bahwa mereka tidak mempunyai waktu untuk merayakan Misa Kudus pada hari Minggu. Devosi Padre Pio dalam hal Misa Kudus ini merupakan pelajaran yang amat dibutuhkan dewasa ini.
2.
PENGAKUAN DOSA.
Kehidupan Padre Pio menunjukkan pentingnya kerasulan pengakuan dosa. Paus Paulus VI menegur para imam yang mencoba untuk menghindar dari berdiam cukup lama di dalam kamar pengakuan. Sekali peristiwa Padre Pio mengalami bilokasi ke Basilika Santo Petrus, Roma agar dapat mendengarkan pengakuan dosa seorang perempuan yang membutuhkan bimbingannya.
3.
MARIA.
Devosi Padre Pio kepada Bunda Maria sangatlah besar. Beberapa kali Bunda Maria menampakkan diri kepadanya. Paling sedikit satu kali, Maria menampakkan diri kepada Padre Pio selagi dia merayakan Misa Kudus.
Mengenai penglihatan itu, Padre Pio mengatakan:
“Dengan penuh perhatian dia (Maria) menemaniku ke altar pada pagi hari ini. Seakan-akan dia tidak mempunyai apa-apa untuk dipikirkannya selain agar aku mengisi hatiku dengan afeksi-afeksi yang kudus. Aku merasakan api yang misterius dari hatiku yang aku tidak dapat mengerti. Aku merasakan perlu untuk menaruh es dalam hatiku agar dapat menghilangkan api yang sedang membakar aku! Aku ingin mempunyai suatu suara yang cukup keras untuk mengundang para pendosa dunia agar mengasihi Bunda Maria.”
Padre Pio menjalani devosi rosario dengan tidak tanggung-tanggung dan ia seringkali terlihat sedang memegang rosario dan berdoa. Pada saat imam suci ini meninggal dunia, dia sedang memegang rosario, dan kata-katanya yang terakhir adalah “Yesus, Maria.” Kepada orang-orang yang datang kepadanya untuk bimbingan spiritual, Padre Pio memberi nasihat agar mereka berdoa rosario setiap hari. Padre Pio menggunakan semua waktu luangnya dengan berdoa rosario.
Disamping devosinya kepada Bunda Maria lewat doa rosario, Padre Pio sadar akan kuasa dari doa “Salam Maria”.
Ketika seorang laki-laki dari Milano datang mengunjunginya, Padre Pio bertanya kepadanya mengapa dia sampai ‘begitu-begitunya’ melakukan perjalanan yang jauh dari Milano untuk menemuinya.
Lalu Padre Pio meyakinkan orang itu bahwa mendoakan “Salam Maria” lebih menguntungkan bagi jiwanya daripada melakukan perjalanan jauh itu. Penting untuk diingat bahwa Santo Louis de Montfort mengklaim bahwa dia dapat mengatakan sampai seberapa jauh hidup seseorang bagi Allah dari devosi orang itu berdoa “Salam Maria” dan rosario.
Devosi Padre Pio kepada Bunda Maria dipengaruhi oleh penampakan-penampakannya di Fatima. Tahu bahwa Maria di Fatima telah minta kepada umat untuk berdoa rosario menyebabkan Padre Pio lebih bersemangat untuk mempromosikan doa rosario. Bala Tentara Biru Santa Perawan dari Fatima mencari bantuan dan doa-doa dari Padre Pio untuk mempromosikan pesan Fatima. Padre Pio bernubuat bahwa komunisme akan dikalahkan apabila anggota Bala Tentara Biru itu berjumlah sama dengan orang-orang komunis.
Pada tahun 1959 ketika kelihatannya bahwa Saudari Maut sudah datang mendekat, Patung Santa Perawan dari Fatima untuk para peziarah datang ke San Giovanni Rotondo.
Melihat bahwa para atasannya tidak melarang, Padre Pio bersikukuh untuk meninggalkan tempat tidurnya agar dapat menghormati patung ajaib itu. Pater Pio disembuhkan dari sakitnya. Setelah peristiwa itu Padre Pio membuat sebuah deklarasi formal tentang kesembuhan instan yang dialaminya berkat pengantaraan Santa Perawan dari Fatima. Sebagai rasa syukurnya, Padre Pio mengirimkan sebuah salib ke Fatima.
Beberapa bulan kemudian delegasi Bala Tentara Biru datang untuk menghadiahkan kepada imam suci ini sebuah patung Santa Perawan dari Fatima berupa ukiran tangan. Padre Pio menaruh patung itu di atas meja di sakristi di mana dia menyiapkan Ekaristi. Kemudian Padre Pio menerima sebuah patung lagi yang ditaruhnya di lorong biara dekat sel-nya.
Sebagai seorang putera sejati dari Santo Fransiskus dalam tradisi Fransiskan, Padre Pio selalu sadar akan prerogatif besar dari Bunda Maria, terkandungnya Maria tanpa noda, dan pentingnya hal itu semua. Dalam tahun-tahun terakhir kehidupannya di dunia, Padre Pio hanya merayakan Misa Maria yang terkandung tanpa noda. Padre Pio juga tidak pernah ragu-ragu untuk meneguhkan mediasi universal dari Maria.
4.
SENGSARA YESUS.
Dengan menurunnya devosi kepada sengsara Yesus dan kenyataan bahwa devosi “Jalan Salib” sedikit terabaikan dewasa ini, baiklah kita melihat devosi imam suci ini kapada sengsara Yesus, dan teristimewa devosinya kepada “Jalan Salib”.
“Jalan Salib” adalah sebuah devosi Fransiskan yang tradisional. Dengan demikian tak mengherankanlah apabila Padre Pio secara teratur melakukannya. Namun yang penting kita tekankan di sini adalah manfaat-manfaat apa yang diperoleh Padre Pio dari devosi “Jalan Salib” itu.
Meditasinya atas perhentian-perhentian dalam “Jalan Salib” telah memimpin Padre Pio kepada kegiatan untuk mencoba menolong orang guna menyadari betapa buruknya dosa itu, apa yang diderita oleh Tuhan kita demi penebusan atas dosa-dosa kita dan juga memimpin dia untuk menyadari nilai penebusan dari penderitaan.
Pada waktu diusulkan agar perhentian-perhentian “Jalan Salib” baru didirikan di biara karena yang lama dirasakan sudah tidak cocok lagi (dekat jalan yang ribut, dst.), Padre Pio berkomentar: “Di antara banyak hal indah yang kami ingin lakukan, yang satu inilah yang paling indah.”
5.
PARA MALAIKAT.
Padre Pio menjalani devosi besar kepada para malaikat, teristimewa malaikat pelindungnya. Imam suci ini pun sangat intim dengan Santo Mikael dan para malaikat lainnya.
Menjelang akhir hidupnya di dunia, Padre Pio berbicara penuh afeksi tentang malaikat pelindungnya sebagai “teman sejak kecil”.
Pada masa kecilnya, malaikat pelindungnya menampakkan diri dalam rupa seorang anak kecil juga. Malaikat pelindungnya menolong dia dalam masa novisiatnya, juga selama dia studi guna mempersiapkan diri menjadi seorang imam.
Malaikat pelindungnya menolong Padre Pio untuk menjadi suci dan berada dekatnya pada saat-saat mengalami serangan-serangan Iblis dan seringkali menolongnya. Misalnya, dengan pertolongan malaikat pelindungnya, Padre Pio mampu untuk memahami isi surat-surat yang ditulis dalam bahasa Perancis dan Yunani, walaupun dia tidak mengerti kedua bahasa itu.
Baik di dalam kamar pengakuan maupun di luarnya, Padre Pio mendorong orang-orang untuk melakukan devosi kepada para malaikat.
Pada waktu melepas para peziarah yang hendak pulang, Padre Pio mengucapkan frase-frase seperti berikut ini:
“Semoga para malaikat Allah menemani anda.” Atau, “Semoga malaikat Allah menjadi terang, pertolongan, kekuatan, penghiburan dan bimbingan bagi anda.”
Kepada sejumlah pentobat yang memerlukan bantuan, Padre Pio mengatakan agar mereka mengirimkan malaikat-malaikat pelindung mereka kepadanya.
Dia mendorong para pentobat dan peziarah untuk mengunjungi tempat penghormatan kepada Santo Mikael Malaikat Agung di gunung Gargano sebelum kembali pulang ke rumah masing-masing.
Pada abad ke-5, Santo Mikael menampakkan diri secara kasat mata dalam sebuah gua di gunung Gargano dan mengungkapkan kepada Uskup lokal di sana bahwa gunung ini berada di bawah perlindungannya yang istimewa guna menghormati Allah dan para malaikatnya.
Pada suatu hari seorang ahli hukum tertidur selagi mengendara mobilnya dan mobilnya itu mampu berjalan sepanjang 43 kilometer tanpa mengalami kecelakaan.
Lalu ahli hukum itu mengunjungi Padre Pio dan bertanya kepada imam suci ini apa yang menyebabkan nasib baiknya itu. Padre Pio menjawab: “Anda tidur dan Malaikat Pelindungmu menggantikan anda menyetir mobilmu.”
PADRE PIO, DOAKANLAH KAMI !!!
C.
STIGMATA.
Selama berabad-abad, stigmata telah menjadi salah satu fenomena mistik yang juga kontroversial.
Stigmata adalah tanda seperti luka-luka Yesus pada saat penyaliban, yang muncul secara tiba-tiba pada tubuh seseorang, yang tidak dapat disembuhkan secara medis dan tidak dapat dijelaskan secara alamiah.
Kadang luka-luka ini menjadi sangat parah terutama pada hari Jumat atau hari Paskah dan menjadi sembuh pada hari lain, dan kemudian terjadi lagi berulang-ulang.
Termasuk dalam tanda sengsara ini adalah luka-luka bekas paku di kaki dan tangan, luka tombak di lambung, luka di kepala akibat mahkota duri, dan luka bilur-bilur penderaan di sekujur tubuh, teristimewa di punggung.
Seorang stigmatik, (orang yang menderita akibat stigmata) dapat memiliki satu, atau beberapa, atau bahkan semua tanda sengsara itu.
Stigmata bisa juga tidak terlihat/tidak menampakkan tanda-tanda pada fisik namun mengakibatkan penderitaan bagi penyandangnya.
Kasus stigmata yang pertama adalah yang dialami St. Fransiskus Asisi pada tahun 1224.
Pada suatu hari Sabtu, 14 September 1224, Fransiskus Assisi (kelak bergelar Santo) sedang bersiap untuk memasuki bulan kedua sebuah retret bersama dengan beberapa teman dekatnya di Monte La Verna, yang menghadap ke Sungai Arno di Tuscany.
Fransiskus telah menghabiskan beberapa minggu sebelumnya dalam perenungan yang panjang tentang Yesus Kristus yang menderita di kayu salib, dan mungkin ia saat itu sedang lemah akibat dari puasanya yang berkepanjangan.
Saat dia berlutut untuk berdoa fajar (seperti dicatat dalam buku Fioretti - 'Bunga Kecil Santo Fransiskus dari Assisi,' kumpulan legenda dan cerita tentang orang suci),
Fransiskus mulai merenungkan Jalan Salib dan perasaannya menjadi begitu kuat di dalam dirinya sehingga dia sepenuhnya seakan berubah menjadi Yesus dalam hal cinta dan kasih sayang.
Sementara dia dalam keadaan ekstasi, dia melihat serafim dengan enam sayap yang bersinar dan berapi-api turun dari surga. Serafim ini terbang cepat mendekati Fransiskus, dan ia bisa melihatnya dengan jelas dan menyadari bahwa Serafim itu memiliki bentuk seorang pria yang disalibkan.
Setelah beberapa saat, penglihatan misterius ini memudar, dan meninggalkan pada tubuhnya suatu gambaran yang indah gambar dan jejak salib Kristus.
Pada tangan dan kaki Fransiskus muncul luka bekas paku dengan cara yang sama seperti pada tubuh Yesus yang tersalib.
Secara keseluruhan, Fransiskus mendapat lima tanda: dua tanda paku di telapak tangannya dan dua tanda paku di kakinya, dan yang kelima di sisi tubuhnya, pada bagian di mana Yesus telah ditombak seorang perwira Romawi.
Stigmata yang dialami St. Fransiskus sering disebut sebagai yang pertama kali terjadi; (meskipun ada laporan kejadian serupa sebelumnya yang dialami orang lain), dikarenakan pada masa itulah, di abad ke-13 terutama di Italia, ada suatu tekanan/dorongan untuk menunjukkan sisi “kemanusiaan” Kristus.
Perenungan akan penderitaan fisik Yesus juga kemudian diwujudkan dalam ketetapan Hari Raya Tubuh dan Darah/ Corpus Christi.
Para seniman juga menanggapi perkembangan ini dengan mulai menampilkan karya yang menggambarkan penyaliban secara eksplisit untuk pertama kalinya, yaitu menggambarkan Yesus yang dengan jelas menderita karena luka yang meneteskan darah.
Tercatat ada sebuah kejadian yang terjadi di Oxford, Inggris, dua tahun sebelum peristiwa stigmata St. Fransiskus Asisi : seorang pemuda bernama Stephen Langton dibawa ke hadapan Uskup Agung Canterbury dengan tuduhan telah menyebarkan ajaran sesat karena telah menyatakan dirinya sebagai “Anak Allah”.
Di pengadilan, ditemukan bahwa pada tubuhnya terdapat lima luka penyaliban; namun tak dapat dibuktikan apakah luka-luka tersebut muncul secara alamiah ataukah ia telah menyiksa/menyalib dirinya sendiri, dengan motivasi ingin dipercayai bahwa ia adalah “Yesus Anak Allah”.
Pengalaman stigmata St. Fransiskus; dikarenakan ia adalah orang yang terkenal karena kesuciannya, dengan segera tersiar ke seluruh Eropa, dan tak lama sesudahnya, kasus stigmata lainnya mulai bermunculan.
Selama abad ke-13, setidaknya tercatat ada sepuluh kejadian yang terkenal, dan sebuah perkiraan baru-baru ini yang diteliti oleh mantan koresponden religius BBC Ted Harrison menetapkan jumlah total peristiwa stigmata yang dilaporkan sejak tahun 1224 ada lebih dari 400 orang, baik yang terjadi pada orang awam maupun orang kudus.
Di antaranya, kasus yang terkenal seperti pada Johann Jetzer, seorang petani Swiss yang menampilkan stigmata di tahun 1507, dan pada Therese Neumann, seorang stigmatik kontroversial Jerman yang mendapat tanda-tanda stigmata pada hari Jumat dari tahun 1926 sampai kematiannya pada tahun 1962.
Peristiwa stigmata juga sering dikaitkan atau disertai dengan peristiwa ajaib lain yang terjadi pada orang penyandangnya, seperti pada Padre Pio; yang bisa dikatakan adalah yang paling terkenal dibanding para stigmatik lain, dimana Padre Pio memiliki banyak keistimewaan lain dan terkenal dengan mukjizat penyembuhannya.
Gereja Katolik sendiri mengambil pandangan berhati-hati terhadap fenomena ini, menyatakan menerima bahwa mukjizat memang bisa terjadi namun menolak untuk secara formal mengakui stigmata.
Hal ini dapat dimengerti karena Gereja juga hendak memastikan bahwa stigmata tersebut bukanlah suatu tanda dari setan guna membangkitkan suatu kegemparan rohani yang dapat menyesatkan orang banyak; karena banyak juga kasus stigmata yang dipalsukan, dengan berbagai motif dan tujuan, dan juga bisa dikarenakan kondisi kesehatan fisik seseorang yang dapat menyebabkan luka-luka demikian.
Seperti kasus Magdalena de la Cruz, stigmatik Spanyol yang terkenal pada abad ke-16 yang ternyata sering melakukan penyiksaan diri dan luka spektakulernya menjadikan dia terkenal namun akhirnya di pengadilan, ia mengaku telah menimbulkan sendiri luka-lukanya itu.
Terlepas dari kasus-kasus “stigmata palsu”, stigmata merupakan suatu karunia dari Tuhan sendiri, tanda persatuan dengan Yesus yang tersalib.
Seorang yang benar-benar stigmatis biasanya hidup suci dengan mengamalkan keutamaan-keutamaan iman, tabah dalam menanggung penderitaan baik fisik maupun jiwa, dan hampir senantiasa mencapai tingkat persatuan mendalam dengan Tuhan di dalam doa.
Orang-orang Kudus yang mengalami “stigmata asli” biasanya hidup dalam keutamaan-keutamaan ini, dan mereka tidak memamerkan; bahkan menyembunyikannya karena sifat kerendahan hati dan tidak mau menarik perhatian luas.
Mereka menerima rasa sakit dan luka Yesus dengan tabah dan dalam diam bahkan menyembunyikan dan menganggapnya sebagai suatu karunia luar biasa untuk boleh merasakan dan mengambil bagian, menyatukan diri dengan sengsaraNya.
Dikatakan, St. Fransiskus pada awalnya berusaha menyembunyikan tanda karunia ilahi ini, dengan membalut kedua tangannya dengan jubahnya dan mengenakan sepatu serta kaus kaki (yang tidak biasa ia lakukan).
Lama-kelamaan, rekan-rekan biarawannya memperhatikan perubahan dalam cara berpakaiannya dan juga penderitaan fisiknya, maka terungkaplah rahasia stigmatanya.
Demikian pula Padre Pio; yang seperti diungkapkan teman sebiaranya, bahwa ia menderita kesakitan yang luar biasa pada kakinya sampai memerlukan sepatu khusus dan harus dibantu setiap kali untuk memakai sepatu, dan bahwa setiap gerakan kecil pada kakinya akan menimbulkan rasa sakit yang besar namun Padre Pio tetap berusaha untuk mempersembahkan Misa dan menemui banyak orang yang datang meminta nasihatnya setiap hari.
Peristiwa stigmata pada Padre Pio awalnya terjadi pada tanggal 5 Agustus 1918, Padre Pio mendapat penglihatan di mana ia merasa dirinya ditikam dengan sebilah tombak; sesudahnya luka akibat tikaman tombak itu tinggal pada tubuhnya.
Kemudian, pada tanggal 20 September 1918, saat ia memanjatkan syukur sesudah perayaan Misa, ia juga menerima luka-luka Yesus di kedua kaki dan tangannya.
Setiap hari, Padre Pio kehilangan sekitar satu cangkir darah; dan luka-lukanya itu tidak pernah menutup ataupun bertambah parah. Walau demikian, luka-luka itu tidak berbau darah, melainkan bau harum yang semerbak terpancar dari luka-lukanya.
Pada St. Rita dari Cascia, stigmata yang ia terima adalah sebuah duri pada dahinya (yang ia dapatkan saat merenungkan sengsara mahkota duri Yesus) yang ia sandang sampai pada wafatnya.
St. Teresa dari Avila menerima tanda stigmata pada hatinya, yang setelah diperiksa oleh beberapa tenaga medis dari Universitas Salamanca, dikatakan disebabkan oleh “luka tusukan pada hati”.
Ia menuliskannya dalam catatannya di tahun 1559:
“... di sisi kiriku kulihat seorang malaikat dalam bentuk manusia, pada tangannya ia memegang sebuah panah panjang dengan nyala api kecil pada ujungnya.
Aku merasakan panah itu terhujam ke sisi badanku sampai ke dalam hatiku, dan ketika ia menariknya, aku merasakan sebagian hatiku terbawa keluar.
Dan ketika ia menghilang, aku diisi dengan rasa cinta yang besar kepada Allah.”
Selain Padre Pio, konon ada beberapa Orang Kudus yang diketahui juga mengalami stigmata antara lain :
St. Fransiskus of Assisi (1181-1226)
St. Lutgarde (1182-1246)
St. Margareta Cortona (1247-1297)
St. Gertrude (1256-1302)
St. Clare of Montefalco (1268-1308)
Bl. Angela of Foligno (wafat 1309)
St. Katarina dari Siena (1347-80)
St. Lidwina (1380-1433)
St. Frances of Rome (1384-1440)
St. Colette (1380-1447)
St. Rita of Cassia (1386-1456)
Bl. Osanna of Mantua (1499-1505)
St. Catherine of Genoa (1447-1510)
Bl. Baptista Varani (1458-1524)
Bl. Lucy of Narni (1476-1547)
Bl. Catherine of Racconigi (1486-1547)
St. John of God (1495-1550)
St. Catherine de' Ricci (1522-1589)
St. Mary Magdalene de' Pazzi (1566-1607)
Bl. Marie de l'Incarnation (1566-1618)
Bl. Mary Anne of Jesus (1557-1620)
Bl. Carlo of Sezze (wafat 1670)
St. Margaret Mary Alacoque (1647-90)
St. Veronica Giuliani (1600-1727)
St. Mary Frances of the Five Wounds (1715-91)
St. Gemma Galgani (1878-1903)
Bl. Anne Catherine Emmerich (1774-1824)
St. Rose de Lima (1586-1617)
St. Teresa of Avila (1515-1582)
St. Faustina.
D.
MADAH HARIAN
(Rabu, 19 September 2018)
Bahkan bila kita terjatuh seratus kali dalam sehari, itu tidak apa-apa.
Kita harus tetap bangun setiap kalinya dan terus melangkah menuju Allah tanpa menengok ke belakang.
Ya Allah, bersegeralah menolong aku
Ya Tuhan, perhatikanlah umat-Mu
Kemuliaan...
Alleluya.
MADAH IBADAT BACAAN
Trimalah madah pujian
Yesus sabda keslamatan
Kauselami lubuk hati
Hidup kami Kausayangi
Engkau gembala utama
Mencari orang berdosa
Domba yang sesat Kauantar
Ke sumber air yang segar
Smoga dalam pengadilan
Kami berdiri di kanan
Mewarisi kerajaan
Yang sudah Kausediakan
Terpujilah Kristus Tuhan
Yang rela menjadi kurban
Namun kini sudah jaya
Berkuasa selamanya
Amin
MADAH IBADAT PAGI
Mari kita putra terang
Tampil maju dan berjuang
Diresapi s’mangat Kristus
Jadi abdi dengan tulus
Jangan lupa mohon Tuhan
Agar kita diarahkan
Pada tujuan sejati
Setia sepanjang hari
Allah cahaya sejati
Sinarilah hati kami
Agar mampu memantulkan
Kristus terang kehidupan
Terpujilah Allah Bapa
Terpujilah Allah Putra
Bersama Roh Kudus pula
Sekarang dan selamanya
Amin
MADAH IBADAT SIANG
Marilah kita bernyanyi
Bagi penebus ilahi
Dengan iman dan harapan
Penuh cinta yang bertahan
Sambil mohon dibebaskan
Dari tipu daya lawan
Agar selalu setia
Dalam mengabdi sesama
Terpujilah Allah Bapa
Bersama Putra tercinta
Yang memperoleh Roh suci
Pembaharu muka bumi
Amin
DOA
Ya Tuhan, sinarilah kiranya hati kami dengan terang cahayaMu. Semoga kami tetap mengikuti jalan perintahMu, dan tak pernah menyimpang dari padanya.
Demi Yesus Kristus, PuteraMu dan pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin.
E.
KUTIPAN TEKS MISA.
Semua kerugian yang masuk ke dunia berasal dari ketidaktahuannya akan kebenaran-kebenaran Kitab Suci secara jelas dan benar. ---- St Teresa dari Yesus
Antifon Pembuka (1Kor 12:7.8a)
Cinta kasih menerima segala sesuatu, percaya akan segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Cinta kasih tidak berkesudahan.
Doa Pembuka
Allah Bapa Mahapengasih dan penyayang, perkenankanlah kami menikmati kehadiran-Mu, bila kami saling menaruh cinta kasih, dan semoga dapat merasakan bahwa Engkaulah yang menarik hati kami untuk saling membantu dan membangun perdamaian sesama. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Ada bermacam-macam karunia Roh. Namun, hanya ada satu karunia yang utama yakni kasih. Kejarlah karunia yang utama ini.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (12:31-13:13)
Saudara-saudara, berusahalah memperoleh karunia-karunia yang paling utama. Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi. Sekalipun aku dapat berbicara dalam semua bahasa manusia dan malaikat, tetapi tidak mempunyai kasih, aku seperti gong yang bergaung atau canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia bernubuat dan aku tahu segala rahasia serta memiliki seluruh pengetahuan; sekalipun aku memiliki iman sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku. Kasih itu sabar, murah hati dan tidak cemburu. Kasih tidak memegahkan diri, tidak sombong dan tidak bertindak kurang sopan. Kasih tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak cepat marah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Kasih tidak bersukacita atas kelaliman, tetapi atas kebenaran. Kasih menutupi segala sesuatu, percaya akan segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, dan sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan. Nubuat akan berakhir, bahasa roh akan berhenti, dan pengetahuan akan lenyap. Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. Tetapi bila yang sempurna tiba, hilanglah yang tidak sempurna. Ketika masih kanak-kanak, aku berbicara seperti kanak-kanak, mereka seperti kanak-kanak, dan berpikir seperti kanak-kanak pula. Tetapi sekarang, setelah menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu. Sekarang ini kita melihat gambaran samar-samar seperti dalam cermin, tetapi nanti dari muka ke muka. Sekarang aku mengenal secara tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal secara sempurna sebagaimana aku sendiri dikenal. Demikianlah tinggal ketiga hal ini: iman, harapan dan kasih. Namun yang terbesar di antaranya ialah kasih!
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah
Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah bangsa yang dipilih Tuhan menjadi milik-Nya.
Ayat. (Mzm 33:2-3.4-5.12.22)
1. Bersyukurlah kepada Tuhan dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Nyanyikanlah bagi-Nya lagu yang baru; petiklah kecapi baik-baik mengiringi sorak-sorai.
2. Sebab firman Tuhan itu benar, segala sesuatu dikerjakan-nya dengan kesetiaan. Ia senang pada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia-Nya.
3. Berbahagialah bangsa yang Allahnya Tuhan, suku bangsa yang dipilih Allah menjadi milik pusaka-Nya! Kasih setia-Mu, ya Tuhan, kiranya menyertai kami, seperti kami berharap kepada-Mu.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, Alleluya
Ayat: Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan. Pada-Mulah sabda kehidupan kekal.
Sikap yang tidak jelas akan membingungkan. Dalam hal mengikuti Yesus, dibutuhkan sikap tegas. Oleh karena itu, orang yang berlaku tegas memperoleh hikmat.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (7:31-35)
Sekali peristiwa berkatalah Yesus kepada orang banyak, “Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini? Mereka sama dengan anak-anak yang duduk di pasar dan berseru-seru. ‘Kami meniup seruling bagimu, tetapi kalian tidak menari. Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kalian tidak menangis.’ Sebab ketika Yohanes Pembaptis datang, dan ia tidak makan roti, dan tidak minum anggur, kalian berkata, ‘Ia kerasukan setan.’ Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kalian berkata, ‘Lihatlah, seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.’ Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
Renungan
Kita semua diciptakan oleh Sang Kasih, yaitu Allah sendiri. Tentu, Sang Kasih juga telah membagikan dan menanamkan kasih itu dalam diri kita, sehingga kita juga mampu mengasihi orang lain (bdk 1Yoh 4:19). Rahmat kasih memampukan kita untuk melihat sesama dengan penuh kasih dan bukannya penuh kebencian dan penghakiman. Orang yang mudah menghakimi sesamanya adalah orang yang tidak memiliki kasih. "
Antifon Komuni (1Kor 13:13)
Demikianlah tinggal ketiga hal ini: iman, harapan, dan cinta kasih. Namun, yang terbesar diantaranya ialah cinta kasih.
Doa Malam
Allah yang murah hati, kami bersyukur atas kurnia cinta kasih-Mu. Lindungilah kami malam ini, agar esok hari kami dapat bangun dengan gembira hati dan semangat yang baru. Amin.
HARAPAN IMAN KASIH.
Rabu, 19 September 2018
Hari Biasa Pekan XXIV
1 Korintus (12:31-13:13)
(Mzm 33:2-3.4-5.12.22)
Lukas (7:31-35)
"VAMOS - AYO SEMANGAT!"
Inilah kata yang kerap diteriakkan Toni Nadal untuk menggenjot semangat keponakannya, salah satu petenis elit dunia, Rafa (Rafael Nadal). Inilah juga yang kerap dikatakan Jose Mourinho ketika dulu menggenjot semangat Ronaldo dkk di Real Madrid - Spanyol.
Adapun hari ini kita juga diminta menimba semangat "VAMOS". Di lain matra, mengacu pada bacaan hari ini, ada 3 karakter minus yang membuat kita tidak bersemangat "vamos", al:
1. Malas.
Yohanes Pembaptis menyanyikan kidung duka, mengundang matiraga dan menyerukan pertobatan, namun tidak digubris. Yesus meniup seruling bahagia atas Sabda Kehidupan, tapi mereka juga tidak tertarik untuk menari. Sikap cuek, EGP/HIV - "Hemang Ike Vikirin", masa bodoh, lamban dalam menanggapi undangan dan tawaran rahmat Allah adalah tanda maraknya virus malas yang malahan bisa membawa kehancuran bagi kita sendiri.
2. Culas
Suka berpikir buruk adalah salah satu tanda orang culas. Ketika Yohanes Pembaptis datang, dan ia tidak makan roti & tidak minum anggur, dikatakan: ‘Ia kerasukan setan.’ Ketika Yesus datang & ikut makan minum, dikatakan: ‘Lihatlah, seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.’ Mulut mereka nyinyir karena hatinya culas, penuh dengan prasangka dan praduga buruk.
Mereka tidak mampu melihat kebaikan dalam diri sesamanya. Mereka mudah curiga dan "semper accusat - selalu menuduh", dengan memberi cap jelek kepada yang lain.
3. Tak berkelas.
Kekanak-kanakan! Itulah gambaran orang Yahudi yang dikeluhkan Yesus dalam Injil hari ini: "Mereka sama dengan anak-anak yang duduk di pasar dan berseru-seru." Ibarat orang yang berisik tapi tidak berisi, "tong kosong nyaring bunyinya", banyak menggerutu sehingga lupa untuk meningkatkan mutu.
Yang pasti, semangat "VAMOS" adalah kekayaan hidup yang akan menjadi lebih kaya apabila dibagi-bagikan kepada orang lain. Karena, kalau hidup kita dihabiskan untuk mengumpulkan saja, kapan kita mempergunakan dan membagikan apa yang kita kumpulkan?
Jadi:
Bekerjalah bagaikan tak butuh uang. Mencintailah bagaikan tak pernah disakiti. Menarilah bagaikan tak seorang pun menonton.
Bukankah umur itu setipis rambut?
Tebalkanlah dengan HARAPAN !
Bukankah hati itu serapuh kaca?
Kuatkanlah dengan IMAN !
Bukankah perasaan itu selembut sutera? Hiasilah dengan KASIH !
Mari mengayuh dan mari melaju bersama Tuhan! VAMOS !!!!
Hasta el final - Berjuanglah sampai akhir.
"Dari Bekasi ke Stasiun Kota - Mari bersaksi dengan penuh sukacita."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
WELCOME PADRE (PIO)
Beberapa Kisah Pertolongan Padre Pio.
1. "Sembuh dari Kanker"
Suatu waktu, kami diminta untuk berdoa Novena kepada Padre Pio untuk seorang anak berusia 13 tahun yang sedang sekarat karena menderita tumor di bagian bawah perutnya.
Anak yang sakit tersebut bernama Michael Andrews, tumornya sebesar bola baseball di bagian perut bawah dan dapat terlihat jelas seperti bengkak yang besar.
Pada suatu malam, ibunya mendengarnya menjerit dalam kesakitan. Segera ibunya berlari masuk ke kamarnya tapi menemukan anak itu sedang tertidur. Ibunya merasa heran. Sesuatu membuatnya menoleh dan memperhatikan gambar Padre Pio yang tergantung di dinding kamar, semua bagian putih dari foto itu seakan bersinar dalam kegelapan.
Mengira itu adalah pantulan sinar dari luar, sang ibu menutup rapat pintu sehingga tidak ada cahaya apapun yang masuk.
Namun demikian, gambar Padre Pio tetap bersinar. Sang ibu meraba gambar itu dengan jari-jarinya dan sinar itu memang ada di sana.
Setelah sesaat, perlahan menghilang dan kamar kembali dalam kegelapan.
Keesokan paginya, Michael merasakan bagian bawah perutnya rata, tumor besarnya tidak terasa dan tidak teraba, hilang.
Ketika diperiksakan ke rumah sakit, dokter juga tidak dapat menemukannya.
2. "Sarung tangan Padre Pio"
Elizabeth, putriku, berumur 8 tahun ketika ia didiagnosa menderita "hodgkin", sejenis kanker.
Ia dirawat di Rumah Sakit Our Lady's Children di Dublin berminggu- minggu.
Aku biasa mengunjunginya saat istirahat makan siangku setiap hari dan pada sore hari sebelum pulang ke rumah.
Lehernya telah terjangkiti penyakitnya dan membuatnya tak dapat berbicara.
Suatu hari, suster kepala perawat yang merawat putriku, mengajakku untuk berbicara privat, ia tidak mau istriku mengetahui karena istriku agak terguncang dan kurang stabil emosinya.
Suster mengatakan padaku bahwa Elizabeth nampaknya tidak akan mampu bertahan lagi dengan kankernya.
Setelah mendengarnya, aku ke biara Kapusin St. Maria of the Angels di Dublin.
Salah seorang imam di sana, Pastor John, memiliki sarung tangan Padre Pio.
Aku memintanya untuk mengunjungi Elizabeth dan memberi berkat kepadanya.
Aku sendiri, berdevosi kepada Padre Pio sudah beberapa tahun, dan menghadiri misa harian sudah lebih dari 50 tahun, sejak dari tahun 1960.
Pastor John datang ke rumah sakit dan memberkati Elizabeth dengan memakai sarung tangan Padre Pio dan juga memberkati anak-anak sakit lainnya.
Tak lama setelahnya, aku saat itu sedang makan siang di restoran Fish and Chip di jalan Kimmage, ketika tiba-tiba sekeliling menjadi wangi bunga mawar.
Aku sadar seketika bahwa itu adalah kehadiran Padre Pio dan merasa agak aneh bahwa Padre Pio hadir di tempat seperti ini.
Beberapa hari kemudian, suster kepala perawat memberi-tahu kan berita luar biasa, bahwa semua hasil tes Elizabeth menunjukkan normal.
Putriku berangsur sembuh dengan sempurna dan suaranya juga pulih kembali.
Ketika ia bertambah dewasa, ia menjadi penyanyi profesional berkeliling Eropa.
Aku sungguh percaya, adalah lewat perantaraan Padre Pio lah, putriku mendapat kesembuhan ajaibnya.
3. "Medali Padre Pio"
Kakak lelakiku; ayah dari sepasang putri kembar yang manis; punya masalah minum-minum, mabuk dan suka memukul selama bertahun-tahun.
Saking kecanduan minum, ia tidak bersama keluarganya lagi dan tidak memberi perhatian kepada putri-putrinya, malahan ia tinggal di tenda bersama para tuna wisma, tidak jauh dari rumah orang tua kami.
Aku berdoa dan berdoa untuknya, agar ia menemukan kembali jalan yang benar dan kembali kepada keluarganya dan hidup yang baik.
Aku berbicara kepadanya tentang Tuhan, tentang Bunda Maria, tanpa hasil.
Terakhir, aku memberinya kartu doa dan medali Padre Pio.
Lalu, nampaknya doa-doaku mendapat jawaban. Kakakku mau masuk ke rehabilitasi untuk pecandu obat dan alkohol, mengikuti grup pendukung untuk menghentikan kecanduannya.
Ia kini memiliki pekerjaan dan kembali tinggal di rumah orang tua kami.
Dia juga mulai bertemu rutin mingguan dengan putri-putri manisnya.
Beberapa hari lalu, aku kebetulan melihat, pada jaket yang ia pakai sehari-hari, tergantung pada resletingnya, medali Padre Pio.
Aku menyadari, adalah Padre Pio lah yang telah membantunya bangkit dan memberinya kekuatan yang ia butuhkan.
4. "Kembalinya 'si mantan'"
Suamiku seorang "mantan" Katolik.
Dia berhenti pergi ke Gereja.
Aku menaruh kartu doa yang ada relic Padre Pio di bawah bantalnya, ia tidak tahu hal itu, bahwa ia tiap hari tidur di atas kartu doa.
Pada ulang tahunnya di 23 September, pada kartu ucapan selamat ulang tahun untuknya, aku melampirkan kartu doa yang sama.
Aku berdoa kepada Padre Pio, memohon agar membawa suamiku kembali kepada iman dan bertobat.
3 hari kemudian, ketika aku sedang bersiap hendak tidur dan mengucapkan selamat malam, suamiku berkata padaku, "Lorna, tadi siang, aku pergi ke pengakuan dan bahkan naik bus untuk pergi ke Misa, dan menerima komuni."
Oh Puji Tuhan !!
Terima kasih Padre Pio !!
5. "Doakan jiwa-jiwa di Api penyucian"
Pada tahun 1964, aku bepergian dari Filipina ke San Giovanni Rotondo bersama orang tua dan adik-adikku untuk mengunjungi Padre Pio. Akan tetapi sesampainya di sana, kami tak berhasil menemuinya karena beliau sedang sakit saat itu, dan kami meninggalkan San Giovanni dengan kecewa dan berat hati.
Pada Juni 2006, aku berkesempatan pergi ke sana lagi dalam perjalanan ziarah.
Kami melihat relic nya, rumahnya, Gerejanya, Gereja yang baru dibangun untuk menghormatinya adalah sebuah Basilika yang besar.
Tapi aku lebih tertarik kepada Gereja yang lama", Gereja Our Lady of Grace.
Aku merasakan dengan kuat kehadiran Padre Pio di sana.
Di Gereja lama ini, aku berlutut di samping tempat pengakuan Padre Pio dan berdoa kepadanya dan mengakukan dosa.
Aku mencoba mengingat-ingat dosa-dosa dalam hidupku dan dengan rendah hati meminta pengantaraannya akan pengampunan Tuhan.
Lalu, dalam hatiku, aku merasa seolah Padre Pio berbicara kepadaku.
Aku merasa bahwa ia menginginkan aku untuk berdoa satu kali Bapa Kami, satu kali Salam Maria, dan satu kali Kemuliaan, "untuk jiwa-jiwa di api penyucian"; setiap hari seumur hidupku.
Setelahnya, aku mengunjungi toko buku di samping Gereja, dan di sana aku menemukan buku dengan gambar wajah Padre Pio pada covernya dengan judul "The Holy Souls - Jiwa-jiwa Suci".
Aku membelinya dan kemudian mempelajari bahwa Padre Pio mempersembahkan Misa-Misa, doa-doa, dan amal bakti untuk menolong jiwa-jiwa di Purgatorium.
Aku tidak mengetahui hal ini sebelum aku membaca buku ini.
Aku merasa sungguh doaku didengar Padre Pio dan ia sungguh telah berbicara kepada hatiku.
6. Pada Perang Dunia II, di Bari, Italia terdapat markas besar Angkatan Udara Amerika.
Banyak perwira yang mengaku "diselamatkan" Padre Pio selama perang.
Bahkan Komandan Jenderal pun mengalami dan menyaksikan hal yang menakjubkan.
Seorang Komandan Lapangan suatu waktu hendak memimpin sepasukan pengebom untuk menghancurkan tempat penyimpanan senjata Jerman yang terletak di San Giovanni Rotondo.
Sang komandan menceritakan, "ketika pesawat-pesawat mendekati sasaran, kami melihat, di angkasa, seorang pertapa dengan tangannya terangkat.
Bom bom yang kami bawa berjatuhan sendiri ke dalam hutan. Pesawat-pesawat kami berbalik sendiri tanpa digerakkan pilot.
Semua keheranan dan bingung bagaimana pesawat-pesawat kami seakan "patuh" pada pertapa tersebut. Salah seorang pilot berkata, "memang pernah mendengar ada pertapa di San Giovanni yang dapat membuat mukjizat."
Komandan bertekad, nanti setelah perang selesai dan aman, ia akan mengunjungi dan melihat apakah pertapa yang dimaksud, sama seperti yang mereka lihat di angkasa.
Setelah perang berlalu, ia pergi ke biara Kapusin bersama beberapa pilot.
Baru saja memasuki Sakristi, ia bertemu dengan banyak imam pertapa, yang salah satunya ia kenali sebagai yang ia lihat di angkasa yang menghentikan pesawatnya bertahun silam : Padre Pio.
Padre Pio, di saat yang sama, mendekatinya juga dan bertanya, "Apakah anda ini yang hendak membunuh kami semua ?"
Namun, dari bahasa tubuh, kata-kata, dan pandangan mata dari Padre Pio, komandan lega dan jatuh berlutut.
Padre Pio berbicara dengannya dengan bahasa aslinya, namun sang komandan yakin mendengar dan mengerti perkataannya dalam bahasa Inggris.
Ini rupanya salah satu "karunia" Padre Pio.
Keduanya menjadi sahabat, dan sang komandan, yang sebelumnya seorang Protestan, menjadi Katolik.
B.
DEVOSI PADRE PIO
1.
MISA KUDUS.
Dalam menilai kehidupan Padre Pio, orang harus ingat bahwa Misa Kudus adalah peristiwa paling penting dalam kehidupannya sehari-hari. Hal inilah yang kita harapkan dari setiap imam yang baik, namun sayangnya banyak umat Katolik kurang menghargai arti dari Misa Kudus ini.
Menurut Peter Dwan, malah ada sejumlah katekis yang telah berani – pada waktu dia menulis bukunya itu – mengatakan bahwa Misa Hari Minggu bukan lagi suatu kewajiban bagi umat untuk menghadirinya. Sementara itu ada sejumlah imam yang begitu sibuk dengan berbagai kegiatan sehingga mereka mengklaim bahwa mereka tidak mempunyai waktu untuk merayakan Misa Kudus pada hari Minggu. Devosi Padre Pio dalam hal Misa Kudus ini merupakan pelajaran yang amat dibutuhkan dewasa ini.
2.
PENGAKUAN DOSA.
Kehidupan Padre Pio menunjukkan pentingnya kerasulan pengakuan dosa. Paus Paulus VI menegur para imam yang mencoba untuk menghindar dari berdiam cukup lama di dalam kamar pengakuan. Sekali peristiwa Padre Pio mengalami bilokasi ke Basilika Santo Petrus, Roma agar dapat mendengarkan pengakuan dosa seorang perempuan yang membutuhkan bimbingannya.
3.
MARIA.
Devosi Padre Pio kepada Bunda Maria sangatlah besar. Beberapa kali Bunda Maria menampakkan diri kepadanya. Paling sedikit satu kali, Maria menampakkan diri kepada Padre Pio selagi dia merayakan Misa Kudus.
Mengenai penglihatan itu, Padre Pio mengatakan:
“Dengan penuh perhatian dia (Maria) menemaniku ke altar pada pagi hari ini. Seakan-akan dia tidak mempunyai apa-apa untuk dipikirkannya selain agar aku mengisi hatiku dengan afeksi-afeksi yang kudus. Aku merasakan api yang misterius dari hatiku yang aku tidak dapat mengerti. Aku merasakan perlu untuk menaruh es dalam hatiku agar dapat menghilangkan api yang sedang membakar aku! Aku ingin mempunyai suatu suara yang cukup keras untuk mengundang para pendosa dunia agar mengasihi Bunda Maria.”
Padre Pio menjalani devosi rosario dengan tidak tanggung-tanggung dan ia seringkali terlihat sedang memegang rosario dan berdoa. Pada saat imam suci ini meninggal dunia, dia sedang memegang rosario, dan kata-katanya yang terakhir adalah “Yesus, Maria.” Kepada orang-orang yang datang kepadanya untuk bimbingan spiritual, Padre Pio memberi nasihat agar mereka berdoa rosario setiap hari. Padre Pio menggunakan semua waktu luangnya dengan berdoa rosario.
Disamping devosinya kepada Bunda Maria lewat doa rosario, Padre Pio sadar akan kuasa dari doa “Salam Maria”.
Ketika seorang laki-laki dari Milano datang mengunjunginya, Padre Pio bertanya kepadanya mengapa dia sampai ‘begitu-begitunya’ melakukan perjalanan yang jauh dari Milano untuk menemuinya.
Lalu Padre Pio meyakinkan orang itu bahwa mendoakan “Salam Maria” lebih menguntungkan bagi jiwanya daripada melakukan perjalanan jauh itu. Penting untuk diingat bahwa Santo Louis de Montfort mengklaim bahwa dia dapat mengatakan sampai seberapa jauh hidup seseorang bagi Allah dari devosi orang itu berdoa “Salam Maria” dan rosario.
Devosi Padre Pio kepada Bunda Maria dipengaruhi oleh penampakan-penampakannya di Fatima. Tahu bahwa Maria di Fatima telah minta kepada umat untuk berdoa rosario menyebabkan Padre Pio lebih bersemangat untuk mempromosikan doa rosario. Bala Tentara Biru Santa Perawan dari Fatima mencari bantuan dan doa-doa dari Padre Pio untuk mempromosikan pesan Fatima. Padre Pio bernubuat bahwa komunisme akan dikalahkan apabila anggota Bala Tentara Biru itu berjumlah sama dengan orang-orang komunis.
Pada tahun 1959 ketika kelihatannya bahwa Saudari Maut sudah datang mendekat, Patung Santa Perawan dari Fatima untuk para peziarah datang ke San Giovanni Rotondo.
Melihat bahwa para atasannya tidak melarang, Padre Pio bersikukuh untuk meninggalkan tempat tidurnya agar dapat menghormati patung ajaib itu. Pater Pio disembuhkan dari sakitnya. Setelah peristiwa itu Padre Pio membuat sebuah deklarasi formal tentang kesembuhan instan yang dialaminya berkat pengantaraan Santa Perawan dari Fatima. Sebagai rasa syukurnya, Padre Pio mengirimkan sebuah salib ke Fatima.
Beberapa bulan kemudian delegasi Bala Tentara Biru datang untuk menghadiahkan kepada imam suci ini sebuah patung Santa Perawan dari Fatima berupa ukiran tangan. Padre Pio menaruh patung itu di atas meja di sakristi di mana dia menyiapkan Ekaristi. Kemudian Padre Pio menerima sebuah patung lagi yang ditaruhnya di lorong biara dekat sel-nya.
Sebagai seorang putera sejati dari Santo Fransiskus dalam tradisi Fransiskan, Padre Pio selalu sadar akan prerogatif besar dari Bunda Maria, terkandungnya Maria tanpa noda, dan pentingnya hal itu semua. Dalam tahun-tahun terakhir kehidupannya di dunia, Padre Pio hanya merayakan Misa Maria yang terkandung tanpa noda. Padre Pio juga tidak pernah ragu-ragu untuk meneguhkan mediasi universal dari Maria.
4.
SENGSARA YESUS.
Dengan menurunnya devosi kepada sengsara Yesus dan kenyataan bahwa devosi “Jalan Salib” sedikit terabaikan dewasa ini, baiklah kita melihat devosi imam suci ini kapada sengsara Yesus, dan teristimewa devosinya kepada “Jalan Salib”.
“Jalan Salib” adalah sebuah devosi Fransiskan yang tradisional. Dengan demikian tak mengherankanlah apabila Padre Pio secara teratur melakukannya. Namun yang penting kita tekankan di sini adalah manfaat-manfaat apa yang diperoleh Padre Pio dari devosi “Jalan Salib” itu.
Meditasinya atas perhentian-perhentian dalam “Jalan Salib” telah memimpin Padre Pio kepada kegiatan untuk mencoba menolong orang guna menyadari betapa buruknya dosa itu, apa yang diderita oleh Tuhan kita demi penebusan atas dosa-dosa kita dan juga memimpin dia untuk menyadari nilai penebusan dari penderitaan.
Pada waktu diusulkan agar perhentian-perhentian “Jalan Salib” baru didirikan di biara karena yang lama dirasakan sudah tidak cocok lagi (dekat jalan yang ribut, dst.), Padre Pio berkomentar: “Di antara banyak hal indah yang kami ingin lakukan, yang satu inilah yang paling indah.”
5.
PARA MALAIKAT.
Padre Pio menjalani devosi besar kepada para malaikat, teristimewa malaikat pelindungnya. Imam suci ini pun sangat intim dengan Santo Mikael dan para malaikat lainnya.
Menjelang akhir hidupnya di dunia, Padre Pio berbicara penuh afeksi tentang malaikat pelindungnya sebagai “teman sejak kecil”.
Pada masa kecilnya, malaikat pelindungnya menampakkan diri dalam rupa seorang anak kecil juga. Malaikat pelindungnya menolong dia dalam masa novisiatnya, juga selama dia studi guna mempersiapkan diri menjadi seorang imam.
Malaikat pelindungnya menolong Padre Pio untuk menjadi suci dan berada dekatnya pada saat-saat mengalami serangan-serangan Iblis dan seringkali menolongnya. Misalnya, dengan pertolongan malaikat pelindungnya, Padre Pio mampu untuk memahami isi surat-surat yang ditulis dalam bahasa Perancis dan Yunani, walaupun dia tidak mengerti kedua bahasa itu.
Baik di dalam kamar pengakuan maupun di luarnya, Padre Pio mendorong orang-orang untuk melakukan devosi kepada para malaikat.
Pada waktu melepas para peziarah yang hendak pulang, Padre Pio mengucapkan frase-frase seperti berikut ini:
“Semoga para malaikat Allah menemani anda.” Atau, “Semoga malaikat Allah menjadi terang, pertolongan, kekuatan, penghiburan dan bimbingan bagi anda.”
Kepada sejumlah pentobat yang memerlukan bantuan, Padre Pio mengatakan agar mereka mengirimkan malaikat-malaikat pelindung mereka kepadanya.
Dia mendorong para pentobat dan peziarah untuk mengunjungi tempat penghormatan kepada Santo Mikael Malaikat Agung di gunung Gargano sebelum kembali pulang ke rumah masing-masing.
Pada abad ke-5, Santo Mikael menampakkan diri secara kasat mata dalam sebuah gua di gunung Gargano dan mengungkapkan kepada Uskup lokal di sana bahwa gunung ini berada di bawah perlindungannya yang istimewa guna menghormati Allah dan para malaikatnya.
Pada suatu hari seorang ahli hukum tertidur selagi mengendara mobilnya dan mobilnya itu mampu berjalan sepanjang 43 kilometer tanpa mengalami kecelakaan.
Lalu ahli hukum itu mengunjungi Padre Pio dan bertanya kepada imam suci ini apa yang menyebabkan nasib baiknya itu. Padre Pio menjawab: “Anda tidur dan Malaikat Pelindungmu menggantikan anda menyetir mobilmu.”
PADRE PIO, DOAKANLAH KAMI !!!
C.
STIGMATA.
Selama berabad-abad, stigmata telah menjadi salah satu fenomena mistik yang juga kontroversial.
Stigmata adalah tanda seperti luka-luka Yesus pada saat penyaliban, yang muncul secara tiba-tiba pada tubuh seseorang, yang tidak dapat disembuhkan secara medis dan tidak dapat dijelaskan secara alamiah.
Kadang luka-luka ini menjadi sangat parah terutama pada hari Jumat atau hari Paskah dan menjadi sembuh pada hari lain, dan kemudian terjadi lagi berulang-ulang.
Termasuk dalam tanda sengsara ini adalah luka-luka bekas paku di kaki dan tangan, luka tombak di lambung, luka di kepala akibat mahkota duri, dan luka bilur-bilur penderaan di sekujur tubuh, teristimewa di punggung.
Seorang stigmatik, (orang yang menderita akibat stigmata) dapat memiliki satu, atau beberapa, atau bahkan semua tanda sengsara itu.
Stigmata bisa juga tidak terlihat/tidak menampakkan tanda-tanda pada fisik namun mengakibatkan penderitaan bagi penyandangnya.
Kasus stigmata yang pertama adalah yang dialami St. Fransiskus Asisi pada tahun 1224.
Pada suatu hari Sabtu, 14 September 1224, Fransiskus Assisi (kelak bergelar Santo) sedang bersiap untuk memasuki bulan kedua sebuah retret bersama dengan beberapa teman dekatnya di Monte La Verna, yang menghadap ke Sungai Arno di Tuscany.
Fransiskus telah menghabiskan beberapa minggu sebelumnya dalam perenungan yang panjang tentang Yesus Kristus yang menderita di kayu salib, dan mungkin ia saat itu sedang lemah akibat dari puasanya yang berkepanjangan.
Saat dia berlutut untuk berdoa fajar (seperti dicatat dalam buku Fioretti - 'Bunga Kecil Santo Fransiskus dari Assisi,' kumpulan legenda dan cerita tentang orang suci),
Fransiskus mulai merenungkan Jalan Salib dan perasaannya menjadi begitu kuat di dalam dirinya sehingga dia sepenuhnya seakan berubah menjadi Yesus dalam hal cinta dan kasih sayang.
Sementara dia dalam keadaan ekstasi, dia melihat serafim dengan enam sayap yang bersinar dan berapi-api turun dari surga. Serafim ini terbang cepat mendekati Fransiskus, dan ia bisa melihatnya dengan jelas dan menyadari bahwa Serafim itu memiliki bentuk seorang pria yang disalibkan.
Setelah beberapa saat, penglihatan misterius ini memudar, dan meninggalkan pada tubuhnya suatu gambaran yang indah gambar dan jejak salib Kristus.
Pada tangan dan kaki Fransiskus muncul luka bekas paku dengan cara yang sama seperti pada tubuh Yesus yang tersalib.
Secara keseluruhan, Fransiskus mendapat lima tanda: dua tanda paku di telapak tangannya dan dua tanda paku di kakinya, dan yang kelima di sisi tubuhnya, pada bagian di mana Yesus telah ditombak seorang perwira Romawi.
Stigmata yang dialami St. Fransiskus sering disebut sebagai yang pertama kali terjadi; (meskipun ada laporan kejadian serupa sebelumnya yang dialami orang lain), dikarenakan pada masa itulah, di abad ke-13 terutama di Italia, ada suatu tekanan/dorongan untuk menunjukkan sisi “kemanusiaan” Kristus.
Perenungan akan penderitaan fisik Yesus juga kemudian diwujudkan dalam ketetapan Hari Raya Tubuh dan Darah/ Corpus Christi.
Para seniman juga menanggapi perkembangan ini dengan mulai menampilkan karya yang menggambarkan penyaliban secara eksplisit untuk pertama kalinya, yaitu menggambarkan Yesus yang dengan jelas menderita karena luka yang meneteskan darah.
Tercatat ada sebuah kejadian yang terjadi di Oxford, Inggris, dua tahun sebelum peristiwa stigmata St. Fransiskus Asisi : seorang pemuda bernama Stephen Langton dibawa ke hadapan Uskup Agung Canterbury dengan tuduhan telah menyebarkan ajaran sesat karena telah menyatakan dirinya sebagai “Anak Allah”.
Di pengadilan, ditemukan bahwa pada tubuhnya terdapat lima luka penyaliban; namun tak dapat dibuktikan apakah luka-luka tersebut muncul secara alamiah ataukah ia telah menyiksa/menyalib dirinya sendiri, dengan motivasi ingin dipercayai bahwa ia adalah “Yesus Anak Allah”.
Pengalaman stigmata St. Fransiskus; dikarenakan ia adalah orang yang terkenal karena kesuciannya, dengan segera tersiar ke seluruh Eropa, dan tak lama sesudahnya, kasus stigmata lainnya mulai bermunculan.
Selama abad ke-13, setidaknya tercatat ada sepuluh kejadian yang terkenal, dan sebuah perkiraan baru-baru ini yang diteliti oleh mantan koresponden religius BBC Ted Harrison menetapkan jumlah total peristiwa stigmata yang dilaporkan sejak tahun 1224 ada lebih dari 400 orang, baik yang terjadi pada orang awam maupun orang kudus.
Di antaranya, kasus yang terkenal seperti pada Johann Jetzer, seorang petani Swiss yang menampilkan stigmata di tahun 1507, dan pada Therese Neumann, seorang stigmatik kontroversial Jerman yang mendapat tanda-tanda stigmata pada hari Jumat dari tahun 1926 sampai kematiannya pada tahun 1962.
Peristiwa stigmata juga sering dikaitkan atau disertai dengan peristiwa ajaib lain yang terjadi pada orang penyandangnya, seperti pada Padre Pio; yang bisa dikatakan adalah yang paling terkenal dibanding para stigmatik lain, dimana Padre Pio memiliki banyak keistimewaan lain dan terkenal dengan mukjizat penyembuhannya.
Gereja Katolik sendiri mengambil pandangan berhati-hati terhadap fenomena ini, menyatakan menerima bahwa mukjizat memang bisa terjadi namun menolak untuk secara formal mengakui stigmata.
Hal ini dapat dimengerti karena Gereja juga hendak memastikan bahwa stigmata tersebut bukanlah suatu tanda dari setan guna membangkitkan suatu kegemparan rohani yang dapat menyesatkan orang banyak; karena banyak juga kasus stigmata yang dipalsukan, dengan berbagai motif dan tujuan, dan juga bisa dikarenakan kondisi kesehatan fisik seseorang yang dapat menyebabkan luka-luka demikian.
Seperti kasus Magdalena de la Cruz, stigmatik Spanyol yang terkenal pada abad ke-16 yang ternyata sering melakukan penyiksaan diri dan luka spektakulernya menjadikan dia terkenal namun akhirnya di pengadilan, ia mengaku telah menimbulkan sendiri luka-lukanya itu.
Terlepas dari kasus-kasus “stigmata palsu”, stigmata merupakan suatu karunia dari Tuhan sendiri, tanda persatuan dengan Yesus yang tersalib.
Seorang yang benar-benar stigmatis biasanya hidup suci dengan mengamalkan keutamaan-keutamaan iman, tabah dalam menanggung penderitaan baik fisik maupun jiwa, dan hampir senantiasa mencapai tingkat persatuan mendalam dengan Tuhan di dalam doa.
Orang-orang Kudus yang mengalami “stigmata asli” biasanya hidup dalam keutamaan-keutamaan ini, dan mereka tidak memamerkan; bahkan menyembunyikannya karena sifat kerendahan hati dan tidak mau menarik perhatian luas.
Mereka menerima rasa sakit dan luka Yesus dengan tabah dan dalam diam bahkan menyembunyikan dan menganggapnya sebagai suatu karunia luar biasa untuk boleh merasakan dan mengambil bagian, menyatukan diri dengan sengsaraNya.
Dikatakan, St. Fransiskus pada awalnya berusaha menyembunyikan tanda karunia ilahi ini, dengan membalut kedua tangannya dengan jubahnya dan mengenakan sepatu serta kaus kaki (yang tidak biasa ia lakukan).
Lama-kelamaan, rekan-rekan biarawannya memperhatikan perubahan dalam cara berpakaiannya dan juga penderitaan fisiknya, maka terungkaplah rahasia stigmatanya.
Demikian pula Padre Pio; yang seperti diungkapkan teman sebiaranya, bahwa ia menderita kesakitan yang luar biasa pada kakinya sampai memerlukan sepatu khusus dan harus dibantu setiap kali untuk memakai sepatu, dan bahwa setiap gerakan kecil pada kakinya akan menimbulkan rasa sakit yang besar namun Padre Pio tetap berusaha untuk mempersembahkan Misa dan menemui banyak orang yang datang meminta nasihatnya setiap hari.
Peristiwa stigmata pada Padre Pio awalnya terjadi pada tanggal 5 Agustus 1918, Padre Pio mendapat penglihatan di mana ia merasa dirinya ditikam dengan sebilah tombak; sesudahnya luka akibat tikaman tombak itu tinggal pada tubuhnya.
Kemudian, pada tanggal 20 September 1918, saat ia memanjatkan syukur sesudah perayaan Misa, ia juga menerima luka-luka Yesus di kedua kaki dan tangannya.
Setiap hari, Padre Pio kehilangan sekitar satu cangkir darah; dan luka-lukanya itu tidak pernah menutup ataupun bertambah parah. Walau demikian, luka-luka itu tidak berbau darah, melainkan bau harum yang semerbak terpancar dari luka-lukanya.
Pada St. Rita dari Cascia, stigmata yang ia terima adalah sebuah duri pada dahinya (yang ia dapatkan saat merenungkan sengsara mahkota duri Yesus) yang ia sandang sampai pada wafatnya.
St. Teresa dari Avila menerima tanda stigmata pada hatinya, yang setelah diperiksa oleh beberapa tenaga medis dari Universitas Salamanca, dikatakan disebabkan oleh “luka tusukan pada hati”.
Ia menuliskannya dalam catatannya di tahun 1559:
“... di sisi kiriku kulihat seorang malaikat dalam bentuk manusia, pada tangannya ia memegang sebuah panah panjang dengan nyala api kecil pada ujungnya.
Aku merasakan panah itu terhujam ke sisi badanku sampai ke dalam hatiku, dan ketika ia menariknya, aku merasakan sebagian hatiku terbawa keluar.
Dan ketika ia menghilang, aku diisi dengan rasa cinta yang besar kepada Allah.”
Selain Padre Pio, konon ada beberapa Orang Kudus yang diketahui juga mengalami stigmata antara lain :
St. Fransiskus of Assisi (1181-1226)
St. Lutgarde (1182-1246)
St. Margareta Cortona (1247-1297)
St. Gertrude (1256-1302)
St. Clare of Montefalco (1268-1308)
Bl. Angela of Foligno (wafat 1309)
St. Katarina dari Siena (1347-80)
St. Lidwina (1380-1433)
St. Frances of Rome (1384-1440)
St. Colette (1380-1447)
St. Rita of Cassia (1386-1456)
Bl. Osanna of Mantua (1499-1505)
St. Catherine of Genoa (1447-1510)
Bl. Baptista Varani (1458-1524)
Bl. Lucy of Narni (1476-1547)
Bl. Catherine of Racconigi (1486-1547)
St. John of God (1495-1550)
St. Catherine de' Ricci (1522-1589)
St. Mary Magdalene de' Pazzi (1566-1607)
Bl. Marie de l'Incarnation (1566-1618)
Bl. Mary Anne of Jesus (1557-1620)
Bl. Carlo of Sezze (wafat 1670)
St. Margaret Mary Alacoque (1647-90)
St. Veronica Giuliani (1600-1727)
St. Mary Frances of the Five Wounds (1715-91)
St. Gemma Galgani (1878-1903)
Bl. Anne Catherine Emmerich (1774-1824)
St. Rose de Lima (1586-1617)
St. Teresa of Avila (1515-1582)
St. Faustina.
D.
MADAH HARIAN
(Rabu, 19 September 2018)
Bahkan bila kita terjatuh seratus kali dalam sehari, itu tidak apa-apa.
Kita harus tetap bangun setiap kalinya dan terus melangkah menuju Allah tanpa menengok ke belakang.
Ya Allah, bersegeralah menolong aku
Ya Tuhan, perhatikanlah umat-Mu
Kemuliaan...
Alleluya.
MADAH IBADAT BACAAN
Trimalah madah pujian
Yesus sabda keslamatan
Kauselami lubuk hati
Hidup kami Kausayangi
Engkau gembala utama
Mencari orang berdosa
Domba yang sesat Kauantar
Ke sumber air yang segar
Smoga dalam pengadilan
Kami berdiri di kanan
Mewarisi kerajaan
Yang sudah Kausediakan
Terpujilah Kristus Tuhan
Yang rela menjadi kurban
Namun kini sudah jaya
Berkuasa selamanya
Amin
MADAH IBADAT PAGI
Mari kita putra terang
Tampil maju dan berjuang
Diresapi s’mangat Kristus
Jadi abdi dengan tulus
Jangan lupa mohon Tuhan
Agar kita diarahkan
Pada tujuan sejati
Setia sepanjang hari
Allah cahaya sejati
Sinarilah hati kami
Agar mampu memantulkan
Kristus terang kehidupan
Terpujilah Allah Bapa
Terpujilah Allah Putra
Bersama Roh Kudus pula
Sekarang dan selamanya
Amin
MADAH IBADAT SIANG
Marilah kita bernyanyi
Bagi penebus ilahi
Dengan iman dan harapan
Penuh cinta yang bertahan
Sambil mohon dibebaskan
Dari tipu daya lawan
Agar selalu setia
Dalam mengabdi sesama
Terpujilah Allah Bapa
Bersama Putra tercinta
Yang memperoleh Roh suci
Pembaharu muka bumi
Amin
DOA
Ya Tuhan, sinarilah kiranya hati kami dengan terang cahayaMu. Semoga kami tetap mengikuti jalan perintahMu, dan tak pernah menyimpang dari padanya.
Demi Yesus Kristus, PuteraMu dan pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin.
E.
KUTIPAN TEKS MISA.
Semua kerugian yang masuk ke dunia berasal dari ketidaktahuannya akan kebenaran-kebenaran Kitab Suci secara jelas dan benar. ---- St Teresa dari Yesus
Antifon Pembuka (1Kor 12:7.8a)
Cinta kasih menerima segala sesuatu, percaya akan segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Cinta kasih tidak berkesudahan.
Doa Pembuka
Allah Bapa Mahapengasih dan penyayang, perkenankanlah kami menikmati kehadiran-Mu, bila kami saling menaruh cinta kasih, dan semoga dapat merasakan bahwa Engkaulah yang menarik hati kami untuk saling membantu dan membangun perdamaian sesama. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Ada bermacam-macam karunia Roh. Namun, hanya ada satu karunia yang utama yakni kasih. Kejarlah karunia yang utama ini.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (12:31-13:13)
Saudara-saudara, berusahalah memperoleh karunia-karunia yang paling utama. Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi. Sekalipun aku dapat berbicara dalam semua bahasa manusia dan malaikat, tetapi tidak mempunyai kasih, aku seperti gong yang bergaung atau canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia bernubuat dan aku tahu segala rahasia serta memiliki seluruh pengetahuan; sekalipun aku memiliki iman sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku. Kasih itu sabar, murah hati dan tidak cemburu. Kasih tidak memegahkan diri, tidak sombong dan tidak bertindak kurang sopan. Kasih tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak cepat marah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Kasih tidak bersukacita atas kelaliman, tetapi atas kebenaran. Kasih menutupi segala sesuatu, percaya akan segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, dan sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan. Nubuat akan berakhir, bahasa roh akan berhenti, dan pengetahuan akan lenyap. Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. Tetapi bila yang sempurna tiba, hilanglah yang tidak sempurna. Ketika masih kanak-kanak, aku berbicara seperti kanak-kanak, mereka seperti kanak-kanak, dan berpikir seperti kanak-kanak pula. Tetapi sekarang, setelah menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu. Sekarang ini kita melihat gambaran samar-samar seperti dalam cermin, tetapi nanti dari muka ke muka. Sekarang aku mengenal secara tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal secara sempurna sebagaimana aku sendiri dikenal. Demikianlah tinggal ketiga hal ini: iman, harapan dan kasih. Namun yang terbesar di antaranya ialah kasih!
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah
Mazmur Tanggapan
Ref. Berbahagialah bangsa yang dipilih Tuhan menjadi milik-Nya.
Ayat. (Mzm 33:2-3.4-5.12.22)
1. Bersyukurlah kepada Tuhan dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Nyanyikanlah bagi-Nya lagu yang baru; petiklah kecapi baik-baik mengiringi sorak-sorai.
2. Sebab firman Tuhan itu benar, segala sesuatu dikerjakan-nya dengan kesetiaan. Ia senang pada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia-Nya.
3. Berbahagialah bangsa yang Allahnya Tuhan, suku bangsa yang dipilih Allah menjadi milik pusaka-Nya! Kasih setia-Mu, ya Tuhan, kiranya menyertai kami, seperti kami berharap kepada-Mu.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, Alleluya
Ayat: Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan. Pada-Mulah sabda kehidupan kekal.
Sikap yang tidak jelas akan membingungkan. Dalam hal mengikuti Yesus, dibutuhkan sikap tegas. Oleh karena itu, orang yang berlaku tegas memperoleh hikmat.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (7:31-35)
Sekali peristiwa berkatalah Yesus kepada orang banyak, “Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini? Mereka sama dengan anak-anak yang duduk di pasar dan berseru-seru. ‘Kami meniup seruling bagimu, tetapi kalian tidak menari. Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kalian tidak menangis.’ Sebab ketika Yohanes Pembaptis datang, dan ia tidak makan roti, dan tidak minum anggur, kalian berkata, ‘Ia kerasukan setan.’ Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kalian berkata, ‘Lihatlah, seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.’ Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
Renungan
Kita semua diciptakan oleh Sang Kasih, yaitu Allah sendiri. Tentu, Sang Kasih juga telah membagikan dan menanamkan kasih itu dalam diri kita, sehingga kita juga mampu mengasihi orang lain (bdk 1Yoh 4:19). Rahmat kasih memampukan kita untuk melihat sesama dengan penuh kasih dan bukannya penuh kebencian dan penghakiman. Orang yang mudah menghakimi sesamanya adalah orang yang tidak memiliki kasih. "
Antifon Komuni (1Kor 13:13)
Demikianlah tinggal ketiga hal ini: iman, harapan, dan cinta kasih. Namun, yang terbesar diantaranya ialah cinta kasih.
Doa Malam
Allah yang murah hati, kami bersyukur atas kurnia cinta kasih-Mu. Lindungilah kami malam ini, agar esok hari kami dapat bangun dengan gembira hati dan semangat yang baru. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar