HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Sabtu, 22 September 2018
Hari Biasa Pekan XXIV
Sabtu, 23 September 2017
1 Korintus (15:35-37.42-49)
(Mzm 56:10.11-12.13-14)
Lukas (8:4-15)
"Kalos agathos - Hati yang tulus & baik".
Inilah dua kata Yunani yang menjadi dambaan banyak orang seperti yang diteladankan Padre Pio yang kita kenangkan pada hari ini.
Mengacu pada bacaan hari ini tentang perumpamaan seorang penabur, kita juga diajak menjadi orang yang hatinya tulus & baik, yang sungguh berakar-bertumbuh & berbuah di tengah aneka "HTAG"- "Hambatan Tantangan Ancaman Gangguan."
Indahnya, perumpamaan tentang penabur ini dikisahkan oleh ke 3 Injil Sinoptik (Mat. 13:13-23; Mrk. 4:3-25), yang sebenarnya lebih tepat disebut sebagai "Perumpamaan tentang Aneka Tanah," dimana Yesus adalah penabur yang selalu memberikan semua yang baik kepada kita, dan hati kita adalah "tanah"nya.
Secara sederhana, beberapa ajakan dasar-nya, antara lain:
1. Berjuang.
Tuhan selalu menaburkan "benih/kebaikan" kepada kita, dan kita perlu terus berjuang menjadi "tanah/hati" yang tulus & baik, yang cukup "pupuk, air & matahari" dengan selalu "berpegang padaNya" (Luk 11:28; Yoh 8:51; 1Kor 15:1-2; Kol 1:21-23; 1Tim 4:1,16; 2Tim 3:13-15; 1Yoh 2:24-25, Luk 8:14).
2. Berhati-hati.
Kita harus selalu berhati-hati agar "batu-duri & semak belukar duniawi", yakni godaan kesombongan -kekayaan & aneka ria kenikmatan indrawi tidak menghimpit- menghanyut-larutkan kualitas hidup dan iman kita.
3. Bertekun.
Kita diajak menjadi "tanah" yang subur dengan selalu bertekun pada sabdaNya, karena "factum non dicitur quod non perseverat- ketekunan diperlukan untuk menghasilkan kesempurnaan suatu pekerjaan."
Dengan kata lain: Tanah yang baik dan yang berbuah adalah tanah/hati yang selalu siap bertekun dalam menerima pengajaran ilahi, yang "tergetar" ketika mendengar firmanNya lalu "tergerak" dan akhirnya "bergerak" secara nyata bagi kemuliaan ilahi & kselamatan jiwa sesama, lewat doa- ucapan- tindakan nyata.
"Makan bubur di Pinangsia- Jadilah subur karna hidup kita tak akan pernah sia-sia."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
"Glorificate et portate Deum - Muliakanlah dan bawalah Tuhan."
Inilah salah satu ajakan iman yang bisa kita wartakan hari ini dengan 3 sikap dasar yang bisa kita buat sebagai umat yang selalu mendengarkanNya, antara lain:
1."Rendah hati":
Penabur! Tuhan datang sebagai Penabur yang mau datang dan menabur ke setiap "tanah". Ia hadir sebagai Tuhan yang benaR-benar "turun" kepada pelbagai umatNya, punya cinta kasih yang tidak pilih kasih. Kerendahan hatinya terbuka untuk semua orang.
2."Murah hati":
Benih! Dalam bahasa latin berarti "semen" dan tempat menabur benih adalah "seminarium", dan bagi Gereja jelaslah bahwa seminari dasar kita adalah keluarga. Yah keluarga sebagai "tanda yang kelihatan dari rahmat yang tidak kelihatan" (the visible sign of an invisible grace).
Dengan kata lain: Kita diajak untuk bersikap "murah hati", datang dan ikut berbagi benih kebaikan yang menyuburkan seperti "pupuk"-menyegarkan seperti "air" dan menghangatkan seperti "matahari", mulai dari keluarga kita masing-masing.
3."Hati hati":
Tanah! Banyak macam tanah yang membuat benih menjadi kering-mati dan tidak berbuah, entah karena rutinitas/mobilitas (kesibukan), entah karena banalitas/kedangkalan.
Disinilah kita diajak untuk hidup lebih berhati-hati, tidak larut-hanyut dalam ruwet renteng dunia, tidak terjebak oleh semak duri keduniawian tapi trus berjuang dan berjaga menjadi tanah yang baik, yang selalu berakar bertumbuh dan berbuah setiap harinya.
"Makan bubur di Argentina - Jadilah tanah yang subur bagi sesama."
B.
"Tolle et legge – Ambil dan bacalah!"
Inilah salah satu kalimat St. Agustinus, pelindung kota Milan. Ia mengajak kita untuk mau mengambil dan membaca pelbagai pesan Yesus dalam injil.
Hari inipun, saya mengambil dan membacakan sabda Yesus lewat perumpamaan tentang penabur: "Barangsiapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan!”
Adapun 3 permenungan intinya, al:
1. "Penabur":
Yesus adalah penabur yang setia mewartakan damai dan kebaikan (pax et bonum) kepada semua orang, di setiap tempat dan saat. Damai dan kebaikannya bersifat "universal", diperuntukkan bagi semua orang. Inilah sebuah semangat "keterbukaan": Syukurilah!
2. "Tanah":
Ada 4 macam tanah yang diangkatNya: ada yang di pinggir jalan-ada yang berbatu batu-ada yang di tengah semak duri dan ada juga yang menjadi tanah yang baik.
Realnya:
Kita kadang menjadi orang dengan kombinasi tanah: kadang di pinggir jalan (sibuk dan larut hanyut dengan hiruk pikuk dunia), di tanah berbatu (imannya dangkal/tidak mendalam), di tengah semak duri (terhimpit oleh banyak kekuatiran dan daya pikat dunia).
Idealnya:
Kita diajak terus berjuang menjadi "tanah yang baik", yang subur, yang tidak hanya siap berakar dalam iman dan bertumbuh dalam persaudaraan tapi juga selalu berbuah nyata dalam pelayanan. Inilah sebuah semangat "kesaksian" di tengah gereja dan masyarakat: Perjuangkanlah!
3. "Benih":
Dalam bahasa Latin, benih berarti "semen", dan tempat menabur benih adalah "seminarium". Institusi Gereja mempunyai banyak lembaga untuk "seminari menengah dan seminari tinggi" tapi tidak punya "seminari dasar" karena yakin bahwa seminari dasar itu ada di "keluarga" kita masing-masing.
Hari ini, Ia mengajak kita "back to basic", kembali ke seminari dasar kita, bernama keluarga. Bagaimana relasi kita dengan pasangan, anak dan orangtua kita sendiri? Bagaimana kita bisa membuat pelbagai benih damai dan kebaikan itu terus subur melimpah-ruah di tengah anggota keluarga kita masing-masing? "Inilah sebuah semangat "kebersamaan", bahwa iman katolik itu juga berdimensi sosial, kita menjadi orang beriman bersama para anggota keluarga juga: Wartakanlah! "
Cari bubur di Gunung Sahari - Mari menabur kasih setiap hari."
C.
WALK WITH FRANCIS:
"Kami tidak memiliki senjata.
Kami percaya akan kelembutan dan kekuatan doa, yang penuh Harapan Iman & Kasih. Tradisi kepercayaan kita berbeda, tapi perbedaan bukanlah penyebab konflik dan perselisihan atau membuat hubungan dingin di antara kita. Kami tak pernah lelah mengatakan bahwa nama Allah tidak dapat dipergunakan untuk membenarkan kekerasan. Perdamaian itu sendiri; adalah suci."
D.
SABDA PADANG GURUN.
Semua orang akan mengalami kerja keras dan konflik ketika pertama kali mereka dipertobatkan Allah, namun kemudian, mereka akan mengalami sukacita yang tak terungkapkan.
Bagaikan orang yang mencoba menyalakan api, asapnya akan memenuhi mata, mata menjadi pedih dan berair, namun lalu mereka berhasil menyalakannya dan menjadi gembira.
Bukankah telah tertulis : Allah kita adalah api yang menghanguskan (Ibrani 12.29), jadi kita harus mengobarkan api ilahi dengan airmata, dan kesulitan.
Adapun tiga orang tua biasa mengunjungi Antonius yang suci setiap tahun. Dua orang dari antara mereka biasa mendiskusikan pikiran-pikiran dan keselamatan jiwa mereka dengan Antonius. Akan tetapi yang ketiga selalu diam dan tidak bertanya apa-apa kepadanya.
Sesudah waktu yang cukup lama, Abas Antonius berkata kepadanya:
“Engkau kerap datang ke sini untuk mengunjungi aku. Akan tetapi engkau tidak pernah menanyakan apa-apa kepadaku.
Ia menjawab: “Bagiku, melihat Bapa sudah cukup.”
Tak perlu selalu terburu- buru dalam melangkah. Lihatlah ke depan dan berdoa di dalam hati : Tuhan, jagalah aku dan sembunyikan aku di bawah bayangan dan naungan sayapMu.
O Tuhan, sucikan aku, bersihkan aku, berilah aku keselarasan, keindahan, pengertian, dan terangMu.
E.
Kutipan Teks Misa.
“Doa adalah kunci yang membuka hati Tuhan” (St. Pius dari Pietrelcina)
”Musik harus mendukung perkembangan iman, muncul dari iman kita dan harus menuntun kita kembali kepada iman. Musik haruslah merupakan doa…Entertainment itu persoalan lain. Kita memiliki aula paroki untuk itu, dan teater. Orang-orang tidak datang Misa untuk dihibur. Mereka datang menyembah Allah, mengucap syukur kepada-Nya, meminta Ia mengampuni dosa kita, dan meminta kepada-Nya apa yang kita butuhkan” – Kardinal Arinze, Prefek Emeritus Kongregasi Ibadat Ilahi
Antifon Pembuka (1Kor 15:49)
Seperti kini kita mengenakan rupa dari manusia duniawi, demikian pula kita akan mengenakan rupa dari yang surgawi.
Doa Pembuka
Allah Bapa kami, sumber segapa pembaruan, perkenankanlah kami menyerupai Sang Manusia baru yang telah Kauutus mendatangi kami. Kami mohon agar dapat mendiami dunia seperti rumah-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (15:35-37.42-49)
"Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan."
Saudara-saudara, mungkin ada orang bertanya, “Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apa mereka akan datang kembali?” Hai orang bodoh! Benih yang kautaburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, jika tidak mati dahulu. Dan yang kautaburkan itu bukanlah rupa tanaman yang akan tumbuh, melainkan biji yang tidak berkulit, umpamanya biji gandum atau biji lain. Demikian pulalah halnya dengan kebangkitan orang mati: Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam kemuliaan; ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah. Seperti ada tertulis, ‘Manusia pertama, Adam, menjadi makhluk yang hidup. Tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan’. Tetapi yang mula-mula datang, bukanlah yang rohaniah, melainkan yang alamiah; barulah kemudian yang rohaniah. Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani; manusia kedua berasal dari surga. Makhluk-makhluk alamiah sama dengan yang berasal dari debu tanah, dan makhluk-makhluk surgawi sama dengan Dia yang berasal dari surga. Jadi seperti kini kita mengenakan rupa dari manusia duniawi, demikian pula kita akan mengenakan rupa dari yang surgawi.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Aku berjalan di hadapan Allah dalam cahaya kehidupan.
Ayat. (Mzm 56:10.11-12.13-14)
1. Musuhku akan mundur pada waktu aku berseru; aku yakin bahwa Allah berpihak kepadaku.
2. Kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Tuhan, yang sabda-Nya kujunjung tinggi, kepada-Nya aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadapku?
3.Nazarku kepada-Mu, ya Allah, akan kupenuhi dan kurban syukur akan kupersembahkan kepada-Mu. Sebab Engkau telah meluputkan daku dari maut, dan menjaga kakiku, sehingga tidak tersandung; sehingga aku boleh berjalan di hadapan Allah dalam cahaya kehidupan.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Luk 8:15)
Berbahagialah orang yang menyimpan sabda Allah dalam hati yang baik dan tulus ikhlas dan menghasilkan buah dalam ketekunan.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (8:4-15)
"Yang jatuh di tanah yang baik ialah orang yang mendengar sabda itu dan menyimpannya dalam hati, dan menghasilkan buah dalam ketekunan."
Banyak orang datang berbondong-bondog dari kota-kota sekitar kepada Yesus. Maka Yesus berkata dalam suatu perumpamaan, “Adalah seorang penabur keluar menaburkan benih. Waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak-injak orang dan dimakan burung-burung di udara sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan tumbuh sebentar, lalu layu karena tidak mendapat air. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, sehingga terhimpit sampai mati oleh semak-semak yang tumbuh bersama-sama. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, lalu tumbuh dan berbuah seratus kali lipat.” Sesudah itu Yesus berseru, “Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah mendengar.” Para murid menanyakan kepada Yesus maksud perumpamaan itu. Yesus menjawab, “Kalian diberi karunia mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi hal itu diwartakan kepada orang lain dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat, dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti. Inilah arti perumpamaan itu: benih itu ialah Sabda Allah. Yang jatuh di pinggir jalan ialah orang yang telah mendengarnya, kemudian datanglah Iblis, lalu mengambil sabda itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu, ialah orang yang setelah mendengar sabda itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar. Mereka hanya percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad. Yang jatuh dalam semak duri, ialah orang yang mendengar sabda itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran, kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga tidak menghasilkan buah yang matang. Yang jatuh di tanah yang baik ialah orang yang mendengar sabda itu dan menyimpannya dalam hati yang baik, dan menghasilkan buah dalam ketekunan.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.
Renungan
Entah sudah berapa kali kita mendengarkan sabda/firman Allah yang dibacakan dalam Ibadat Sabda, Perayaan Ekaristi atau aneka upacara pemberkatan. Entah sudah berapa ratus atau ribu nasehat yang telah kita terima dari orangtua, para guru/pendidik atau sesama dan suadara-saudari kita. Selain sabda Tuhan, nasehat atau saran yang pernah kita dengarkan, kiranya di jalanan atau kantor dan tempat-tempat umum dapat dibaca aneka aturan dan petunjuk, namun karena kedunguan dan ketulian telinga hati maupun mata hati kita semuanya itu bagaikan angin berlalu, dirasakan sesaat, tidak meresap dalam hati sanubari apalagi menjadi nyata dalam tindakan atau perilaku. Hal ini nampak masih sering terjadinya aneka musibah atau kecelakaan yang disebabkan oleh kurangnya kepekaan dan keterampilan manusia terhadap kepentingan umum atau sesamanya. Maka bercermin dari perumpamaan yang diwartakan hari ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua: marilah menjadi ‘tanah yang baik dan subur’ , yang setiap kali kita mendengarkan sabda Tuhan atau nasehat dan saran maupun melihat aneka aturan dan petunjuk dalam hidup bersama, kita dapat menghasilkan ‘buah dalam ketekunan’. Agar kita dapat menjadi ‘tanah yang baik dan subur’ kiranya kita perlu bersikap rendah hati dan terbuka terhadap aneka kemungkinan, perkembangan dan pertumbuhan yang ada, siap sedia untuk senantiasa diperbaharui.
Indera ‘pendengaran’ atau ‘telinga’ rasanya merupakan anggota tubuh kita yang sungguh vital, dan tentu saja bukan hanya ‘telinga tubuh/fisik’ juga dan terutama ‘telinga hati dan budi’. Pendengaran kiranya merupakan indera yang pertama kali berfungsi (ingat bayi yang masih dalam rahim ibu sudah dapat mendengarkan suara yang terjadi di sekitarnya). Dengan pendengaran yang baik dan prima kiranya orang akan mengetahui banyak rahasia, termasuk rahasia Kerajaan Allah yaitu nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan kehidupan yaitu, antara lain sebagaimana diwartakan dalam Injil hari ini, ‘ketekunan’. Maka marilah kita perdalam dan kembangkan keutamaan ‘ketekunan’: tekun dalam mendengarkan dan berbuat baik kepada sesama maupun dalam melaksanakan tugas kewajiban atau pekerjaan kita. (1) Sebagai orangtua (lebih-lebih ibu yang sedang mengandung/hamil), pemimpin/atasan, pendidik atau orang dewasa hendaknya senantiasa memiliki ‘cara bertindak’ (cara melihat, cara merasa, cara berpikir, cara bersikap dan cara berperilaku) yang baik, sehingga dapat mempengaruhi anak-anak, bawahan/anggota maupun para peserta didik, (2) Kita semua, marilah kita dengan rendah hati dan lemah lembut ‘mendengarkan’ dengan tekun apa-apa yang terjadi di lingkungan hidup kita, tetapi dan terutama serta pertama-tama dalam mendengarkan suara Tuhan dalam doa, pembacaan Sabda Tuhan atau ‘lectio divina’/bacaan rohani, (3) Kepada siapapun yang berjiwa belajar (ingat motto ‘ongoing education atau ongoing formation), terutama anak-anak, para peserta didik/mahasiswa, marilah dengan tekun dan rendah hati mendengarkan aneka macam informasi atau pengetahuan yang disampaikan kepada kita. Kami percaya, jika kita memiliki hati dan budi yang baik, dengan memperkembangkan dan memperdalam indra pendengaran kita akan terdorong atau termotivasi untuk tekun berbuat baik bagi diri sendiri maupun sesama kita. Pendengaran dan mendengarkan merupakan unsur-unsur pokok/vital dalam proses pendidikan, pembinaan atau pertumbuhan dan perkembangan.
Antifon Komuni (Luk 8:15)
Yang jatuh di tanah baik ialah orang yang mendengar sabda itu dan menyimpannya dalam hati yang baik, dan menghasilkan buah dalam ketekunan.
Doa Malam
Ya Yesus, bantulah kami untuk selalu menyiapkan lahan yang subur di hati kami. Dengan demikian setiap benih sabda-Mu yang ditaburkan dapat tumbuh, hidup dan menghasilkan buah melimpah sesuai dengan kehendak-Mu sendiri. Engkaulah Tuhan yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa. Amin.
HARAPAN IMAN KASIH.
Sabtu, 22 September 2018
Hari Biasa Pekan XXIV
Sabtu, 23 September 2017
1 Korintus (15:35-37.42-49)
(Mzm 56:10.11-12.13-14)
Lukas (8:4-15)
"Kalos agathos - Hati yang tulus & baik".
Inilah dua kata Yunani yang menjadi dambaan banyak orang seperti yang diteladankan Padre Pio yang kita kenangkan pada hari ini.
Mengacu pada bacaan hari ini tentang perumpamaan seorang penabur, kita juga diajak menjadi orang yang hatinya tulus & baik, yang sungguh berakar-bertumbuh & berbuah di tengah aneka "HTAG"- "Hambatan Tantangan Ancaman Gangguan."
Indahnya, perumpamaan tentang penabur ini dikisahkan oleh ke 3 Injil Sinoptik (Mat. 13:13-23; Mrk. 4:3-25), yang sebenarnya lebih tepat disebut sebagai "Perumpamaan tentang Aneka Tanah," dimana Yesus adalah penabur yang selalu memberikan semua yang baik kepada kita, dan hati kita adalah "tanah"nya.
Secara sederhana, beberapa ajakan dasar-nya, antara lain:
1. Berjuang.
Tuhan selalu menaburkan "benih/kebaikan" kepada kita, dan kita perlu terus berjuang menjadi "tanah/hati" yang tulus & baik, yang cukup "pupuk, air & matahari" dengan selalu "berpegang padaNya" (Luk 11:28; Yoh 8:51; 1Kor 15:1-2; Kol 1:21-23; 1Tim 4:1,16; 2Tim 3:13-15; 1Yoh 2:24-25, Luk 8:14).
2. Berhati-hati.
Kita harus selalu berhati-hati agar "batu-duri & semak belukar duniawi", yakni godaan kesombongan -kekayaan & aneka ria kenikmatan indrawi tidak menghimpit- menghanyut-larutkan kualitas hidup dan iman kita.
3. Bertekun.
Kita diajak menjadi "tanah" yang subur dengan selalu bertekun pada sabdaNya, karena "factum non dicitur quod non perseverat- ketekunan diperlukan untuk menghasilkan kesempurnaan suatu pekerjaan."
Dengan kata lain: Tanah yang baik dan yang berbuah adalah tanah/hati yang selalu siap bertekun dalam menerima pengajaran ilahi, yang "tergetar" ketika mendengar firmanNya lalu "tergerak" dan akhirnya "bergerak" secara nyata bagi kemuliaan ilahi & kselamatan jiwa sesama, lewat doa- ucapan- tindakan nyata.
"Makan bubur di Pinangsia- Jadilah subur karna hidup kita tak akan pernah sia-sia."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
"Glorificate et portate Deum - Muliakanlah dan bawalah Tuhan."
Inilah salah satu ajakan iman yang bisa kita wartakan hari ini dengan 3 sikap dasar yang bisa kita buat sebagai umat yang selalu mendengarkanNya, antara lain:
1."Rendah hati":
Penabur! Tuhan datang sebagai Penabur yang mau datang dan menabur ke setiap "tanah". Ia hadir sebagai Tuhan yang benaR-benar "turun" kepada pelbagai umatNya, punya cinta kasih yang tidak pilih kasih. Kerendahan hatinya terbuka untuk semua orang.
2."Murah hati":
Benih! Dalam bahasa latin berarti "semen" dan tempat menabur benih adalah "seminarium", dan bagi Gereja jelaslah bahwa seminari dasar kita adalah keluarga. Yah keluarga sebagai "tanda yang kelihatan dari rahmat yang tidak kelihatan" (the visible sign of an invisible grace).
Dengan kata lain: Kita diajak untuk bersikap "murah hati", datang dan ikut berbagi benih kebaikan yang menyuburkan seperti "pupuk"-menyegarkan seperti "air" dan menghangatkan seperti "matahari", mulai dari keluarga kita masing-masing.
3."Hati hati":
Tanah! Banyak macam tanah yang membuat benih menjadi kering-mati dan tidak berbuah, entah karena rutinitas/mobilitas (kesibukan), entah karena banalitas/kedangkalan.
Disinilah kita diajak untuk hidup lebih berhati-hati, tidak larut-hanyut dalam ruwet renteng dunia, tidak terjebak oleh semak duri keduniawian tapi trus berjuang dan berjaga menjadi tanah yang baik, yang selalu berakar bertumbuh dan berbuah setiap harinya.
"Makan bubur di Argentina - Jadilah tanah yang subur bagi sesama."
B.
"Tolle et legge – Ambil dan bacalah!"
Inilah salah satu kalimat St. Agustinus, pelindung kota Milan. Ia mengajak kita untuk mau mengambil dan membaca pelbagai pesan Yesus dalam injil.
Hari inipun, saya mengambil dan membacakan sabda Yesus lewat perumpamaan tentang penabur: "Barangsiapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan!”
Adapun 3 permenungan intinya, al:
1. "Penabur":
Yesus adalah penabur yang setia mewartakan damai dan kebaikan (pax et bonum) kepada semua orang, di setiap tempat dan saat. Damai dan kebaikannya bersifat "universal", diperuntukkan bagi semua orang. Inilah sebuah semangat "keterbukaan": Syukurilah!
2. "Tanah":
Ada 4 macam tanah yang diangkatNya: ada yang di pinggir jalan-ada yang berbatu batu-ada yang di tengah semak duri dan ada juga yang menjadi tanah yang baik.
Realnya:
Kita kadang menjadi orang dengan kombinasi tanah: kadang di pinggir jalan (sibuk dan larut hanyut dengan hiruk pikuk dunia), di tanah berbatu (imannya dangkal/tidak mendalam), di tengah semak duri (terhimpit oleh banyak kekuatiran dan daya pikat dunia).
Idealnya:
Kita diajak terus berjuang menjadi "tanah yang baik", yang subur, yang tidak hanya siap berakar dalam iman dan bertumbuh dalam persaudaraan tapi juga selalu berbuah nyata dalam pelayanan. Inilah sebuah semangat "kesaksian" di tengah gereja dan masyarakat: Perjuangkanlah!
3. "Benih":
Dalam bahasa Latin, benih berarti "semen", dan tempat menabur benih adalah "seminarium". Institusi Gereja mempunyai banyak lembaga untuk "seminari menengah dan seminari tinggi" tapi tidak punya "seminari dasar" karena yakin bahwa seminari dasar itu ada di "keluarga" kita masing-masing.
Hari ini, Ia mengajak kita "back to basic", kembali ke seminari dasar kita, bernama keluarga. Bagaimana relasi kita dengan pasangan, anak dan orangtua kita sendiri? Bagaimana kita bisa membuat pelbagai benih damai dan kebaikan itu terus subur melimpah-ruah di tengah anggota keluarga kita masing-masing? "Inilah sebuah semangat "kebersamaan", bahwa iman katolik itu juga berdimensi sosial, kita menjadi orang beriman bersama para anggota keluarga juga: Wartakanlah! "
Cari bubur di Gunung Sahari - Mari menabur kasih setiap hari."
C.
WALK WITH FRANCIS:
"Kami tidak memiliki senjata.
Kami percaya akan kelembutan dan kekuatan doa, yang penuh Harapan Iman & Kasih. Tradisi kepercayaan kita berbeda, tapi perbedaan bukanlah penyebab konflik dan perselisihan atau membuat hubungan dingin di antara kita. Kami tak pernah lelah mengatakan bahwa nama Allah tidak dapat dipergunakan untuk membenarkan kekerasan. Perdamaian itu sendiri; adalah suci."
D.
SABDA PADANG GURUN.
Semua orang akan mengalami kerja keras dan konflik ketika pertama kali mereka dipertobatkan Allah, namun kemudian, mereka akan mengalami sukacita yang tak terungkapkan.
Bagaikan orang yang mencoba menyalakan api, asapnya akan memenuhi mata, mata menjadi pedih dan berair, namun lalu mereka berhasil menyalakannya dan menjadi gembira.
Bukankah telah tertulis : Allah kita adalah api yang menghanguskan (Ibrani 12.29), jadi kita harus mengobarkan api ilahi dengan airmata, dan kesulitan.
Adapun tiga orang tua biasa mengunjungi Antonius yang suci setiap tahun. Dua orang dari antara mereka biasa mendiskusikan pikiran-pikiran dan keselamatan jiwa mereka dengan Antonius. Akan tetapi yang ketiga selalu diam dan tidak bertanya apa-apa kepadanya.
Sesudah waktu yang cukup lama, Abas Antonius berkata kepadanya:
“Engkau kerap datang ke sini untuk mengunjungi aku. Akan tetapi engkau tidak pernah menanyakan apa-apa kepadaku.
Ia menjawab: “Bagiku, melihat Bapa sudah cukup.”
Tak perlu selalu terburu- buru dalam melangkah. Lihatlah ke depan dan berdoa di dalam hati : Tuhan, jagalah aku dan sembunyikan aku di bawah bayangan dan naungan sayapMu.
O Tuhan, sucikan aku, bersihkan aku, berilah aku keselarasan, keindahan, pengertian, dan terangMu.
E.
Kutipan Teks Misa.
“Doa adalah kunci yang membuka hati Tuhan” (St. Pius dari Pietrelcina)
”Musik harus mendukung perkembangan iman, muncul dari iman kita dan harus menuntun kita kembali kepada iman. Musik haruslah merupakan doa…Entertainment itu persoalan lain. Kita memiliki aula paroki untuk itu, dan teater. Orang-orang tidak datang Misa untuk dihibur. Mereka datang menyembah Allah, mengucap syukur kepada-Nya, meminta Ia mengampuni dosa kita, dan meminta kepada-Nya apa yang kita butuhkan” – Kardinal Arinze, Prefek Emeritus Kongregasi Ibadat Ilahi
Antifon Pembuka (1Kor 15:49)
Seperti kini kita mengenakan rupa dari manusia duniawi, demikian pula kita akan mengenakan rupa dari yang surgawi.
Doa Pembuka
Allah Bapa kami, sumber segapa pembaruan, perkenankanlah kami menyerupai Sang Manusia baru yang telah Kauutus mendatangi kami. Kami mohon agar dapat mendiami dunia seperti rumah-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (15:35-37.42-49)
"Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan."
Saudara-saudara, mungkin ada orang bertanya, “Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apa mereka akan datang kembali?” Hai orang bodoh! Benih yang kautaburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, jika tidak mati dahulu. Dan yang kautaburkan itu bukanlah rupa tanaman yang akan tumbuh, melainkan biji yang tidak berkulit, umpamanya biji gandum atau biji lain. Demikian pulalah halnya dengan kebangkitan orang mati: Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam kemuliaan; ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah. Seperti ada tertulis, ‘Manusia pertama, Adam, menjadi makhluk yang hidup. Tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan’. Tetapi yang mula-mula datang, bukanlah yang rohaniah, melainkan yang alamiah; barulah kemudian yang rohaniah. Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani; manusia kedua berasal dari surga. Makhluk-makhluk alamiah sama dengan yang berasal dari debu tanah, dan makhluk-makhluk surgawi sama dengan Dia yang berasal dari surga. Jadi seperti kini kita mengenakan rupa dari manusia duniawi, demikian pula kita akan mengenakan rupa dari yang surgawi.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Aku berjalan di hadapan Allah dalam cahaya kehidupan.
Ayat. (Mzm 56:10.11-12.13-14)
1. Musuhku akan mundur pada waktu aku berseru; aku yakin bahwa Allah berpihak kepadaku.
2. Kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Tuhan, yang sabda-Nya kujunjung tinggi, kepada-Nya aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadapku?
3.Nazarku kepada-Mu, ya Allah, akan kupenuhi dan kurban syukur akan kupersembahkan kepada-Mu. Sebab Engkau telah meluputkan daku dari maut, dan menjaga kakiku, sehingga tidak tersandung; sehingga aku boleh berjalan di hadapan Allah dalam cahaya kehidupan.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Luk 8:15)
Berbahagialah orang yang menyimpan sabda Allah dalam hati yang baik dan tulus ikhlas dan menghasilkan buah dalam ketekunan.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (8:4-15)
"Yang jatuh di tanah yang baik ialah orang yang mendengar sabda itu dan menyimpannya dalam hati, dan menghasilkan buah dalam ketekunan."
Banyak orang datang berbondong-bondog dari kota-kota sekitar kepada Yesus. Maka Yesus berkata dalam suatu perumpamaan, “Adalah seorang penabur keluar menaburkan benih. Waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak-injak orang dan dimakan burung-burung di udara sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan tumbuh sebentar, lalu layu karena tidak mendapat air. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, sehingga terhimpit sampai mati oleh semak-semak yang tumbuh bersama-sama. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, lalu tumbuh dan berbuah seratus kali lipat.” Sesudah itu Yesus berseru, “Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah mendengar.” Para murid menanyakan kepada Yesus maksud perumpamaan itu. Yesus menjawab, “Kalian diberi karunia mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi hal itu diwartakan kepada orang lain dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat, dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti. Inilah arti perumpamaan itu: benih itu ialah Sabda Allah. Yang jatuh di pinggir jalan ialah orang yang telah mendengarnya, kemudian datanglah Iblis, lalu mengambil sabda itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu, ialah orang yang setelah mendengar sabda itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar. Mereka hanya percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad. Yang jatuh dalam semak duri, ialah orang yang mendengar sabda itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran, kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga tidak menghasilkan buah yang matang. Yang jatuh di tanah yang baik ialah orang yang mendengar sabda itu dan menyimpannya dalam hati yang baik, dan menghasilkan buah dalam ketekunan.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.
Renungan
Entah sudah berapa kali kita mendengarkan sabda/firman Allah yang dibacakan dalam Ibadat Sabda, Perayaan Ekaristi atau aneka upacara pemberkatan. Entah sudah berapa ratus atau ribu nasehat yang telah kita terima dari orangtua, para guru/pendidik atau sesama dan suadara-saudari kita. Selain sabda Tuhan, nasehat atau saran yang pernah kita dengarkan, kiranya di jalanan atau kantor dan tempat-tempat umum dapat dibaca aneka aturan dan petunjuk, namun karena kedunguan dan ketulian telinga hati maupun mata hati kita semuanya itu bagaikan angin berlalu, dirasakan sesaat, tidak meresap dalam hati sanubari apalagi menjadi nyata dalam tindakan atau perilaku. Hal ini nampak masih sering terjadinya aneka musibah atau kecelakaan yang disebabkan oleh kurangnya kepekaan dan keterampilan manusia terhadap kepentingan umum atau sesamanya. Maka bercermin dari perumpamaan yang diwartakan hari ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua: marilah menjadi ‘tanah yang baik dan subur’ , yang setiap kali kita mendengarkan sabda Tuhan atau nasehat dan saran maupun melihat aneka aturan dan petunjuk dalam hidup bersama, kita dapat menghasilkan ‘buah dalam ketekunan’. Agar kita dapat menjadi ‘tanah yang baik dan subur’ kiranya kita perlu bersikap rendah hati dan terbuka terhadap aneka kemungkinan, perkembangan dan pertumbuhan yang ada, siap sedia untuk senantiasa diperbaharui.
Indera ‘pendengaran’ atau ‘telinga’ rasanya merupakan anggota tubuh kita yang sungguh vital, dan tentu saja bukan hanya ‘telinga tubuh/fisik’ juga dan terutama ‘telinga hati dan budi’. Pendengaran kiranya merupakan indera yang pertama kali berfungsi (ingat bayi yang masih dalam rahim ibu sudah dapat mendengarkan suara yang terjadi di sekitarnya). Dengan pendengaran yang baik dan prima kiranya orang akan mengetahui banyak rahasia, termasuk rahasia Kerajaan Allah yaitu nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan kehidupan yaitu, antara lain sebagaimana diwartakan dalam Injil hari ini, ‘ketekunan’. Maka marilah kita perdalam dan kembangkan keutamaan ‘ketekunan’: tekun dalam mendengarkan dan berbuat baik kepada sesama maupun dalam melaksanakan tugas kewajiban atau pekerjaan kita. (1) Sebagai orangtua (lebih-lebih ibu yang sedang mengandung/hamil), pemimpin/atasan, pendidik atau orang dewasa hendaknya senantiasa memiliki ‘cara bertindak’ (cara melihat, cara merasa, cara berpikir, cara bersikap dan cara berperilaku) yang baik, sehingga dapat mempengaruhi anak-anak, bawahan/anggota maupun para peserta didik, (2) Kita semua, marilah kita dengan rendah hati dan lemah lembut ‘mendengarkan’ dengan tekun apa-apa yang terjadi di lingkungan hidup kita, tetapi dan terutama serta pertama-tama dalam mendengarkan suara Tuhan dalam doa, pembacaan Sabda Tuhan atau ‘lectio divina’/bacaan rohani, (3) Kepada siapapun yang berjiwa belajar (ingat motto ‘ongoing education atau ongoing formation), terutama anak-anak, para peserta didik/mahasiswa, marilah dengan tekun dan rendah hati mendengarkan aneka macam informasi atau pengetahuan yang disampaikan kepada kita. Kami percaya, jika kita memiliki hati dan budi yang baik, dengan memperkembangkan dan memperdalam indra pendengaran kita akan terdorong atau termotivasi untuk tekun berbuat baik bagi diri sendiri maupun sesama kita. Pendengaran dan mendengarkan merupakan unsur-unsur pokok/vital dalam proses pendidikan, pembinaan atau pertumbuhan dan perkembangan.
Antifon Komuni (Luk 8:15)
Yang jatuh di tanah baik ialah orang yang mendengar sabda itu dan menyimpannya dalam hati yang baik, dan menghasilkan buah dalam ketekunan.
Doa Malam
Ya Yesus, bantulah kami untuk selalu menyiapkan lahan yang subur di hati kami. Dengan demikian setiap benih sabda-Mu yang ditaburkan dapat tumbuh, hidup dan menghasilkan buah melimpah sesuai dengan kehendak-Mu sendiri. Engkaulah Tuhan yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar