Ads 468x60px

Minggu, 16 Juni 2019

HIK : HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI
HARAPAN IMAN KASIH
Minggu, 16 Juni 2019
Hari Raya Tritunggal Mahakudus
Amsal (8:22-31)
(Mzm 8:4-5.6-7.8-9)
Roma (5:1-5)
Yohanes (16:12-15)
"Credo ut inteligam - Aku percaya supaya mengerti".
Inilah salah satu kalimat St. Agustinus yang mendasari pentingnya keberimanan dalam keseharian. Dengan kata lain: Semakin kita percaya kepadaNya, semakin Ia berkenan mewahyukan diri dan menyingkapkan misteriNya kepada kita. Salah satu misteriNya adalah "Tritunggal MahaKudus" yang kita kenangkan hari ini, sepekan setelah Pentakosta (turunnya Roh Kudus atas Grj).
Misteri "Tritunggal/Trinitas" yang mengajak kita untuk selalu "TRImalah dalam iman-berganTUNGlah pada Tuhan dan tangGALkanlah kegelapan" semakin membuat kita untuk benar-benar percaya akan Allah yang esa, akan penyelenggaraan ilahi sebagai Bapa yang menciptakan, Putra yang menyelamatkan dan Roh Kudus yang menyertakan. Iman akan Tritunggal ini memang merupakan misteri yang mahaagung dan tidak mudah bahkan tidak mungkin kita mengerti sepenuhNya.
Jelasnya, meski kita merasa mengenal, mengerti dan memahami Tuhan tapi yang lebih penting sebenarnya adalah percaya utuh pada penyelenggaraan kasihNya.
Demikianlah, Allah Tritunggal, "Bapa, Putera dan Roh Kudus" merupakan satu Allah dalam tiga pribadi yang sama. Ya, karena cinta kasihNya, Ia berkenan mewahyukan diri di segala zaman: Ia menciptakan-menyelamatkan dan menyertai kita karena tepatlah kata Yesus hari ini: “Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yg kekal."
"Dari Tegal ke Sukabumi - Allah Tritunggal tinggallah bersama kami."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
LITANI TRITUNGGAL MAHAKUDUS
Terberkatilah Tritunggal Mahakudus dalam kesatuanNya yang tak terbagi;
Kami memuliakan Tuhan, karena Dia telah menunjukkan rahmat-Nya kepada kami.
Ya Tuhan Allah kami, terpujilah nama-Mu di seluruh bumi!
O kedalaman kekayaan hikmat dan pengetahuan akan Allah!
Tuhan, kasihanilah kami.
Tuhan, kasihanilah kami.
Kristus, kasihanilah kami.
Kristus, kasihanilah kami.
Tuhan, kasihanilah kami.
Tuhan, kasihanilah kami.
Tritunggal Terberkati, dengarkanlah kami.
Persatuan Terpuji, bermurah hatilah mendengarkan kami.
Allah Bapa di Surga, kasihanilah kami.
Allah Putera, Penebus dunia, kasihanilah kami.
Allah Roh Kudus, kasihanilah kami.
Tritunggal Mahakudus, Satu Allah, kasihanilah kami.
Bapa yang dariNya segala sesuatu,
kasihanilah kami.
Anak yang melaluiNya segala sesuatu,
kasihanilah kami.
Roh Kudus yang di dalam-Nya segala sesuatu,
kasihanilah kami.
Tritunggal Kudus dan tak terbagi,
kasihanilah kami.
Bapa abadi, kasihanilah kami.
Putra Tunggal Bapa, kasihanilah kami.
Roh yang berasal dari Bapa dan Putra, kasihanilah kami.
Tiga Kemuliaan Ilahi, kasihanilah kami.
Bapa, Sang Pencipta, kasihanilah kami.
Putra, Sang Penebus, kasihanilah kami.
Roh Kudus, Sang Penghibur, kasihanilah kami.
Kudus, kudus, kudus, Tuhan Allah semesta alam, kasihanilah kami.
Ia yang ada, dahulu, dan yang akan datang, kasihanilah kami.
Tuhan Yang Mahatinggi, yang mendiami keabadian, kasihanilah kami.
Kepada Siapa semua kehormatan dan kemuliaan, kasihanilah kami.
Yang melakukan keajaiban besar, kasihanilah kami.
Kekuatan tak terbatas, kasihanilah kami.
Kebijaksanaan yang tak dapat dipahami, kasihanilah kami.
Cinta tak terkatakan, kasihanilah kami.
Berbelas kasihlah kepada kami, O Tritunggal Kudus
Berbelas kasihlah kepada kami, dengarkankah kami O Tritunggal Mahakudus.
Dari semua kejahatan, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Dari semua dosa, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Dari semua kesombongan, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Dari cinta akan kekayaan, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Dari semua kenajisan, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Dari semua ketamakan, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Dari semua rasa sayang yang berlebihan, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Dari semua iri dan kebencian, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Dari semua kemarahan dan ketidaksabaran, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Dari setiap pikiran, perkataan, dan perbuatan yang bertentangan dengan hukum-Mu yang kudus, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Dari kutukan abadi, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Melalui kekuatanMu Yang Mahakuasa, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Melalui kebaikan kasih setia-Mu, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Melalui harta tak ternilai kebaikan dan cinta Mu, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Melalui kedalaman hikmat dan pengetahuanMu, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Melalui semua kesempurnaanMu yang tak terkatakan, bebaskanlah kami O Tritunggal Mahakudus.
Kami para pendosa,
kami memohon kepadamu, dengarkanlah kami.
Kami melayani kepadaMu saja,
kami memohon kepadamu, dengarkanlah kami.
Kami menyembah Engkau dalam roh dan kebenaran,
kami memohon kepadamu, dengarkanlah kami.
Kami mengasihi Engkau dengan sepenuh hati, dengan segenap jiwa, dan dengan segenap kekuatan,
kami memohon kepadamu, dengarkanlah kami.
Supaya, demi Engkau, kami dapat mencintai sesama kami seperti diri kami sendiri,
kami memohon kepadamu, dengarkanlah kami.
Agar kami dapat mematuhi perintah-perintah-Mu yang kudus,
kami memohon kepadamu, dengarkanlah kami.
Agar kami tidak pernah menajiskan tubuh dan jiwa kami dengan dosa,
kami memohon kepadamu, dengarkanlah kami.
Agar kami dapat pergi dari kasih karunia ke kasih karunia, dan dari kebajikan ke kebajikan,
kami memohon kepadamu, dengarkanlah kami.
Bahwa kami akhirnya dapat memandang Engkau dalam kemuliaan,
kami memohon kepadamu, dengarkanlah kami.
Bahwa Engkau bersedia untuk mendengarkan kami,
kami memohon kepadamu, dengarkanlah kami.
O Tritunggal Terberkati,
Kami mohon, bebaskanlah kami.
O Tritunggal Terberkati,
Kami mohon, selamatkanlah kami.
O Tritunggal Terberkati,
Kamo mohon, kasihanilah kami.
Tuhan, kasihanilah,
Kristus, kasihanilah.
Tuhan, kasihanilah.
Bapa kami...
Salam Maria...
Terpujilah Engkau ya Tuhan, di surga,
dan layak untuk dipuji, dimuliakan, dan ditinggikan selamanya.
Marilah kita berdoa:
Allah yang kekal dan berkuasa, yang telah memberikan kepada hamba-hambaMu dalam pengakuan iman sejati, untuk mengenali kemuliaan Tritunggal Abadi, dan dalam kuasa keagunganMu; untuk memuji kesatuanMu, kami memohon kepadamu supaya dengan kekuatan iman ini kami semua dapat bertahan dalam semua kesukaran, bersama dan melalui Yesus Kristus Tuhan kami. Amin
B.
Madah Ibadat Bacaan, Pagi, Siang
(Minggu, 16 Juni 2019)
HARI RAYA TRITUNGGAL MAHAKUDUS
Ya Allah, bersegeralah menolong aku
Ya Tuhan, perhatikanlah hambaMu
Kemuliaan
MADAH IBADAT BACAAN
O Tritunggal mahasuci
Yang luhur menguasai
Bumi langit seluruhnya
Dan semua penghuninya
Bapa sumber karunia
Putra penebus dunia
Roh kudus ikatan cinta
Terbit dari keduanya
Semoga kami semua
Yang Kauangkat jadi putra
Hidup berbakti selalu
Memenuhi harapanMu
Perkenankanlah umatMu
Berbahagia selalu
Bernyanyi dengan gembira
Bersama seisi surga
Amin
MADAH IBADAT PAGI
Bapa surgawi pencipta dunia
Semoga kami yang Kauangkat putra
Tetap berbakti pasrah dan percaya
S’lalu setia
Putra ilahi cahaya abadi
Sudi menjadi sama dengan kami
Satukan kami agar bersehati
Tidak terbagi
Roh sumber cinta api yang bernyala
Yang selamanya mengatur segala
Tolonglah kami memperbaharui
Hati dan budi
Dimulyakanlah Bapa yang kuasa
Diluhurkanlah Putra yang tercinta
Dihormatilah Roh yang bijaksana
Slama-lamanya
Amin
MADAH IBADAT SIANG
O Tritunggal mahasuci
Yang luhur menguasai
Bumi langit seluruhnya
Dan semua penghuninya
Bapa Sumber karunia
Putra penebus dunia
Roh kudus ikatan cinta
Terbit dari keduanya
Semoga kami semua
Yang Kauangkat jadi putra
Hidup berbakti selalu
Memenuhi harapanMu
Perkenankanlah umatMu
Berbahagia selalu
Bernyanyi dengan gembira
Bersama seisi surga
Amin
BACAAN SINGKAT
(1 Kor 12,4-6)
Kurnia berbeda-beda, tetapi Roh Kudus itu satu dan sama.
Tugas pelayanan berbeda-beda, tetapi Tuhan itu satu dan sama.
Mukjizat berbeda-beda, tetapi Allah itu satu dan sama.
Dialah yang mengerjakan segalanya dalam semua orang.
DOA
Allah Bapa, dengan mengutus Sabda kebenaran dan Roh pengudus ke dunia Engkau telah menyatakan kepada kami misteri hidupMu yang mahaagung. Semoga kami menghayati iman yang benar, mengakui tiga pribadi ilahi yang mulia dan menyembah satu Allah yang kuasa.
Demi Yesus Kristus, pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin
Semoga Tuhan memberkati kita, melindungi kita terhadap dosa dan menghantar kita ke hidup yang kekal.
Amin.
C.
Tritunggal; kodrat-Nya satu, tak terceraikan; satu pun daya kegiatan-Nya. (St. Atanasius)
Terpujilah Allah Bapa, Putra Allah yang tunggal, serta Roh Kudus: karena besarlah kasih-Nya bagi kita.
Blest be God the Father; and the Only Begotten Son of God, and also the Holy Spirit, for he has shown us his merciful love.
Benedicta sit Sancta Trinitas, atque indivisa Unitas: confitebimur ei, quia fecit nobiscum misericordiam suam.
====
Tritunggal adalah satu. Kita tidak mengakui tiga Allah, tetapi satu Allah dalam tiga Pribadi: "Tritunggal yang sehakikat" (Konsili Konstantinopel II 553: DS 421). Pribadi-pribadi ilahi tidak membagi-bagi ke-Allah-an yang satu itu di antara mereka, tetapi masing-masing dari mereka adalah Allah sepenuhnya dan seluruhnya: "Bapa adalah yang sama seperti Putera, Putera yang sama seperti Bapa. Bapa dan Putera adalah yang sama seperti Roh Kudus, yaitu satu Allah menurut kodrat" (Sinode Toledo XI 675: DS 530). "Tiap-tiap dari ketiga Pribadi itu merupakan kenyataan itu, yakni substansi, hakikat, atau kodrat ilahi" (K. Lateran IV 1215: DS 804). -- Katekismus Gereja Katolik, 253
D.
Kutipan Teks Misa:
Tiada sesuatu yang serupa dengan Tritunggal; kodrat-Nya satu, tak terceraikan; satu pun daya kegiatan-Nya. --- St. Atanasius
Antifon Pembuka
Terpujilah Allah Bapa, Putra Allah yang Tunggal, serta Roh Kudus: karena besarlah kasih-Nya bagi kita.
Blest be God the Father; and the Only Begotten Son of God, and also the Holy Spirit, for he has shown us his merciful love.
Benedicta sit Sancta Trinitas, atque indivisa Unitas: confitebimur ei, quia fecit nobiscum misericordiam suam.
Doa Pembuka
Allah Bapa, dengan mengutus Sabda Kebenaran dan Roh Pengudus ke dalam dunia, Engkau telah mengungkapkan kepada manusia misteri-Mu yang mengagumkan. Semoga dengan iman yang benar kami mengakui kemuliaan Tritunggal yang kekal dan menyembah keesaan-Nya dalam keagungan kuasa-Nya. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dan Roh Kudus, Allah, kini dan sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Amsal (8:22-31)
"Sebelum bumi ada, kebijaksanaan sudah ada."
Tuhan telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama. Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum bumi ada. Sebelum samudera raya ada, aku telah lahir, yakni sebelum ada sumber-sumber yang sarat dengan air. Sebelum gunung-gunung tertanam, aku telah ada, dan lebih dahulu daripada bukit-bukit aku telah lahir; sebelum Tuhan membuat bumi dengan padang-padangnya, atau debu dataran yang pertama. Ketika Ia mempersiapkan langit, aku ada di sana, ketika Ia menggaris kaki langit pada permukaan air samudera raya, ketika Ia menetapkan awan-awan di atas, dan mata air samudera raya meluap dengan deras; aku ada di sana; ketika Ia menentukan batas kepada laut, supaya air jangan melanggar titah-Nya, dan ketika Ia menetapkan dasar-dasar bumi, aku ada serta-Nya sebagai anak kesayangan. Setiap hari aku menjadi kesenangan-Nya, dan aku senantiasa bermain-main di hadapan-Nya; aku bermain-main di atas muka bumi-Nya, dan anak-anak manusia menjadi kesenanganku.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = d, 2/4, PS 832
Ref. Betapa megah nama-Mu, Tuhan, di seluruh bumi.
Ayat. (Mzm 8:4-5.6-7.8-9)
1. Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kaupasang: Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?
2. Kauciptakan dia hampir setara dengan Allah, Kaumahkotai dengan kemuliaan dan semarak. Kauberi dia kuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kautundukkan di bawah kakinya.
3. Domba, sapi dan ternak semuanya; hewan di padang dan margasatwa; burung di udara dan ikan di laut, dan semua yang melintasi arus lautan.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma (5:1-5)
"Kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Kristus, dalam kasih yang dicurahkan oleh Roh Kudus."
Saudara-saudara terkasih, kita, yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh Dia kita beroleh jalan masuk karena iman akan kasih karunia Allah. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri, dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, ketekunan menimbulkan tahan uji, dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 961
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Why 1:8)
Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus, kepada Allah yang ada sejak dahulu, kini dan sepanjang masa mendatang.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (16:12-15)
"Segala sesuatu yang Bapa punya adalah kepunyaan-Ku; Roh akan memberikan kepadamu apa yang Dia terima dari pada-Ku."
Dalam amanat perpisahan-Nya Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya, itulah yang dikatakan-Nya, dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang Dia terima dari pada-Ku. Segala sesuatu yang Bapa punya adalah kepunyaan-Ku; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang Dia terima dari pada-Ku.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Tidak selamanya kebenaran dapat diungkapkan. Terkadang kebenaran dibiarkan tetap tersembunyi karena memang tak dapat diungkapkan. Seandainya diungkapkan pun kebenaran itu tidak dapat memuaskan hati orang yang ingin mengetahuinya.
Contoh nyata dari hal ini adalah keinginan seseorang untuk bertemu dengan Allah Tritunggal Mahakudus. Pemahaman akan Tritunggal Mahakudus ini bukan pengetahuan yang dapat dinalar secara logika, melainkan misteri iman yang menjadi perenungan dan penghayatan kita. Dan, memang Tritunggal Mahakudus telah menjadi bagian dalam hidup kita. Ini tampak ketika kita membuat Tanda Salib, kita mengucapkan kata Bapa, Putra dan Roh Kudus. Ketika kita dibaptis kita juga dibaptis dalam nama Tritunggal Mahakudus. Ketika kita berdoa, kita juga mengikutsertakan Bapa, Putra dan Roh Kudus. Penghayatan kita akan Tritunggal Mahakudus telah terjadi dalam kehidupan kita.
Penghayatan kita ini sering dijadikan bahan perdebatan, cemoohan dan hinaan dari pihak lain, yakni "Allahnya orang Kristiani itu tiga". Hinaan itu menantang kita untuk menjelaskan hal ini kepada mereka. Penjelasan ini harus selalu mengarah pada Kristus sendiri yang kita imani. Melalui Kristus itulah kita mengenal dan mengimani akan adanya Allah Bapa dan Roh Kudus. Penjelasan kita akan Tritunggal Mahakudus kepada mereka itu, bisa diterima atau tidak, itu adalah urusan mereka. Yang terpenting bahwa kita mengimani-Nya.
Dan iman kita akan Tritunggal Mahakudus akan menjadi sebuah kesaksian tersendiri bagi sesama kalau kita hidup saling mengasihi dalam keluarga kita. Karena relasi Bapa, Putra, dan Roh Kudus itu adalah relasi kasih yang saling melayani bagi keselamatan kita. Di mana ada kasih, di situ akan terjadi keselamatan.
Misteri Allah Tritunggal ini biarlah tetap menjadi sesuatu yang samar-samar. Misteri ini mengingatkan kita akan kata-kata Tuhan Yesus ini, "Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran." Lantas apakah yang Yesus maksudkan dengan kebenaran ini? Kebenaran yang dimaksudkan oleh Yesus adalah keberadaan Tuhan dan segala rencana-Nya atas diri kita. Kita tak mungkin bisa memahami segala rencana Tuhan atas hidup kita. Bila kita telah mengetahui rencana Tuhan atas hidup kita sejak kita lahir, mungkin kita tak akan pernah mampu menanggungnya. Biarlah rencana Tuhan ini tetap terselubung. Meskipun demikian, kita tetap mampu untuk menjalaninya selama Roh Kudus, Roh Kebenaran ada bersama kita. Roh Kudus inilah yang senantiasa menguatkan kita. Dialah yang selalu berdoa bersama kita.
Hal terpenting yang dapat kita lakukan dalam merayakan misteri iman kita ini bukanlah mengetahui, namun sebaliknya mencintai. Apa gunanya bagi kita jika kita mengetahui rahasia Allah namun hidup kita tidak mencerminkan ajaran Allah? Lebih baik bagi kita jika kita tidak dapat memahami rahasia Allah namun hidup kita sungguh mencerminkan ajaran Allah. Kita tidak perlu terlalu banyak berpikir tentang Allah, namun mencintai Dia dan melakukan perintah-Nya. Kita juga tidak perlu banyak berbicara tentang Allah, sebaliknya banyak berbicara dengan Allah. Seberapa pun dalamnya pengetahuan kita tentang Allah, itu semua tidak menambah kemuliaan Allah. Tuhan tidak dimuliakan hanya karena kita tahu banyak tentang Dia. Sebaliknya Tuhan dimuliakan bila kita dapat melakukan perbuatan-perbuatan baik atas nama Tuhan.
Satu-satunya yang Tuhan minta dari kita hanyalah percaya kepada-Nya. Percaya bahwa Allah akan menganugerahkan pengetahuan kebenaran kepada kita saat Ia mendatangi kita dan membawa kita ke dalam kehidupan kekal.
Antifon Komuni (Gal 4:6)
Karena kamu adalan anak, Allah telah mengutus Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru, "Ya Abba, ya Bapa!"
Since you are children of God, God has sent into your hearts the Spirit of his Son, the Spirit who cries out: Abba, Father.
Data est mihi omnis potestas in cælo et in terra, alleluia: euntes, docete omnes gentes, baptizantes eos in nomine Patris, et Filii, et Spiritus Sancti, alleluia, alleluia.
atau Laudate Dominum de cælis.
D.
"Magistra aeterna - Guru sejati."
Inilah salah satu julukan yang diberikan pada Yesus ketika mengajarkan banyak hal baik kepada para muridNya , terlebih pada hari ini Gereja merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus: Allah sebagai Bapa, Yesus Kristus, Sang Putra, dan Roh Kudus.
Hari raya ini adalah mengenai dua hal tentang siapa dan apa. Hari Raya Tritunggal Mahakudus adalah Allah Bapa, Yesus Kristus, Sang Putra dan Roh Kudus. Hari Raya Tritunggal Mahakudus adalah tentang persekutuan kasih dan kerahiman di antara Mereka. Roh Kudus dalam kesatuan tak terpisahkan bersama Bapa dan Putra.
Jelasnya, pada hari ini kita merayakan relasi kasih dan kerahiman antara Allah Bapa, Yesus Kristus, Sang Putra dan Roh Kudus dengan menerapkan tiga sikap dasar yang diwartakan Yesus Sang Guru Sejati pada bacaan hari ini, antara lain:
1."Simplicitas": Kesederhanaan.
Ia mengatakan dengan jujur bahwa "masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu tapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya." Ia menjadi guru yang menjelaskan dengan sederhana, bertahap dan memahami kemampuan para muridNya yang tidak langsung mudah mengerti (Lih: Mat 16:5-12; Mrk 9:30-32).
2."Solidaritas": Kebersamaan.
Ia selalu hadir, terlebih ketika akan meninggalkan para muridNya, Ia sehati dan sejiwa, selalu memberikan banyak peneguhan dan penghiburan bahwa Ia selalu ada bersama mereka.
3."Sanctitas": Kekudusan.
Ia menyatakan akan mengirim roh penghibur yakni roh kebenaran yang kerap kita sebut sebagai roh kudus. Dengan kata lain: Kitapun diajak untuk hidup kudus karena Allah yang kita imani dan roh yang kita hayati adalah benar-benar kudus. Roh kudus sendiri yang mengajak kita hidup kudus adalah penolong (Yoh 14:16-17), penghibur (Yoh 14:26) dan pemimpin kepada kebenaran (Yoh 16:13).
"Dari Tarsus ke Kramat Jati - Tuhan Yesus itu Guruku yang sejati."
E.
Tritunggal - Sebuah Penjelasan Sederhana.
(Buku "FAMILY WAY", RJK. Kanisius).
Tritunggal adalah doktrin iman dalam keluarga Gereja Katolik yang mengakui Satu Allah Yang Esa, namun hadir dalam Tiga Pribadi Allah (Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus), di mana ketiga Pribadi Allah, sama esensinya, sama kedudukannya, sama kuasanya, dan sama kemuliaannya.
Formula Doktrin Tritunggal yang kerap membuat banyak umat tidak langsung mengerti, secara sederhana berbunyi: satu keberadaan Allah di dalam tiga Pribadi: Bapa dan Anak (Putra) dan Roh Kudus.
Dalam Katekismus 234, dikatakan bahwa:
“Misteri Tritunggal Mahakudus adalah rahasia sentral iman dan kehidupan Kristen. Itulah misteri kehidupan batin ilahi, dasar pokok segala misteri iman yang lain dan cahaya yang meneranginya. Itulah yang paling mendasar dan hakiki dalam "hierarki kebenaran iman". (DCG 43). "Seluruh sejarah keselamatan tidak lain dari sejarah jalan dan upaya, yang dengan perantaraannya Allah yang satu dan benar - Bapa, Putera, dan Roh Kudus - mewahyukan diri, memperdamaikan diriNya dengan manusia yang berbalik dari dosa, dan mempersatukan mereka dengan diriNya"
Disinilah, bukankah tepat jika dikatakan: Tuhan itu Maha Sempurna dan Mahabesar, sedangkan manusia itu kecil dan sangat terbatas, baik pancaindera maupun pikirannya. Berangkat dari pernyataan inilah, manusia dengan segala keterbatasannya sangat sulit untuk mengerti misteri Allah yang sesungguhnya, antara lain adalah misteri Allah Tritunggal seperti yang dipaparkan di atas.
Penjelasan yang kerap dinyatakan: Allah itu adalah Yang Tak Terbatas.
Allah Bapa adalah Yang Tak Terbatas, kita mengerti semuanya.
Tetapi bagaimana dengan Yesus Sang Allah Putera? Yang dilihat oleh para muridNya itu Yesus sebagai Allah atau sebagai manusia? Jelas yang dilihat adalah Yesus sebagai manusia yang terbatas, yaitu setinggi hampir dua meter saja. Tetapi Yesus sebagai Allah, Ia pun adalah Yang Tak Terbatas, yang tak dapat dilihat oleh para muridNya.
Sedangkan Allah Roh Kudus yang diceriterakan dalam Kitab Suci muncul dalam dua bentuk. Pertama adalah bentuk burung merpati, sebagaimana nampak ketika Yesus dibaptis (Mat 3:16), dan yang lain adalah dalam bentuk lidah-lidah api sebagaimana yang tercurah pada Maria dan Para Rasul ketika Pentakosta (Kis 2:2-3 ).
Tetapi apakah Allah Roh Kudus itu seperti burung merpati atau lidah-lidah api ? Jangan-jangan kita merasa berdosa kalau makan dara goreng di Restoran dengan berkata: "Wah... aku tak akan makan Roh Kudus Goreng, dosa " Burung merpati dan lidah-lidah api itu adalah simbol atau lambang terkenal dari kehadiran Roh Kudus. Jadi Roh Kudus yang sesungguhnya adalah juga Yang Tak Terbatas. Jadi ada tiga sosok, yang semuanya adalah Yang Tidak Terbatas.
Dkl: Yang Tiga itu adalah Yang Satu yang tak terpisahkan yaitu Yang Tak Terbatas. Jika ada orang yang berkata: "Mana mungkin 1+1+1=1 ? Benar bahwa 1+1+1=1 adalah tidak mungkin, jika yang dijumlahkan itu bakpau atau kwetiau (yang terbatas). Tetapi jika ketiganya adalah Yang Tak Terbatas, maka persamaan itu menjadi mungkin. Satu Yang Tak Terbatas + satu Yang Tak Terbatas + satu Yang Tak Terbatas = satu Yang Tak Terbatas. Persamaan ini menjadi mungkin bukan ?
Nah kita tentu bisa merenungkannya lagi secara pribadi. Dalam analogi sederhana, yang tidak sepenuhnya tepat juga, api juga dapat digunakan sebagai penjelasan Tritunggal. Api terbagi menjadi tiga komponen yaitu: panas, cahaya (tepatnya gelombang cahaya), dan daya bakar. Jadi walau api itu satu, namun api bisa kita temui dalam tiga wujud sesuai dengan keinginan kita, misal sebagai panas (waktu kita memasak), sebagai cahaya (waktu lampu mati dan kita menyalakan lilin), dan dalam wujud pembakar (waktu kita membakar kertas).
Atau juga sebuah telur ayam: ia mempunyai kulit/cangkang, kuning telou dan putih telur. Atau seorang pribadi yang dipanggil dengan tiga nama, misalnya saya (romo Kokoh): di rumah di panggil sebagai “mas”, di gereja di panggil sebagai “romo”, ketika mengajar di kampus negeri kerap dipanggil sebagai “bapak.” Hal-hal sederhana di atas ‘identik’ dengan keberadaan Allah, karena kita dapat berjumpa dengan Allah dalam tiga pribadi, sebagai Allah Bapa (waktu kita bertobat dan menyesali dosa), atau sebagai Yesus (waktu kita memohon sesuatu), dan sabagai Allah Roh Kudus (waktu kita meminta kekuatan).
Secara etimologi, kata “Tritunggal” sendiri berasal dari bahasa Latin, yakni: “Trinitas”. Kata “trinitas” ini terdiri dari dua kata, yaitu “tres”=“tiga”, dan “unus”= “esa”, “tunggal” atau “satu”: Adanya keberadaan dari satu Allah yang benar dan satu-satunya, tetapi di dalam keesaan dari keallahan ini ada tiga pribadi yang sama kekal dan sepadan, sama di dalam hakikat, tetapi berbeda di dalam pribadi”.
Istilah keberadaan, bahasa Yunani-nya adalah ousia (Ing:being). Istilah ousia memiliki beberapa istilah Latin yang sepadan: substantia (Ing: substance), essentia (Ing: essence), natura (Ing: nature). Maka satu keberadaan Allah sama pengertiannya dengan satu esensi, atau satu natur, atau satu substansi Allah.
Bicara soal kata “Tritunggal”, saya juga kembali teringat banyak istilah yang identik dengan kata tiga: Ada Trisakti, sebuah kampus di bilangan Grogol, Jakarta Barat. Ada Trinitas, sebuah nama Gereja Katolik di Cengkareng. Ada Trisula, sebuah senjata tombak dengan tiga mata. Ada Trikora, sebuah operasi pembebasan Irian Barat. Ada Tritura, tiga tuntutan rakyat pada masa-masa transisi antara Orde Lama dan Orde Baru.
Nah, disinilah bagi saya pribadi, dalam sebuah keluarga, tritunggal mendapat artinya secara khusus. Tritunggal adalah sebuah kata yang bisa mengandung tiga arti dasar itu, antara lain:
TRI - malah dalam iman
Bergan TUNG- lah pada Tuhan dan
Tang GAL - kanlah kegelapan
1.
Pertama, terimalah dalam iman.
Dengan tegas, Gereja mengimani bahwa Tritunggal adalah satu. Kita tidak mengakui tiga Allah, tetapi satu Allah dalam tiga Pribadi: "Tritunggal yang sehakikat" (Konsili Konstantinopel 1155: DS 421).
Pribadi-pribadi ilahi tidak membagi-bagi ke-Allah-an yang satu itu di antara mereka, tetapi masing-masing dari mereka adalah Allah sepenuhnya dan seluruhnya: "Bapa adalah yang sama seperti Putera, Putera yang sama seperti Bapa. Bapa dan Putera adalah yang sama seperti Roh Kudus, yaitu satu Allah menurut kodrat" (Sinode Toledo XI 675: DS 530). "Tiap-tiap dari ketiga Pribadi itu merupakan kenyataan itu, yakni substansi, hakikat, atau kodrat ilahi" (K.Lateran IV 1215: DS 804). Disinilah, kita diajak menerima semua ini dalam iman.
2.
Kedua, bergantunglah pada Tuhan.
Bicara lebih lanjut soal pemahaman Allah Tritunggal, ada sebuah kisah tentang pelindung kota Milano, Santo Agustinus yang mengajak kita juga belajar bergantung pada Tuhan.
Begini cerita populernya:
Ketika Agustinus sedang berjalan-jalan di pantai dan mencoba memikirkan Allah Tritunggal yang tak bisa dimengerti ini, ia melihat anak kecil yang bemain air di pantai.
Agustinus mendekati anak itu dan bertanya: " Sedang apa kau di sini ?"
Anak itu menjawab: "Saya ingin memasukkan seluruh air lautan ini dalam botol".
Agustinus tertawa mendengar jawaban anak itu, katanya: "Bodoh benar kau ini, mana mungkin seluruh air lautan ini bisa kau masukkan dalam botol.”
Anak itu menjawab balik: "Sama seperti kau juga, mana mungkin bisa memasukkan Allah dalam otak manusia yang juga sebesar botol ini."
Setelah berkata, anak itu langsung menghilang.
Agustinus terkejut dan sekaligus sadar akan kebodohannya. Betapa benar kata-kata anak dalam penglihatannya itu. Ia ibarat anak kecil yang ingin memasukkan seluruh air lautan ini ke dalam botol.
3
Ketiga, tanggalkanlah kegelapan.
Sebuah kisah penutup:
Seorang petani kehilangan seekor kudanya. Tetangganya bersimpati dan berkata bahwa ini adalah nasib buruk. Petani itu menyahut, ‘Mungkin’.
Keesokan harinya kudanya ternyata kembali dan membawa beberapa kuda liar bersamanya. Tetangganya berkomentar bahwa itu adalah keberuntungan. Petani itu menyahut, ‘Mungkin’.
Keesokan harinya lagi anak petani itu mencoba menunggangi kuda liar itu dan ia terjatuh. Kakinya patah. Lagi-lagi tetangganya bersimpati dan berkata bahwa itu adalah nasib buruk. Petani itu menyahut, ‘Mungkin’.
Dan keesokan harinya, sepeleton tentara federal (ceritera ini terjadi di Amerika pada waktu perang saudara) untuk mengumpulkan pemuda-pemuda untuk dibawa ke medan tempur sebagai tentara. Si anak petani tidak bisa dibawa karena kakinya masih patah. Para tetangga kemudian datang dan berkata, ‘Betapa beruntungnya kau, teman’. Si petani lagi-lagi menyahut, ‘Mungkin’.
Petani sederhana ini mengajak kita juga memohon rahmat Tuhan Sang “Tritunggal: Trimalah dalam iman, Bergantunglah pada Tuhan serta Tanggalkanlah kegelapan.”
Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu,
bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang. (Kolose 4:6).
F.
F.
ULASAN EKSEGETIS BACAAN INJIL HARI RAYA TRITUNGGAL MAHAKUDUS TAHUN A (Yoh 3:16-18)
Bacaan Injil tahun A bagi Hari Raya Tritunggal Mahakudus ialah Yoh 3:16-18. Intinya, Allah sedemikian mengasihi dunia sehingga mengutus Putra-Nya yang tunggal ke dunia untuk menyelamatkannya. Jadi bukan sebarang utusan. Inilah ungkapan kerahiman yang paling besar. Diungkapkan dalam ay. 16, “Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup kekal.” Kesediaan Putra diutus ke dunia membuat semua ini sungguh terjadi. Dalam kata-kata Injil hari ini (ay. 17-18) “Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan supaya dunia diselamatkan melalui Dia. Siapa saja yang percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; siapa yang tidak akan dihukum; siapa saja yang tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.”
Akan disinggung pada akhir ulasan ini kaitan dengan bacaan pertama, Kel 34:4b-6.8-9, yang menekankan bahwa “Tuhan itu Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya” (ay. 6).
Tritunggal Yang Mahakudus
Kesaksian yang terhimpun dalam ayat-ayat itu dapat membantu kaum beriman menyelami iman akan Tritunggal Mahakudus. Dahulu orang memandang dunia ini sebagai drama yang jalannya diperankan oleh Allah sendiri. Di dalam drama itu ada tiga pemeran. Allah Bapa berperan sebagai “pengasal” tindakan penyelamatan, Allah Putra sebagai “pelaksana”-nya, sedangkan Allah Roh Kudus “melanjutkannya”. Masing-masing memiliki peran yang berbeda tapi maksud dan tujuannya sama, yakni penyelamatan dunia beserta isinya. Kesamaan inilah yang terungkap dalam iman akan satu Allah yang Mahakuasa. Keragaman peran tadi terungkap sebagai tiga “pribadi” dari Allah yang satu dan sama.
Baiklah sekadar ditengok asal usul istilah “pribadi” yang dipakai dalam rumusan iman akan Tritunggal. Istilah ini dipungut dari dunia lakon Yunani, yakni “prosoopon” (Yunani). Dalam bahasa Latin istilah ini tampil sebagai “persona”. Istilah inilah yang diindonesiakan sebagai “pribadi”. Arti harfiah kata Yunani dan Latin sebenarnya adalah gambar wajah yang dikenakan pelaku sebuah lakon yang membuat para hadirin langsung menangkap peran mana sedang dijalankan. Cara berungkap dengan bahasa lakon seperti ini dulu mudah menghimbau perhatian orang banyak dan oleh karenanya dirasa cocok untuk menjelaskan karya penyelamatan. Jalan pemikirannya demikian: karya penyelamatan itu berasal dari Bapa dan dilaksanakan oleh Putra yang diutus ke dunia, dan kemudian dijaga keberlangsungannya oleh Roh Kudus. Demikianlah disadari iman mengenai Tritunggal dalam hubungan dengan karya penyelamatan. Di situ dijelaskan inti keilahian pula. Kesatuan antara ketiga pribadi itu sedemikian mendalam sehingga keesaan Allah tidak berubah. Bapa, Putra dan Roh Kudus ialah tiga pribadi dari Allah yang satu.
Orang sekarang memang tidak lagi biasa melihat peran-peran yang dijalankan dalam sebuah drama lewat gambar wajah yang dikenakan pemeran lakon. Bersamaan dengan itu kata “persona” dan Indonesianya, yakni “pribadi”, lebih menunjuk pada individu orang perorangan. Inilah yang dapat menimbulkan kesan bahwa dipercaya adanya tiga tokoh ilahi, suatu hal yang bertentangan dengan iman kepercayaan akan Allah yang Mahakuasa. Oleh karena itu ada baiknya diingat asal usul gagasan “pribadi” yang dipakai untuk merumuskan iman kepercayaan akan Tritunggal seperti diikhtisarkan di atas.
Masih samakah makna iman akan Tritunggal itu bagi kita dalam masyarakat dewasa ini? Ya. Mereka dulu berusaha semakin mengenali karya penyelamatan di dalam macam-macam keadaan. Begitu pula kita. Yang beraneka ragam ujudnya ialah peluang nyata serta ungkapan untuk ikut serta membangun dunia yang baru, dunia yang bisa dikatakan “semakin diselamatkan” Allah. Percaya bahwa ada karya penyelamatan sendiri sebetulnya sudah dapat menjadi bentuk keikutsertaan dalam karya ilahi itu. Mengimani Tritunggal bukan hanya mengucapkan “aku percaya”, tapi juga ikut serta membangun dunia yang makin layak dan menjaganya agar tidak merosot. Itulah arti “selamat” dalam bahasa yang dimengerti orang sekarang. Pemahaman ini dapat membuat iman semakin hidup.
Hidup Kekal
Ketiga ayat yang dibacakan hari ini ialah kelanjutan pembicaraan Nikodemus, seorang ulama Yahudi, dengan Yesus (Yoh 3:1-15). Nikodemus percaya bahwa Yesus itu utusan Allah sendiri dan ingin mengenalnya lebih dalam. Yesus membantunya. Perhatian Nikodemus diarahkannya pada warta yang sejak awal disampaikannya kepada orang banyak, yakni Kerajaan Allah sudah datang di dunia dan orang diajak bersiap ikut serta di dalamnya. Kepada Nikodemus diterangkan, syarat untuk ikut serta di dalam Kerajaan Allah ialah dilahirkan kembali dalam air dan Roh. Maksudnya, dibaptis menjadi pengikut Yesus dan membiarkan diri dibawa oleh kekuatan-kekuatan ilahi sendiri – yakni Roh. Dialah yang bakal menuntun ke Kerajaan Allah. Dengan demikian pelbagai kepastian yang hingga kini dipegang erat-erat juga tidak terasa mengikat lagi. Karena Nikodemus tidak segera menangkap, Yesus menjelaskan hal ini dengan cara yang lebih mudah dipahami, dengan merujuk pada keinginan mencapai hidup kekal. Siapa saja yang memandangi yang datang dari atas sana, yakni Anak Manusia, dan percaya kepadanya akan mendapat hidup kekal. Tentu saja Nikodemus mengerti bahwa Anak Manusia ini ialah Yesus sendiri yang sudah dipercayanya sebagai utusan yang datang dari Allah sendiri. Tapi masih perlu satu langkah penting lagi: memulai hidup baru di dalam Kerajaan Allah. Itulah pokok pembicaraan dengan Nikodemus yang mendahului petikan yang dibacakan hari ini, yakni ay. 16-18.
Pembaca yang mengikuti pembicaraan tadi akan bertanya, apakah Kerajaan Allah yang diutarakan pada awal pembicaraan dengan Nikodemus tadi, ay. 3 dan 5, sama dengan kehidupan kekal yang disebut dalam ay. 15 dan 16? Yohanes memang bermaksud mengajak pembaca memikirkan pertanyaan itu. Bagi banyak orang “kehidupan kekal” itu gagasan yang langsung memberi isi pada paham keselamatan. Setiap orang mendambakannya. Tapi “Kerajaan Allah”? Hanya dikenal di antara para pengikut Yesus! Di luar itu boleh jadi hanya kalangan murid Yohanes Pembaptis sajalah yang pernah mendengarnya. Yesus mengajak orang bersiap-siap menyongsong Kerajaan Allah yang telah datang. Bagi pengikut-pengikutnya, keinginan yang terdalam tidak berhenti pada gagasan “keselamatan = hidup kekal”, melainkan lebih jauh dan terarah pada “keselamatan = keikutsertaan dalam Kerajaan Allah” bersama dengan Dia yang mengajarkan mengenai Kerajaan ini.
Hidup kekal dapat dititi dengan hidup beragama dan menjalankan ajaran agama dengan baik. Tetapi untuk mencapai kesempurnaan dalam arti masuk ke Kerajaan Allah, perlu ada bimbingan Roh. Begitulah, untuk mendapatkan hidup kekal, Nikodemus sendiri sudah tahu jalannya – sudah diajarkan Musa. Namun, untuk memasuki Kerajaan Allah, dibutuhkan penyerahan diri dan bimbingan Roh.
Pembicaraan dengan Nikodemus itu dapat menjadi cermin untuk mengamati diri: masih mengarah ke yang biasa, yakni “hidup kekal”, atau sudah mulai terbuka ke kesempurnaan dalam “Kerajaan Allah”? Yesus sang utusan ilahi memahami keterbatasan wawasan manusia yang sebijak dan sesaleh apapun – Nikodemus itu ulama besar!. Tetapi ia tetap mengajak melihat ke arah yang lebih sempurna, yakni memasuki Kerajaan Allah. Bagian Injil yang dibacakan hari ini sebetulnya berbicara mengenai keterbukaan pada kehidupan kekal sebagai jalan masuk untuk ikut serta di dalam Kerajaan Allah.
Memahami Kerahiman Ilahi
Dalam bacaan pertama Kel 34:4b-6.8-9 dikisahkan bagaimana Musa memahat dua loh batu untuk menuliskan kembali hukum-hukum yang tadinya termaktub dalam dua loh pertama yang dipecahkan Musa karena melihat umat menari-nari dan menyembah lembu emas (Kel 32:19-20). Pembaruan hukum ini memperlihatkan kebesaran Tuhan, seperti disebutkan dalam Kel 34:6, “Tuhan itu Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya”. Inilah yang kemudian menjadi dasar dari hukum agama dalam umat Perjanjian Lama selanjutnya. Tidak lagi ditekankan ancaman hukuman turun-temurun bagi mereka yang tidak setia dan menolaknya seperti dalam Kel 20:5 yang mengawali hukum-hukum yang disampaikan sebelum umat menjalankan tindakan penyembahan lembu emas. Ketika umat memang melakukan dosa, memang mereka terhukum. Namun justru dalam keadaan itu Yang Mahakuasa menunjukkan belaskasih-Nya yang besar. Ancaman hukuman tidak langsung berlaku. Malah diberikan kesempatan untuk kembali. Inilah kebesaran-Nya.
Agama menunjukkan jalan mencapai “keselamatan” sehingga orang menemukan arti hidup dalam macam-macam keadaan, baik menyenangkan atau menyedihkan. Agama dan iman membuat orang menemukan diri sebagai makhluk di hadapan Yang Ilahi. Dalam pewartaan Yesus, masih ada kelanjutannya, yakni memasuki Kerajaan Allah. Di situ orang belajar mengenali Allah Pencipta sebagai “Bapa”, sebagai yang dekat, sebagai yang menghendaki yang terbaik. Dan yang mengajarkannya ialah Putra-Nya sendiri.
Bagi orang Yahudi pada waktu itu, ajaran ini mengejutkan. Mana bisa manusia membayangkan diri diperanakkan Allah! Dan memang inilah kendala warta Yesus. Ia disingkirkan oleh pemuka-pemuka agama Yahudi karena mengajarkan Allah itu Bapa, dan mengakui diri sebagai yang mengenal-Nya dari dekat. Bagi orang-orang saleh waktu itu semua ini terdengar sebagai hujatan dan pelecehan. Tetapi memang itulah warta Yesus. Ia menawarkan citra yang baru dari Allah. Yang Mahakuasa bisa didekati. Berada di dekat-Nya berarti ikutserta dalam Kerajaan-Nya.
Para murid Yesus yang pertama ialah orang-orang yang berminat akan warta ini walau belum sepenuhnya mengerti. Baru nanti setelah semuanya terpenuhi, yakni setelah Allah yang dipanggil Bapa oleh Yesus itu membangkitkannya dan memberinya hidup baru, gagasan bahwa Allah ialah Bapa yang Maharahim baru menjadi nyata bagi mereka. Yesus berani mengorbankan diri demi warta ini. Ia mempertaruhkan diri. Dan dia benar. Bapanya menerima dan menunjukkan diri kepada orang banyak bahwa Ia memang seperti yang diajarkan Yesus. Dalam arti inilah Yesus memperkenalkan kerahiman Allah dengan cara yang paling meyakinkan.
Perhatian dan kerahiman Allah memberi wajah baru kepada dunia. Yang bersedia menerima kerahiman ini akan berjalan menuju ke terang, ke ciptaan baru. Para pengikut Yesus dipanggil ke arah hidup kekal dan lebih jauh lagi, untuk menjadi orang-orang merdeka dari kekuatan yang mengekang, dari rasa waswas dan terancam. Kekuatan yang mengekang itu bukan saja dari alam gaib, melainkan amat nyata: ketakadilan, pembodohan, kemiskinan, perkosaan hak-hak azasi, kekerasan. Sebutkan saja kebalikan masing-masing dan di situ akan terlihat apa arti kemerdekaan hidup dalam Kerajaan Allah. Dan orang beriman diajak ikut serta ke sana. (AG)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar