Ads 468x60px

Selasa 12 Maret 2013


Prapaskah IV
Yeh 47:1-9.12; Yoh 5:1-16

“Aegroto dum anima est, spes est - Selama orang yang sakit masih punya semangat, maka ada harapan.” Ya, selama Pekan Prapaskah IV yang disebut Minggu Laetare”, kita juga diajak untuk selalu memiliki semangat dan harapan karena Tuhan selalu berkarya di tengah gulat-geliat hidup kita: Kalau kemarin Tuhan membuat anak pegawai istana yang sakit menjadi sembuh di Kapernaum, maka hari ini Tuhan membuat orang yang lumpuh menjadi berjalan di Kolam Betesda. Kolam ini sendiri terletak dekat Gereja St.Anna di Tanah Suci, sebuah kolam berbentuk segi 4 dengan 5 serambi dan dibagi dalam 2 bagian.

Adapun 3 semangat dasar yang diajarkan Yesus yang juga disebutkan tiga kali oleh Yesus - orang Yahudi dan orang lumpuh itu sendiri, antara lain:

Rumah Socius


Rumah singgah socius.. sebagai wadah penampungan para mantan narapidana untuk mendapatkan pendampingan, pelatihan dan bekal ketrampilan secara gratis.


Senin 11 Maret 2013


Prapaska IV
Yes 65:17-21; Yoh 4:43-53

"Credo in unum Deum -Aku percaya akan satu Allah." De facto, banyak orang yang mengaku percaya kepada Allah kadang juga masih tidak mudah percaya, selalu mudah berpikir curiga dan berburuk sangka. Realnya: kita lebih mudah percaya pada mata daripada telinga kita, tapi idealnya: Tuhan mengajak kita untuk selalu percaya pada kerahiman Tuhan meski kita tidak selalu bisa melihat karya Tuhan secara langsung. 

Minggu 10 Mrt 2013


Prapaskah IV
Yos 5:1-12; 2Kor 5:17-21; Luk 15:1-32

“Cor contritum et humiliatum Deus non despicies
- Hati yang patah dan remuk redam tidak akan Kau pandang hina ya Allah.” Itulah "XXI" (Kanisius). Jelasnya, Ia kenal hati kita sebagai pusat kehendak-pikiran dan tindakan. Hati kita sebagai manusia (Jawa: menungso=menus-menus kakean doso) kerap kotor karena kita hilang dari kasihNya. Disini seruan Yak 1:21 menjadi pas: "Buanglah semua yang kotor dan kejahatan yang sangat banyak itu”. Arti kata ‘yang kotor’ dalam bahasa Yunani adalah “rhuparia” (sampah-kotoran-busuk dan hal-hal menjijikkan). Arti kedua “rhuparia” adalah “tahi telinga”. Bukankah tahi telinga membuat kita sulit untuk mendengar dengan jelas? Dengan kata lain: hati kita menjadi hilang dan tidak peka terhadap suaraNya karena ‘yang kotor’ hidup dalam hati.