Ads 468x60px

Minggu Biasa IV/C–3 Febr 2013



Yer 1:4-5.17-19; Kor 12:31-13:13; Luk 4:21-30

“O Rex gentium-O Raja para bangsa.” Dalam kacamata kristiani, Yesus hadir sebagai Raja bagi semua bangsa dengan semangat kenabiannya. Bicara soal nabi, ada banyak macamnya. Dalam dunia sosial: ada nabi modern, misalnya, Romero, Uskup Elsalvador yang ditembak karena menyuarakan keadilan. Ada juga nabi palsu, yang cuma memberikan nasehat dusta untuk menyenangkan raja ( 1 Raj 18). Dalam dunia seni, Kahlil Gibran menulis buku Sang Nabi, dll.

Yang pasti, akar kata nabi adalah, “naba” (kabar/ berita/sabda). Nabi adalah orang yang mendapat kabar/berita/sabda, agennya Allah (Ibr: Nabiy, messenger/utusan dan prophet/pembawa berita). Seperti yang saya tulis dalam buku “BBM” (Kanisius), seorang nabi mempunyai 4 sifat, al: Siddiq/konsisten-bukan pembohong; Amanah/terpercaya-bukan pengkhianat; Fathonah/rajin-bukan pemalas; Tabligh/suka berbagi-bukan org pelit. Secara khusus, kita juga dipanggil menjadi nabi untuk semua orang dengan 3 fungsi pokok, al: 


1."Meneguhkan: Fungsi mistik". Jika kita melihat segalanya berjalan baik, maka tugas kita adalah meneguhkan supaya semua yang baik terus bertahan dan bisa berkembang secara nyata, bukan malahan menjadi batu sandungan dengan segala intrik taktik dan gosip-gosipan yang sarat sentimen pribadi. 

2."Mengkritik:Fungsi prophetik". Jika kita melihat ada yang melenceng, maka tugas kita adalah menyampaikan kritik demi kebaikan, juga sekaligus tak malu membuat otokritik untuk diri kita sendiri pastinya.

3."Menghibur:Fungsi parakletik": Jika kita melihat ada penderitaan dan masalah, bencana-kesedihan dll, kita harus tampil dan terlibat untuk  memberikan penghiburan. Adapun dasarnya adalah kasih. Inilah core values nabi. Kasih akan membuat kita selalu maju, walau kadang ditolak dan disakiti, dijatuhkan dan disingkirkan. 

“Makan bakut buatan Bibi - Jangan takut menjadi seorang nabi!” 
Tuhan memberkati + Bunda merestui. 
Fiat Lux! (@romojost.blogspot.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar