Ads 468x60px

Jumat 26 April 2013

"Tempora mutantur et nos mutamur in illis"

Paskah IV
Kis 13:26-33; Yoh 14:1-6

"Tempora mutantur et nos mutamur in illis -Waktu berubah dan kita pun berubah seiring dengannya.” Inilah salah satu pepatah orang latin yang menegaskan ketidakabadian hidup bahwa semua bisa berubah kecuali perubahan itu sendiri dan semua tidak abadi kecuali ketidakabadian itu sendiri: Yang kuat bisa lemah, yang sehat bisa sakit, yang skrg brjalan bisa brhenti, yg skrg brdiri bisa jatuh dan yg skrg hidup juga bisa mati. Fenomen real aktual ini wajar menimbulkan kegelisahan dan kekuatiran yang berkepanjangan dalam mencapai tujuan hidup kita, padahal tujuan hidup adalah melakoni hidup dg tujuan - The purpose of life is to live a life of purpose. Maka, kita jelaslah memerlukan tiga poros iman yang mendasar, al:


1. Harapan: 
Iman membuat kita lebih “optimis” dalam perjuangan hidup ini, lebih punya harapan dalam pelbagai kesempatan untuk terus “bermadah” dan “berjalan”, tentunya bukan untuk melulu merenungi nasib tapi utk selalu membangun kekuatan dalam keseharian hidup. Yah, biarlah kegigihan menjadi mesin kita dan pengharapan menjadi bahan bakarnya, karena Allah telah menyiapkan “jalan” dan “rumah” untuk kita dan Ia selalu akan turun tangan memberikan yang terbaik buat kita.

2. Ingatan: 
'Ecce lignum Crucis - Lihatlah kayu salib di mana tergantung Kristus Juruselamat dunia. Yah, lewat ingatan akan pengalaman salib, tampak jelas bahwa Allah kita adalah Allah yang berbaik hati dan berbelarasa pada kita. Ia rela mati disalib dan mengalami jalan dukacita, karena sebenarnya inilah jalan iman menuju kebangkitan. “Ah, qu’il est bon, le bon Dieu”. Ah, betapa baiknya Allah yang baik! God is Good!" Bersama pengenangan salib Allah, kita juga dingatkan untuk berani ditabur dlm kebinasaan supaya bangkit dlm keabadian, berani ditabur dlm kehinaan spy bangkit dlm kemuliaan, berani ditabur dalam kelemahan spy bangkit dlm kekuatan Inilah ingatan iman kita bhw Allah mengajak kita hidup sbg MANUSIA PASKAH, tdk dengan muka muram, tapi dengan hati yang selalu berkobar-kobar.

3. Keyakinan: 
Bukankah setiap pagi dan sepanjang hari, kita diberkati oleh tangan Tuhan yang tak kelihatan? Tepatlah kata seorang sufi: "Wahai engkau yg mencari "Yg Ilahi" stiap hari, tak tahukah engkau dimana Dia? Dia hadir dimanapun aku berada, Kemanapun aku menengok Dia ada.” Jelasnya, kita meyakini bahwa Allah selalu ada buat kita. Dialah “Imanuel” dan “Alpha-Omega” yang selalu setia hadir dan menyertai gulat-geliat hidup kita. Dengan keyakinan iman inilah,kita tentu akan menyaksikan hal-hal yang mengagumkan bila kita selalu mengarahkan segalanya demi kemuliaan Allah dan keselamatan jiwa-jiwa. Yah, cinta Tuhan adalah daya penggeraknya, kemuliaan Tuhan adalah tujuannya, dan kehendak Tuhan adalah pedomannya. Tepatlah disini sebuah keyakinan Paulus: “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”.

Yang pasti dengan adanya “harapan-ingatan dan keyakinan iman” inilah, Yesus benar-benar menjadi sang “Jalan (Via), Kebenaran (Veritas) dan Hidup (Vita)”: Ketika tak jelas jalan mana yang harus ditempuh, ketika tak cerdas kebenaran mana yang harus dipilih dan ketika tak lugas hidup seperti apa yang harus dimaknai, kita diajak kembali ke dasar iman yang bernas, ke pokok anggur yang benar, “back to basic”. Dalam carut-marut perjuangan sebagai yesus-yesus kecil, bukankah indah ketika bisa kembali kepada Yesus besar setiap hati dahaga dan haus akan arti sebuah “jalan”, “kebenaran” dan “kehidupan”? 

Ada buaya jatuh cinta - sorak aleluya gegap gempita,
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar