Ads 468x60px

Minggu 14 Juli 2013

“Adauge nobis fidem .
Pekan Biasa XV 
Ul. 30:10–14, Kol. 1:15–20, Luk. 10:25–37

“Adauge nobis fidem - Tambahkanlah iman kami.” Keyakinan sebagai umat terpilih (the chosen people) seharusnya mendorong kita untuk beriman secara penuh dengan mengingat tiga dimensi iman yang ditampilkan pada tiga bacaan hari ini, al: 

1.Diungkapkan: 
Rm Van Lith mengharapkan para muridnya di Muntilan untuk menghidupi semboyan “4GO: GOlek seGO GOlek swarGO”. Rm Mangun mengharapkan agar Gereja bisa menjadi “admiranda et amanda” (dikagumi dan dicintai). Mgr Soegija mengharapkan kesadaran bersama bahwa kita bukan yang paling banyak (“pars maior”) tapi harus berjuang jadi yang paling baik (“pars sanior”). Bukankah hidup itu penuh harapan? Harapan berarti mimpi dan mimpi berarti pekerjaan! Hari ini, Musa juga mengungkapkan imannya dengan berharap kepada segenap orang Israel: “Hendaklah engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dengan berpegang pada perintah dan ketetapan-Nya, yang tertulis dalam kitab Taurat. Selain Taurat, ada juga literatur rabbinis seperti Talmud dan Midrash yang berisi rincian kewajiban-kewajiban konkret sehari-hari yang diturunkan dari Taurat (maka disebut sebagai “pagar di sekeliling Taurat”) agar hukum Taurat dilaksanakan secara utuh dan penuh. Dalam Perjanjian Lama sendiri terdapat begitu banyak larangan dan perintah (613 aturan yang terdiri dari 148 perintah dan 365 larangan). 

2.Dirayakan:
Paulus merayakan imannya dengan mewartakan: “Yesus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan. Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya.” Kita juga kadang merayakan iman kita dengan pelbagai pewartaan dan aneka kegiatan devotif liturgis bukan? 

3.Diwujudnyatakan:
”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Inilah syarat untuk mencapai hidup yang kekal yakni iman yang diwujudkan dengan kasih yang total kepada Allah dan sesama. Dalam tradisi Yahudi, "sesama"= plesios="orang dekat", sebangsa atau sesuku. Mereka cenderung hidup eksklusif dan men-cap buruk yang lainnya. Untuk menegur keadaan inilah, Yesus menampilkan tiga tokoh:

a.Korban perampokan: 
Dia adalah seorang pria malang yang tidak diketahui namanya, status sosialnya, profesinya, sukunya, tujuan perjalanannya. Ia dipukuli perampok, pingsan (“setengah mati”), dilucuti pakaiannya ( “dirampok habis-habisan”) dalam perjalanan dari Yerusalem ke Yeriko yang berjarak sekitar 30 km. Yerusalem sendiri terletak di bukit Yudea dengan ketinggian sekitar 700 m di atas permukaan laut, sedang kota Yeriko berada di dataran rendah, sehingga perjalanan dari Yerusalem ke Yeriko merupakan perjalanan yang menurun. Jalan antara Yerusalem ke Yeriko memang terkenal berbahaya dan tidak aman maka disebut “jalan berdarah”. 

b.Imam dan Lewi: 
Kelompok yang mempunyai status sosial terhormat: Imam adalah pemimpin ibadat dan persembahan sedangkan Lewi adalah salah satu dari kedua-belas suku Israel keturunan Lewi, putra Yakub yang bertugas sebagai penjaga serta pemelihara Bait Suci di Yerusalem. Kedua tokoh ini sengaja ditampilkan karena merekalah penjaga Taurat. Setiap hari, sebagai doa pagi dan malam, mereka mendaraskan Shema Yisrael: “Shema Yisrael Adonai Eloheinu Adonai Ehad.” ("Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa", Ul 6:4). Merekalah yang oleh Yesus dalam ayat sebelumnya (ay. 21) disebut sebagai orang bijak dan pandai namun tidak mampu mengenal misteri kehendak Allah dengan rencana penyelamatan Bapa melalui Putera. Dalam perumpamaan ini mereka ditampilkan sebagai orang yang mengetahui dengan baik isi hukum Taurat tetapi tidak melaksanakannya.

c. Orang Samaria: 
Seorang yang dianggap sesat, tidak memahami Taurat, tidak pernah menjalani ibadat di Yerusalem artinya dianggap jauh dari Allah, namun secara spontan malahan menunjukkan belas kasih dan kemurahan hatinya. Dia mau berbelaskasihan dengan rela berkorban, al: 
- waktu: Ia berhenti dan membawa korban perampokan itu ke rumah penginapan.
- tenaga: Ia menaikkan korban ke keledai tunggangannya.
- harta: Ia memberikan minyak, anggur dan membayar seluruh biaya perawatan orang itu. 
Inilah sebuah perwujudan iman dari kutipan Ul 6:5 (“Kasihilah Tuhan Allahmu”) dan Im 19:18 (“Kasihilah sesamamu manusia). Secara tidak langsung, Yesus juga menjelaskan bahwa semua orang adalah sesama: "hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri"

“Naik delman di kota Pati - Iman tanpa perbuatan adalah mati.”
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar