Ads 468x60px

ADORASI dalam Pandangan Uskup dan Keuskupan Agung Semarang

Selayang Pandang 

Adorasi, dalam hal ini Adorasi Ekaristi Abadi adalah istilah yang diumatkan pada banyak paroki dalam wilayah Keuskupan Agung Semarang. Istilah tersebut mengandung muatan yang sama dengan istilah Adorasi Sakramen Mahakudus yang abadi. Adorasi Ekaristi Abadi terjemahan dari Perpetual Eucharistic Adoration. Kalau kita membuka internet, dan tanya pada Mbah Google mengenai Perpetual Eucharistic Adoration, akan kita peroleh informasi yang berlimpah mengenai Adorasi Ekaristi Abadi, yang dipaparkan dari berbagai sudut pandang: sejarah, teologi, serta praktek hidup rohani umat bereiman sampai sekarang dalam Gereja Katolik. 
Dalam tradisi hidup rohani, kerinduan umat beriman akan persatuannya dengan Yesus dinyatakan antara lain dalam Adorasi Ekaristi. Adorasi Ekaristi dilakukan secara benar bila selalu dihubungkan dengan perayaan Ekaristi, yang menjadi “sumber dan puncak seluruh hidup kristiani” . Saya katakan dilakukan secara benar, karena bisa jadi dilakukan secara tidak benar, yaitu apabila orang memisahkan Adorasi Ekaristi dari Perayaan Ekaristi, sampai mengatakan, “Bagi saya cukup Adorasi Ekaristi, tak usah merayakan Ekaristi.”

Dewasa ini muncul kehendak untuk meningkatkannya dengan menyelenggarakan Adorasi Ekaristi Abadi . Almarhum Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 2 Desember 1981 mengawali Adorasi Ekaristi Abadi di kapel Basilika Santo Petrus Roma, dan berharap agar di setiap paroki diadakan Adorasi Ekaristi Abadi. Harapan tersebut dinyatakan lagi dalam Kongres International Ekaristi ke-45 di Sevilla, Spanyol, Juni 1993. Dikatakannya, “Saya berharap, bahwa bentuk adorasi abadi dengan pentahtaan tetap Sakramen Mahakudus dapat berlanjut di kemudian hari. Saya berharap bahwa buah dari Kongres ini menghasilkan pengadaan Adorasi Ekaristi Abadi di semua paroki dan komunitas kristiani sampai ke seluruh dunia”. 

Pope John Paul II 45th International Eucharistic Congress in June 1993 in Seville Spain: "I hope that this form of perpetual adoration, with permanent exposition of the Blessed Sacrament, will continue into the future. Specifically, I hope that the fruit of this Congress results in the establishment of Perpetual Eucharistic Adoration in all parishes and Christian communities throughout the world." 

Ekaristi Kudus adalah sakramen kemurahanhati yang tanpa batas dari Allah terhadap manusia. Bila kita murah hati sebagai tanggapan kita kepada-Nya dalam sakramen kasih itu, Allah melimpahkan kebaikan-Nya yang tanpa batas kepada semua manusia. Allah akan memberkati kamu, kelaurgamu dan dunia sepuluh kali korban itu karena Allah tak dapat dikalahkan dalam kemurahhati. Mereka yang murah hati dan bersedia melakjkan korban dengan mengambil waktu yang paling sulit adalah mereka yang menurunkan berkah Allah ke bumi seperti hujan yang tercurah dari langit. Karena Paus Yohanes Paulus II berseru, “Bermurah hatilah menyisihkan waktu untuk menemui-Nya.” (Dominicae Cenae) 

The Holy Eucharist is the sacrament of God's infinite generosity towards man. When we are generous in our response to Him in this sacrament of love, God pours out His infinite goodness upon all mankind. God will bless you, your family and the world ten times as much for this sacrifice because God cannot be outdone in generosity. Whatever we give to Him, He gives us back ten, a hundred times as much. Those who are generous and willing to make a sacrifice by taking one of the most difficult hours are the ones who bring down God's blessings upon the earth like rain that pours forth from the heavens. This is why Pope John Paul II exclaimed: "Let us be generous in our time in going to meet him..." (Dominicae Cenae).

"The Eucharist is a priceless treasure: by not only celebrating it but also by praying before it outside of Mass, we are enabled to make contact with the very wellspring of grace," wrote Pope John Paul II in Ecclesia de Eucharistia.

“Penghormatan terhadap Ekaristi di luar misa adalah harta yang tak ternilai untuk hidup Gereja.” tulis Paus Johanes Paulus II dalam Ecclesia de Eucharistia (25).
Dalam dokumen tersebut Paus Johanes Paulus II juga mencatat bahwa pembaruan liturgi yang diprakarsi oleh Vatikan II telah sangat menyumbangkan partisipasi aktiv dan berbuah dari pihak umat beriman dalam kurban suci di altar.”

In that document, Pope John Paul II also noted that the liturgical reform inaugurated by Vatican II "has greatly contributed to a more conscious, active and fruitful participation in the Holy Sacrifice of the Altar on the part of the faithful."

Bapa Suci menyatakan, “Di banyak tempat, sembah sujud Sakramen Mahakudus telah juga menjadi praktek harian yang penting, dan telah menjadi sumber kesucian yang tak kunjung kering.... Sayanglah, di seluruh sisi ini, terdapat juga keredupan. Di berbagai tempat praktek sembah sujud Ekaristi hampir terlupakan sama sekali.”

He added, "In many places, adoration of the Blessed Sacrament is also an important daily practice and becomes an inexhaustible source of holiness…. Unfortunately, alongside these lights, there are also shadows. In some places the practice of Eucharistic adoration has been almost completely abandoned."

Paus Yohanes Paulus menulis bahwa menjadi tanggungjawab para pastor untuk menyemangati praktek adorasi Ekaristi, khusus pentahtaan Sakramen Mahakudus.

John Paul II wrote that it was the responsibility of pastors to encourage the practice of Eucharistic adoration "and exposition of the Blessed Sacrament in particular."

Dalam tulisan-tulisannya Cardinal Joseph Ratzinger, Paus Benediktus XVI juga menekankan makna adorasi Ekaristi seabagai bagian hidup Gereja. Dalam bukunya Allah dekat pada kita: Ekaristi, Jantung Kehidupan, misalnya, Paus Benediktus XVI berkata, “Hanya di dalam ruang bernafas sembah sujud, perayaan Ekaristi sungguh menjadi hidup.... Komuni dan adorasi tidak berada satu di samping yang lain, atau bahkan berlawanan, tetapi kesatuan yang tak terpisahkan.”

In his writings as Cardinal Joseph Ratzinger, Pope Benedict XVI also emphasizes the significance of Eucharistic adoration as part of the life of the Church. In his book God Is Near Us: The Eucharist, the Heart of Life, for instance, Pope Benedict XVI says: "Only within the breathing space of adoration can the Eucharistic celebration indeed be alive …Communion and adoration do not stand side by side, or even in opposition, but are indivisibly one."

“Dalam cara yang sangat jelas, kepausan saya berawal ketika Gereja merayakan tahun khusus yang dibaktikan kepada Ekaristi. Bagaimana mungkin saya tidak dapat melihat dalam kebetulan ilahi ini suatu unsur yang harus menandai pelayanan panggilan saya selama ini? Ekaristi, jantung hidup Kristiani dan sumber misi Gereja yang mewartakan Injil, tidak dapat tidak merupakan pusat tetap dan sumber pelayanan Petrus yang dipercayakan kepada saya.”

"In a very significant way, my pontificate starts as the Church is living the special year dedicated to the Eucharist. How can I not see in this providential coincidence an element that must mark the ministry to which I have been called? The Eucharist, the heart of Christian life and the source of the evangelizing mission of the Church, cannot but be the permanent center and the source of the Petrine service entrusted to me.”

Adorasi Ekaristi Abadi adalah kekayaan rohani umat beriman. Karena itu, umatlah yang menyelenggarakan Adorasi Ekaristi Abadi. Semakin banyak umat terlibat, semakin mungkin diselenggarakan Adorasi Ekaristi Abadi. Dukungan rama paroki tentu akan menyebabkan Adorasi Ekaristi menghasilkan buah-buah rohani yang melimpah bagi seluruh umat dan masyarakat.


Beberapa istilah perlu dimengerti secara jelas:

• Adorasi berasal dari kata Latin adorare, artinya menyembah, bersembah sujud. Adoratio (dalam Yunani latria). berarti sembah sujud, suatu penyembahan manusia yang ditujukan secara khusus kepada Allah Yang Kudus.

• Adorasi Ekaristi adalah penyembahan umat kepada Ekaristi, Sakramen Mahakudus, yang ditahtakan di hadapan umat untuk waktu tertentu. Selama adorasi diharuskan selalu ada umat yang berdoa, berjaga.

• Adorasi Ekaristi Abadi adalah penyembahan umat kepada Ekaristi, Sakramen Mahakudus, yang ditahtakan di hadapan umat sepanjang waktu, 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Selama adorasi diharuskan selalu ada umat yang berdoa, berjaga.

Mengacu pada visi misi dan strategi aksi yang diumatkan pada banyak paroki dalam wilayah Keuskupan Agung Semarang, kita bisa belajar menggali lebih dalam lagi dari usaha bersama mereka di Keuskupan Agung Semarang: 

VISI
Persatuan umat dengan Kristus ekaristis menjadikan umat semakin ekaristis: semakin mudah bersyukur atas kasih Allah, dan semakin sedia berbagi kasih dengan sesama

MISI
• menghayati Ekaristi sebagai AGAPE , sebagai “sumber dan puncak seluruh hidup kristiani” (LG 11);
• menumbuhkan dan mengembangkan Adorasi Ekaristi sebagai gema perayaan Ekaristi;
• mendukung gerakan umat untuk mengadakan Adorasi Ekaristi atau Adorasi Ekaristi Abadi;
• mengembangkan devosi kepada Maria, bunda Ekaristi Sakramen Mahakudus.

STRATEGI AKSI
• merayakan Ekaristi yang diselanggarakan di gereja/kapel dengan kesungguhan hati (pada hari Minggu/Raya dan harian);
• mengumatkan Adorasi Ekaristi Abadi;
• menyediakan, menerbitkan bahan renungan untuk memperdalam Adorasi Ekaristi melalui media cetak maupun elektronik.

Yang pasti, sekaya apapun kita hidup dan menghidupi iman kistiani, Ia yang kaya dan kita imani tetap saja sederhana dan rendah hati, sungguh hadir dalam hosti kecil, tersimpan dalam tabernakel. Dengan cara sederhana dan rendah hati Allah yang Kudus mewujudkan kehadiran-Nya, menyatakan jati diri-Nya terus menerus bahwa Dia adalah Allah beserta kita, namanya Imanuel. Penyertaan-Nya diwujudkan dalam rupa sederhana, hosti kecil, tersimpan dalam tabernakel. Yang abadi berdiam dalam ruang dan waktu yang terbatas, agar manusia menjadi kuat sepanjang hidupnya untuk menapaki jalan-jalan di bumi ini, karena hosti itu roti kehidupan yang menjadi makanan sehari-hari selama perjalanan hidup manusia. Sungguh mengagumkan! Hamba yang hina dina makan Tuannya. O res mirabilis! Manducat Dominum pauper servus et humilis!

Ia tetap saja sederhana dan rendah hati, sungguh hadir dalam hosti kecil, tersimpan dalam tabernakel. Firman-Nya telah menjadi manusia, dan diam di antara kita (bdk. Yoh 1:14). Firman-Nya mencerahkan hati kita, membuka mata kita, agar kita mampu juga melihat bahwa dalam diri saudari-saudara kita yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir, Ia pun hadir. Bila demikian, kita akan terjaga jangan sampai kepedulian kita kepada yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir jatuh ke dalam aktivisme filantropis belaka, akan tetapi bersumber dan bermuara pada pengalaman akan kehadiran Yesus dalam diri mereka. Dalam kesadaran ini dapat kita fahami betul firman-Nya, “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Mat 25:40) Dengan demkian Ia menyamakan diri-Nya dengan yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir.

Ia tetap saja sederhana dan rendah hati, sungguh hadir dalam hosti kecil, tersimpan dalam tabernakel. Langit dan bumi akan lenyap, tetapi firman-Nya kekal abadi. Dalam roti Ekaristi Ia menunggu kedatangan kita. Firman-Nya berkumandang sepanjang masa, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan." (Mat 11:28-30) Firman itu dibisikkan dalam hati manusia, dalam keheningan. Bukan dalam hiruk pikuk dan hingar bingar pengeras suara, yang dapat mengaburkan dan bahkan membungkam suara yang berasal dari sumbernya. Firman itu dibisikkan dalam keheningan, agar bukan suara kita sendiri atau suara pengkhotbah yang kita dengarkan, tetapi agar suara-Nya dapat kita dengar dengan jelas, supaya meresap dalam lubuk hati kita, dan mengubah hati kita menjadi sederhana dan rendah hati, seperti hati-Nya.

Firman-Nya yang kekal abadi itu kita dengar sekarang ini juga, “Marilah kepada-Ku!” Karena itu, marilah kita tanggapi ajakan Sang Penebus, Sahabat Sejati, agar kita datang kepada-Nya, bersembah sujud di hadapan-Nya, yang sungguh hadir dalam hosti kecil, tetap saja sederhana dan rendah hati. Adorasi Ekaristi, bersembah sujud di hadapan Ekaristi Sakramen Mahakudus dapat kita jadikan kesempatan untuk mengalami keabadian kerahiman ilahi-Nya dalam ruang dan waktu kita yang terbatas. Hanya demi kemuliaan-Nya saja, tanpa perhitungan untung atau rugi di pihak kita.

Varia



DOA ADORASI EKARISTI SAKRAMEN MAHAKUDUS

Tuhan Yesus, Engkau bersabda:
“Akulah roti hidup yang turun dari surga; 
barang siapa makan roti ini akan hidup sampai kekal. 
Roti yang akan Kuberikan ialah daging-Ku 
dan Aku memberikannnya untuk hidup dunia ini.”
(Yoh 6:51)

Kami menyembah-Mu Yesus, 
yang bersemayam dalam Ekaristi Sakramen Mahakudus,
roti hidup yang menjadi makanan kami.
Bersihkanlah kami dari noda dosa,
agar pantas menyambut roti hidup menjadi daya kekuatan kami.

Telah Kauberikan roti hidup untuk hidup dunia ini.
Jadikanlah kami mampu menjadi roti hidup
agar kami menjadi berkat bagi sesama kami.

Tuhan Yesus, 
Engkaulah yang mempunyai sabda hidup yang kekal. 
Sekarang kami percaya dan tahu 
bahwa Engkaulah Yang Kudus dari Allah.” 
(Yoh 6: 68-69)

Bunda Maria, Bunda Sakramen Mahakudus,
doakanlah kami dan seluruh umat manusia
agar hidup damai dalam perlindunganmu.

Kami panjatkan doa ini untuk menyembah-Mu 
yang bersemayam dalam Ekaristi Sakramen Mahakudus,
Engkaulah Pengantara kami yang bersama Bapa,
dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa,
Allah sepanjang segala masa. Amin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar