“Deus vobiscum!”
Pst. Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya
Petr 1:16-19, Luk 9:28b-36
“Deus vobiscum – Tuhan beserta kita”. Inilah keyakinan iman yang kerap kita dengarkan setiap ekaristi. Inilah juga yang kita rasakan ketika Yesus ber-“transfigurasi” menampakkan kemuliaan-Nya pada hari ini dan diproklamasikan oleh Bapa: “Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia.”. Transfigurasi di puncak gunung dengan dua saksi dari Perjanjian Lama dan tiga saksi dari Perjanjian Baru menandai digenapinya janji Allah akan keselamatan dalam misteri sengsara wafat dan kebangkitan Yesus
Adapun tiga ajakan dasarnya, al:
1. CAri Tuhan:
Yesus mengajak Petrus, Yohanes da Yakobus (yang nantinya akan menjadi Uskup di Gereja Perdana: Petrus di Roma, Yohanes di Efesus dan Yakobus di Yerusalem) mendaki dan berdoa di Gunung Tabor (Ibrani: הַר תָּבוֹר, bhs Arab: جبل طابور; bhs Yunani: Όρος Θαβώρ)yang terletak di bagian selatan Galilea (Lower Galilee), di batas sebelah timur lembah Yizreel, 11 mil (18 km) sebelah barat Danau Galilea, di Israel. Gunung ini juga dikenal sebagai Har Tavor, Itabyrium, Jebel et-Tur, dan the Mount of Transfiguration (Gunung Transfigurasi). Yesus ajak Gereja untuk senantiasa mencari Tuhan dengan hidup rohani dan keheningan imani.
2. HAdapi cobaan:
Yesus tidak terus tinggal di atas gunung atau di aman nyaman dalam kemah yang akan dibangun oleh Petrus dkk, tapi Ia turun gunung. Ia siap pergi ke Yerusalem, terlibat dengan suka duka dunia dan berani untuk memanggul salib yang mesti dipanggulNya sebagai rencana keselamatan Allah.
3. YAkini iman:
"Berdirilah, jangan takut!" Inilah kata Yesus ketika para murid ketakutan di puncak Tabor. Dengan pengalaman “transfigurasi”, iman kita diyakinkan bahwa penderitaan dan pengorbanan diriNya di salib akan membuahkan kemuliaan dan kebangkitanNya demi keselamatan kita. Yesus yang berubah rupa di depan mata para murid, yang wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang dihadirkan bersama Musa dan Elia (hakim agung dan nabi besar Israel). Sosok Musa mengingatkan kita tentang Hukum dan Perjanjian yang ditandatangani Allah dan Umat-Nya. Elia mengingatkan pada pembaharuan Perjanjian ketika Umat Allah berpaling dari Allah dan Allah tetap setia pada janji-Nya. Transfigurasi Yesus membuat kenangan akan kehadiran Allah di tengah Umat-Nya. Ia mengenakan pada wajah Yesus dari Nazareth, wajah hukum Musa dan pembaharuan Elia Baru. Peristiwa transfigurasi ini adalah peristiwa pemuliaan, yang terjadi setelah Yesus menubuatkan penderitaan dan kematian-Nya dan sebelum keberangkatan-Nya ke Yerusalem untuk memenuhi nubuat-Nya itu. Ini berarti sebuah pernyataan bahwa sengsara-Nya justru akan menghantar kita kepada kemuliaan kebangkitan. Jelasnya, tujuan transfigurasi ini adalah untuk memberikan spiritualitas iman kepada umat Kristiani dalam sikap batin, dan berdampak pada sikap lahirnya juga. Sikap Batin itu menurut Kardinal Carlo Martini dapat dilihat dalam beberapa hal nyata, al: adanya sukacita batin dan kedamaian yang besar, adanya sikap pujian, kesiapan dalam mengikut Yesus.
“Cari galah di Tangerang – Mari kita menjadi terang!
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux!
Pst. Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya
Petr 1:16-19, Luk 9:28b-36
“Deus vobiscum – Tuhan beserta kita”. Inilah keyakinan iman yang kerap kita dengarkan setiap ekaristi. Inilah juga yang kita rasakan ketika Yesus ber-“transfigurasi” menampakkan kemuliaan-Nya pada hari ini dan diproklamasikan oleh Bapa: “Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia.”. Transfigurasi di puncak gunung dengan dua saksi dari Perjanjian Lama dan tiga saksi dari Perjanjian Baru menandai digenapinya janji Allah akan keselamatan dalam misteri sengsara wafat dan kebangkitan Yesus
Adapun tiga ajakan dasarnya, al:
1. CAri Tuhan:
Yesus mengajak Petrus, Yohanes da Yakobus (yang nantinya akan menjadi Uskup di Gereja Perdana: Petrus di Roma, Yohanes di Efesus dan Yakobus di Yerusalem) mendaki dan berdoa di Gunung Tabor (Ibrani: הַר תָּבוֹר, bhs Arab: جبل طابور; bhs Yunani: Όρος Θαβώρ)yang terletak di bagian selatan Galilea (Lower Galilee), di batas sebelah timur lembah Yizreel, 11 mil (18 km) sebelah barat Danau Galilea, di Israel. Gunung ini juga dikenal sebagai Har Tavor, Itabyrium, Jebel et-Tur, dan the Mount of Transfiguration (Gunung Transfigurasi). Yesus ajak Gereja untuk senantiasa mencari Tuhan dengan hidup rohani dan keheningan imani.
2. HAdapi cobaan:
Yesus tidak terus tinggal di atas gunung atau di aman nyaman dalam kemah yang akan dibangun oleh Petrus dkk, tapi Ia turun gunung. Ia siap pergi ke Yerusalem, terlibat dengan suka duka dunia dan berani untuk memanggul salib yang mesti dipanggulNya sebagai rencana keselamatan Allah.
3. YAkini iman:
"Berdirilah, jangan takut!" Inilah kata Yesus ketika para murid ketakutan di puncak Tabor. Dengan pengalaman “transfigurasi”, iman kita diyakinkan bahwa penderitaan dan pengorbanan diriNya di salib akan membuahkan kemuliaan dan kebangkitanNya demi keselamatan kita. Yesus yang berubah rupa di depan mata para murid, yang wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang dihadirkan bersama Musa dan Elia (hakim agung dan nabi besar Israel). Sosok Musa mengingatkan kita tentang Hukum dan Perjanjian yang ditandatangani Allah dan Umat-Nya. Elia mengingatkan pada pembaharuan Perjanjian ketika Umat Allah berpaling dari Allah dan Allah tetap setia pada janji-Nya. Transfigurasi Yesus membuat kenangan akan kehadiran Allah di tengah Umat-Nya. Ia mengenakan pada wajah Yesus dari Nazareth, wajah hukum Musa dan pembaharuan Elia Baru. Peristiwa transfigurasi ini adalah peristiwa pemuliaan, yang terjadi setelah Yesus menubuatkan penderitaan dan kematian-Nya dan sebelum keberangkatan-Nya ke Yerusalem untuk memenuhi nubuat-Nya itu. Ini berarti sebuah pernyataan bahwa sengsara-Nya justru akan menghantar kita kepada kemuliaan kebangkitan. Jelasnya, tujuan transfigurasi ini adalah untuk memberikan spiritualitas iman kepada umat Kristiani dalam sikap batin, dan berdampak pada sikap lahirnya juga. Sikap Batin itu menurut Kardinal Carlo Martini dapat dilihat dalam beberapa hal nyata, al: adanya sukacita batin dan kedamaian yang besar, adanya sikap pujian, kesiapan dalam mengikut Yesus.
“Cari galah di Tangerang – Mari kita menjadi terang!
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar