Ads 468x60px

Jumat 11 Oktober 2013

“Ut omnes unum sint.”
 Yl. 1:13–15; 2:1–2, Luk. 11:15–26

“Ut omnes unum sint – Jadilah mereka satu.” Itulah harapan Yesus kepada kita umatNya karena tepatlah kata Bung Karno: kita bersatu karena kuat dan kita kuat karena bersatu. Secara sederhana, mengacu pada aneka surat Rasul Paulus, ada tujuh alasan teologis mengapa kita mesti menjaga persatuan kita dengan Tuhan dan segenap umat beriman, al:

- Kita disalibkan bersama dengan Dia (Rom 6: 6)
- Kita hidup bersama dengan Dia (Rom 6: 8)
- Kita dibangkitkan bersama dengan Dia (Kol 2:12)
- Kita dihidupkan bersama dengan Dia (Kol 2:13)
- Kita dimuliakan bersama dengan Dia (Rom 8: 17)
- Kita menjadi ahli waris bersama dengan Dia (Rom 6:17)
- Kita memerintah bersama dengan Dia (II Tim 2:12)


Adapun tiga hal mendasar yang membuat kita sulit untuk bersatu, yakni:

1. Kecurigaan:
Karya baik seringkali dicurigai, bahkan Yesus yang menolong orang bisu juga dicurigai: "Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan." Kata “setan” atau “ha-Satana”, yang berarti musuh. ini diadopsi oleh bahasa Yunani,menjadi diabolos, yang dalam bahasa Inggris disebut devil. Yang pasti, kecurigaan dan kebiasaan untuk mudah berpikir negatif tentang sesama membuat kita sulit untuk mengalami persatuan karena membuat setan semakin mudah merusak harmoni hati dan iman kita.

2. Keterpecahan:
Ada saja orang yang sukanya mengadu domba dan memecah belah, dalam bahasa sejarah kemerdekaan adalah politik “divide et impera”. De facto, keterpecahan kerap membuat kita mudah mengalami kehancuran dan kebinasaan: "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Padahal, anggota-anggota Gereja adalah bagian-bagian dari tubuh yang nyata dan hidup, yang berbeda dengan sifat-sifat / ciri-ciri yang khas. Kita mempunyai pelayan yang berbeda-beda: pastor/gembala, biarawan/wati, katekis, aktivis, pengusaha, penderma, karyawan biasa dsbnya. Kita semua berbeda-beda, namun demikian kita itu sama pentingnya dan sama dibutuhkan, bukan? Bhinneka Tunggal Ika, Unitas in diversitas!

3. Keterasingan:
Ia mengajak kita untuk selalu bersama denganNya: In Nomine Iesu. “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan."Keterpisahan hubungan dengan Tuhan membuat kita mudah menjadi setan bagi sesama. Dalam konteks ini, tepatlah apa yang dikatakan novelis Rusia, Fyodor Dostoevsky dalam novelnya, The Brothers Karamazov, bahwa “seandainya setanpun tidak ada, manusia kerap menciptakannya dalam hatinya sendiri”

“Cari sepatu di Taman Semanan - Mari bersatu di dalam iman.”\
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux!



NB: Tujuh Malaikat Neraka
Mengacu pada Katekismus Katolik, pasal 6: “Para Malaikat dan Iblis”, dikatakan ada beberapa dari malaikat, dipimpin oleh Setan, membangkang dan segera dikirim ke neraka. Inilah malaikat-malaikat neraka atau yang kerap kita sebut sebagai para iblis. "Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga." (Wahyu 12:7-8). Dan, Alkitab seringkali berbicara tentang iblis sebagai orang sungguhan. "Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah." (Wahyu 12:9).

Sebetulnya ada tujuh roh jahat, malaikat neraka, yang ada dan berdiam dalam hati setiap pendosa. Mereka itu, al: Lucifer untuk orang yang sombong. Mamon untuk orang yang tamak dan mata duitan. Asmodeus untuk orang yang jatuh pada kejahatan seksual. Satan untuk orang yang mudah marah. Beelzebul untuk orang yang rakus-serakah. Leviathan buat orang yang mudah iri hati. Belphegore untuk orang yang suka malas.
Ketujuh malaikat neraka ini membuat kita jatuh dalam dosa.

Dosa sendiri, menurut Katekismus pasal 10, adalah “pikiran, perkataan, keinginan, dan perbuatan atau sikap acuh yang dilarang oleh hukum Allah”. Kita bersalah atas suatu dosa, jika a. kita menyadari bahwa kita melanggar perintah Allah, dan, b. kita dengan atas kemauan sendiri tetap melakukannya. Akibat jika dosa/para malaikat neraka ini hidup dalam hati kita, yakni: membunuh hidupnya rahmat Tuhan dalam diri kita. “Semuanya itu menyebabkan kamu merasa malu sekarang, karena kesudahan semuanya itu ialah kematian.” (Roma 6:21) Bukankah buah itulah yang kita petik daripadanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar