“Ut omnes unum sint.”
Yl. 1:13–15; 2:1–2, Luk. 11:15–26
“Ut omnes unum sint – Jadilah mereka satu.” Itulah harapan Yesus kepada kita
umatNya karena tepatlah kata Bung Karno: kita bersatu karena kuat dan kita kuat
karena bersatu. Secara sederhana, mengacu pada aneka surat Rasul Paulus, ada
tujuh alasan teologis mengapa kita mesti menjaga persatuan kita dengan Tuhan
dan segenap umat beriman, al:
- Kita disalibkan bersama dengan Dia (Rom 6: 6)
- Kita hidup bersama dengan Dia (Rom 6: 8)
- Kita dibangkitkan bersama dengan Dia (Kol 2:12)
- Kita dihidupkan bersama dengan Dia (Kol 2:13)
- Kita dimuliakan bersama dengan Dia (Rom 8: 17)
- Kita menjadi ahli waris bersama dengan Dia (Rom 6:17)
- Kita memerintah bersama dengan Dia (II Tim 2:12)
Adapun tiga hal mendasar yang membuat kita sulit untuk bersatu, yakni:
1. Kecurigaan:
Karya baik seringkali dicurigai, bahkan Yesus yang menolong orang bisu juga
dicurigai: "Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu
setan." Kata “setan” atau “ha-Satana”, yang berarti musuh. ini diadopsi
oleh bahasa Yunani,menjadi diabolos, yang dalam bahasa Inggris disebut devil.
Yang pasti, kecurigaan dan kebiasaan untuk mudah berpikir negatif tentang
sesama membuat kita sulit untuk mengalami persatuan karena membuat setan
semakin mudah merusak harmoni hati dan iman kita.
2. Keterpecahan:
Ada saja orang yang sukanya mengadu domba dan memecah belah, dalam bahasa
sejarah kemerdekaan adalah politik “divide et impera”. De facto, keterpecahan
kerap membuat kita mudah mengalami kehancuran dan kebinasaan: "Setiap
kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang
terpecah-pecah, pasti runtuh. Padahal, anggota-anggota Gereja adalah
bagian-bagian dari tubuh yang nyata dan hidup, yang berbeda dengan sifat-sifat
/ ciri-ciri yang khas. Kita mempunyai pelayan yang berbeda-beda:
pastor/gembala, biarawan/wati, katekis, aktivis, pengusaha, penderma, karyawan
biasa dsbnya. Kita semua berbeda-beda, namun demikian kita itu sama pentingnya
dan sama dibutuhkan, bukan? Bhinneka Tunggal Ika, Unitas in diversitas!
3. Keterasingan:
Ia mengajak kita untuk selalu bersama denganNya: In Nomine Iesu. “Siapa tidak
bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia
mencerai-beraikan."Keterpisahan hubungan dengan Tuhan membuat kita mudah
menjadi setan bagi sesama. Dalam konteks ini, tepatlah apa yang dikatakan
novelis Rusia, Fyodor Dostoevsky dalam novelnya, The Brothers Karamazov, bahwa
“seandainya setanpun tidak ada, manusia kerap menciptakannya dalam hatinya
sendiri”
“Cari sepatu di Taman Semanan - Mari bersatu di dalam iman.”\
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux!
NB:
Tujuh Malaikat Neraka
Mengacu pada Katekismus Katolik, pasal 6: “Para Malaikat dan Iblis”, dikatakan
ada beberapa dari malaikat, dipimpin oleh Setan, membangkang dan segera dikirim
ke neraka. Inilah malaikat-malaikat neraka atau yang kerap kita sebut sebagai
para iblis. "Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan
malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh
malaikat-malaikatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat
tempat lagi di sorga." (Wahyu 12:7-8). Dan, Alkitab seringkali berbicara
tentang iblis sebagai orang sungguhan. "Dan naga besar itu, si ular tua,
yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke
bawah." (Wahyu 12:9).
Sebetulnya ada tujuh roh jahat, malaikat neraka, yang ada dan berdiam dalam
hati setiap pendosa. Mereka itu, al: Lucifer untuk orang yang sombong. Mamon
untuk orang yang tamak dan mata duitan. Asmodeus untuk orang yang jatuh pada
kejahatan seksual. Satan untuk orang yang mudah marah. Beelzebul untuk orang
yang rakus-serakah. Leviathan buat orang yang mudah iri hati. Belphegore untuk
orang yang suka malas.
Ketujuh malaikat neraka ini membuat kita jatuh dalam dosa.
Dosa sendiri, menurut Katekismus pasal 10, adalah “pikiran, perkataan,
keinginan, dan perbuatan atau sikap acuh yang dilarang oleh hukum Allah”. Kita
bersalah atas suatu dosa, jika a. kita menyadari bahwa kita melanggar perintah
Allah, dan, b. kita dengan atas kemauan sendiri tetap melakukannya. Akibat jika
dosa/para malaikat neraka ini hidup dalam hati kita, yakni: membunuh hidupnya
rahmat Tuhan dalam diri kita. “Semuanya itu menyebabkan kamu merasa malu
sekarang, karena kesudahan semuanya itu ialah kematian.” (Roma 6:21) Bukankah
buah itulah yang kita petik daripadanya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar