Ads 468x60px

Sabtu 12 Oktober 2013


“La vita e bella.”
 Yl 3:12-21; Luk 11:27-28

“La vita e bella - Hidup itu indah!” Inilah sebuah judul film tentang kehidupan dan perjuangan para korban Nazi yang menyadarkan bahwa hidup itu indah san sebaliknya indah itu hidup. Kita diajak menghidupi keindahan dan sekaligus mengindahkan kehidupan secara real dan aktual. Adapun dua jalan sederhananya seperti yang dikatakan Yesus pada Injil hari ini: mendengarkan Firman Allah dan memeliharanya.

1. MendengarkanNya:
Pernahkah kita tidak didengarkan? Betapa kita kecewa ketika merasa tidak didengarkan, bukan? Betapa kita merasa malu atau ketinggalan jaman ketika tidak mendengar apa pun yang terjadi atas mereka yang dekat dengan kita: keluarga, tetangga, kerabat, sahabat juga, bukan? De facto, kebanyakan orang mendengar, tetapi belum tentu mendengarkan. Misalnya: Orang Niniwe dipuji Tuhan karena mereka mendengarkan pewartaan Nabi Yunus. Ratu dari Selatan dipuji Yesus, karena ia mendengarkan hikmat Raja Salomo. Pewartaan Yunus maupun hikmat Salomo pun didengar oleh banyak orang. Maka yang dimaksudkan dengan "mendengarkan" rupanya punya arti: yang didengar itu lengket di hati dan menggerakkan hati. Yang didengar itu tidak hanya masuk - keluar telinga kita, tetapi masuk telinga, kemudian sampai ke lubuk hati. Pernahkan terpikir bahwa daun telinga kita berlika-liku? Pasti bukan hiasan atau seni saja, melainkan untuk menyaring apa yang kita dengar, bukan? Bukankah mendengarkan suara hati dan suara Tuhan agaknya sulit di tengah kesibukan zaman sekarang ini? Bisa jadi, jika kita terbiasa mendengarkan orang lain, tak sulit bagi kita untuk mendengarkan Tuhan.

2. MewartakanNya:
Kita diajak untuk mempersembahkan kepadaNya apa yg kita lakukan, yang kita pikirkan, yang kita alami selama hari-hari ini dan hari berikut semata mata demi keluhuranNya. Dkl: Kita diajak memelihara iman dengan melaksanakan secara nyata apa yang menjadi firmanNya: tetap berbuat baik, sekalipun menerima hal yang tidak baik, tetap berhati tulus meski dunia kerap penuh dengan akal bulus. Harapannya: tetaplah sejuk di tempat yang panas, tetaplah manis di tempat yg pahit, tetaplah merasa kecil meskipun telah menjadi besar dan tetaplah tenang di tengah badai kehidupan. Live the life you love, and love the life you live!

“Cari pita di Gunung Sahari – Mari bersukacita setiap hari.”
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux!

C� a��4��3u di dalam iman.”\
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux! (@www.romojostkokoh.blogspot.com)

NB:
Tujuh Malaikat Neraka
Mengacu pada Katekismus Katolik, pasal 6: “Para Malaikat dan Iblis”, dikatakan ada beberapa dari malaikat, dipimpin oleh Setan, membangkang dan segera dikirim ke neraka. Inilah malaikat-malaikat neraka atau yang kerap kita sebut sebagai para iblis. "Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga." (Wahyu 12:7-8). Dan, Alkitab seringkali berbicara tentang iblis sebagai orang sungguhan. "Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah." (Wahyu 12:9).

Sebetulnya ada tujuh roh jahat, malaikat neraka, yang ada dan berdiam dalam hati setiap pendosa. Mereka itu, al: Lucifer untuk orang yang sombong. Mamon untuk orang yang tamak dan mata duitan. Asmodeus untuk orang yang jatuh pada kejahatan seksual. Satan untuk orang yang mudah marah. Beelzebul untuk orang yang rakus-serakah. Leviathan buat orang yang mudah iri hati. Belphegore untuk orang yang suka malas.
Ketujuh malaikat neraka ini membuat kita jatuh dalam dosa.

Dosa sendiri, menurut Katekismus pasal 10, adalah “pikiran, perkataan, keinginan, dan perbuatan atau sikap acuh yang dilarang oleh hukum Allah”. Kita bersalah atas suatu dosa, jika a. kita menyadari bahwa kita melanggar perintah Allah, dan, b. kita dengan atas kemauan sendiri tetap melakukannya. Akibat jika dosa/para malaikat neraka ini hidup dalam hati kita, yakni: membunuh hidupnya rahmat Tuhan dalam diri kita. “Semuanya itu menyebabkan kamu merasa malu sekarang, karena kesudahan semuanya itu ialah kematian.” (Roma 6:21) Bukankah buah itulah yang kita petik daripadanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar