“Ab imo pectore.”
“Ab imo pectore - Dari lubuk hati yang paling dalam”. Inilah yang diminta
Yesus bahwasannya kita diajak menjadi orang beriman dengan berdoa secara tekun
dan sepenuh hati. Iman akan kemurahan hati Allah yang muncul dari lubuk hati
yang paling dalam inilah yang akan membuat kita tetap bertekun dalam doa
meskipun rasanya Allah tidak segera menanggapi permohonan kita, sama seperti
ketekunan dan kegigihan janda dalam perumpamaan hari ini. Berkat usaha yang
gigih, tekun dan tidak mengenal lelah, janda itu akhirnya bisa menaklukkan hati
hakim yang kejam dan tidak mempunyai rasa belas kasih itu sehingga mau menolong
dan membelanya. Kalau janda itu berhasil mewujudkan impiannya berkat
ketekunannya apalagi kita, terlebih yang dihadapi bukanlah hakim yang kejam
tetapi Bapa yang penuh kasih.
Secara lebih mendalam, adapun tiga permenungan singkat hari ini, al:
1. ”Kita harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu”:
Kata yang dipakai adalah “pantote” (Aram) atau “kai me egkakein”
(Yunani) artinya “selalu” atau “setiap saat”. Maksudnya tentu saja bukan setiap
detik atau menit terus menerus berdoa, non stop, tapi bahwa doa itu harus
dilakukan secara teratur dan dalam keadaan apa pun juga entah baik atau buruk,
senang atau susah, dan tidak mudah menyerah pada hambatan, kesulitan atau
kekeringan rohani (desolasi) seperti rasa bosan, tidak bersemangat karena
merasa tidak ada hasilnya. Apapun suasana hati, perasaan atau emosi yang sedang
bergejolak, doa mesti berjalan terus karena meskipun iman itu mencakup dimensi
perasaan tetapi iman tidak identik dengan perasaan. Maka kata “selalu” tidak
berarti “ketekunan kronologis” yaitu melakukannya sepanjang hari terus menerus
tanpa henti tetapi “ketekunan spiritual” yaitu kegigihan melawan rasa bosan,
kekeringan rohani dan keraguan terhadap tanggapan Allah serta aneka hambatan
lainnya. Di samping itu doa tidak dilakukan dengan setengah hati dan asal jalan
tetapi dengan kesungguhan dan sepenuh hati.
2. Figur Janda:
Dalam masyarakat Yahudi yang patriarkal, janda dipandang sebagai pihak
yang lemah, tanpa perlindungan dari seorang laki-laki. Karena itu mereka kerap
mudah ditipu dan hak-haknya dilanggar. Adapun Hukum Taurat memberikan
perlindungan hukum secara khusus (lih. Kel 22:22, Rut 1:20, Mal 3:5, Sir
35:14). Mereka juga mendapatkan prioritas dalam pelayanan, entah menerima
sedekah (Kis 6:1) atau kunjungan secara periodik (Yak 1:27). Bila terpaksa
berperkara di pengadilan, mereka juga akan mudah dikalahkan karena tidak ada
yang membela atau memperjuangkannya. Bukankah figur janda ini sekaligus
merupakan penampilan dari wajah kita sendiri, yang lemah miskin dan butuh
perlindunganNya?
3. “Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam
berseru kepada-Nya bahkan ketika Ia menunda untuk menolong mereka”:
Kadang Allah tidak segera menanggapi doa kita. Rasanya Ia tidak peduli
terhadap teriakan kita (Mzm 44:24; Za 1:12), seakan-akan kita dibiarkan
berjuang sendiri. Penundaan tanggapan itu bisa menimbulkan keragu-raguan bahkan
dapat membuat orang beriman kehilangan imannya. Dalam ayat ini Yesus tetap
meyakinkan penyelenggaraan ilahi. Ya, meskipun rasanya Allah seakan-akan
berdiam diri namun kita harus yakin bahwa Allah akan bertindak sesuai dengan
waktu yang ditetapkan-Nya sendiri. Tuhan tahu apa yang kita perlukan bukan apa
yang kita mohonkan karena kerap kali kita meminta apa yang kita inginkan dan bukan
apa yang kita butuhkan bukan?
“Ayam kalkun ada di Kediri - Mari tekun berdoa setiap hari.”
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar