Ads 468x60px

Kamis 22 Mei 2014

Pekan V Paskah
Kis 15:7-21; Mzm 96:1-2a.2b-3.10; Yoh 15:9-11.

"Amor gignit amorem - Kasih melahirkan kasih". Inilah kesadaran awal yang diberikan Yesus bahwa “tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang  yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya" Dengan kata lain: Yesus mengasihi dan mengangkat kita sebagai sahabatNya seperti tampak juga dalam banyak kisah, termasuk kisah perwayangan, ketika Pandawa Lima mempunyai sahabat yang disebut Punakawan (Semar, Gareng, Petruk+Bagong). Pastinya, kasih dan persahabatan adalah dua hal yang tak terpisahkan.

Dalam Alkitab, persahabatan bahkan merupakan tingkat hubungan yang berharga: Abraham disebut sebagai "Sahabat Allah" (Yak 2:23b), Daud disebut sebagai “seorang yang berkenan di hati Allah” (1 Sam 13:14), Santa Maria-para malaikat dan orang kudus juga disebut sebagai “sahabat-sahabat terbaik Allah” (KGK, Bab 4).

Dalam kacamata biblis dan historiografi Gereja, terdapat juga banyak hubungan persahabatan: Bunda Teresa dan Bruder Roger. Daud dan Yonathan. Ignatius dan Xaverius. Fransiskus dan Clara. Don Bosco dan Dominikus Savio. Paulus dan Barnabas. Bartolomeus dan Yohanes. Yesus dengan Zakeus, Nikodemus, Bartimeus dan Magdalena.

Disinilah pertanyaan kritisnya: ketika beberapa gelintir sesama kita dirugikan dan menjadi "korban" ketamakan sesama,  butuh tempat untuk berbagi pergulatan, apakah kita juga bertulus hati menjadi sahabatnya? Sahabat sendiri mempunyai tiga arti, "SAtu dalam suka (Yoh 2:1-11), HAdir dalam duka (Yoh 11:1-44) dan berjaBAT dalam doa (Yoh 17) karena bukankah tepat kata Amsal 17:17, "sahabat menaruh kasih setiap waktu dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran?" Bagaimana dengan kita?
"Bang Takur makan soto Babat - Kita bersyukur untuk banyak sahabat."

Tuhan memberkati + Bunda merestui.
Fiat Lux! (@RomoJostKokoh).

PIN HIK: 752D878C   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar