Ads 468x60px

Minggu 31 Agustus 2014

Pekan Biasa XXII
Yer. 20:7-9;Rm. 12:1-2;Mat. 16:21-27. 


“Ad maiorem natus sum - Aku dilahirkan untuk hal-hal yang lebih luhur".
Inilah panggilan dasar yang saya ingat ketika tadi pagi diminta memimpin acara rohani di Group 2-Kandang Menjangan Kopassus Kartasura bagi komandan dan para prajurit kopassus yang beragama Kristiani. Sebenarnya, kitapun juga dipanggil sebagai "kopassus", yakni "komando pasukannya Yesus" dengan "three costs of discipleship", 3 tuntutan kemuridan yang dikemukakan Yesus secara khusus, yakni "sangkuli": antara lain:


1."SANG"kal diri: Ia mengajak kita untuk mengosongkan diri, lepas dari keterikatan pada harta dan gegap gempita/cinta dunia. Ia memberi teladan pengosongan diri (kenosis), yang “menganggap diri sendiri tak ada”, membiarkan diri “terlupakan" demi Tuhan, tidak lagi egois tapi Kristus sentris. Dengan kata lain: Yesus mengajak kita menomorsatukan kehendak Allah.

2.pi"KUL" salib: Kita diajak untuk siap menghadapi semua resiko/kemungkinan, seperti dialami Yesus karena kesetiaan iman kepada Allah. Memikul salib juga merupakan salah satu cara kita untuk "mengenakan Kristus" secara real setiap hari yang bisa diartikan bahwa perjuangan iman ini butuh konsistensi untuk mematikan “HEM - Hedonisme-Egoisme dan Materialisme”.

3."I"kuti Tuhan: "Petrus yang tadinya dipuji Yesus kini disebut sebagai iblis, "vade retro satana - enyahlah iblis!" Hal ini terjadi karena ia menjadi batu sandungan bagiNya karena hanya mengikuti kemauan sendiri dan bukan kemauannya Tuhan. Indahnya, kata “mengikut Aku” dalam bahasa Yunani, ”apisw”, artinya: “di belakang”, "menjadi murid/pengikut/pergi bersamanya." Nah, bukankah kalau kita berani mengikuti Tuhan kita juga harus berani "ada di belakangNya", ikut dalam sengsara dan wafatNya supaya layak juga untuk bangkit bersamaNya?

“Cari bantal di Kramat Jati - Mari total jadi murid Tuhan sampai mati."

Tuhan memberkati + Bunda merestui.

Fiat Lux! (@RomoJostKokoh).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar