Pekan Khusus Adven IV
Hari Ibu
1Sam 1:24-28; 1Sam 2:1,4-5,6-7,8abcd; Luk 1:46-56
Hari Ibu
1Sam 1:24-28; 1Sam 2:1,4-5,6-7,8abcd; Luk 1:46-56
"Magnificat - Kidung pujian
Maria!"
Inilah salah satu judul buku terbaru
saya yang diterbitkan Kanisius (2015), berisi aneka ria “magnificat”, puja dan
puji dari para kudus kepada Bunda Maria. Pastinya, bersama dengan peringatan
“Hari Ibu”, Maria, “Ibu Kita Semua”, mengakui dahaganya akan keselamatan, yang
memerlukan Kristus sebagai "Juruselamat".
Magnificat Ibu Maria ini sendiri mirip
dengan madah Hana, Ibu Samuel (1Sam 2:1-10). Kecuali kesamaan kalau ditinjau
dari segi seni sastra, ada dua pokok utama yang sama, bahwa orang “KLMTD” –
“Kecil Lemah Miskin Tersingkir dan Disable” ditolong dan diperHATIKAN Allah
serta Israel merupakan bangsa yang disertai Allah (Ul 7:6), semenjak Abraham
diberi janji oleh Allah (Kej 15:1; 17:1).
Pastinya, madah "magnificat"
ini mengajak kita semakin ber-"tribute” kepada para ibu kita, terlebih
kepada Ibu Maria, "Ibu Kita Semua”, dengan tiga pola hati, antara lain:
1.Suka hati:
Inilah luapan kegembiraan dan syukur hati Maria atas rahmat Allah baginya, yaitu menjadi ibu Penebus ("Jiwaku memuliakan Tuhan, hatiku bergembira karna Allah juruselamatku").
Inilah luapan kegembiraan dan syukur hati Maria atas rahmat Allah baginya, yaitu menjadi ibu Penebus ("Jiwaku memuliakan Tuhan, hatiku bergembira karna Allah juruselamatku").
2.Rendah hati:
Maria menyadari diri sebagai hamba-Nya (Yun: “doule”, seorang budak perempuan).
Inilah keutamaan khas Maria yang siap dibentuk, yang "MAu Rendahhati Ikut Allah."
Maria menyadari diri sebagai hamba-Nya (Yun: “doule”, seorang budak perempuan).
Inilah keutamaan khas Maria yang siap dibentuk, yang "MAu Rendahhati Ikut Allah."
3.Sepenuh hati:
Maria sadar bahwa Allah telah melakukan pelbagai perbuatan besar dengan sepenuh hati. Itu sebabnya, ia juga mentaati perintahNya sepenuh hati, yang dalam bahasa populer bisa dibahasakan sebagai sebuah ajakan iman:
Maria sadar bahwa Allah telah melakukan pelbagai perbuatan besar dengan sepenuh hati. Itu sebabnya, ia juga mentaati perintahNya sepenuh hati, yang dalam bahasa populer bisa dibahasakan sebagai sebuah ajakan iman:
Saat sulit - carilah Tuhan.
Saat hening - sembahlah Tuhan.
Saat menyakitkan - berharaplah dan percayakanlah diri pada Tuhan.
Setiap saat - berterima kasihlah pada Tuhan.
Saat hening - sembahlah Tuhan.
Saat menyakitkan - berharaplah dan percayakanlah diri pada Tuhan.
Setiap saat - berterima kasihlah pada Tuhan.
"Dari Surabaya ke Sukabumi-
Bunda Maria doakanlah kami."
Bunda Maria doakanlah kami."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0.
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0.
NB :
1. Holy Feast
Novena Kanak Kanak Yesus/
Novena Ayam Berkokok
Rabu 23 Des, 05.00 - 06.00
@ Gereja St. Kristoforus
Grogol - Jkt
2. St. Efrem (306-373):
Maria mewartakan kerajaan yang baru
Maria mewartakan kerajaan yang baru
“Maria menunjukkan kepada Elisabeth apa
yang dikatakan malaikat kepadanya secara rahasia, dan untuk itu dia disebut
berbahagia karena Dia percaya pada pemenuhan nubuat dan pengajaran yang
didengarnya (Luk 1,46-55). Kemudian, atas apa yang didingarnya dari malaikat
dan Elisabeth, Maria berseru: "Jiwaku memuliakan Tuhan". Elisabeth
berkata: "Terberkatilah engkau yang telah percaya" dan Maria
menjawan: "Mulai sekarang, segala keturunan akan menyebut aku
terberkati". Kemudian, Maria mulai mewartakan kerajaan yang baru.
"Dia pulang ke rumah tiga bulan sesudahnya" sehingga Tuhan yang
sedang dia kandung tidak akan mulai melayani sebelum hamba-Nya (Yohanes
memulainya). Dia pulang kepada suaminya untuk menjelaskan apa yang
terjadi." (excerpt from COMMENTARY ON TATIAN’S DIATESSARON 1.28)
3. Maria sungguh “ber-magnificat – bergembira”, sebab ia mendengarkan dan
melaksanakan Sabda Allah. Bicara soal gembira, ada pelbagai macam kata yang
bisa menyertainya: ada kabar gembira, ada susu soda gembira, ada lagu rohani
dengan judul ”Dengan Gembira”, ada Villa Gembira di Bali, ada Wisma Gembira di
Surabaya, ada jalan Gembira di Malaysia, ada panggung gembira di Trans TV, ada
malam gembira di Ancol. Ada Kebun Binatang Gembira Loka di daerah Yogyakarta
dan sebagainya.
Di lain matra, ada sebuah kisah tentang
Jorge, salah satu tokoh antagonis dalam novel terkenal Umberto Eco, “The Name
of the Rose”. Jorge adalah seorang rahib tua penjaga perpustakaan. Ia menemukan
sebuah buku kuno yang membahas soal rasa gembira, dalam hal ini tertawa, dan
mengajukan pendapat bahwa Allah itu tertawa dan bergembira ria. Bagi Jorge buku
karangan Aristoteles ini amat berbahaya, bahkan menghujat Allah.
Katanya,“Tertawa dan bergembira ria adalah kelemahan, pengrusakan, ketololan
dari daging kita … tetapi dalam buku ini fungsi tertawa dan bergembira ria
dibalik, dinaikkan derajadnya menjadi seni, pintu-pintu pengetahuan kita
membuka ke arahnya, dijadikan pembicaraan filsafat, teologi yang bersifat
durhaka …”
Meski demikian, sebagai pustakawan
sejati, Jorge tidak tega membakar buku itu. Maka ia melumurinya dengan racun,
sehingga siapa saja yang menemukan dan membacanya akan mati. Ia melakukan hal
ini dengan tujuan mulia: melindungi para rahib lain dari ‘kejahatan’ tertawa
dan gembira ria. Bagi Jorge, tertawa dan gembira ria membuat orang jahat lupa
akan rasa takut dan menganggap sepi hukuman Allah. Apa jadinya kalau manusia
tidak lagi takut pada neraka? Benarkah pandangan ini? Pandangan macam ini
menyiratkan gagasan lain bahwa Allah dan manusia tidak mungkin berhubungan
sebagai sahabat yang dapat saling bercanda dan bergembira ria. Padahal, dalam
iman kita, Allah begitu dekat, dia bisa lahir lewat sebuah keluarga Nazaret,
Yosef dan Maria, sehingga bukan tidak mungkin kedekatan itu terungkap dalam
humor, canda, dan tawa yang penuh gembira. Bahkan tertawa dan gembira ria
justru dapat semakin mengakrabkan kita dengan Allah, bukan?
Maka, kalau ternyata begitu baiknya rasa
gembira, apa makna yang terkandung dalam kata gembira? Gembira bagi saya
berarti, Gemakan Tuhan, Binasakan Setan dan Rayakan Iman.
1.GEM-akan Tuhan:
Tuhan datang sebagai orang yang peduli, tapi sekaligus rendah hati: Bartimeus yang buta dibuat melihat, Zakeus yang kesepian dibuat bersukacita, Magdalena yang dibenci dibuat hangat, Lazarus yang mati dibuat hidup lagi. Yang lapar dikenyangkan, yang haus dipuaskan, yang kusta ditahirkan, yang tuli dibuat mendengar, yang lumpuh dibuat berjalan. Kita sendiri bisa melihat usaha Maria untuk gemakan Tuhan, dari kisah Kabar Sukacita. Ketika malaikat menampakkan diri dan memaklumkan kepadanya kehendak Allah, sebenarnya lewat perkataan dalam Lukas 1:39: “Aku ini adalah hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanMu itu”, Maria menggemakan empat sifat ilahi Tuhan, al: “kerendahan hati, kekuatan iman, ketaatan dan kemurnian hidup”. Disinilah, seperti Maria, sebetulnya hidup kitapun adalah undangan untuk mau belajar gemakan Tuhan juga.
Tuhan datang sebagai orang yang peduli, tapi sekaligus rendah hati: Bartimeus yang buta dibuat melihat, Zakeus yang kesepian dibuat bersukacita, Magdalena yang dibenci dibuat hangat, Lazarus yang mati dibuat hidup lagi. Yang lapar dikenyangkan, yang haus dipuaskan, yang kusta ditahirkan, yang tuli dibuat mendengar, yang lumpuh dibuat berjalan. Kita sendiri bisa melihat usaha Maria untuk gemakan Tuhan, dari kisah Kabar Sukacita. Ketika malaikat menampakkan diri dan memaklumkan kepadanya kehendak Allah, sebenarnya lewat perkataan dalam Lukas 1:39: “Aku ini adalah hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanMu itu”, Maria menggemakan empat sifat ilahi Tuhan, al: “kerendahan hati, kekuatan iman, ketaatan dan kemurnian hidup”. Disinilah, seperti Maria, sebetulnya hidup kitapun adalah undangan untuk mau belajar gemakan Tuhan juga.
Mungkin barisan lirik ini bisa mengajak
kita belajar setia menggemakan Tuhan:
“Sebelum engkau berpikir untuk
mengucapkan kata-kata kasar - Ingatlah akan seseorang yang tidak bisa
berbicara. Sebelum engkau mengeluh mengenai cita rasa makananmu - Ingatlah akan
seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan. Sebelum engkau mengeluh
tentang suami atau istrimu - Ingatlah akan seseorang yang menangis kepada Tuhan
meminta pasangan hidup. Sebelum engkau mengeluh tentang hidupmu - Ingatlah akan
seseorang yang begitu cepat pergi ke surga. Sebelum engkau mengeluh tentang
anak-anakmu - Ingatlah akan seseorang yang begitu mengharapkan kehadiran seorang
anak, tetapi tidak mendapatnya. Sebelum engkau bertengkar karena rumahmu yang
kotor, dan tidak ada yang membersihkan atau menyapu lantai - Ingatlah akan
orang gelandangan yang tinggal di jalanan. Sebelum merengek karena harus
menyopir terlalu jauh - Ingatlah akan sesorang yang harus berjalan kaki untuk
menempuh jarak yang sama. Dan ketika engkau lelah dan mengeluh tentang
pekerjaanmu - Ingatlah akan para pengangguran, orang cacat dan mereka yang
menginginkan pekerjaanmu. Sebelum engkau menuding atau menyalahkan orang lain -
Ingatlah bahwa tidak ada seorang pun yang tidak berdosa dan kita harus
menghadap pengadilan Tuhan. Dan ketika beban hidup tampaknya akan menjatuhkanmu
- Pasanglah senyuman di wajahmu dan berterima kasihlah pada Tuhan karena engkau
masih hidup dan ada di dunia ini. Hidup sebenarnya adalah anugerah, jalanilah,
nikmatilah, rayakan dan isilah itu dengan setia gemakan Tuhan.
2.BI-nasakan setan:
Mungkin orang bertanya, mengapa Yesus kadang tampaknya meremehkan kehormatan dan hak istimewa Maria? Ketika perempuan itu mengatakan, “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau”, dst. Yesus sesungguhnya menjawab, “Ya.” Tetapi, Yesus mengatakan, “Yang berbahagia ialah ...”. Dan dalam suatu peristiwa lain, ketika orang memberitahukan kepada-Nya bahwa ibu-Nya dan saudara-saudaranya berusaha menemui Dia, Yesus menjawab “Siapa ibu-Ku?” dst. Dan di masa yang lebih awal, ketika Yesus mengadakan mukjizatNya yang pertama di mana Bunda-Nya mengatakan kepada-Nya bahwa para tamu dalam perjamuan nikah kekurangan anggur, Ia mengatakan: “Mau apakah engkau dari pada-Ku, perempuan? Saat-Ku belum tiba.” Ayat-ayat ini sepertinya merupakan perkataan yang dingin terhadap Bunda Perawan, dan bisa jadi membuat Maria marah. Tapi apa yang terjadi, Maria menyimpan semuanya dan merenungkannya dalam hatiNya. Bukankah ini sebagai sebuah usaha nyata binasakan setan?
Mungkin orang bertanya, mengapa Yesus kadang tampaknya meremehkan kehormatan dan hak istimewa Maria? Ketika perempuan itu mengatakan, “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau”, dst. Yesus sesungguhnya menjawab, “Ya.” Tetapi, Yesus mengatakan, “Yang berbahagia ialah ...”. Dan dalam suatu peristiwa lain, ketika orang memberitahukan kepada-Nya bahwa ibu-Nya dan saudara-saudaranya berusaha menemui Dia, Yesus menjawab “Siapa ibu-Ku?” dst. Dan di masa yang lebih awal, ketika Yesus mengadakan mukjizatNya yang pertama di mana Bunda-Nya mengatakan kepada-Nya bahwa para tamu dalam perjamuan nikah kekurangan anggur, Ia mengatakan: “Mau apakah engkau dari pada-Ku, perempuan? Saat-Ku belum tiba.” Ayat-ayat ini sepertinya merupakan perkataan yang dingin terhadap Bunda Perawan, dan bisa jadi membuat Maria marah. Tapi apa yang terjadi, Maria menyimpan semuanya dan merenungkannya dalam hatiNya. Bukankah ini sebagai sebuah usaha nyata binasakan setan?
Setan sendiri adalah salah satu dari
tujuh roh jahat (Ada tujuh roh jahat, malaikat neraka, yang ada dan berdiam
dalam hati setiap pendosa. Mereka itu, al: Lucifer untuk orang yang sombong.
Mamon untuk orang yang tamak dan mata duitan. Asmodeus untuk orang yang jatuh
pada kejahatan seksual. Beelzebul untuk orang yang rakus-serakah. Leviathan
buat orang yang mudah iri hati. Belphegore untuk orang yang suka malas. Satan
sendiri untuk orang yang mudah marah).
3.RA-yakan iman:
Mengacu pada pandangan para Bapa Gereja, bahwa Bunda Maria setia merayakan iman, karena ia bergembira dalam dua hal, yakni: Ia bergembira karena menjadi Bunda-Nya; serta ia bergembira karena dipenuhi dengan semangat iman dan ketaatan. St Agustinus mengatakan, “Bunda Maria bergembira dalam menerima iman Kristus, juga dalam menerima daging Kristus.” Serupa dengan itu, St Elisabet mengatakan kepada Bunda Maria saat kunjungannya, “Beata es quee credidisti - bergembiralah ia, yang telah percaya”. Kisah lawatan Maria ke rumah saudarinya Elisabet yang memuncak pada kidung Magnificat juga menunjukkan figur Maria yang setia rayakan iman. Kidung ini sendiri sesungguhnya merupakan nyanyian pujian kegembiraan dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (Lihatlah Lukas 1:46-56, “Semua bangsa akan menyebut aku bahagia”).
Mengacu pada pandangan para Bapa Gereja, bahwa Bunda Maria setia merayakan iman, karena ia bergembira dalam dua hal, yakni: Ia bergembira karena menjadi Bunda-Nya; serta ia bergembira karena dipenuhi dengan semangat iman dan ketaatan. St Agustinus mengatakan, “Bunda Maria bergembira dalam menerima iman Kristus, juga dalam menerima daging Kristus.” Serupa dengan itu, St Elisabet mengatakan kepada Bunda Maria saat kunjungannya, “Beata es quee credidisti - bergembiralah ia, yang telah percaya”. Kisah lawatan Maria ke rumah saudarinya Elisabet yang memuncak pada kidung Magnificat juga menunjukkan figur Maria yang setia rayakan iman. Kidung ini sendiri sesungguhnya merupakan nyanyian pujian kegembiraan dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (Lihatlah Lukas 1:46-56, “Semua bangsa akan menyebut aku bahagia”).
Disinilah, saya tampilkan sebuah puisi
terakhir St. Theresia yang ingin juga merayakan imannya bersama Maria. Ia
menulisnya secara utuh, Mei 1894:
“Saat aku memandangimu dalam seluruh
kemuliaanmu mengatasi kemilau dari semua orang kudus hampir-hampir aku tak
percaya bahwa aku anakmu.
Oh Maria, di hadapanmu aku ingin menundukkan mataku...
Oh Bundaku tercinta, dipantai pengasingan ini
Betapa banyak air matamu yang tercurah ketika Engkau mau merengkuhku kepadamu Saat merenungkan kisah hidupmu dalam Injil.
Aku memberanikan diri memandangmu dan mendekatkan diri padamu Tidaklah sulit bagiku untuk menyakinibahwa aku anakmu karena aku melihatmu sebagai manusia yang menderita sebagimana aku juga.
Oh Perawan suci yang tak bernoda Ibu yang paling lemah lembut
Saat mendengarkan Yesus, engkau berduka malah engkau bahagia manakala Dia mampu memahami kami
Betapa jiwa kami telah menjadi keluarganya didunia ini
Ya, engkau bahagia karena Dia memberikan hidup-Nya untuk kami.
Harta tak terperi dari keahlian-Nya.
Bagaimana mungkin kami tidak mencintaimu, Oh Bundaku tercinta menyaksikan sedemikian besar cintamu dan kerendahan hatimu.
Aku tak lagi takut akan kemilau kemuliaanmu Bersamamu aku telah ikut menderita, dan sekarang aku ingin bermadah dipangkuanmu, Maria mengapa aku mencintaimu dan senantiasa berucap bahwa aku anakmu...”
Oh Maria, di hadapanmu aku ingin menundukkan mataku...
Oh Bundaku tercinta, dipantai pengasingan ini
Betapa banyak air matamu yang tercurah ketika Engkau mau merengkuhku kepadamu Saat merenungkan kisah hidupmu dalam Injil.
Aku memberanikan diri memandangmu dan mendekatkan diri padamu Tidaklah sulit bagiku untuk menyakinibahwa aku anakmu karena aku melihatmu sebagai manusia yang menderita sebagimana aku juga.
Oh Perawan suci yang tak bernoda Ibu yang paling lemah lembut
Saat mendengarkan Yesus, engkau berduka malah engkau bahagia manakala Dia mampu memahami kami
Betapa jiwa kami telah menjadi keluarganya didunia ini
Ya, engkau bahagia karena Dia memberikan hidup-Nya untuk kami.
Harta tak terperi dari keahlian-Nya.
Bagaimana mungkin kami tidak mencintaimu, Oh Bundaku tercinta menyaksikan sedemikian besar cintamu dan kerendahan hatimu.
Aku tak lagi takut akan kemilau kemuliaanmu Bersamamu aku telah ikut menderita, dan sekarang aku ingin bermadah dipangkuanmu, Maria mengapa aku mencintaimu dan senantiasa berucap bahwa aku anakmu...”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar