Pekan Khusus Advent Keempat
Kid 2:8-14; Mzm 332-3,11-12,20-21; Luk 1:39-45
Kid 2:8-14; Mzm 332-3,11-12,20-21; Luk 1:39-45
Bacaan
Injil: Luk. 1:39-45.
39
Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan
menuju sebuah kota di Yehuda. 40 Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi
salam kepada Elisabet. 41 Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria,
melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus,
42 lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua
perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. 43 Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku
datang mengunjungi aku? 44 Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada
telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. 45 Dan berbahagialah
ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan
terlaksana."
Inilah salah satu judul buku terbaru saya seputar kisah dan penampakan Bunda Maria yang “MAu Rendah hati Ikut Allah”.Mengacu pada bacaan hari ini, Maria yang rendah hati hadir sebagai "BBM", Bulan-Bintang dan Matahari (Wahyu 12:1) dengan 3 daya cinta, antara lain:
1."Berdaya
guna":
Maria berguna untuk yang lain. Lewat Maria, Elisabeth penuh dengan Roh Kudus dan lewat Maria, Yesus juga lahir. Ingatlah: Permintaannya berguna untuk terjadinya mukjizat di Kana dan doanya berguna untuk banyak orang yang “sedang kurang anggur”: letih, lesu dan berbeban berat.
Maria berguna untuk yang lain. Lewat Maria, Elisabeth penuh dengan Roh Kudus dan lewat Maria, Yesus juga lahir. Ingatlah: Permintaannya berguna untuk terjadinya mukjizat di Kana dan doanya berguna untuk banyak orang yang “sedang kurang anggur”: letih, lesu dan berbeban berat.
2."Berdaya
makna":
Seperti kehadiran Maria yang bermakna bagi peneguhan iman Elisabeth dan Zakaria, bukankah Maria juga selalu bermakna karena ia hadir untuk berbagi cahaya sejak awal mula Gereja? Ia setia ada pada saat Kabar Sukacita ketika dalam kesediaannya yang bersahaja, dengan hati tulus murni, mengijinkan Putra Allah mengambil daging dalam rahimnya yang perawan. Ia juga setia ada di bawah kaki salib sementara Putranya menebus dunia sebagai bagian dari rencana keselamatan Allah. Di sana ia ditunjuk untuk menjadi "Bunda Mulia" (Yoh 19:26-27). Bahkan, pada Hari Raya Pentakosta, ketika misi apostolik Gereja dimulai, ketika para murid kehilangan Yesus, Maria setia berbagi kehadiran dan doa bersama. Ia adalah gejala menakjubkan - di tengah segala budaya patriarki, Maria menjulang dan bercahaya. Ia terus hadir tanpa banyak bicara, mengiringi perjalanan Gereja dengan segala ruwet rentengnya.
Seperti kehadiran Maria yang bermakna bagi peneguhan iman Elisabeth dan Zakaria, bukankah Maria juga selalu bermakna karena ia hadir untuk berbagi cahaya sejak awal mula Gereja? Ia setia ada pada saat Kabar Sukacita ketika dalam kesediaannya yang bersahaja, dengan hati tulus murni, mengijinkan Putra Allah mengambil daging dalam rahimnya yang perawan. Ia juga setia ada di bawah kaki salib sementara Putranya menebus dunia sebagai bagian dari rencana keselamatan Allah. Di sana ia ditunjuk untuk menjadi "Bunda Mulia" (Yoh 19:26-27). Bahkan, pada Hari Raya Pentakosta, ketika misi apostolik Gereja dimulai, ketika para murid kehilangan Yesus, Maria setia berbagi kehadiran dan doa bersama. Ia adalah gejala menakjubkan - di tengah segala budaya patriarki, Maria menjulang dan bercahaya. Ia terus hadir tanpa banyak bicara, mengiringi perjalanan Gereja dengan segala ruwet rentengnya.
3."Berdaya
tahan":
Meski diabaikan dan tidak diperhatikan, dilupakan dan diluputkan/dianggap menyilaukan, BBM tetap terus bersinar-pendar. Meski kadang terluka dan kecewa, bukankah Maria juga terus bersinar dan tidak tertutup hanya bagi hati orang Nazaret di kampung halamannya atau hati bangsa Israel tanah airnya? Maria terbuka hati dan tangannya bagi siapa saja. Ia pergi dari Nazareth ke Yehudauntuk meneguhkan Elisabeth yang sedang hamil di masa tuanya.
Meski diabaikan dan tidak diperhatikan, dilupakan dan diluputkan/dianggap menyilaukan, BBM tetap terus bersinar-pendar. Meski kadang terluka dan kecewa, bukankah Maria juga terus bersinar dan tidak tertutup hanya bagi hati orang Nazaret di kampung halamannya atau hati bangsa Israel tanah airnya? Maria terbuka hati dan tangannya bagi siapa saja. Ia pergi dari Nazareth ke Yehudauntuk meneguhkan Elisabeth yang sedang hamil di masa tuanya.
"Dari
Taman Ria ke Sukabumi- Bunda Maria doakanlah kami."
Salam
HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0.
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0.
NB:
Origenes:
Maria mengunjungi Elisabeth sehingga Yesus dapat memberkati Yohanes
“Adalah lebih baik pergi kepada orang yang lebih lemah untuk memberikan pertolongan dengan kedatangannya. Itulah mengapa Sang Penyelamat datang kepada Yohanes untuk menguduskannya. Yesus masih berada dalam rahim Maria dan Dia bergegas untuk menguduskan Yohanes, yang juga masih berada dalam rahim ibunya. Sebelum Maria datang dan menyapa Elisabeth, sang bayi tidak bersukacita dalam rahimnya. Tapi segera setelah Maria mengucapkan kata-kata bahwa Putera Allah berada dalam rahim ibu-Nya, bayi Yohanes melonjak kegirangan. Pada saat itu, Yesus menjadikan pendahulu-Nya sebagai nabi untuk pertama kalinya” (Omelia sul Vangelo di Luca 7.1)
Maria
sepenuhnya terbuka kepada kehendak Allah seperti seorang hamba yang setia.
Meskipun demikian ia tidak tahu persis bagaimana secara konkret kehendak Allah
itu akan terjadi dan bagaimana Allah akan menuntunnya. Namun ia berkata “ya”
karena iman dan cinta. Kebahagiaan dan keselamatan kita pun mulai dengan
jawaban “Ya” kita. St. Bernardus dari Clairvaux (1090-1153) membuat refleksi
yang sangat indah yang menggambarkan betapa penting dan menentukan jawaban “Ya”
Bunda Maria bagi keselamatan seluruh dunia :
“Engkau
telah mendengar bahwa akan mengandung dan melahirkan seorang putera; engkau
telah mendengar bahwa akan mengandung bukan dari seorang pria melainkan oleh
kuasa Roh Kudus. Malaikat menantikan jawabanmu sebelum kembali kepada Allah
yang mengutusnya. Kami juga menunggu, O Bunda, demi dunia yang memprihatinkan,
bahkan demi kami yang menderita oleh kutukan dosa.
Dan di tanganmu keselamatan dunia ditentukan. Jika engkau menyetujuinya, kami selamat. Melalui Sabda Allah yang kekal kami telah diciptakan, namun sayang kami jatuh binasa; dengan satu kata jawabanmu kami semua akan hidup kembali.
Adam yang malang, terbuang dari surga bersama semua anak-anaknya dalam penderitaan dan kemalangan,yang tinggal di lembah bayang-bayang maut memohon dengan sangat padamu, ya perawan penuh kasih.Seluruh dunia menantikan jawabmu, berlutut di depan kakimu. Karena di bibirmulah tergantung penghiburan untuk orang-orang yang malang, penebusan para tawanan, pembebasan bagi yang tertindas, penyelamatan bagi semua anak-anak Adam. Jawablah, ya Bunda Perawan, jawablah tawaran malaikat secepatnya, dan dengan perantaraan malaikat berilah jawaban kepada Allah. Berbicaralah, dan terimalah Sang Sabda, persembahkanlah dirimu. Bukalah hatimu pada Penciptamu ya Perawan yang Terberkati, bukalah bibirmu dan jawablah”. Dan Maria pun menjawab, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu”.
Berkat
kesanggupan Bunda Maria, karya keselamatan Allah dapat terlaksana. Kesanggupan
Bunda Maria mengawali suatu peristiwa besar. Demikian pula dalam kehidupan
sehari-hari. Kesanggupan pria dan wanita untuk membangun hidup berkeluarga,
untuk menjadi suami isteri merupakan awal dari penciptaan generasi baru.Melalui
kesanggupan mereka, Allah dapat terus melanjutkan karya penciptaan-Nya. Melalui
kesanggupan para calon imam untuk ditahbiskan, karya Allah dalam Gereja dapat
berlangsung terus. Betapa luar biasanya makna sebuah kesanggupan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar