Pekan Adven III
PW St. Yohanes dari Salib, Imam dan Pujangga Gereja
Bil 24:2-7,15-17a; Mzm 25:4b-5b,6-7c,8-9; Mat 21:23-27
PW St. Yohanes dari Salib, Imam dan Pujangga Gereja
Bil 24:2-7,15-17a; Mzm 25:4b-5b,6-7c,8-9; Mat 21:23-27
“Verbum
est Signum - Kata adalah Tanda."
Ia bisa
menjadi tanda yang baik ("bonum") ketika digunakan untuk memuji dan
menguatkan tapi ia juga bisa menjadi tanda yang buruk ("malum")
ketika dipakai untuk mencaci dan mempergunjingkan. Ya,
betapa banyaknya peran kata-kata sehingga filsuf eksistensialis Prancis, Jean
Paul Sartre pernah membuat novel dengan judul "Kata Kata."
Hari
inilah, di pekan Gaudete (Minggu Sukacita), kita diajak lebih berhati hati
sehingga membuat kata-kata kita bisa menjadi "berkat" dan bukan
"kutuk", "verbum" yang menjadi "evangelicum",
kata yang menjadi warta gembira seperti tutur kata Bileam bin Beor, yakni:
tutur kata orang yang melihat Allah karena "terbuka matanya", tutur
kata orang yang mendengar firman Allah karena "terbuka telinganya dan
tutur kata orang yang memperoleh pengenalan akan Allah karena "terbuka
hatinya."
Adapun
3 ciri dasar supaya kata-kata kita bisa menjadi kabar gembira, antara lain:
1."Veritas":
Kebenaran.
Kita diajak untuk terbiasa menjadi "orang jujur" yang mewartakan kebenaran dengan kata-kata kita, bukan kebenaran yang dimanipulasi demi kepentingan pribadi/kelompok tertentu.
Kita diajak untuk terbiasa menjadi "orang jujur" yang mewartakan kebenaran dengan kata-kata kita, bukan kebenaran yang dimanipulasi demi kepentingan pribadi/kelompok tertentu.
2."Humilitas":
Kerendahan hati.
Kita diajak menjadi "orang rendah hati", yang lebih banyak mendengar daripada didengarkan, yang lebih mau memahami daripada dipahami, karena bukankah banyak orang kerap lebih mudah ber-keras kepala dibanding ber-lembut hati, ber-lebar mulut dibanding ber-besar hati?
Kita diajak menjadi "orang rendah hati", yang lebih banyak mendengar daripada didengarkan, yang lebih mau memahami daripada dipahami, karena bukankah banyak orang kerap lebih mudah ber-keras kepala dibanding ber-lembut hati, ber-lebar mulut dibanding ber-besar hati?
3."Caritas":
Cinta kasih.
Kita diajak menjadi orang yang peduli. Adapun orang yang kurang peduli itu dikarenakan kurang punya kasih dan mereka kerap hadir sebagai orang yang suka menjebak, menjegal dan mencari-cari kesalahan orang lain, hatinya pernah intrik dan taktik, tidak tulus tapi penuh akal bulus. Inilah juga yang dilakukan para imam kepala dan pemuka agama Yahudi terhadap Yesus pada bacaan hari ini. Ironis bukan? Orang yang dianggap menjadi pemuka agama, penjaga moral dan iman ternyata malahan menjadi orang yang penuh basa basi dan tidak punya kasih yang sejati.
Kita diajak menjadi orang yang peduli. Adapun orang yang kurang peduli itu dikarenakan kurang punya kasih dan mereka kerap hadir sebagai orang yang suka menjebak, menjegal dan mencari-cari kesalahan orang lain, hatinya pernah intrik dan taktik, tidak tulus tapi penuh akal bulus. Inilah juga yang dilakukan para imam kepala dan pemuka agama Yahudi terhadap Yesus pada bacaan hari ini. Ironis bukan? Orang yang dianggap menjadi pemuka agama, penjaga moral dan iman ternyata malahan menjadi orang yang penuh basa basi dan tidak punya kasih yang sejati.
"Ada
coklat ada kurma - Jadilah berkat bagi sesama"
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0.
NB:
1. Inspirasi HIK
"Adoro Te - Aku menyembah Engkau."
Inilah
salah satu ajakan yang kadang tertulis di dinding tabernakel gereja. Hari ini,
Yesus yang kita sembah mengajar dengan penuh wibawa dan membuat banyak
mukjizat. Namun, walau banyak sekali bukti nyata di depan mata mereka, para
"tomat-tokoh umat", yakni imam kepala dan pemuka bangsa yahudi tetap
menolak untuk percaya kepadaNya.
Mereka
takut kehadiran Yesus mengancam popularitas mereka. Pikiran dan hati mereka
dipenuhi rasa dengki dan iri, permusuhan dan kecurigaan sehingga mereka tidak
mampu melihat kehadiran ilahi dalam diri seorang anak tukang kayu yang sungguh
insani.
Adapun, "debat" antara Yesus dengan para "tomat" ini terjadi di Bait Allah, ketika Sang Guru sedang mengajar. Kuasa Yesus dipersoalkan: "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu?" Kalau kita renungkan, sebelum perikop ini-ditampilkan beberapa tindakan Yesus di Bait Allah, antara lain:
Yesus
mengusir para pedagang di Bait Allah (Mat 21:12) dan Yesus menyembuhkan
beberapa orang buta dan orang timpang di Bait Allah (Mat 21:14). Maka, hal-hal
itu tampaknya bisa diartikan sebagi hal-hal yang tidak lazim dilaksanakan di
Bait Allah dan bisa jadi "mengalahkan" popularitas para tokoh umat
selama ini.
Nah, di
hadapan pertanyaan itu, Yesus tidak langsung menjawab. Dengan cerdas, Ia justru
balik menyampaikan pertanyaan dilematis. Tampaknya Yesus punya kepekaan hati
bahwa pertanyaan mereka bukanlah pertanyaan yang tulus. Mereka hanya mencari
jalan untuk mempersalahkan Dia. Lalu? Meskipun tidak menjawab kita tahu bahwa
kuasa yang mendorong Yesus adalah kuasa Roh Kudus yang diberikan oleh BapaNya
sendiri. Roh itu pula yang diberikan kepada semua yang mengikutiNya.
Oleh
karena itu, kita juga bisa bertanya: apakah Roh itu memang sudah kita
persilahkan untuk hadir dan mengilhami setiap hidup doa dan karya harian kita?
"Si
Nana suka makan mangga -Hosana terpujilah Engkau di surga!"
2. SKI – Sekolah Kerahiman Ilahi
Jumat 18 Des 2015, 08.00 – 10.00
@ Sekolah St Laurentius Alam Sutera.
Jumat 18 Des 2015, 08.00 – 10.00
@ Sekolah St Laurentius Alam Sutera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar