Ads 468x60px

Minggu 10 Januari 2016

Pesta Pembaptisan Tuhan Yesus Kristus
Yes 40:1-5,9-11; Mzm 104:1b-2,3-4,24-25,27-28,29-30; Tit 2:11-14,3:4-7; Luk 3:15-16,21-22

"Asperges Me - Percikilah aku!"
Inilah harapan kita dalam pesta pembaptisan Tuhan. Adapun pembaptisan Yesus oleh Yohanes adalah wujud "kenosis", pengosongan diri-Nya (Flp 2:6-7; Ibr 4:15 ) dengan 3 point permenungan, “L M S”, antara lain:



1.Langit:
Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, “langit” (Yun. skhizo) dimaknai sebagai tempat kediaman Allah. Yesaya pernah memohon agar Allah berkenan mengoyakkan langit dan turun ke bumi (Yes 64:1).

Kata itu juga mengingatkan kita pada tirai Bait Allah yang terkoyak dari atas sampai ke bawah pada saat Yesus wafat (Mrk 15:38). Terkoyaknya langit menjadi tanda campur tangan Allah dalam kehidupan untuk memenuhi janjiNya dan pulihnya komunikasi antara Allah dan manusia.


2.Merpati:
Roh Kudus digambarkan serupa dengan burung merpati yang tidak pernah "berantem".
Inilah gambaran Roh Allah yang mendamaikan, yang melayang-layang di atas air (Kej 1:2).
Dalam Hos 11:11, burung merpati dipakai untuk melambangkan umat Allah, “seperti burung dengan gemetar datang dari Mesir, dan seperti merpati dari tanah Asyur, lalu Aku akan menempatkan mereka lagi di rumah mereka”. Bisa jadi, turunnya Roh Kudus dalam rupa burung merpati adalah simbol penciptaan baru yang ditandai dengan terbentuknya Umat Allah.


3.Suara:
Inilah maklumat surgawi yang berisi gabungan Mzm 2:7 (“Engkaulah anakku”) dan Yes 42:1 (“orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan”). Dengan kata lain: Mesias sebagai Putera Terkasih bercampur dengan Hamba Yahwe yang menderita dimana Roh Kudus dicurahkan dalam kepenuhannya.

Pencurahan Roh Kudus juga merupakan anugerah yang diberikan kepada orang-orang yang mendapatkan tugas khusus (Hak 3:10; 6:34; 11:29; 13:25; 1Sam 10:6; 11:6 dan 19:20.23).

Pastinya, Yesus mengosongkan diri menjadi sama seperti para pendosa supaya selalu bisa memerciki kita dengan baptisan sejati setiap harinya.
"Dari Pasar Baru ke Pasar Kenari - Lahirlah baru setiap hari."
Salam HIKers,
Tuhan berkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0


NB:

1.“Vidi aquam - Aku melihat air!”
Inilah judul sebuah lagu yang banyak dipakai dalam baptisan. Ia selalu identik dengan air dan ada macam-macam air: Air susu lambang kasih sayang. Air anggur lambang sukacita. Air mancur lambang keindahan. Air mata lambang derita. Air tuak lambang pesta. Air keringat lambang kerja keras dan air terjun lambang keteduhan.

Bicara soal air, saya ingat sebuah rumah retret di selatan Jakarta, “Civita Youth Camp”. Civita=“Air Hidup” (Bhs Sunda:Ci:Air, Bhs Lat:Vita:Hidup). Yesus adalah “Civita", dengan 3 ciri dasar seperti yang saya tulis dalam buku "Mimbar Altar" (Kanisius), al:

1.Cinta: 
Air selalu mencintai: Ia punya ”caritas/kasih”. Ia selalu mau kasih dan memberikan diri:“sukarela dan bukan sukar rela”. Ia boleh diambil untuk apa saja dan siapa saja: Ia bisa dipakai untuk isi aquarium ikan mas koki, untuk mencuci baju, piring, gelas juga untuk mencuci kaki di pinggir kali. Dengan cintanya: yang kotor dbersihkan, yang haus disegarkan, yang bau dijernihkan. Bukankah nasehat terakhirNya adalah “kasihilah seorang akan yg lain?” (Yoh 15:9-17).

2.Vital: 
Ia punya ”vitalitas/semangat”. Lihat tubuh kita, ada banyak air! Kita minum-mandi-cuci muka-sikat gigi-keramas dll dengan air. Seorang filsuf Yunani kuno, Thales menyatakan bahwa semua berasal dari air karena semua makhluk hidup mempunyai kandungan air. Bukankah mukjizat terakhirNya adalah menghidupkan Lazarus yang sudah meninggal? (Yoh 11:1-44).

3.Taat: 
Ia punya “humilitas/kerendahan hati”. Ia mau selalu taat: Diisi dalam botol, ia ambil bentuk menjadi botol, dialirkan ke dalam pipa-ia ambil bentuk jadi pipa. Ia jug selalu mengalir ke yang lebih rendah. Ia mau “turun dan membumi”: sudi ngantri bersama dengan pendosa-pendosa dan tinggal bersama dengan murid-murid yang adalah nelayan sederhana. Ia juga dinyatakan sebagai “yang terkasih dan yang berkenan” karena Ia selalu rendah hati dan taat pada rencana Allah. Bukankah salah satu wasiat terakhirnya di atas salib adalah “ke dalam tanganMu kuserahkan nyawaKu?” (Luk 23:46). Maukah kita belajar menjadi “civita”, yang mempunyai caritas, vitalitas dan humilitas?

“Cari sikat buat sobat - jadilah berkat jgn berlambat”.

Tuhan memberkati + Bunda merestui.
Fiat Lux! (@RomoJostKokoh)


2. "Aqua - Air."
Adapun hari ini kita mengenangkan pesta pembaptisan Tuhan oleh Yohanes Pembaptis di Sungai Yordan sekaligus menutup masa Natal.Beberapa core values, semacam nilai/keutamaan yang bisa kita petik dari Yesus sang "civita-air hidup", al:

1."Inisiatif": 
Yesus ber-inisiatif untuk datang dari Galilea ke Yordan dan minta dibaptis oleh Yohanes. Dengan kata lain: Ia mengajak kita untuk berani memulai berbuat dan berani menjadi "perintis" dalam segala hal yang baik

2."Integratif": 
Ia mau merendahkan hati secara utuh dan penuh demi menggenapkan seluruh kehendak Allah. Ia sungguh 100%" ikut masuk da tenggelam" ke dalam Sungai Yordan sehingga menjadi sama dan ada bersama dengan setiap pergulatan hidup kita. Ia menjadi teman seperjalanan yang sehati dan sejiwa dengan kita karena Ia juga ikut mau mengalami apa yang juga kita alami.

3."Komunikatif": 
Ia tak canggung berkomunikasi dengan Yohanes Pembaptis dan BapaNya. Hal ini dikarenakan Ia memiliki hubungan pribadi yang mendalam dengan BapaNya. Hidup dan praksis komunikasinya setiap hari dipenuhi dengan Roh Allah yang turun kepadaNya seperti "merpati", yang penuh kedamaian, ketulusan dan kekudusan. Bagaimana dengan kita?

"Cari sagu cari louhan-Hari Minggu harinya Tuhan."

Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux! (@RomoJostKokoh).


3.Renungan pada hari Pesta Pembaptisan Tuhan (Buku “Family Way, RJK, Kanisius)
Suatu hari Sang Khalik memanggil Air dan bersabda, ‘Hai Air, ciptaanku, maukah kau berbuat sesuatu yang sulit tapi amat bermanfaat, bagiKu?’. ‘Silahkan, Tuhan’, sahut Air.
‘Begini’, kata Tuhan, ‘Lihat di seberang gurun disana ada tanah yang amat memerlukan air. Pergilah kesana dan buatlah tanah itu subur.’ ‘Maaf, Tuhan, untuk pergi kesana aku harus lewat gunung, karang, jurang dan gurun. Apa aku bisa?’ Tuhan tak menyahut. Air segera bergegas mengumpulkan teman-temannya air, lalu menuju tanah itu.

Pada waktu mereka berhadapan dengan gunung, mereka bilang ini mustahil. Tetapi akhirnya mereka mengalah dan mencari jalan lain yang panjang berliku, karena mereka tahu tak ada jalan pintas. Kemudian mereka berhadapan dengan Karang. Mereka menangis mengakui ketakmampuan mereka. Tetapi dengan kesabaran luar biasa, tetes demi tetes, mereka melalui rintangan karang. Lalu cobaan ternyata tak berhenti. Mereka berhadapan dengan jurang. Mereka ketakutan setengah mati, karena harus terjun ke jurang yang dalam. Dan akhirnya mereka nekad terjun.

Kini mereka berhadapan dengan gurun yang kerontang dan panas. Mereka mengalir ke gurun dan setiap kali mengering air habis ditelan gurun. Sekali lagi mereka menangis, mengeluh kesakitan dan benar-benar hampir putus-asa. Waktu itu, Matahari menawarkan bantuan. ‘Aku’, kata Matahari, ‘bisa membantu, tetapi akan amat menyakitkan. Aku bisa mengubah kalian menjadi uap, lalu naik ke atas, lalu dihembus Angin ke seberang. Disana kalian akan diubah menjadi air lagi.’Air setuju kendati mereka tahu mereka akan kehilangan jati diri. Uap dihembus angin ke atas tanah dan kemudian berubah menjadi air. Tanah itu kemudian menjadi amat subur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar