Ads 468x60px

Selasa 16 Februari 2016

Pekan Prapaskah I
Yes 55:10-11; Mzm 34:4-7.16-19; Mat 6:7-15
“Domine, doce nos orare - Tuhan, ajarlah kami berdoa…” (Luk 11:1).


Itulah permintaan para murid kepada Yesus. Bukankah kebanyakan dari kita diajari berdoa oleh orang-orang di sekitar kita? 
Hari ini Yesus juga mengajarkan sebuah doa kepada kita, yakni doa “Bapa Kami.” Bisa jadi, doa Bapa Kami (Bhs Latin:Pater Noster, bhs Yunani: Πάτερ ἡμῶν) adalah doa yang paling terkenal dalam sejarah agama Kristiani. Doa ini sendiri diambil dari kitab Injil Matius (6:9-13), yang muncul sebagai bagian dari Khotbah di Bukit. Meski Yesus kemungkinan besar mengajarkan doa ini dalam bahasa Aram, teks-teks awal kemungkinan besar terdapat dalam bahasa Yunani karena pengaruh Helenisme.


Di lain matra, karena bahasa Latin merupakan bahasa yang resmi dipakai dalam agama Kristen Barat, maka versi dalam bahasa Latin atau Pater Noster, merupakan sebuah terjemahan penting dari doa dalam bahasa Yunani ini.

Seperti yang saya tulis dalam buku “3Bulan 5Bintang 7Matahari” (RJK, Kanisius), doa Bapa Kami ini terbagi menjadi dua bagian. Bagian yang pertama untuk memuji: memuliakan nama Tuhan (6:9-10) sedangkan bagian yang kedua, memohon: untuk kebutuhan bagi kita yang berdoa (6:11-13).

Secara lebih mendalam, sebenarnya doa Bapa Kami ini mengandung tujuh permohonan, yakni: “dimuliakanlah namaMu, datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu di atas bumi seperti di dalam surga, berilah kami rejeki pada hari ini, ampunilah kesalahan kami-seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami, janganlah masukkan kami ke dalam percobaan, dan bebaskanlah kami dari yang jahat.”

Berangkat dari dua bagian doa Bapa Kami yang mengandung tujuh permohonan sekaligus tujuh semangat, adapun tiga permenungan yang bisa diangkat, antara lain:

1.Doa itu memiliki karakter sederhana: 
"Dalam doamu, janganlah kamu bertele-tele, seperti kebiasaan orang tidak mengenal Allah." Rupanya, pada jaman Yesus pun, ada kenyataan bahwa orang suka bertele-tele dalam berdoa. Anehnya, di jaman ini pun, kita tidak sulit menemukan contoh doa bertele-tele itu. Dalam kesempatan doa pribadi, doa keluarga, doa bersama, selalu ada saja yang berdoa bertele-tele: entah isinya, caranya, kata-katanya, nadanya, waktunya bertele-tele. Cara Yesus membuka doa yang paling terkenal di dalam sejarah ini juga berkarakter sederhana untuk memahami tujuan doa yang sesungguhnya. Kita dibawa ke dalam hubungan yang akrab, hangat dan bersahabat sebagai anak-anakNya: Allah yang jauh menjadi Allah yang dekat, bahkan yang bisa kita sapa sebagai “Bapa”. Begitu sederhana tapi tetap kaya makna, bukan?

2. Doa itu memiliki pola salib, kayu palang. 
Artinya tidak hanya “aku dan Tuhan” (vertikal), tetapi juga “aku dan sesama” (horisontal) juga. Artinya, pelbagai doa apa pun, betapapun bagusnya kata dan indahnya nuansa, jika tidak bermuara dalam relasi dengan sesama, menjadi hambar dan mungkin malah kehilangan nilainya. Tak ada gunanya kita berdoa "ampunilah aku Tuhan" tapi kita tak mau mengampuni orang lain. Atau 'berilah kami rejeki", sementara kita sendiri tidak pernah mau memberi. Karena itu Matius menuliskan sebuah pesan Yesus: "jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu akan mengampuni kamu juga. Jika tidak, Bapamu juga tidak akan mengampunimu juga.” Jadi doa mesti bermuara ke dalam hidup kita, mesti diwujudkan dalam hidup bersama orang lain. Sebaliknya, akan menjadi penuh makna, jika diangkat dari hidup nyata. "Jangan minta, jika tidak pernah rela memberi!" Doa akan mengangkat pengalaman hidup nyata dan sebaliknya, kita akan hidup lebih kaya makna dari inspirasi doa-doa kita.

3.Doa itu bisa berarti “Dikuatkan Oleh Allah.” 
Bukankah pada kenyataannya, kita kerap merasa lemah: lemah iman, lemah semangat, lemah harapan dan lain sebagainya? Walaupun kadang saya berkata, “Baik jika tanganmu kau lipat untuk berdoa, tetapi lebih baik lagi jika tanganmu kau buka untuk memberi,” bagi saya sebuah doa tetap mendapatkan aktualitasnya karena doa sendiri adalah napas kehidupan umat beriman. Tanpa napas, kita tak mungkin terus hidup bukan? Maka semua usaha, pekerjaan, rencana dan perjuangan tanpa disertai doa, tidak memiliki jiwa yang benar benar kuat.

Akhirnya, jelas bahwa doa Bapa Kami adalah contoh mengenai bagaimana kita patut berdoa. Apakah salah kalau kita menghapalkan Doa Bapa Kami? Tentu tidak! Apakah salah kalau kita mengulangi Doa Bapa Kami sebagai doa kita? Tidak, jika kita sungguh-sungguh dan dengan segenap hati.

Dkl: Betapapun indahnya suatu doa, yang tidak boleh terlupakan adalah bagaimana kita meresapkannya, sehingga kata-kata yang diucapkan bukan hanya sekedar hafalan (dimensi informasi/pengetahuan iman belaka), tetapi sungguh-sungguh keluar dari hati dan menjadi milik kita sendiri (dimensi internalisasi/pengendapan nilai-nilai). Labora et ora – Bekerja dan berdoalah!

“Cari goa di Gunung Pati – Mari berdoa sepenuh hati.”

Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0


NB:

1."Homo est animal loquens - Manusia adalah makluk yang berkomunikasi."
Inilah salah satu keyakinan saya bahwasannya tindakan kita yang paling dasar adalah komunikasi ("comunicare: berbagi), dengan sesama dan semesta. Secara sederhana, doa sendiri bukan melulu soal meminta-minta kepada Allah tapi juga adalah sebuah tindakan komunikasi kita dengan-Nya, yang penuh dengan rasa dan nuansa: syukur-pujian-ratapan-permohonan dll.

Hari ini, Yesus sendiri mengajarkan doa - berdoa lewat "Doa Bapa Kami", dimana salah satu penekananNya: “Dalam doamu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata, doa mereka dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta padaNya!"

Adapun "P3K" dalam doa "Bapa Kami", antara lain:

A."Persahabatan": 
Yesus mengajak kita menyapa Allah sebagai Bapa. Allah hadir sebagai sahabat yang dekat dengan kita. Kita juga diajak bersahabat dengan semua anak-anak Bapa yang sama, itu sebabnya dikatakan "Bapa KAMI", bukan "Bapa saya/Bapa kamu/Bapa mereka".

B."Pujian": 
Kita diajak selalu memujiNya: "dimuliakanlah namaMu-datanglah kerajaanMu-jadilah 
kehendakMu.

C."Permohonan": 
Sebagai orang beriman, kita juga diajak untuk berani berharap lewat doa dan permohonan: "berilah kami rejeki - janganlah masukkan ke dalam cobaan-bebaskan kami dari yang jahat."

D."Kedamaian": 
Ada sebuah bagian penting yang kadang sulit kita lakukan: "ampunilah kesalahan kami seperti kami mengampuni yang bersalah kepada kami." Kita diajak mau mengampuni sesama kalau mau diampuni Allah. Disini ada sebuah usaha untuk memperjuangkan kedamaian yang sejati dengan sesama dan sang khalik.

Bukankah doa sendiri membuat kita lebih "sensual" (sense: rasa), lebih peka merasakan hati dan berbelarasa dengan sesama. Dan inilah awal sebuah hidup yang penuh dengan nada dasar "D", damai, yang selalu siap ber "RIP", "Race In Peace - Berpacu dalam damai."

"Ada goa di Tamansari - Mari berdoa setiap hari." (@RomoJostKokoh).

2. “Orate - Berdoalah!"
Inilah salah satu ajakan orang beriman dalam keseharian hidupnya karena bukankah doa adalah "ruah", semacam nafas dalam kehidupan kita.

Mengacu pada bacaan hari ini, baiklah kita juga mengingat pesan Yesus: "Bila kalian berdoa janganlah bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah." Dalam KBBI, "bertele-tele" berarti bercakap-cakap tidak jelas ujung pangkalnya, melantur, berlarut-larut. Persis inilah yang dimaksudkan Yesus agar kita berdoa secara dewasa, tidak kekanak-kanakan, yakni berlarut-larut/ngelantur dengan banyak kata, karena sebenarnya lebih baik kita mempunyai hati tanpa kata-kata daripada mempunyai kata-kata tanpa hati, bukan?

Disinilah kita diajak belajar berdoa dengan tiga sikap dasar yang jauh dari sikap "kemunafikan rohani", antara:

A."Sederhana": 
Tuhan mencintai kesederhanaan, karena doa pada intinya adalah sebuah relasi dan komunikasi sederhana antara yang insani dengan yang ilahi, tidak selalu berbentuk permohonan tapi juga bisa rasa syukur/curhatan, kerap tidak usah dengan banyak untaian kata tapi hanya duduk dan diam bersamaNya .

B."Setia": 
Kita diajak selalu mengingatNya dalam setiap saat hidup kita, entah kita bersuka/sedang berduka, sehat/sakit, bahagia/kecewa karena Tuhan kita adalah Tuhan yang juga setia mendengarkan keluh kesah doa dan hidup kita.

C."Sepenuh hati": 
Kita diajak berdoa dengan sepenuh hati, bukan dengan banyaknya kata tapi dengan mendalamnya cinta yang kita berikan kepadaNya, bukan karena mau pamer/dipuji orang tapi karena semata hanya untuk memuji nama Tuhan. Disinilah doa yang sepenuh hati juga "berpola salib", karena doa yang baik membuat kita dekat dengan Tuhan juga sekaligus dekat dan hidup lebih baik dalam hubungan dengan sesama karena jelaslah bahwa doa yang sepenuh hati tidak terlepas dari kehidupan harian.

"Ada goa di Taman Asri - Mari berdoa setiap hari." (@RomoJostKokoh).


3."Omnis enim qui petit accipit, et qui quaerit invenit, et pulsanti aperietur - Setiap orang yg meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan."
Inilah sebuah harapan iman karena doa Bapa Kami adalah doa yang penuh harapan (Pater Noster, Πάτερ ἡμῶν), sebagai bagian dari Khotbah di Bukit.
Indahnya, doa ini mengajak kita memiliki “P4” iman, antara lain:

A.Persahabatan:
Doa dimulai dengan kata “Bapa”.
Kita dibawa ke dalam hubungan yang akrab, hangat dan bersahabat. Allah yang jauh menjadi Allah yang dekat, bahkan “Bapa”- “Abba”. (Mrk 14:36, Rom 8:15; Gal 4:6).
Perkataan “Bapa kami” di sini juga mengingatkan kita tentang pentingnya dimensi persahabatan dengan sesama, karena Yesus mengangkat semua orang menjadi saudaraNya.

B.Pujian:
“Dikuduskanlah namaMu- Datanglah kerajaanMu-Jadilah kehendakMu."
Inilah pujian yang merupakan campuran dari iman, harapan dan cinta kasih, dalam satu faal yang mempersatukan hati kita yang bersyukur kepada Allah.

C.Permohonan:
“Berilah kami rezeki-janganlah masukkan kami dalam pencobaan-bebaskanlah kami dari yang jahat.”
Allah mengasihi-memperdulikan kita.dan mendengarkan aneka ria harapan.
Melalui Yesus, kita dapat menghampiri -menyembah dan membawa permohonan kita kepada-Nya (Mat 6:25-34).

D.Pengampunan:
“Ampunilah kami akan segala kesalahan kami, sama seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami,” mengingatkan kita untuk berdamai dengan Tuhan sekaligus dengan sesama.

Pastinya, penutup dari doa Bapa Kami adalah sebuah kata: “AMIN” (Bhs Arab: yukminu' يؤمن). Kata “Amin” ini lekat dengan kata ‘iman’ (bahasa Arab:الإيمان) dan 'aaman' (أمن).
Diharapkan setiap orang yang mendoakan Bapa Kami juga melakukan apa yang didoakannya dengan penuh "iman", sehingga hidupnya "aman". Amin?

"Ada goa di Kalisari - Mari berdoa setiap hari." (@RmJostKokoh).

4.“Ora et labora – Berdoa dan bekerja.”
Selain berkarya, Yesus juga mengajar kita untuk berdoa kepada Allah sebagai Bapa.
Adapun beberapa permohonan dalam doa “Bapa Kami” itu: ada yang terkait dengan kekudusan ilahi; ada juga yang terkait dengan kebutuhan insani.
Singkatnya, doa ini berpola salib, vertikal dan horisontal dg bbrp nilai dasar, al:

A.Persahabatan:
Sebagai Bapa, Allah hangat-dekat dan mengasihi kita.
Kita dapat datang kepadaNya setiap saat dengan membawa persoalan kita kepadaNya (Mat 6:25-34).

B.Penyerahan:
Adalah hal yang penting bahwa Allah sendiri dihormati, dimuliakan dan ditinggikan (Maz 34:4) sembari menantikan datangnya Kerajaan Allah di langit dan bumi baru (Wahy 21:1; 2 Pet 3:10-12; Why 20:11; 22:20). Buahnya? Kita menyerahkan diri kpd kehendakNya melalui penyertaan Roh Kudus dlm hati kita (Rom 8:4-14) sehingga "kerajaan+kebenaran-Nya" datang di tengah dunia (Mat 6:33).

C.Pengharapan
Doa juga seharusnya berisi permohonan real tentang kebutuhan sehari-hari (Fil 4:19; Luk 11:3). Kita juga berharap agar kita dibebaskan dari kuasa jahat (Luk 11:26; Luk 18:1; Luk 22:31; Yoh 17:15; 2Kor 2:11).

D.Pengampunan
Kita diajak memohon ampun sekaligus juga memberikan ampunan (Mat 6:14-15; Ibr 9:14; 1Yoh 1:9).

Apabila kita tidak mengampuni orang, Allah tidak akan mengampuni dan doa kita tdk ada gunanya. Inilah prinsip penting dlm doa berdoa (Mat 18:35; Mrk 11:26; Luk 11:4).

Pastinya ada beberapa hal yang mendasari ke-4 nilai dalam doa “Bapa Kami” di atas, yakni:
a. Carilah dahulu Kerajaan Allah (Mat 6:33)
b. Sadarilah kebaikan dan kasih Allah (Mat 6:8; Mat 7:11; Yoh 15:16; 16:23,26; Kol 1:9-12).
c. Berdoalah sesuai dg kehendak Allah (Mrk 11:24; Yoh 21:22; 1Yoh 5:14)
d. Peliharalah persekutuan dg Kristus (Yoh 15:7) dan penyertaan Roh Kudus sebagai Penasehat/Penolong (Luk 11:13;Yoh 14:16-18).
"Si Johan kena paku - Tuhan itu andalanku." (@RmJostKokoh).


5.SKI - Sekolah Kerahiman Ilahi

a.Senin 15 Febr 2016.
10.30 - 12.00
@ PD Paulus Intercon Jakarta Barat.

b.Sabtu 20 Febr 2016
08.00 - 12.00
@ Aula SD Theresia Jkt

c. Sabtu 20 Febr 2016
13.00 - 17.00
@ Gereja Maria Kusuma Karmel (MKK) Jkt


6. Doa Bapa Kami dengan Uraian, St. Fransiskus dari Asisi

BAPA KAMI yang mahamulia,
Pencipta dan Penebus kami,
Juruselamat dan Penghiburan kami.

YANG ADA DI SURGA
di antara para malaikat dan para kudus,
yang menerangi mereka agar mengenal Engkau,
sebab Engkau, Tuhan, adalah terang;
yang membakar nyala kasih mereka kepada-Mu,
sebab Engkau, Tuhan, adalah kasih;
yang tinggal di antara mereka
dan memenuhi mereka dengan sukacita,
sebab Engkau, Tuhan,adalah yang mahatinggi, 
kebaikan kekal, dan segala kebajikan bersumber daripada-Mu.

DIMULIAKANLAH NAMA-MU.
Kiranya kami bertumbuh dalam pengenalan akan Dikau lebih dan lebih baik lagi
dan dengan demikian menghargai besarnya kemurahan-Mu,
luasnya janji-janji-Mu,
keagungan kemahakuasaan-Mu,
dan kedalaman keadilan-Mu.

DATANGLAH KERAJAANMU,
agar Engkau meraja dalam diri kami dengan rahmat-Mu,
dan menghantar kami ke dalam kerajaan-Mu,
di mana kami boleh memandang Engkau dari muka ke muka,
mengasihi-Mu dengan sempurna,
dan bahagia bersama-Mu,
menikmati kehadiran-Mu selamanya.

JADILAH KEHENDAKMU DI ATAS BUMI SEPERTI DI DALAM SURGA,
agar kami mengasihi Engkau 
segenap hati,
dengan senantiasa merindukan Engkau;
segenap jiwa,
dengan senantiasa merenungkan Engkau;
segenap akal budi,
dengan sebulat hati menemukan kemuliaan-Mu dalam segala sesuatu;
dan segenap kekuatan, 
jiwa dan raga,
dengan melayani Engkau saja dengan penuh cinta.
Semoga kami mengasihi sesama seperti kami mengasihi diri kami sendiri,
dan mendorong semua orang agar mengasihi Engkau,
dengan ikut ambil bagian
dalam sukacita dan dukacita kami bagi sesama,
tanpa memandang rendah siapapun juga.

BERILAH KAMI REJEKI PADA HARI INI,
Putra-Mu terkasih, Tuhan kami Yesus Kristus,
agar kami senantiasa mengenang serta menghargai
betapa Ia telah mengasihi kami,
dengan segala sesuatu yang Ia katakan, lakukan dan derita bagi kami.

DAN AMPUNILAH KESALAHAN KAMI,
dengan belas kasihan-Mu yang tak terhingga,
demi jasa-jasa sengsara Putra-Mu,
dengan perantaraan Maria,
dan bantuan doa semua orang kudus.

SEPERTI KAMI PUN MENGAMPUNI YANG BERSALAH KEPADA KAMI,
dan jika kami belum mengampuni dengan sempurna,
Tuhan, bantulah kami untuk mengampuni dengan sempurna,
agar, demi kasih kepada-Mu,
kami sungguh mengampuni musuh-musuh kami,
dan dengan tulus hati mendoakan mereka kepada-Mu,
tidak membalas kejahatan dengan kejahatan,
melainkan berusaha melayani Engkau dalam diri setiap orang.

DAN JANGANLAH MASUKKAN KAMI KE DALAM PENCOBAAN,
entah terselubung, entah nyata,
tiba-tiba ataupun terus-menerus.

TETAPI BEBASKANLAH KAMI DARI YANG JAHAT,
dulu, sekarang dan selamanya,
Amin.


7.Doa Bapa Kami Ekaristik, St. Petrus Yulianus Eymard
BAPA KAMI YANG ADA DI SURGA 
di surga Ekaristi,
kepada Engkau yang duduk di atas tahta rahmat dan kasih,
sembah sujud, dan hormat, dan kuasa dan kemuliaan 
untuk selama-lamanya!

DIMULIAKANLAH NAMA-MU.
terutama dalam diri kami, melalui teladan semangat 
kerendahan hati-Mu, ketaatan-Mu dan cinta kasih-Mu.
Semoga kami dengan segala kerendahan hati dan kerinduan kami
menjadikan Engkau semakin dikenal, dikasihi, dan dipuja segenap umat manusia
dalam Ekaristi Kudus

DATANGLAH KERAJAANMU,
Kerajaan Ekaristi-Mu.
Merajalah Engkau atas diri kami untuk selamanya
demi bertambahnya kemuliaan-Mu
melalui kuasa kasih-Mu
dan kejayaan kebajikan-Mu
dan rahmat panggilan Ekaristi
dalam keadaanku sebagai seorang awam.
Anugerahkanlah kepada kami rahmat dan perutusan kasih-Mu yang kudus
agar kami mampu dengan gemilang memperluas 
kerajaan Ekaristi-Mu di mana saja
dan menyadari kerinduan yang Engkau nyatakan:
“Aku datang untuk melemparkan api ke bumi 
dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala!”
Oh! kiranya kami boleh menjadi sarana yang mengobarkan api surgawi ini!

JADILAH KEHENDAKMU DI ATAS BUMI SEPERTI DI DALAM SURGA,
anugerahkanlah kepada kami karunia untuk menemukan segala sukacita 
dalam menginginkan Engkau saja,
dalam merindukan Engkau saja,
dalam memikirkan Engkau saja. 
Berilah agar dengan senantiasa menyangkal diri 
dalam segala hal,
kami boleh menemukan terang dan hidup
dalam mentaati Kehendak-Mu yang indah, mengagumkan dan sempurna.
Aku menghendaki apa yang Engkau kehendaki.
Aku menghendakinya sebab Engkau menghendakinya.
Aku menghendaki sebagaimana Engkau menghendakinya.
Aku menghendakinya selama Engkau menghendakinya.
Murnikanlah segala pikiran dan hasrat kami
jika mereka tidak murni
dari Engkau, untuk Engkau dan dalam Engkau.

BERILAH KAMI REJEKI PADA HARI INI,
Engkau Tuhan Ekaristi kami
dan Engkau Sendiri yang akan menjadi makanan dan pakaian kami,
harta dan kemuliaan kami,
penyembuh segala sakit kami,
serta perlindungan kami dalam melawan segala yang jahat.
Engkau akan menjadi segala-galanya bagi kami.

DAN AMPUNILAH KESALAHAN KAMI,
ampunilah aku ya Yesus, 
aku sungguh menyesal atas dosa-dosaku
yang tak tersembunyi dari hadapan-Mu.

SEPERTI KAMI PUN MENGAMPUNI YANG BERSALAH KEPADA KAMI,
Kepada siapa saja yang bersalah kepada kami dalam hal apapun,
dengan segenap hati kami mengampuni mereka
dan bagi mereka kami mengharapkan karunia kasih-Mu.

DAN JANGANLAH MASUKKAN KAMI KE DALAM PENCOBAAN, 
TETAPI BEBASKANLAH KAMI DARI YANG JAHAT,
Bebaskanlah kami, ya Yesus, dari iblis kesombongan,
ketidakmurnian, perselisihan dan kepuasan diri.
Bebaskanlah kami dari segala kekhawatiran dan kegelisahan hidup
agar dengan hati bersih dan pikiran jernih
kami boleh menikmati hidup kami dengan sukacita
dan mempersembahkan diri kami seutuhnya dan segala milik kami sepenuhnya
demi melayani Tuhan Ekaristi kami. AMIN.
Dalam Engkau, O Tuhan Yesus, aku berharap;
jangan biarkan aku merana selamanya.
Hanya Engkau yang mahabaik.
Hanya Engkau yang mahakuasa.
Hanya Engkau yang kekal abadi.
Hanya bagi-Mu segala hormat dan kemuliaan,
puji syukur dan kasih
untuk selama-lamanya.

9. Friday, 16 February
"Your heavenly Father knows what you need"
Gospel Reading: Matthew 6:7-15
And in praying do not heap up empty phrases as the Gentiles do; for they think that they will be heard for their many words. Do not be like them, for your Father knows what you need before you ask him. Pray then like this: Our Father who art in heaven, Hallowed be thy name. Thy kingdom come. Thy will be done, On earth as it is in heaven. Give us this day our daily bread; And forgive us our debts, As we also have forgiven our debtors; And lead us not into temptation, But deliver us from evil. For if you forgive men their trespasses, your heavenly Father also will forgive you; but if you do not forgive men their trespasses, neither will your Father forgive your trespasses.

Old Testament Reading: Isaiah 55:10-11
For as the rain and the snow come down from heaven, and return not thither but water the earth, making it bring forth and sprout, giving seed to the sower and bread to the eater, so shall my word be that goes forth from my mouth; it shall not return to me empty, but it shall accomplish that which I purpose, and prosper in the thing for which I sent it.

Meditation
Do you believe that God's word has power to change and transform your life today? Isaiah says that God's word is like the rain and melting snow which makes the barren ground spring to life and become abundantly fertile (Isaiah 55:10-11). God's word has power to penetrate our dry barren hearts and make them springs of new life. If we let God's word take root in our heart it will transform us into the likeness of God himself and empower us to walk in his way of love and holiness. God wants his word to guide and shape the way we think, act, and pray. Ambrose (339-397 AD), an early church father and bishop of Milan, wrote that the reason we should devote time for reading Scripture is to hear Christ speak to us. "Are you not occupied with Christ? Why do you not talk with him? By reading the Scriptures, we listen to Christ."

We can approach God confidently because he is waiting with arms wide open to receive his prodigal sons and daughters. That is why Jesus gave his disciples the perfect prayer that dares to call God, Our Father. This prayer teaches us how to ask God for the things we really need, the things that matter not only for the present but for eternity as well. We can approach God our Father with confidence and boldness because the Lord Jesus has opened the way to heaven for us through his death and resurrection. When we ask God for help, he fortunately does not give us what we deserve. Instead, God responds with grace, mercy, and loving-kindness. He is good and forgiving towards us, and he expects us to treat our neighbor the same. God has poured his love into our hearts through the gift of the Holy Spirit who has been given to us (Romans 5:5). And that love is like a refining fire - it purifies and burns away all prejudice, hatred, resentment, vengeance, and bitterness until there is nothing left but goodness and forgiveness towards those who cause us grief or harm.
Consider what John Cassian (360-435 AD), an early church father who lived for several years with the monks in Bethlehem and Egypt before founding a monastery in southern Gaul, wrote about the Lord's Prayer and the necessity of forgiving one another from the heart:

"The mercy of God is beyond description. While he is offering us a model prayer he is teaching us a way of life whereby we can be pleasing in his sight. But that is not all. In this same prayer he gives us an easy method for attracting an indulgent and merciful judgment on our lives. He gives us the possibility of ourselves mitigating the sentence hanging over us and of compelling him to pardon us. What else could he do in the face of our generosity when we ask him to forgive us as we have forgiven our neighbor? If we are faithful in this prayer, each of us will ask forgiveness for our own failings after we have forgiven the sins of those who have sinned against us, not only those who have sinned against our Master. There is, in fact, in some of us a very bad habit. We treat our sins against God, however appalling, with gentle indulgence - but when by contrast it is a matter of sins against us ourselves, albeit very tiny ones, we exact reparation with ruthless severity. Anyone who has not forgiven from the bottom of the heart the brother or sister who has done him wrong will only obtain from this prayer his own condemnation, rather than any mercy."
Do you treat others as you think they deserve to be treated, or do you treat them as the Lord has treated you - with mercy, steadfast love, and kindness?

"Father in heaven, you have given me a mind to know you, a will to serve you, and a heart to love you. Give me today the grace and strength to embrace your holy will and fill my heart and mind with your truth and love that all my intentions and actions may be pleasing to you. Help me to be kind and forgiving towards my neighbor as you have been towards me."

Psalm 34:4-7, 16-19
I sought the LORD, and he answered me, and 
delivered me from all my fears. 
Look to him, and be radiant; so your faces shall 
never be ashamed. 
This poor man cried, and the LORD heard him, 
and saved him out of all his troubles. 
The angel of the LORD encamps around those 
who fear him, and delivers them. 
The face of the LORD is against evildoers, to cut 
off the remembrance of them from the earth. 
When the righteous cry for help, the LORD hears, 
and delivers them out of all their troubles. 
The LORD is near to the brokenhearted, and saves 
the crushed in spirit. 
Many are the afflictions of the righteous; but the 
LORD delivers him out of them all.

Daily Quote from the Early Church Fathers
"Pardon, that you may be pardoned. In doing this, nothing is required of the body. It is the will that acts. You will experience no physical pain - you will have nothing less in your home. Now in truth, my brothers and sisters, you see what an evil it is that those who have been commanded to love even their enemy do not pardon a penitent brother or sister."
(Bishop of Hippo, 354-430 A.D., quote from Sermon 210,10)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar