Ads 468x60px

Senin, 06 Februari 2017

Pw. St. Paulus Miki
Kej. 1:1-19; Mzm. 104:1-2a,5-6,10,12,35c; Mrk. 6:53-56


"Gratias agimus tibi - Kami bersyukur kepadaMu."
Penginjil Markus memberikan pandangan sekilas mengenai suasana syukur yang pasti sudah muncul apabila Yesus tiba di suatu daerah. Orang banyak selalu datang mendekat dan bergegas membawa orang yang sakit dan memohon kepadaNya.

Ya, sementara pada kisah-kisah lain dikisahkan bahwa mukjizat penyembuhan terjadi ketika Yesus menjamah si sakit (Mat 8:3; 9:29; 20:34; Mrk 1:41; Luk 5:13), dalam Injil ini diceritakan yang sebaliknya: "semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh" (Mrk 6:56; bdk. Mat 9:20; 14:36; Mrk 3:10; 6:56; Luk 6:19).

Pastinya, kita melihat bahwa aspek perjuangan iman dari orang yang ingin mendapat kesembuhan sangatlah menentukan. Mereka melakukan 3 hal dengan penuh syukur, antara lain:
1. Menjumpai: 
Mereka berusaha untuk datang-berjumpa dan menyentuhNya.
2. Mengimani: 
Mereka sungguh percaya bahwa bahkan hanya dengan menyentuh/menjamah jumbai jubahNya, mereka akan sembuh.
3. Mengamini: 
Mereka mentaati apa yang diajarkanNya.
Sederhana bukan? 

Kita melihat bahwa saat itu tidak ada pengajaran, tidak ada mukjizat/pengusiran setan, tapi mereka tetap saja datang dan percaya, menjumpai-mengimani dan mengamini Yesus.
Memang, tidak semua orang memiliki iman se-sederhana itu. Ada orang yang memiliki iman rumit dan sulit, terlalu banyak berjuang untuk mengetahui Allah tapi tidak banyak berjuang untuk mengalami Allah sehingga kadang lupa untuk mensyukuri setiap rahmatNya.
Bagaimana dengan kita?

"Dari Mekkah ke Kalkuta - Sudah bersyukurkah kita?"

Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)



NB:
1. “Fiat sana et sano - Jadilah sehat dan kuat!”
Allah membuat kita menjadi sehat dan kuat: yang gelap menjadi terang - yang lemah menjadi kuat - yang sakit menjadi sehat.
Sakit sendiri adalah kondisi tidak utuhnya dimensi fisik – mental dan sosial, jadi bukan soal tiadanya penyakit karena orang sakit tidak terbatas pada yang ada di rumah sakit saja. Bahasanya Patch Adams, kita menjadi sakit, karena adanya faktor hypo/kekurangan atau hyper/kelebihan.
Sakit sendiri adalah pantulan pengalaman asli negatif manusia, bahkan ada buku suci yang membuka kitabnya dengan kata “samsara”, hidup adalah dukha/sakit. Dalam buku saya, “TANDA” (RJK, Kanisius), sakit juga berarti “Saat Aku Kuatir Ingatlah Tuhan”.
Belajar dari Yesus, ada 3 cara supaya kita bisa selalu ingat Tuhan, al:
A.Membawa pesan: 
Yesus sebagai “Yang Kudus” selalu membawa pesan kasih Tuhan. Di Lourdes, Maria sebagai “Yang terkandung tanpa dosa/Immaculado Councepciou”, juga selalu membawa pesan kasih Tuhan bahkan selama 18 kali penampakan dari 11 Februari sampai dengan 16 Juli 1858 pada sebuah gua/grotto Massabielle (Batu Besar), di tepi sungai Gave Lourdes, Perancis Selatan.
B.Memilih yg kecil: 
Yesus memilih untuk menyembuhkan banyak orang kecil yang sakit: "semua yang menjamahNya menjadi sembuh" (Mrk 6:56; Mat 9:20;14:36;Mrk 3:10;6:56; Luk 6:19). Bukankah Maria di Lourdes juga memilih untuk ”menjamah”org kecil? Ia “menyapa” Bernadette Soubirous, seorang anak sulung, yang buta huruf dan yang sepanjang hidupnya sakit asma/TBC, yang sampai sekarang jenazahnya utuh dan tersimpan dalam peti kaca indah di kapel St. Gildard Nevers.
Yang pasti, berkat Tuhan dan doa Bunda Maria selalu “menjamah” kita tapi apakah kita juga selalu mau “menjamahNya”, bukan cuma dalam iman yang diungkapkan dan dirayakan lewat ekaristi – adorasi – devosi aneka ibadat sakramentali, tapi juga terlebih dalam praktek iman yang diwujud nyatakan, lewat perHATIan dan tindakan kasih yang nyata pada sesama: “Voyes comme’est simple, il suffit d’aimer - Lihatlah bagaimana sederhananya, semua yang kau lakukan untuk mencintai”.
C.Menyatu dengan Gereja: 
Yesus bersatu untuk mengerti dan ber-empati dengan "masyarakat". Maria juga selalu berbaur dan bersatu dengan kita, bahkan dalam setiap penampakannya selalu meminta untuk dibangun sebuah kapel/gereja untuk berdoa dan beribadah.
Kita juga diajak untuk menyatu dengan suka duka masyarakat dan gereja kita, mengerti dan berempati dengan keluarga – lingkungan – paroki –keuskupan dan keprihatinan Gereja Universal: “Medicus curat, Deus sanat - Dokter mengobati tapi Tuhan menyembuhkan.”
“Si Johan naik bukit di waktu subuh - 
Bersama Tuhan, semua yang sakit pasti sembuh”.



2. Monday, 6 February 
"Many were made well"
Scripture: 
Mark 6:53-56
And when they had crossed over, they came to land at Gennesaret, and moored to the shore. And when they got out of the boat, immediately the people recognized him, and ran about the whole neighborhood and began to bring sick people on their pallets to any place where they heard he was. And wherever he came, in villages, cities, or country, they laid the sick in the market places, and besought him that they might touch even the fringe of his garment; and as many as touched it were made well.
Meditation:
Do you recognize the Lord's presence in your life? The Gospel records that when Jesus disembarked from the boat the people immediately recognized him. What did they recognize in Jesus? A prophet, a healer, the Messiah, the Son of God?
For sure they recognized that Jesus had power from God to heal and to make whole bodies, limbs, minds, and hearts that were beset with disease, affliction, and sin. What happened when they pressed upon him and touched the fringe of his garment? They were made well. The Lord Jesus is ever ready to meet our needs as well. Do you approach him with expectant faith?
Faith is an entirely free gift which God makes to us through the power of the Holy Spirit. Believing and trusting in God to act in our lives is only possible by the grace and help of the Holy Spirit who moves the heart and converts it to God. The Holy Spirit opens the eyes of the mind and helps us to understand, accept, and believe God's word.
How do we grow in faith? By listening to God's word with trust and submission. Faith also grows through testing and perseverance. The Lord wants to teach us how to pray in faith for his will for our lives and for the things he wishes to give us to enable us to follow him faithfully and serve him generously.
Jesus gave his disciples the perfect prayer which acknowledges God as our Father who provides generously for his children. The Lord's prayer teaches us to seek first the kingdom of God and to pray that God's will be accomplished in our lives. The Lord in turn, gives us what we need to live each day for his glory. The Lord is never too distant nor too busy to meet us and to give his blessing.
Do you pray to the Father with confidence that he will show you his will and give you what you need to follow him? Ask the Lord to increase your faith and gratitude for his merciful love and provision for your life.
"Lord Jesus, let my heart sing for joy in your presence. Give me eyes of faith to recognize your presence and fill me with your Holy Spirit that I may walk in your way of love and peace."
Psalm 132:6-10
Behold, we heard of it in Ephrathah, we found it in
the fields of Jaar. 
“Let us go to his dwelling place; let us worship at 
his footstool.” 
Arise, O LORD, and go to your resting place, you 
and the ark of your might. 
Let your priests be clothed with righteousness, 
and let your saints shout for joy. 
For your servant David’s sake do not turn away 
the face of your anointed one.
Daily Quote from the Early Church Fathers”
"The Lord of hosts was not signaling weakness as he gave sight to the blind, made the crooked to stand upright, raised the dead to life (Matthew 11:5), anticipated the effects of medicine at our prayers, and cured those who sought after him. Those who merely touched the fringe of his robe were healed (Mark 6:56). Surely you did not think it was some divine weakness, you speculators, when you saw him wounded. Indeed there were wounds that pierced his body (Matthew 27:35; Mark 15:24; Luke 23:33; John 19:18, 31-37), but they did not demonstrate weakness but strength. For from these wounds flowed life to all, from the One who was the life of all." (Ambrose of Milan, 339-397 A.D., excerpt from On the Christian Faith 4.5.54-55.16)


3.
"Doa Malam"
Bapa yang kekal,
Kupersembahkan kepadaMu
Hati Kudus Yesus, dengan
segenap cinta kasihNya,
segala kesusahanNya, dan
segenap kebaikanNya,
untuk melebur segala dosa yang kulakukan hari ini dan sepanjang hidupku.
Kemuliaan......
Untuk menyucikan segala kebaikan yang kuperbuat dalam segala kelemahanku, hari ini dan sepanjang hidupku.
Kemuliaan....
Untuk mengejar segala kebaikan yang seharusnya sudah kulakukan dan yang telah kulalaikan sekarang dan selama hidupku.
Kemuliaan.....
Tuhan Yesus ada di kepalaku dan di dalam pengertianku.
Tuhan Yesus ada di mataku dan dalam penglihatanku.
Tuhan Yesus ada di mulutku dan dalam ucapan-ucapanku.
Tuhan Yesus ada di dalam hatiku dan dalam pikiranku.
Biarlah Tuhan Yesus ada di dalamku saat ajalku dan pada saat keberangkatanku.
Amin.


4.
Ayam dan Api:
Riwayatmu dulu, kini dan nanti
Kita semua berbuat kesalahan.
Orang yang bijaksana - menerima dan belajar dari kesalahan.
Orang yang merasa diri tidak aman - menyangkalinya.
Orang yang bodoh - mengulanginya.
Orang yang beriman - mengampuninya.
Tak jauh dari pintu keluar Pasar Baru di Pusat Jakarta, ada sebuah gereja tua ber-arsitektur kolonial. Gedungnya berwarna krem cerah, terawat-ruwat dengan rapih dan bersih. Di sebelah kiri dan kanan bangunan ada dua buah pilar yang joss dan kokoh berdiri, indah-gagah terlihat seperti mercusuar di tepi laut biru. Pada bagian puncak bangunan ada kubah kecil dimana pada bagian atasnya bertengger perkasa penuh kuasa, simbol ayam yang seolah-olah menjadi empunya bangunan historis itu. Tak heran, kemudian orang banyak populer “membaptis” alias menamainya sekaligus menjulukinya sebagai “Gereja Ayam”.
“Gereja Ayam” ini sendiri dibangun mulai tahun 1913 hingga 1915 oleh duet arsitek asal negerinya VOC alias Belanda, yakni: Ed Cuypers dan Hulswit. Awalnya, bermula dari kapel kecil milik Gereja Katolik dan kemudian dirombak dan diperluas dimana interior di dalam gereja pun sangat menarik sebagai identitas sebuah “ruang kultus” sekaligus “ruang kultural”: Bangku-bangku panjangnya terlihat masih asli, terbuat dari kayu jati. Di bagian belakang terdapat juga kursi-kursi dari rotan yang terlihat orisinil. Mimbarnya pun unik, tergantung tinggi di tengah ruangan, seakan mengambang di udara. Pada dinding kiri, kanan dan depan bagian atas dipasang kaca patri cantik berbentuk lingkaran-lingkaran kecil dengan entitas gambar simbol-simbol kristianitas.
Hal menarik lainnya yang dapat dijumpa-temukan dalam ruangan “Gereja Ayam” itu adalah sebuah “Scriptura - Alkitab Besar” yang sedang asyik “nina bobo” - tertidur nyenyak di sebuah etalase kaca mirip akuarium ikan sekelas Nemo and the gank. Alkitab itu bukan Alkitab biasa tapi adalah persembahan Ratu Sophia Frederika Mathilde yang dicetak tahun 1855, dengan tebal sekitar dua tumpuk batako dan sampulnya terbuat dari ukiran perunggu, dimana isinya tak hanya tulisan, tapi dilengkapi juga dengan banyak ilustrasi gambar. Menurut sejarah, alkitab ini cuma ada dua di seluruh dunia, satu di sini dan satu lagi di Belanda.
Hingga sekarang, “Gereja Ayam” yang kini terdaftar atas nama G.P.I.B PNIEL ini masih aktif digunakan untuk beribadah: dua kali setiap hari Minggu, pagi pukul 09.00 dan sore pukul 18.00.
1.Filosofi Ayam
Bicara soal ayam, memang tidak banyak dikisahkan dalam alkitab. Tercandra, dahulu Asyur membayar upeti kepada Mesir berupa ayam betina, pada 1500 sM, dan ayam jantan tertera pada meterai-meterai dari abad 7 sM.
A.Kesadaran
Lebih lanjut, arti simbol ayam dan mengapa kadang dipasang pada puncak gereja adalah “memoriam”, “eling lan waspada”, mengenang-kenang ingatan kita akan kisah penyangkalan Petrus. Bisa jadi, simbol ayam itu dipasang agar hidup kita selalu penuh “HIK”-“Harapan Iman Kasih” sehingga tidak menjadi murid yang takabur dan nantinya menyangkal Tuhannya: “Barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga.” (Mat 10:33)
Peristiwa Petrus menyangkal Yesus ini dicatat dalam ke-4 kitab-kitab Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes). Pada waktu Perjamuan Terakhir yang dilakukan Yesus dengan murid-murid-Nya, Yesus telah mengatakan bahwa Petrus akan menyangkalnya "tiga kali sebelum ayam berkokok", dimana hal ini dicatat oleh keempat kitab Injil dengan keunikan detail masing-masing (Matius 26:30-35, Markus 14:26-31, Lukas 22:31-34, Yohanes 13:37-38) Adapun catatan bagaimana Petrus menyangkal Yesus sebanyak 3 kali menurut keempat Injil, al: Matius 26:69-75, Markus 14:66-72, Lukas 22:54-62, Yohanes 18:13-27.
Kontemplasi sekaligus interpretasi estetis atas penyangkalan petrus sendiri dilukiskan dengan indah oleh Rembrandt, 1660 dimana Yesus dilukiskan di pojok kanan atas, dengan tangan terikat, sedang menoleh ke arah Petrus.
Pastinya, ayam pernah menjadi “pelakon” dan bukan melulu “penonton”. Ia menjadi pelaku sejarah yang penting di Alkitab. Ayam dengan kokok-nya yang bersahaja dan terkesan biasa-biasa saja dipilih oleh Yesus untuk menyadarkan Petrus saat menyangkal Yesus, sehingga Petrus bertobat dan menangis ter-sedu sedan. Semoga kita juga selalu hidup penuh kesadaran: sadar diri dan tidak mudah iri, “think before speak – pray before work – thanks before sleep”. Dkl: Kita diajak memiliki sikap ingat diri sekaligus mawas diri, dalam bahasa local genius: “eling lan waspada”, tidak takabur dan kabur, tidak nakal dan menyangkal Yesus, baik lewat perkataan, perbuatan maupun pikiran kita setiap harinya.
B.Kesetiaan
Ayam adalah juga binatang yang selalu setia berkokok. Ia mengingatkan kita bahwa bunyi kokok ayam menandakan “yang lama sudah pergi – yang baru sedang datang”, ya kegelapan akan berakhir dan sinar terang fajar akan segera datang. Semoga kita juga menyambut tahun baru ini dengan hidup setia sebagai anak-anak terang, yang menyinari sesama dan semesta.
Di lain matra, karakteristik ayam jago dalam lambang astrologi adalah cenderung membusungkan dada dan gemar bertarung demi egonya. Disinilah kita juga sekaligus diajak setia mengenakan senjata kerendahan hati dengan nada dasar "c", cinta, tidak mudah tinggi hati dan sakit hati, tidak mudah berseteru dan terburu karena egois narcis dan autis hanya pada nafsu pribadi atau kelompok semata.
Ayam juga tak pernah berhenti mengais, tak pernah berhenti berjuang. Habis minum saja, ia menengadahkan kepala ke atas, "sin se san se mana hase - sini senang sana senang dimana mana hatiku senang", bertafakur-syukur selalu atas semua suka duka, pahit manis dan setiap pribadi yang datang dan pergi di relung hati kita, "burung tekukur di kalvari - kita bersyukur setiap hari."
2.Filosofi Api
Dalam mitologi Yunani karya Hesiodos (sekitar 700 SM), adalah Prometheus yang “mencuri” api Zeus dari Gunung Olympus dan memberikannya kepada manusia. Zeus kemudian menghukumnya atas kejahatan ini dengan mengikatnya pada sebuah batu sementara seekor burung Elang besar setiap hari memakan hatinya, namun hatinya akan tumbuh kembali untuk kemudian dimakan lagi oleh burung elang itu besok harinya
Dalam kacamata gerejani, api (KGK. 696) adalah lambang daya transformasi perbuatan Roh Kudus. Dalam "lidah-lidah seperti api", Roh Kudus turun atas para Rasul pada pagi hari Pentakosta dan memenuhi mereka (Kis 2:3-4).
Dalam Alkitab, kita mengetahui bahwa Nabi Elia, yang "tampil bagaikan api dan perkataannya bagaikan obor yang menyala" (Sir 48:1), dengan perantaraan doanya, ia menarik api turun atas kurban di gunung Karmel (1 Raj 18:38-39). Yohanes Pembaptis, yang mendahului Tuhan "dalam roh dan kuasa Elia" (Luk 1:17) mengumumkan Kristus sebagai Dia, yang "akan membaptis dengan Roh Kudus dan dengan api" (Luk 3:16). Mengenai Roh ini, Yesus berkata: "Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapa Aku harapkan, api itu telah menyala" (Luk 12:49).
Dalam tradisi rohani, lambang api ini dikenal sebagai salah satu lambang yang paling berkesan mengenai karya Roh Kudus. Rasul Paulus juga pernah menegaskan, "Janganlah padamkan api Roh Kudus" (1 Tes 5:19). Menurut Alkitab, murid-murid Yesus pada hari mereka menerima Roh Kudus mampu mempertobatkan tiga ribu jiwa, masing-masing memberi dirinya dibaptis.
Disinilah, bicara soal api Roh Kudus, saya jadi mengingat sebuah api unggun yang kerap kami buat ketika berada di puncak gunung atau mengadakan camping bersama. Ya, semoga kita juga punya “api”, yang menghangatkan tanpa membumihanguskan, yang memberkati tanpa menyakiti, yang mau memahami dan tidak cepat menghakimi. Bukankah Rasul Paulus juga pernah berkata kepada jemaat di Roma, “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.” (Roma 12:11).
Semoga di tahun “ayam api” ini kita bisa hidup lebih berkualitas, memiliki trilogi HIK berupa “3K”, yakni kesadaran, kesetiaan dan kehangatan lewat “KUD”:
K arya yang murah hati
U capan yang memberkati
D oa yang sepenuh hati

SIN CUN KIONG HIE
Selamat Merayakan Musim Semi Baru
Gong xi fat chai.

5.Santo Paulus Miki,
Imam dan kawan-kawannya Martir.
Paulus Miki lahir di Jepang sekitar tahun 1565. Ia masuk Serikat Yesus (SJ) dan mewartakan Injil di tanah airnya dengan hasil baik dengan kemampuan berkotbahnya yang luar biasa. Akan tetapi, sekitar tahun 1597 ketika muncul penganiayaan terhadap orang Katolik, Paulus Miki bersama sekitar 20 orang kristiani pribumi dan 6 Misionaris dari Ordo Fransiskan ditangkap dan disiksa.
Penyiksaan atas mereka sungguh kejam.
Telinga mereka disayat, tubuh mereka disesah hingga memar dan berdarah. Setelah itu mereka diantar berkeliling kota untuk dipertontonkan kepada seluruh rakyat.
Kepada penguasa yang menyiksa mereka, Paulus menulis sepucuk surat yang menceritakan tentang kemuliaan yang diberikan kepada mereka.
Karena keteguhan iman yang mereka miliki, merekapun disalib di sebuah bukit di pinggir kota Nagasaki.
Dari atas salibnya, Paulus Miki terus berkotbah guna meneguhkan iman kawan-kawannya. Paulus Miki dan teman-temannya telah setia kepada Kristus dan bertekun dalam imannya hingga akhir.
Tuhan berkati & Bunda merestui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar