Ads 468x60px

Kamis, 30 Maret 2017

Pekan IV Prapaskah
Kel. 32:7-14; Mzm. 106:19-20,21-22,23; Yoh. 5:31-47.
“Habemus Papam - Kami memiliki Paus”.
Mengacu pada bacaan harian bahwa Yesus datang sebagai saksi yang siap bekerja: “Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya.” (Yoh 5,36), Paus Fransiskus yang terlahir pada 17 Des 1936 dari orang tua yang adalah pekerja rel kereta dan imigran dari Italia ini juga mengajak kita untuk menjadi "saksi" (“Siap Ajarkan Kabar Sukacita Ilahi”) yang siap bekerja dengan 3 semangat dasar, antara lain:
1. Kerendahan hati: ”SSD - Servus Servorum Dei - Hamba dari Segala Hamba Tuhan”:
Inilah semboyan pokok yang selalu muncul pada akhir konklave di Kapel Sistina Vatikan. Kardinal Bergoglio alias Paus Fransiskus sendiri memang terkenal rendah hati: Di Argentina, ia memilih tinggal di rumah sederhana daripada katedral, memasak/mencuci piring dan mengembalikan limosine untuk memilih pergi dengan naik bus. Ia juga mengambil nama kepausan, “Fransiskus” (Asisi), pendiri “OFM-Ordo Fratrum Minorum-Saudara Hina Dina” yang terkenal dengan semangat kesederhanaannya untuk menciptakan "Pax et Bonum - Damai dan Kebaikan".
2. Kesadaran diri:”AMDG - Ad Maiorem Dei Gloriam - Demi Semakin Besarnya Kemuliaan Nama Tuhan”:
Inilah semboyan khas para Jesuit dimana Kardinal Bergoglio alias Paus Fransiskus sendiri adalah salah satu anggotanya. Adapun paus terakhir yang juga adalah anggota tarekat yakni Paus Gregorius XVI dari tarekat Benediktin (1831).
Ia sungguh bersadar diri, itu sebabnya juga sebelum memberi berkat kepausan perdana kepada umat, Paus Fransiskus ini juga lebih dulu meminta doa dan berkat dari semua umat supaya sungguh semuanya hanya demi kemuliaan Tuhan semata.
3. Kegairahan misi: ”IIM - Ite Inflammate Omnia - Pergilah dan kobarkanlah api Tuhan ke dunia”:
Inilah semboyan salah satu founding father Jesuit, St Fransiskus (Xaverius). Adapun Kardinal Bergoglio alias Paus Fransiskus ini merupakan paus pertama yang berasal dari Amerika Latin. Kata-kata perdananya di Vatikan: “Saya datang dari ujung dunia yang jauh. Mari kita pergi memulai perjalanan ini bersama, perjalanan persahabatan-kasih-kepercayaan dan iman."
Selain itu, selama ini, Paus Fransiskus juga dikenal sebagai pembela kaum miskin dan tidak gentar mengkritik ketidakadilan sosial-ekonomi dalam setiap tugas misi dan perutusannya. Kini, Tuhan juga seolah mengajak kita bersama Gereja untuk pergi bersaksi dengan semangat api yang berkobar-kobar di tengah carut maut dan ruwet renteng dunia.
Pastinya: Kita sendiri kerap mengenal kesaksian Malaikat Gabriel yang berkata kepada Maria: “anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah” (Luk 1,35; bdk. ay. 32); juga kesaksian Yohanes Pembaptis: “Ia inilah Anak Allah” (Yoh 1,34); lalu kesaksian dari Allah Bapa sendiri: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan” (Mt 3,17). Dan, indahnya - dalam Injil hari ini, Yesus memberikan kesaksian dari diri-Nya sendiri, bukan dengan kata-kata dan pengajaran tetapi dengan pekerjaan yang Ia lakukan. Sebagai Anak, Ia mengerjakan pekerjaan Bapa yang mengutus-Nya.
Nah, bagaimana dengan kita sendiri?
AYO KERJA!!
"Kereta senja dari Yogyakarta - Mari kita bekerja dengan sukacita."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
"Labora - Kerja!"
Inilah salah satu dimensi iman bahwa kita diajak untuk selalu bekerja dengan giat, dengan "keras, cerdas dan ikhlas - hand-head dan heart", yang dalam bahasa Yesus: “Aku mempunyai suatu kesaksian tentang segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepadaKu supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu jugalah yang sekarang Kukerjakan dan yang memberi kesaksian tentang Aku bahwa Bapa yang mengutus Aku dan yang bersaksi tentang Aku" (Yo 5:36).
Dengan kata lain: kualitas iman kita ditentukan tdk melulu oleh apa yang "dikatakan" tapi terlebih oleh apa yang "dikerjakan" dalam keseharian.
Secara ideal, ada 3 tujuan kerja orang beriman, antara lain: kebaikan untuk masa depan dunia (bonum utile), kebaikan untuk kemanusiaan (bonum humanum) dan kebaikan untuk hidup bersama (bonum commune).
Secara real, kita kerap malas bekerja tapi malahan sibuk berkata-kata belaka, seperti tampak dalam cerita singkat ini:
"Dulu hiduplah seekor singa liar dan buas. Setiap kali bertemu makhluk lain dan terutama manusia pasti saja diterkam dan dilahap habis.
Ketika tahu bahwa orang Kristiani adalah orang-orang baik, maka berkatalah ia kepada teman-teman yang lain: "Aku telah mendengar seruan di padang gurun dan aku ingin bertobat. Aku tak akan mengganggu orang-orang Kristiani lagi. Aku akan membiarkan mereka tetap hidup dan tak akan menjadikan mereka santapan pemuas isi perutku.
Setelah lewat beberapa hari, seorang Kristiani lewat. Singa liar itu malahan lagi-lagi melahap orang itu. Seluruh bagian tubuh orang tersebut dimakan habis tak tersisa, kecuali bibirnya saja.
Ia lalu dicemooh teman- temannya: 'Bukankah engkau ingin bertobat dan berjanji tak akan menjadikan orang kristen sebagai santapan lezatmu? Kenapa hari ini engkau justru membunuh orang Kristiani lagi?
Setelah berpikir panjang, singa buas itu menjawab: 'Aku memang sudah berjanji untuk tidak menerkam orang Kristiani. Tapi orang yang telah kumakan itu telah kucium dulu sebelum diterkam. Ternyata sama sekali tak tercium aroma kekristenan, kecuali bibirnya saja. Karena itu bibirnya sajalah yang tidak kumakan.'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar