Ads 468x60px

Antologi Renungan HIK


Pesta St Matias Rasul
Kis 1:15-17.20-26; Yoh 15:9-17
“Non scholae, sed vitae discimus-Kita belajar bukan untuk sekolah tapi untuk hidup."
Adagium yang saya tulis dalam buku Carpe Diem" dan berasal dari surat-surat Seneca Muda pada “Epistulae morales ad Lucilium” ini merupakan penyadaran integral bahwa kita diajak untuk terus ber - “sekolah” setiap hari.
Ya, bersama teladan salah satu murid Yesus yakni St Matias (Yun: Matthias, Ibrani: Mattathias: “anugerah atau hadiah Allah”), yang kita pestakan hari ini, kita diajak untuk terue ber-"sekolah" dengan tiga jalan iman, yakni: “SEtia, dan KOkoh, ikut AlLAH.”
1.Setia:
Dalam Kitab Suci, nama Matias hanya tercatat dalam Kis 1:23,26. Menurut kisah itu, Simon Petrus mengusulkan agar ditambahkan seorang ke dalam bilangan kesebelas rasul untuk menggantikan tempat Yudas Iskariot. Syaratnya adalah “seorang dari mereka yang senantiasa datang berkumpul dengan kami selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan kami, yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke surga meninggalkan kami, untuk menjadi saksi dengan kami tentang kebangkitan-Nya” (Kis 1:21-22).
Ya, syarat agar seseorang dapat menjadi rasul adalah memiliki “kesetiaan”, yakni selalu mau mengalami kehidupan bersama dengan Yesus dan para murid-Nya. Matias sendiri adalah salah seorang dari tujuh puluh murid Yesus yang setia (“SElalu Taat dan Ingat Allah”, buku Family Way, RJK, Kanisius) menyertai hidup Yesus dari pembaptisan Yohanes sampai kenaikan Yesus ke surga.
2.Kokoh:
Dalam sejarah Gereja, Eusebius menulis bahwa Matias dipilih untuk menggantikan posisi Yudas Iskariot dan selama kerasulannya ia dikenal sebagai pejuang yang kokoh. Menurut Sinopsis Dorotheus, Matias memberitakan Injil dengan gigih dan kokoh kepada orang-orang kanibal di pedalaman Etiopia.
Yang pasti, peran pengganti tidak selalu jelek, bukan? Matias bagaikan “ban serep” atau “pemain cadangan” yang memainkan perannya secara kokoh dan tangguh, walau kadang awalnya hanya dipandang sebelah mata dan tidak banyak diperHATIkan oleh yang lain.
3.Ikut Allah:
Menurut metode pemilihan kuno, hasil dari pembuangan undi dalam suasana doa diyakini sebagai kehendak Allah yang penuh kasih.
Disinilah, di tengah para rasul, Matias dipilih untuk mengikuti Allah lewat jalan cintakasih. Belajar dari Yesus yang menunjukkan model mengasihi: "Inilah perintah-Ku, supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu" (Yoh 15:12), Matias juga menunjukkan cintakasihnya dengan berani mengikuti “via dolorosa-jalan salib” Allah sendiri. Ia dirajam oleh orang-orang Yahudi dan dipenggal kepalanya di Yerusalem.
Relikwinya sendiri dibawa oleh Ratu Helena ke Roma dan disimpan di Basilika Maria Maggiore. Relikwinya juga ada yang tersimpan di kota Trier — Jerman, dimana dia dijadikan santo pelindung untuk kota itu sampai sekarang.
“Mbak Tyas suka makan bakmie - Santo Matias doakanlah kami.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1.
"Domus Pacis - Rumah Damai".
Inilah salah satu harapan orang banyak supaya memiliki damai di hati.
Beberapa ini adalah kalimat sederhana yang bisa menciptakan "rumah damai" di hati. Semoga! ".....
Dengan senyum kau tampak lebih baik,dengan tawa kau tampak lebih sehat,dengan doa kau tampak lebih bahagia.”
"Hidup manusia itu bagaikan jam yang berdentang. Sekali per-nya diputar, suatu saat akan berhenti berdetak.Mungkin di tengah malam, rembang petang, sore, siang,atau bahkan pagi hari."
"Hadapi dengan senyuman - semua yang terjadi biar terjadi –Hadapi dengan tenang jiwa - semua kan baik-baik saja.Bila ketetapan Tuhan - sudah ditetapkan - tetaplah sudah –Tak ada yang bisa merubah - dan takkan bisa berubah.Relakanlah saja ini - bahwa semua yang terbaik –Terbaik untuk kita semua - menyerahlah untuk menang.”
2.
Pacem in terris - Pacem in cordis.
Damai di bumi + di hati
"Doa Jadikanlah Aku Pembawa Damai"
(St Fransiskus Asisi).
Tuhan, jadikanlah aku pembawa damai.Bila terjadi kebencian, Jadikanlah aku pembawa cinta kasih.Bila terjadi penghinaan, Jadikanlah aku pembawa pengampunan Bila terjadi perselisihan, Jadikanlah aku pembawa kerukunan. Bila terjadi kebimbangan, Jadikanlah aku pembawa kepastian.Bila terjadi kesesatan Jadikanlah aku pembawa kebenaran. Bila terjadi kecemasan, Jadikanlah pembawa harapanBila terjadi kesedihan,Jadikanlah aku sumber kegembiraan.Bila terjadi kegelapan,Jadikanlah aku pembawa terang.Tuhan, semoga aku lebih mengibur daripada dihiburMemahami daripada dipahami,Mencintai daripada dicintai.Sebab dengan memberi aku menerima,Dengan mengampuni aku diampuni,Dengan mati suci aku bangkit lagi,Untuk hidup selama-lamanya. Amin."
3.
"Ave crux spes unica - Salam ya Salib harapan utama."
Di bawah ini kami lampirkan "Doa di depan Salib" yang merupakan doa pertama yang disusun oleh St.Fransiskus Asisi.
Tanggal penyusunannya diperkirakan sekitar tahun 1205 dan 1206, pada waktu Fransiskus masih mencari-cari tahu mengenai panggilannya dan berjuang melawan berbagai godaan dan keragu-raguan.
Doa ini dinamakan juga “doa pertobatan Fransiskus”, namun hal itu tidak berarti bahwa doa tersebut disusun pada saat pertobatannya. Orang kudus ini telah menghaturkan doa-doa dengan cara yang sama sebelum dia menyusunnya seperti kita kenal sekarang:
Italia:
 Altissimo glorioso Dio , illumina le tenebre de lo core mio et dammi fede retta, speranza certa e carita perfectasenno e congnoscemento, Signore, che faccialo tuo santo e verace comandamento. Amen.
Inggris:
Most High, glorious God, enlighten the darkness of my heart and give me true faith, certain hope, and perfect charity, sense and knowledge, Lord, that I may carry out Your holy and true command. Amen.
Indonesia:
Allah yang mahatinggi dan penuh kemuliaan, terangilah kegelapan hatiku dan berilah aku iman yang benar, pengharapan yang teguh, dan kasih yang sempurna. Berikanlah aku, ya Tuhan, perasaan yang peka dan budi yang cerah, agar aku mampu melaksanakan perintah-Mu yang kudus dan takkan menyesatkan. Amin.
4.
Pesta St. Matias Rasul
Kis 1:15-17.20-26; Mzm 113:1-2.3-4.5-6.7-8; Yoh 15:9-17.
"Discipulorum Domini - Para murid Tuhan."
Pada perjamuan malam terakhir, Yesus bersabda kepada para muridNya, “Kasihilah seorang akan yg lain.” Ia mengajak kita untuk belajar saling mengasihi bukan menyakiti, belajar saling memahami bukan saling menghakimi.
Di tengah budaya orang yang banyak ber-negatif thinking dan mudah men-cap buruk org lain, Yesus mengajak kita menjadi murid yang benar-benar terpilih seperti teladan Matias yang terpilih untuk menggantikan Yudas yang laknat dan berkhianat.
Adapun 3 ciri murid Tuhan yang terpilih untuk saling mengasihi, antara lain:
1."To share": Ia mengajak kita untuk rela berbagi kehadiran dalam kebersamaan dengan Tuhan dan GerejaNya, yang paling tampak dalam keluarga kita masing-masing, berbagi "smiling + shining", senyum + sinar bagi yang lain.
2."To care": Ia selalu datang untuk berpeduli ("care": Lat: cordis: hati). Ia mempunyai hati kepada yang lain, tidak mudah egois tapi mudah ber-empati kepada yang lain sehingga bersolider dan berhati hati dalam perkataan dan tindakan pada yang lain.
3."To bear": Ia mengajak kita untuk saling menanggung beban yang lain, tidak sibuk dengan urusan sendiri tapi mau belajar menjadi berkat bagi yang lain. Ketika ada yang bermasalah, kita diajak untuk mau ikut menanggung beban dan bukannya malahan menjadi batu sandungan untuk yang lain.
"Cari batu di Colomadu - Mari bersatu dengan hidup yang terpadu."
5.
Kis. 17:15,22 - 18:1;
Yoh. 16:12-15.
“Exsultate in laetitia-Bernyanyilah dengan sukacita.”
Inilah yang kita wartakan menjelang Pentakosta dan Peringatan Maria Fatima bahwasannya pekerjaan Roh Kudus bukan saja ditujukan kepada orang yg belum percaya (Yoh 16:7-8), tp juga bekerja dalam hidup kita sebagai orang yg percaya untuk mengajar, membetulkan kesalahan+menuntun kepada kebenaran (Mat 18:15; 1Tim 5:20; Wahy 3:19).
Ya, Roh Kudus akan meneguhkan kita, supaya:
(a) kita menjadi seperti Kristus (2Kor 3:18)
(b) kita dipimpin dlm kebenaran
(c) kita memuliakan Kristus (Yoh 16:14).
Demikianlah, Roh Kudus bekerja di dalam diri kita untuk menghasilkan kehidupan Kristus di dalam kehidupan harian kita.
Lebih lanjut, apabila kita menolak pimpinan Roh Kudus dan jikalau kita tidak "mematikan perbuatan-perbuatan tubuh" (Rom 8:13), maka kita akan dijatuhi hukuman.
Hanya orang yg menerima kebenaran+"dipimpin Roh Allah" adalah "anak-anak Allah" (Rom 8:14) dan dengan demikian sanggup hidup terus dalam kepenuhan Roh (Ef 5:18).
Jelasnya, dosa membinasakan kehidupan dan kepenuhan Roh Kudus di dalam hdp kt (Rom 6:23; 8:13; Gal 5:17; Ef 5:18; 1Tes 5:19).
Roh Kudus menyatakan kepada kita hal-hal yang diterima-Nya dari Kristus.
Dia menghadirkan kasih, pengampunan, kekudusan, kuasa, karunia-karunia rohani, kesembuhan, dan segala hal yang menjadi milik kita melalui hubungan kita dengan Kristus.
Ya, melalui Roh Kuduslah Yesus datang kembali kepada kita untuk menyatakan kasih+persekutuanNya (Yoh 14:16-23).
"Ada galah ada kardus-
Datanglah ya Roh Kudus."
6.
“Tetangga - Tekuni Datangnya Surga.”
( FAMILY WAY, RJK, Kanisius ).
Alkisah, adalah seorang pertapa yang sudah begitu suci sehingga Allah memperbolehkan pertapa itu untuk melihat-lihat surga dan neraka lebih dahulu sebelum ia meninggal. Di neraka, ia terkejut karena ternyata neraka itu tampak penuh kemilau kemewahan dan kenikmatan. Semua orang berpakaian bagus-bagus. Makanan terlezat tersedia di setiap meja. Kemudian ia dibawa malaikat ke surga. Ia terkejut lagi karena menyaksikan pemandangan yang sama. Lah, dia pikir, apa bedanya surga dan neraka? Setelah pertapa itu meneliti ulang, ternyata di neraka orang-orang tersiksa abadi karena tak bisa menggerakkan tangan dan mulut untuk menikmati makanan dan kemewahan. Tapi di surga juga begitu. Bagaimana ini? Memang di surga, orang tidak juga memakai tangan mengambil makanan untuk diri sendiri, tetapi mereka selalu memberinya pada orang lain. Di neraka, tiap orang begitu hebat memikirkan kepentingan diri sendiri, hingga terpenjara dalam nafsunya sendiri. Di surga orang hanya memikirkan kepentingan orang lain hingga ia selalu menerima berlimpah.
Bicara soal surga, itu adalah sebuah tempat di alam akhirat yang dipercaya oleh para penganut beberapa agama sebagai lokasi berkumpulnya roh-roh manusia yang semasa hidupnya berbuat kebajikan. Istilah ini berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Svarga. Dalam bahasa Jawa kata tersebut diserap menjadi Swarga. Istilah Surga dalam bahasa Arab disebut Jannah, sedangkan dalam bahasa Hokkian digunakan istilah Thian (天). Surga juga mempunyai nama lain, yakni Kahyangan. Istilah Kahyangan berasal dari bahasa Jawa Kuno dan Bahasa Sunda yang jika dipilah menjadi ka-hyang-an, atau bermakna "tempat tinggal para Hyang atau leluhur".
Dalam kacamata Islam, surga tertinggi tingkatannya adalah Firdaus (فردوس) - Pardis (پردیس), dimana para nabi dan rasul, martir dan orang-orang saleh. Surga dalam kacamata orang Islam sendiri banyak diceritakan dalam Al-Qur'an surat Ar-Ra'du 13:35: “Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman), mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti, sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa; sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka”.
Dalam kacamata iman kristiani, surga adalah kehidupan kekal yang dijanjikan Yesus kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya. Istilah surga dipakai oleh penulis Alkitab untuk menunjuk suatu tempat yang kudus di mana Allah berada dan meraja. Kehidupan kekal, ciptaan yang sempurna, tempat dimana Allah menghendaki untuk tinggal secara permanen dengan umat-Nya (Wahyu 21:3). Tidak akan ada lagi pemisahan antara Allah dan manusia. Orang-orang beriman sendiri akan hidup dengan kemuliaan, dibangkitkan dengan tubuh yang baru; tidak akan ada penyakit, tidak ada kematian dan tidak ada air mata.
Beberapa catatan Alkitab seputar ciri tentang “surga”, al:
• Diciptakan oleh Allah. (Kejadian 1:1; Wahyu 10:6)
• Kekal dan abadi. (Mazmur 89:30; 2 Korintus 5:1)
• Tidak terukur. (Yeremia 31:37)
• Tinggi. (Mazmur 103:11; Yesaya 57:15)
• Kudus. (Ulangan 26:15; Mazmur 20:7; Yesaya 57:15)
• Tempat kediaman Allah. (1 Raja-raja 8:30; Matius 6:9)
• Takhta Allah. (Yesaya 66:1; Kisah 7:49)
• Malaikat-Malaikat diam di dalam surga. (Matius 18:10; 24:36)
• Nama orang-orang kudus terdaftar di dalam surga. (Lukas 10:20; Ibrani 12:23)
• Orang-orang kudus mendapat upah di dalam surga. (Matius 5:12; 1 Petrus 1:4)
• Pertobatan menyebabkan sukacita di dalam surga. (Lukas 15:7)
• Kumpulkan harta benda di dalam surga. (Matius 6:20; Lukas 12:33)
• Daging dan darah tidak mendapat bagian di dalam surga. (1 Korintus 15:20)
Surga kerap juga dinamai:
o Firdaus. (2 Korintus 12:2,4)
o Kerajaan Kristus dan Allah. (Efesus 5:5)
o Perhentian. (Ibrani 4:9)
o Rumah Bapa. (Yohanes 14:2)
o Sebuah lumbung. (Matius 3:12)
o Tanah air surgawi. (Ibrani 11:16)
o Orang jahat tidak mendapat bagian dalam surga. (Galatia 5:21; Efesus 5:5)
Dalam kitab Wahyu, kondisi surga digambarkan secara lugas, sebagai berikut, ”Tahta Allah dan Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hambanya akan beribadah kepadaNya, dan mereka akan melihat wajahNya, dan namaNya akan tertulis di dahi mereka. Dan, malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan matahari sebab Tuhan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selamanya.” (Why. 22:3-5).
Bicara lebih lanjut soal surga, dalam sejarah agama kristiani dan pustaka biblis, dikatakan bahwa bukit Zaitun, seperti banyak kita ketahui adalah tempat Yesus yang naik ke surga dan mengutus para rasulNya ke seluruh dunia untuk menyampaikan Kabar Gembira kepada segala bangsa :”Roh Kudus akan turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi (Kis 1:8). Ketika Yesus naik ke surga dari tempat ini, penginjil Lukas mencatat: “Lalu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Di situ Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke Sorga” (Luk 24:50-51).
Disinilah, yang dipandang sebagai tempat kenaikan Yesus, pada tahun 376 didirikan sebuah rotunda, yang pada tahun 438 ditambah dengan sebuah oratorium dan biara pria. Para pejuang Perang Salib mendirikan di situ sebuah gereja bersegi delapan dengan sederetan tiang yang menunjang kubah. Pada waktu itu kubahnya terbuka. Di bawahnya ada batu, yang menurut legenda diinjak oleh Yesus (dengan meninggalkan jejak telapak kakinya) sebelum naik ke surga.
Puncak di utara Bukit Zaitun sendiri kerap disebut Viri Galilaei (=orang-orang Galilea), sebab setelah Yesus naik ke surga, malaikat menegur para rasul, katanya, “Hai, orang-orang Galilea, mengapa kalian berdiri saja di situ memandang ke langit ? Yesus yang kalian lihat terangkat ke surga itu di hadapan kalian, akan kembali lagi dengan cara itu juga seperti yang kalian lihat tadi” (Kis 1:11). Tempat ini sejak tahun 1881 menjadi milik Gereja Ortodoks Yunani. Mereka mendirikan di situ sebuah gereja yang pada tahun 1927 rusak akibat gempa bumi. Pada awal tahun 1964 Paus Paulus VI pada waktu ziarahnya ke Tanah Suci bertemu dengan Patriark Atenagoras dari Konstantinopolis di tempat ini.
Nah, bicara banyak soal surga, ada sebuah cerita bermakna dari seorang novelis Brasil, Paulo Coelho dalam bukunya, “Warrior of Light”. Begini kisahnya, adalah seorang samurai kejam yang terkenal suka bertempur tanpa alasan yang jelas suatu saat datang ke kuil dan minta bertemu Guru.Tanpa rasa enggan, guru keluar dan menemuinya. “Mereka mengatakan bahwa pikiran lebih berjaya daripada kekuatan fisik,” kata samurai itu. “Saya ingin tahu apakah kamu dapat menjelaskan kepadaku arti Surga dan Neraka.”
Guru diam mendengar pertanyaan itu.
“Kamu lihat?” teriak samurai itu. “Aku dapat menjelaskan hal itu dengan sangat mudah: untuk menunjukkan apa itu Neraka, yang butuh aku lakukan hanya mengalahkan orang lain. Untuk menunjukkan apa itu Surga, aku hanya tinggal membiarkan seseorang pergi setelah membuatnya ketakutan dan terintimidasi.”
“Saya tidak berdebat dengan orang bodoh seperti kamu,” kata guru Zen dipenuhi kemarahan dan kebencian.
“Nah, sekarang yang kamu alami itu adalah Neraka, “ kata guru tersenyum, ,
Ketenangan dan keteguhan Riokan, sang guru Zen itu mengejutkan samurai, dan dia secara perlahan menjadi tenang kembali.
“Dan itulah Surga,” kata Riokan sambil mempersilahkan sang samurai masuk,”Tak terpengaruhi oleh hal-hal yang konyol.”
Menurut Syekh Siti Jenar, lebih lanjut, adanya surga sekarang ini berdasar pada kejadian di dunia, surga yang luhur terletak pada perasaan hati yang tenang dan senang. Surga dan neraka ini tidak perlu menunggu hari kiamat. Disinilah, saya menyadari itu sebabnya, ada orang yang kerap berkata, “rumahku surgaku.” Ternyata surga juga bisa dimulai di rumah kita masing-masing, dalam keluarga kita masing-masing.
Menyitir Karen Sunde bahwa mencintai adalah menerima secercah surga. – To love is to get a glimpse of heaven, maka di bawah ini, ada 50 contoh tindakan cinta kecil-kecilan, yang membuat surga semakin hadir di tengah-tengah keluarga kita masing-masing, antara lain:
1. Berjalan bersama, juga di saat hujan lebat dan badai
2. Bersikap jujur dalam soal keuangan
3. Bersikap jujur dan terbuka dalam hal karir
4. Bersikap sabar terhadap kekurangmampuannya,
5. Berterimakasih lebih sering pada dia
 6. Duduk bersama mendiskusikan pemecahan soal
7. Lebih mengakui kekurangan daripada kelebihan diri sendiri
8. Meletakkan kebahagiaan dan kepercayaan pada dia
9. Melihat kelebihan/ kebajikan dia lebih tinggi dibanding orang lain
10. Memaafkan dia dengan lebih sering dan tulus
11. Membagikan ceritera lucu dengan dia
12. Membahagiakan dia, terutama saat dia tak berdaya
13. Membantu pekerjaannya dengan tulus
 14. Membela dia mati-matian
15. Membelikan sesuatu kesukaannya
 16. Memberi lebih banyak daripada menuntut
17. Memberi pelukan terbaik pada dia terutama saat ia nantikan
18. Membuat dia merasa bangga atau percaya diri.
19. Membuat diri selalu available (tersedia) untuk dia.
20. Meminta maaf pada dia bahkan bila aku merasa tak bersalah
21. Mempercayai dia di saat-saat tidak enak
22. Memperlakukan dia dengan mesra
23. Memperlakukan dia dengan penuh pengertian
24. Memuji dia terutama pada waktu dia berhasil
25. Menahan diri tidak banyak mengeluh.
26. Menanyakan dan menghargai pendapatnya
27. Menawarkan pada dia suatu pilihan,
28. Mendengarkan dia dengan empati tinggi.
29. Mendorong dan menyemangati dia dalam rencana-rencananya
30. Menelpon/ SMS dia dengan pesan canda atau kejutan
31. Menemani dia pada acara kesukaannya.
32. Menerima dia sebagaimana adanya
33. Mengajak dia bermesraan pada saat ia menginginkannya
34. Mengambil risiko berkorban demi dia
35. Mengandalkan dia, meminta bantuannya
36. Menghabiskan diri sampai praktis tak tersisa untuk dia
37. Menghargai teman-temannya dan lingkungan pergaulannya
38. Menghibur dia pada waktu yang tepat
39. Menghormati pendapat, sikap dan cara-cara dia
40. Mengingatkan dia bila ada suatu kemungkinan bahaya
41. Mengkoreksi proses kerjanya daripada mencela orangnya pada saat dia gagal
42. Mengubah perbedaan kami menjadi kekuatan
43. Menjaga kesehatan dia sampai hal kecil
44. Menunggu sabar atau berusaha menyenangkannya pada saat dia lesu.
45. Menyembuhkan hatinya yang terluka,
46. Pasang wajah tenang senyum pada dia saat ia sesak/ panik
47. Percaya kami berdua akan sama-sama masuk surga
48. Saling menatap dengan mata, hati, pikiran pada saat berdialog
49. Senantiasa ada rasa rindu (ingin jumpa) dengan dia
50. Sesekali memberikan kejutan manis pada dia
Tindakan-tindakan kecil di atas begitu sederhana, tapi bisa jadi juga sangat bermakna, terlebih ketika dibuat pada saat yang tepat, misalnya: pada saat natal, pakah, awal atau akhir tahun baru, atau saat dia ber-ulang-tahun, saat ulang tahun perkawinan,, pada ulang tahun pertama kali menyatakan cinta, pada ulang tahun kelulusan, pada waktu berlibur di suatu tempat berduaan, menjelang anak pertama akan lahir, pada waktu ulang tahun pembaptisan, atau pada waktu ketika kita berhasil dalam karir atau rencana kerja.
Tapi kerap kenyataannya, dalam sebuah keluarga, kita sulit menciptakan surga karena selalu melihat perbedaan diantara masing-masing pribadi, dalam hal ini relasi antara lelaki dan perempuan. Padahal, laki-laki dan perempuan memang berbeda dan harus berbeda, bukan? Kata-kata Jean Le Bruyee baiklah kita ingat, ‘Cinta mengurangi kerapuhan wanita, dan menambah kerapuhan lelaki. -- Love lessens a woman's delicacy and increases a man's’ sebagai salah satu ilustrasi betapa perbedaan itu menjadi bagian dari proses kehidupan. Perempuan itu hamil, melahirkan, menstruasi, menopause, sementara lelaki tidak mungkin seperti itu. Lelaki sering menggambarkan sisi-sisi terang dari Yang. Juga sering disebut sebagai Mars, Matahari, sementara perempuan menggambarkan sisi-sisi abu-abu dari Yin, Venus, Bulan. Dan begitu banyak perbedaan lain yang menyenangkan.
Dalam kehidupan suami-isteri, perbedaan, bila berhasil dikelola sesuai porsinya, adalah resep pertumbuhan yang menimbulkan surga di tengah dunia, “rumahku surgaku”. Perbedaan antara lelaki dan perempuan amat penting sebagai sarana penggerak kehidupan yang terus-menerus menuju keseimbangan. Setiap upaya menghapus atau menyamarkan perbedaan antara lelaki dan perempuan itu merupakan jalan ke kematian, ke neraka dan bukannya ke surga.
Salah satu tragedi kehidupan yang paling nyata, yang juga mengantar kita ke neraka, adalah apa yang biasa kita sebut dengan kata “perkosaan.” Perkosaan (rape) sendiri merupakan pemaksaan hubungan seksual pada pihak lain, biasanya sebagai pelampiasan kekuasaan dan nafsu seks. Perkosaan merupakan tindakan yang merampas kebebasan dan membunuh masa depan pihak yang diperkosa, seakan-akan si korban merasa masuk kedalam neraka yang terdalam. Sebab itu kesalahan si pemerkosa, baik secara hukum manusia tetapi terutama hukum ilahi, sulit diampuni. Fakta perkosaan seperti dikutip di bawah ini memberi gambaran tentang kengerian pemerkosaan: “menciptakan neraka di bumi”. Kita memang harus berbuat sesuatu, guna mengurangi fakta-fakta keras ini. Dapatkah kita mulai berbuat sesuatu?
1. Perkosaan adalah bentuk kekerasan seksual, yaitu dimana salah satu pihak memaksakan kehendaknya pada pihak lain untuk kesenangan diri sendiri. Suami bisa memperkosa isterinya yaitu pada saat ia memaksakan hubungan seks tatkala isterinya benar-benar tidak berada dalam posisi siap, suka, sehat, mau.
2. Beberapa tradisi dan agama mengajarkan bahwa isteri harus melayani suami tidak peduli dalam keadaan apa pun.
3. Perkosaan adalah tindakan pembunuhan dalam arti merampas hak orang lain. Pelbagai survei menunjukkan bahwa hanya 1% wanita di bawah usia 17 tahun yang kelak berhasil mengatasi trauma perkosaan itu. Yang lainnya terpuruk, bunuh-diri, menjadi pelacur, balas-dendam dengan pelbagai tindakan kriminal.
4. Apa yang diperbuat pejabat Pemerintah berinisal JK di Natuna yang memperkosa dokter muda wanita DN adalah gambaran yang amat buruk dan bejat. JK kemudian mencoba menyogok DN dengan 500 juta agar masalahnya diselesaikan, tapi DN menolak hingga kasus itu sampai di pengadilan. Kasus ini sebenarnya terjadi setiap waktu, tetapi jarang orang seberani dokter muda itu. (Kompas). 80% korban perkosaan tidak pernah memberitahu penderitaannya pada siapa pun.
5. Perkosaan bisa timbul karena seseorang tidak dapat menahan libidonya. Tetapi para sosiolog berpendapat bahwa perkosaan adalah praktek kekuasaan. Dalam mitologi Yunani yang hingga kini dipakai sebagai acuan, Poseidon (penguasa) memperkosa Medusa. Medusa malah dikutuk oleh masyarakat hingga menjadi dewi laut yang mengerikan.
6. Marsinah, buruh pabrik di Surabaya yang berani melawan kekuasaan, diperkosa lalu disiksa secara seksual lalu dibunuh dan kemudian didiamkan saja oleh penguasa. Ironis!
7. Pemerkosaan oleh tentara pada wanita-wanita Timor waktu perang kemerdekaan Timor Timur dari Indonesia adalah adalah bagian dari permainan kekuasaan. Adanya (isu?) perkosaan massal pada tragedi Mei 1998 di Jakarta adalah perwujudan supremasi kekuasaan lelaki dan penguasa. Perkosaan ratusan wanita Aceh pada tahun 2003 oleh tentara adalah permainan kekuasaan.
8. Survai kerap menunjukkan bahwa 1 dari 10 PSK adalah anak-anak remaja, di bawah 17 tahun. (Dario Agnote, "Sex trade key part of S.E. Asian economies, study says," ). Perkiraan PKBI 10 tahun kemudian adalah 3 di antara 10 orang PSK adalah anak-anak. Peneliti Dario Agnote pernah melaporkan bahwa industri pelacuran menghasilkan 30 trilyun rupiah. Pelacur terdaftar di pusat-pusat pelacuran diperkirakan 500.000 orang sedangkan pelacuran tersembunyi diperkirakan jauh lebih besar, 30% di antaranya adalah anak-anak. (Ariel Heryanto, "Call For Support")
Belum lagi, soal perdagangan perempuan. Perdagangan manusia yang pertama kali dilarang oleh Abraham Lincoln 200 tahun silam, sesungguhnya tidak pernah mati. Di Indonesia, penyebab utamanya adalah kemiskinan dan keterjepitan. Bila dilacak lebih jauh akarnya memang di keluarga yang retak, bermasalah, terlilit utang dan kemiskinan. Berikut ini beberapa fakta ilustratifnya:
1. Di Pontianak, transaksi perempuan yang dijual di luar negeri sebagai konkubin (isteri ekstra, kumpul kebo), budak nafsu, dll cukup marak. Beberapa reportase mengatakan bahwa Dinas Imigrasi setempat mengeluarkan puluhan paspor tiap hari untuk wanita muda yang berpergian ke luar negeri dengan tujuan bekerja. Sebagian besar diperkirakan adalah perempuan yang dijual, yang kebanyakan berasal dari Singkawang, khususnya keturunan Cina yang dibelit arus kemiskinan.
2. Pengiriman sekitar 2 juta TKW ke Arab Saudi, Hongkong dan Malaysia/ Singapura setiap tahun dari satu segi tergolong perdagangan perempuan karena pekerjaan mereka hanyalah sebatas ‘pembantu rumah-tangga’ di bawah kekuasaan penuh majikannya.
3. Kasus yang sama terjadi lewat Tanjung Balai, Dumai dan Batam unduk gadis-gadis atau remaja putri dari Jawa, NTB dan Sumatera. Angkanya tidak ada yang persis, tetapi ada pengamat yang mengatakan bahwa dari sekitar 2 juta perempuan yang diizinkan mencari nafkah tiap tahun di luar negeri, 34% di antaranya berakhir dengan penjualan perempuan.
4. Keberadaan pelacur anak di Batam dan Bali sebagai konsumsi turis bukan lagi rahasia, kendati aib itu terus-menerus ditutupi oleh Pemerintah.
5. Kasus desa Bungasari di Indramayu sering dianggap sebagai prototipe buruk perdagangan perempuan.
Nah, sekarang bagaimana dengan kita sendiri? Sudah siapkah kita menciptakan surga dalam rumah dan dunia sehari-hari? Atau malahan sebaliknya, tanpa sadar dengan pelbagai kebiasaan dan sikap hidup kita yang buruk, malahan neraka yang tercipta di tengah dunia kita. Semua pilihan ada di tangan kita masing-masing!
Mari belajar ber-“tetangga”: tekuni datangnya surga!
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya,
maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
Yesus Kristus, Matius 6:33
7.
"SIGNUM-TANDA"
Tanda org percaya:
"Mrk akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, berbicara dlm bahasa baru, memegang ular dan sekalipun minum racun maut, mrk tidak akan celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh."
Yesus menginginkan agar kita mengadakan tanda ketika memberitakan Injil Kerajaan Allah
(Mat 10:1; Mr 3:14-15; Luk 10:17; Luk 9:2; Yoh 14:12).
1) Tanda-tanda (Yun: semeion) menegaskan bahwa pesan Injil itu benar, bahwa Kerajaan Allah telah datang ke dunia dg penuh kuasa dan bahwa Kristus yg hidup itu sll ada bersama dg kita
(Yoh 10:25; Kis 10:38).
2) Pelbagai “tanda” terdapat dalam gereja perdana:
(a) berbicara dg bahasa baru
(Kis 2:4; 10:46; Kis 19:6; 1Kor 12:30; 14:1-40)
(b) mengusir setan
(Kis 5:15-16; 16:18; 19:11-12)
(c) lolos dari maut meskipun digigit ular
(Kis 28:3-5)
(d) menyembuhkan org sakit
(Kis 3:1-7; 8:7; 9:33-34; 14:8-10; Kis 28:7-8).
3) Berbagai “tanda/manifestasi rohani” ini dimaksudkan untuk tetap berlangsung dalam Gereja hingga kedatangan-Nya kembali
(1Kor 12:28; Gal 3:5; 1Kor 1:7).
4) Kita bukan saja ditugaskan untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah serta membawa keselamatan kepada mereka yg percaya (Mat 28:19-20; Mr 16:15-16; Luk 24:47), tp juga harus membawa masuk kerajaan itu sebagaimana yang dilakukan oleh Yesus (Kis 10:38) yaitu dengan mengusir setan dan menyembuhkan orang sakit
5) Tanda ini diberikan kepada semua orang percaya yang memberikan kesaksian tentang Allah dan menerima janji-Nya ini
(Mrk 16:15-20).
6) Kenyataan bahwa "tanda-tanda" ini jarang terjadi dalam hidup Gereja dewasa ini bisa jadi bersumber di hati para pengikut-Nya (Mat 17:17).
7) KuasaNya akan sll menyertai kita
(Mat 28:18-20; Luk 24:47-49), ketika kt memberitakan Injil, hidup benar
(Mat 6:33; Rom 6:13; 14:17) dan mengadakan tanda dg kuasa Roh Kudus
(Mrk 16:16-20; Kis 4:31-33; Mat 10:1).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar