Ads 468x60px

Lucas, The Boy Who Lives

Pada tanggal 13 Mei lalu, sebagai rangkaian peringatan 100 tahun Maria Fatima, Paus Fransiskus mengkanonisasi 2 anak gembala sederhana dari desa Fatima, kepada siapa Bunda Maria telah menampakkan diri di tahun 1917, menjadikan mereka sebagai orang kudus non-martir yang termuda dalam Gereja Katolik.
Kakak beradik Fransisko dan Jacinta Marto, masing-masing meninggal pada umur sekitar 11 tahun, tidak lama setelah penampakan tersebut, sesuai janji Maria bahwa mereka akan segera dibawanya ke Surga.

Sr. Lucia, saksi ke-3 penampakan Maria, meninggal pada tahun 2005 pada usia 97, dan Gereja masih dalam proses penyelidikan dan mengumpulkan data bukti untuk keperluan beatifikasinya.
Dalam proses untuk kanonisasi orang kudus, ada “syarat” atau kriteria tertentu yang diperlukan dalam penyelidikan untuk mensahkannya, antara lain salah satunya adalah bukti yang kuat berupa mukjizat-mukjizat yang terjadi yang melibatkan orang tersebut, baik semasa hidup ataupun setelah meninggalnya, untuk membuktikan bahwa Allah berkenan kepada perantaraan doa orang tersebut.
Proses kanonisasi bukan sesuatu yang mudah, umumnya memakan waktu bertahun-tahun. Namun justru dalam proses itulah terlihat apakah sungguh Tuhan berkenan menyatakan seseorang tersebut sebagai orang kudus-Nya.
Pengumuman akan dikanonisasinya Fransisko dan Jacinta Marto menjadi orang kudus dilakukan sebelum kedatangan Paus Fransiskus, disampaikan di Fatima 12 Mei 2017, berikut dengan kisah yang membawa mereka pada posisi tersebut.
Adalah Lucas, seorang anak dari Brazil, yang mengalami kecelakaan maut dan sembuh berkat perantaraan Fransisko dan Jacinta Marto.
Dikisahkan oleh orang tuanya, Joao Batista dan Lucile Yurie dengan terharu :
Pada 3 Maret 2013, pagi hari, Lucas yang sedang bermain dengan adik perempuannya, terjatuh dari jendela setinggi 20 kaki (600 meter). Ia berusia 5 tahun saat itu. Kejatuhannya menyebabkan cidera kepala serius, kehilangan banyak jaringan otak.
Dalam keadaan antara hidup dan mati, Lucas mendapat pertolongan sementara di kota tempat tinggalnya, Juranda, lalu dipindahkan ke rumah sakit yang lebih besar di Campo Mourao di Parana.
Setibanya di sana, Lucas berada dalam koma. Jantungnya sempat berhenti sampai dua kali, dan padanya segera dilakukan operasi darurat.
“Kira-kira pada saat itulah kami mulai berdoa kepada Yesus dan Maria Fatima, kepada siapa kami selama ini selalu berdevosi,” kata Batista.
“Keesokan harinya, kami menelepon ke biara para suster Karmelit di Campo Mourao untuk meminta mereka mendoakan anak kami, namun pada saat itu adalah pas “saat hening” di biara, sehingga pesan tersebut tidak tersampaikan.”
Hari berlalu dan keadaan Lucas memburuk.
Pada tanggal 6 Maret, para dokter mengusulkan untuk memindahkannya ke rumah sakit lain, karena fasilitas mereka kurang memadai untuk merawat anak-anak seusianya.
“Mereka (para dokter) mengatakan kepada kami bahwa kemungkinan hidup bagi Lucas adalah kecil, dan kalaupun ia selamat, pemulihannya akan sangat sulit, dengan diikuti kemungkinan ketidakmampuan otak bahkan ketidakmampuan total.”
“Pada tanggal 7 Maret, kami menelpon ke biara lagi, dan kali ini, berhasil menyampaikan permohonan doa kepada pada Suster.
Salah seorang dari para suster, berlari ke relic (barang peninggalan) Fransisko dan Jacinta yang terletak di samping Tabernakel, dan secara spontan berdoa :
‘para gembala, selamatkanlah anak ini, yang juga seorang anak-anak seperti kalian..’
Suster itu juga mendorong para suster lain untuk berdoa kepada Fransisko dan Jacinta untuk memohon perantaraan mereka untuk Lucas.
“Jadi, mereka melakukannya,” kata Batista.
“Di saat yang sama, kami sekeluarga besar juga berdoa kepada anak-anak gembala itu, dan dua hari berikutnya, pada 9 Maret, Lucas terbangun, dan dapat berbicara, bahkan ia menanyakan tentang adik perempuannya.”
Lucas keluar dari ruang ICU pada tanggal 11 berikutnya, dan pulang ke rumah beberapa hari kemudian.
Lucas, setelah diperiksa seksama, dinyatakan sembuh sempurna dan tidak ada tanda-tanda efek dari kecelakaannya. Dia secerdas sebelumnya, dengan kepribadian yang sama, semua sama.
Para dokter, beberapa di antara mereka bukan orang percaya, mengatakan bahwa kesembuhannya “tidak dapat dijelaskan.”
Orang tua Lucas berterima kasih kepada para dokter yang telah merawat anak mereka, kepada para penyelidik yang mempelajari kisah ini dalam proses kanonisasi, dan terlebih kepada Tuhan :
“Kami bersyukur kepada Tuhan atas kesembuhan Lucas dan kami percaya sepenuh iman di dalam hati kami, bahwa keajaiban yang kami peroleh ini adalah berkat perantaraan gembala kecil Fransisko dan Jacinta.”
“Kami merasakan sukacita yang besar bahwa bukti ini membawa mereka kepada kanonisasi, dan merasakan berkat dan persahabatan dari kedua gembala cilik ini yang telah menolong anak kami, dan seluruh keluarga besar kami,” demikian dinyatakan Batista.
Pada perayaan 100 tahun Fatima, Lucas dan orangtuanya diundang hadir dalam perayaan tersebut.
----------
Salam HIKers,
Tuhan berkati & Bunda merestui

Tidak ada komentar:

Posting Komentar