Ads 468x60px

Sabtu, 20 Mei 2017

Hari Biasa Pekan V Paskah
Kisah Para Rasul (16:1-10)
 (Mzm 100:1-2.3.5, R:3c)
Yohanes (15:18-21)
“Qui habet aures audiendi audiat - Barang siapa bertelinga, hendaklah dia mendengar.”
Inilah salah satu pesan inti Yesus kita sbg umat pilihanNya yakni untuk benar-benar mendengarkan-meresapkan dan melaksanakan segala perintahNya.
Adapun tiga keutamaan iman supaya kita bisa mendengarkan-meresapkan dan melaksanakan perintah Tuhan dalam keseharian, yang berpola ”KPU”, al:
1.Komitmen pada iman:
Ingatlah, bukankah pembajak yang mengagumi benda tetangganya di sawah sebelah tidak akan membajak dengan lurus? Kita tidak akan tetap berada di jalan yang sempit dan lurus, kalau mata kita selalu melihat ke kiri dan ke kanan, bukan? Cepat atau lambat akan tiba saatnya bahwa kita akan menyimpang.
Nah, sebagaimana membajak menuntut perhatian yang tak terbagi dari sang pembajak, demikian juga beriman kepada Yesus menuntut perhatian yang tak terbagi. Sekali kita memulai tugas kita, kita harus berkomitmen menyelesaikannya.
Komitmen sendiri berarti segera meninggalkan apa yang sedang mereka kerjakan dan mengikuti Yesus. Dkl: Menolak memberikan semuanya kepada Yesus berarti ada sesuatu yang lain yang kita ikuti yang kita anggap lebih penting daripada Yesus (Luk 14: 26-27).
Disinilah menjadi jelas bahwa pekerjaan, keluarga, ambisi kita dan bahkan hidup kita sendiri harus menjadi nomor dua setelah komitmen kita kepada Yesus. Ini tidak berarti bahwa kita melalaikan keluarga kita atau melakukan pekerjaan seenaknya sendiri. Yang dimaksudkan ialah bahwa Yesus harus didahulukan.
2.Percaya pada Tuhan:
Kepercayaan atau ‘percaya” itu dalam bahasa Ibrani, mengandung pengertian tertelungkup tanpa daya, dengan segenap hati, sebuah ketergantungan yang mutlak! Kecenderungan kita adalah percaya kepada diri sendiri, dan kurang bersandar pada Allah.
Dkl: kita harus menyandarkan diri kita kepada Allah. Allah menjadi sandaran dan penolong kita. Kalau kita bersandar pada pengertian kita sendiri, kita akan kalah dan terluka.
Yang pasti, kepercayaan pada Tuhan mengalahkan banyak kekuatiran karena keraguan melihat rintangan tapi kepercayaan melihat jalan, keraguan melihat malam kelam, tapi kepercayaan melihat hari terang! Keraguan bertanya “Siapa percaya”?, tapi kepercayaan menjawab “Saya!”
Yah, jika kita percaya pada Allah: Dominus meus et Deus meus - Ya Tuhanku dan Allahku”, kita boleh yakin bahwa Dia akan selalu membimbing kita (Rom l0:9 ,Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan)
3.Utuh dalam kehidupan:
Kita semestinya memiliki pengalaman pribadi dalam hubungan dengan Tuhan, entah yang berupa pengalaman akan Allah (mistis) atau pengalaman religius (inkarnatoris) yang dialami lewat doa pribadi, bacaan profan maupun bacaan rohani, juga lewat studi mendalam atau perjumpaan iman dengan orang lain.
Mengapa?
Pertama, Pengalaman berjumpa dengan Allah secara pribadi inilah yang menjadi dasar pertumbuhan keutuhan sikap hidup kita kepada Tuhan, oleh karena masing-masing dari kita disentuh secara langsung oleh Allah sendiri dalam hidupnya.
Kedua, Kemampuan kita untuk menyadari kehadiran Allah dalam setiap peristiwa hidup. Ini adalah sebuah kemampuan yang bisa kita latih sekaligus sebagai sebuah tanda pertumbuhan rohani secara utuh dan penuh, khususnya apabila dalam kegelapan hidup dan kesulitan yang kita hadapi, kita masih mampu beriman kepada Tuhan.
“Banyak biara di Yogyakarta - Kurangi bicara, banyaklah memberi cinta."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1.
"Signum crucis - Tanda salib."
Inilah salah satu ke-khas-an katolik yang kembali saya kupas ktika memberi retret para guru SMK St Maria Juanda Jakarta. Bahwasannya "dokar-doa+karya" kita mesti berpola salib:
vertikal kpd Allah dan horisontal kepada sesama.
Dengan kata lain:
Kita diajak menjadi tanda, menghadirkan "Yang Ilahi" di tengah "yang insani". Adapun alasan kita mjd "tanda" adl krn kt berbeda dg dunia (Yoh 15:19), dimana kita menetapkan budi dan hati pada "perkara yang di atas, bukan yang di bumi" (Kol 3:2).
Lebih lanjut, Yoh 15:18-21 ini juga berkaitan dengan perikop sebelumnya yang mengisahkan tentang besarnya kasih Allah, yaitu kasih total yg "silaban", siap dan rela berkorban untuk sahabat-Nya (Yoh 15:13).
Namun tanggapan dunia bukanlah tanggapan kasih, namun kebencian. Maka, penganiayaan mjd tanda akan Gereja sejati, sebab sama seperti penganiayaan diterima oleh Kristus sang Kepala, penganiayaan juga diterima oleh Gereja yg adl anggota tubuh Kristus.
Ya, Gereja jelas ‘bukan dari dunia’, tapi ‘dipilih dari dunia'; dan hal ini menjadikan kita sekaligus sebagai tanda pertentangan (a sign of contradiction) seperti Kristus (Bdk. Mat 13:57, Luk 2: 34) yang ditolak oleh dunia. (Yes 1:3: “Lembu mengenal pemiliknya tp Israel tidak; keledai mengenal palungan, tp umat-Ku tidak”). Yesus jelas mengingatkan bahwa tidak ada kompromi antara Diri-Nya dg dunia (Yoh 3:19-20).
Dalam bahasa St Gregorius: "Tak ada orang yang dapat menyenangkan Tuhan dan menyenangkan para musuh Tuhan pd saat yg sama ("In Ezechielem homiliae, 9").
Indahnya, kita meyakini bahwa pada akhirnya iman akan mengalahkan dunia (1 Yoh 5:4); dan bahwa iman akan membawa hidup kekal (Yoh 3:16).
"Makan bakut di Pasar Koja - Jangan takut, imani saja."
2.
"Imago Dei - Citra Allah."
Kita diajak menjadi citra Allah tapi juga sekaligus seseorang yang masih terpenjara dalam kelemahan insani (Ibrani 5:2). Di sinilah kita diajak untuk terus belajar berdiam di tengah dunia dengan kepekaan akan tanda-tanda jaman, dan sekaligus menafsirkannya dalam terang kehendak Allah sehingga benar-benar menjadi "alter christi" sekaligus menjadi "link" – ex officio – semacam jembatan antara manusia dan Tuhan serta manusia dengan sesamanya, karena benarlah kataNya, "kita ada di tengah dunia tapi kita bukan milik dunia."
Disinilah, kita diajak menyadari sepenuhnya bahwa ”becoming a christian" berbeda dengan "being a christian". Persoalan menjadi seorang kristiani tidak sama dengan "menghidupi iman kristiani". Becoming lebih pada persoalan target, pencapaian dengan sejumlah persyaratan. Being lebih merupakan pergumulan dan pemaknaan terus menerus.
Jelasnya, status sebagai org kristiani bukanlah sebuah terminal akhir, tapi awal sebuah awal pilihan dan komitmen yang harus terus dihidupi dan digumuli, karena benarlah harta ini kita punyai dalam bejana tanah liat, rapuh dan terbatas adanya. Kesadaran akan keterbatasan diri membawa kita untuk tidak henti memohon RahmatNya dalam sebaris doa yang mengawali setiap hari baru dlm rutinitas hdp kita: “...berilah aku hatiMu ya Allah, hati yang jujur untuk mengalami hadirMu, dalam tiap peristiwa hidupku..”
Bagaimana dengan kita?
"Ada Sarju ada Johan - Mari maju bersama Tuhan."
3.
Kutipan Teks Misa
Pada perayaan-perayaan Liturgi setiap anggota, entah pelayan (pemimpin) entah Umat, hendaknya dalam menunaikan tugas hanya menjalankan, dan melakukan seutuhnya, apa yang menjadi perannya menurut hakekat perayaan serta kaidah-kaidah Liturgi. (Sacrosanctum Concilium, No. 28)
Antifon Pembuka (lih.Kol 2:12)
Kita dikubur bersama Kristus dalam pembaptisan dan dibangkitkan bersama dengan Dia, berkat iman kita akan kuasa Allah, yang telah membangkitkan kita dari alam maut. Alleluya.
You have been buried with Christ in Baptism, through which you also rose again by faith in the working of God, who raised him from the dead, alleluia.
Doa Pembuka
Allah Bapa yang kekal dan kuasa, dalam Sakramen Pembaptisan Engkau telah menganugerahkan hidup surgawi kepada kami sehingga maut tidak menguasai kami lagi. Bimbinglah kami agar dapat mencapai kemuliaan sepenuhnya. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Allah memanggil kita untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sekitar kita. Caranya bisa berbeda-beda, antara lain, melalui kesaksian hidup.
Bacaan dari Kisah Para Rasul (16:1-10)
 "Menyeberanglah ke Makedonia, dan tolonglah kami"
Sekali peristiwa Paulus datang ke Derbe dan Listra. Di situ ada seorang murid bernama Timotius; ibunya adalah seorang Yahudi dan telah menjadi percaya, sedangkan ayahnya seorang Yunani. Timotius ini dikenal baik oleh saudara-saudara di Listra dan di Ikonium. Paulus mau, supaya Timotius itu menyertainya dalam perjalanan. Paulus menyuruh menyunatkan dia demi orang-orang Yahudi di daerah itu, sebab setiap orang tahu bahwa bapanya adalah orang Yunani. Dalam perjalanan keliling dari kota ke kota Paulus dan Silas menyampaikan keputusan-keputusan yang diambil para rasul dan para penatua di Yerusalem dengan pesan supaya jemaat-jemaat menurutinya. Demikianlah jemaat-jemaat diteguhkan dalam iman, dan makin lama makin bertambah besar jumlahnya. Paulus dan Silas melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, karena Roh Kudus mencegah untuk memberitakan Injil di Asia. Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi Roh Yesus tidak mengijinkan mereka. Setelah melintasi Misia, mereka sampai di Troas. Pada malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan; ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya katanya, “Menyeberanglah kemari dan tolonglah kami!” Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 840
Ref. Bersorak-sorailah bagi Tuhan, hai seluruh bumi!
Atau Bahagia kuterikat pada Yahwe. Harapanku pada Allah Tuhanku
Ayat. (Mzm 100:1-2.3.5, R:3c)
1. Bersorak-sorailah bagi Tuhan, hai seluruh bumi! Beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai.
2. Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita, dan punya Dialah kita; kita ini umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.
3. Sebab Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun.
Bait Pengantar Injil, do = f, 2/2, PS 951
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Kol 3:1)
Kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas di mana Kristus berada, duduk di sebelah kanan Allah.
Kebencian dan penolakan dari dunia datang dalam hidup kita. Alasannya, karena kita bukan dari dunia ini sebab Tuhan Yesus memilih kita untuk menjadi murid-murid-Nya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (15:18-21)
"Kamu bukan dari dunia, sebab Aku telah memilih kamu dari dunia."
Dalam amanat perpisahan-Nya Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, sebab Aku telah memilih kamu dari dunia; maka dunia membenci kamu. Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi daripada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu. Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama-Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.
Pujilah Tuhan dengan segala yang ada padamu, bukan hanya dengan lidah dan suaramu. (St. Agustinus)
Antifon Komuni (Yoh 17:21)
Tuhan bersabda, "Ya Bapa, Aku berdoa bagi mereka, semoga mereka bersatu dalam Kita, agar dunia percaya, bahwa Engkaulah yang mengutus Aku." Alleluya.

Doa Malam
Allah yang Mahakuasa dan kekal, kami bersyukur atas semua anugerah yang boleh kami terima hari ini. Namun, kami juga mohon berkat serta perlindungan-Mu malam ini sehingga esok hari kami tetap terbuka terhadap penyertaan-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar