Ads 468x60px

St. Vincentius a Paulo



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
27 September
St. Vincentius a Paulo:
Johan – Jodohnya Tuhan
(Buku "XXI - INTERUPSI". RJK. KANISIUS).
A.
Prolog.
Tahun pertama sebagai imam muda, saya bertugas di sebuah paroki tua di kota
Tangerang, persis di seberang Sungai Cisadane. Namanya Paroki St. Maria.
Di paroki inilah, saya berkenalan dengan seorang aktivis Gereja, bernama Johan. Bagi saya, “Johan” bisa berarti “Jodohnya Tuhan”.
Di sinilah kita juga akan belajar menjadi
jodohnya Tuhan, dengan mengenal dan mendalami sosok pelindung karya sosial/
amal Gereja Katolik. Dialah Vincentius a Paulo, seorang imam diosesan yang juga mendirikan Perserikatan Imam Kongregasi Misi (Congregatio Misionis/CM).
Satu kalimat singkatnya yang mengesankan banyak orang, “Tidaklah cukup bagiku
untuk mengasihi Tuhan, jika aku tidak mengasihi sesamaku. Aku ini milik Tuhan
dan milik kaum miskin.”
B.
Sebuah Sketsa Profil.
“Tak ada jalan yang lebih baik untuk menjamin kebahagiaan abadi kita daripada dengan hidup dan mati dalam pelayanan bagi orang miskin, dalam tangan Sang Penyelenggara Ilahi; dan dalam penyangkalan diri yang nyata dengan mengikuti Yesus Kristus.” (SV III, 392, 4 Desember 1648)
Di Keuskupan Agung Jakarta, ada dua panti asuhan besar dengan nama Vincentius Putri di Otista (dikelola oleh para suster Ursulin) dan Vincentius Putra di Kramat (dikelola oleh para imam dan bruder Fransiskan).
Kedua panti asuhan ini berlindung di bawah nama St. Vincentius. Cicero, seorang pemikir Roma pernah mengatakan, “jika kita tidak tahu apa yang terjadi sebelum kita lahir (baca: sejarah), berarti kita tetap anak kecil,” maka
baiklah kalau kita mulai mengenal dan mencari tahu sebetulnya siapa itu Vincentius?
Vincentius adalah anak seorang petani miskin
dari Prancis Selatan, yang pernah ditangkap sekelompok perompak dan dijual sebagai budak belian di Tunisia.
Setelah ditebus, ia berniat menjadi imam diosesan, ia juga tertarik dan menaruh banyak perhatian kepada nasib para petani miskin, orang minta-minta dan para tawanan.
Vincentius a Paulo sendiri lahir tanggal
24 April 1581 di Desa Pouy, tidak jauh dari Kota Dax, Prancis Selatan. Vincentius kecil beserta kelima saudaranya tumbuh besar dalam sebuah keluarga penganut Katolik yang ekonominya pas-pasan namun taat, rendah
hati dan pekerja keras. Sifat-sifat orang tuanya ini tertanam pula pada anak-anak mereka, termasuk Vincentius, yang paling cerdas dan berotak tajam cemerlang.
Vincentius lulus sekolah menengah pada tahun 1596. Vincentius melanjutkan studinya di sebuah universitas di Toulouse, dan akhirnya
ditahbiskan menjadi imam diosesan pada bulan September 1600.
Sekalipun ia menjadi penasihat banyak bangsawan Prancis, ia tetap tak lupa mengutamakan karya amal: “Marilah mencintai Allah, sekali lagi marilah mencintai Allah ... tetapi dengan mencucurkan keringat dan dengan menyingsingkan lengan baju” (SV XI, 40).
Ia pun dinyatakan sebagai orang kudus (1737) dan diangkat sebagai pelindung karya-karya amal. Salah satu orang pertama yang dilayani Vincentius adalah Tuan Gauti, seorang Katolik yang murtad. Vincentius berupaya menyadarkan keluarga itu untuk kembali ke pangkuan Gereja, dan ia berhasil.
Setelah itu, Pastor Vincentius juga ikut berkarya membantu para pasien di Paris. Ia selalu merasa terdorong untuk meringankan beban penderitaan sesamanya.
Saat itu juga, Vincentius mendapat banyak bimbingan dari Kardinal Piere de Berulle (tokoh
besar di Prancis, imam dan sarjana yang berpengetahuan luas, serta tokoh idola Vincentius sendiri). Dengannya, Vincentius mengalami kemajuan yang pesat dalam hidup rohaninya. Ia semakin ingin meniru Kristus dan bersatu dengan Kristus.
Vincentius kemudian mendapat tugas dari Kardinal Piere de Berulle untuk menjabat sebagai pastor paroki di Dusun Clichy. Sikapnya
yang semakin mengandalkan karunia Tuhan, membuatnya lemah lembut dan penuh cinta kasih sehingga ia segera menarik perhatian umat parokinya.
Umat senang memperhatikan apa yang diucapkannya dan dengan sukacita melakukan ajaran-ajarannya. Dia sendiri pernah mengatakan, “Jika bukan karena kasih karunia Tuhan, aku ini seorang yang keras, kasar serta mudah marah”
Setelah setahun lebih di sana, Vincentius dipindah tugaskan oleh Kardinal Piere de Berulle menjadi imam pembimbing rohani bagi keluarga de Gondi di Paris. Tugas Vincentius di sana bukannya hanya mengajar anakanak
bangsawan de Gondi, melainkan juga berkarya menolong sekitar 7000 orang yang hidup berkekurangan di wilayah itu.
Suatu hari, ia dipanggil untuk memberikan sakramen terakhir kepada seorang petani miskin yang sedang menghadapi ajal. Di hadapan banyak orang, petani tersebut menyatakan betapa buruknya pengakuan-pengakuan dosa yang ia buat di masa silam.
Disinilah, Vincentius semakin sadar akan kebutuhan kaum miskin Prancis terhadap pertolongan rohani.
Setelah 4 tahun berkarya bersama keluarga de Gondi di Paris, Vincentius kemudian berkarya di Paroki Chatillon yang kebanyakan umatnya hidup miskin.
Di tengah-tengah carut-marut keadaan yang menyedihkan itulah, Vincentius datang. Sebagaimana di Clichy, ia pun mengundang semua umat untuk kembali ke Gereja. Banyak orang Katolik yang murtad akhirnya bertobat kembali ke pangkuan Gereja.
Selain itu, Vincentius juga selalu mendorong umat untuk selalu belajar beramal dan saling mengasihi. Gayung bersambut, seruan Vincentius ini memperoleh sambutan hangat dari sekelompok kaum wanita yang akhirnya mendirikan Perkumpulan Karya Amal yang dengan sukarela mau menolong orang miskin, membantu dan menghibur orang sakit, serta memelihara anak-anak terlantar. Perkumpulan
ini dengan cepat berkembang ke seluruh Prancis.
Setelah Chatillon, berikutnya giliran Paroki Paris. Ia giat menjelajahi kota-kota di wilayah keuskupan untuk menyampaikan warta gembira dan menolong orang miskin, serta kali ini ... orang hukuman! Ia sering keluar masuk
penjara, menghibur narapidana, mendoakan dan menyampaikan pancaran cinta kasih Kristus, dan pastinya membuat banyak penjahat mau bertobat. Mungkin dari pengalaman ini jugalah, ia pernah menuliskan
sebuah kalimat bijak pada 24 November 1658, “Apakah ada tindakan kasih yang lebih agung daripada memberikan diri secara total untuk semua orang yang mengalami kesusahan dan meringankan penderitaan mereka?”
Atas dorongan Ibu de Gondi, Vincentius kemudian mendirikan Perserikatan Imam Kongregasi Misi (Congregatio Misionis/CM).
Pada tanggal 12 Januari 1633, CM memperoleh pengakuan resmi oleh Paus Urbanus VIII dan Vincentius a Paulo ditunjuk sebagai pemimpin tertinggi kongregasi itu. Saat itu, usianya 52 tahun.
Sementara itu, Perkumpulan Karya Amal yang berawal dari Chatillon makin berkembang ke seluruh Prancis dan beranggotakan kaum wanita dan ibu-ibu.
Waktu terus berjalan dan beberapa dari anggota perkumpulan itu pun akhirnya menjadi novis. Mereka inilah yang kelak menjadi cikal bakal Suster-suster Putri Kasih.
Vincentius sendiri akhirnya menghadap Tuhan yang sangat dicintainya pada usia 79 tahun. Ia wafat tanggal 27 September 1660 di biara induk CM, Saint Lazare.
Pada tahun 1729, Paus Benediktus XIII meresmikan pengangkatannya sebagai beato dan delapan tahun kemudian, Paus Klemens
XII menyatakannya sebagai Santo Vincentius a Paulo. Ia diakui Gereja sebagai “Bapa dan Pelindung kaum miskin”, juga “Pelindung segala karya amal Gereja” sebab dia sungguh meyakini, “Tuhan Yesus telah datang ke dunia
dengan tujuan utama membantu orang-orang miskin dan mendampingi mereka, misit me evangelizare pauperibus.” (DBSV.V, 148)
C.
Refleksi Teologis
a. Dokar: Doa dan Karya.
“Carilah Allah dalam segala kegiatan, dan jangan ragu-ragu” (Vincentius a Paulo, 29 September 1657)
Dokar adalah semacam alat transportasi khas kota Yogyakarta. Nama lainnya delman atau andong, semacam kereta kecil yang ditarik oleh seekor atau dua ekor kuda.
Selain itu, dokar juga singkatan dari doa dan karya, dan itulah yang kerap kita dambakan. Ora et Labora, orang Latin sering
bilang juga.
Pantas diperhatikan juga teguran sinis Yesus tentang orang yang menyempitkan hidup doanya. “Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan? Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya, Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda
rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan karena rumah itu kokoh dibangun. Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya.” (Luk. 6:46-49).
Dalam bahasa Nabi Yesaya (Yes 29:13-14): Dan Tuhan telah berfirman, “Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya
kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan.” (bdk. slogan Jawa: esuk dhele sore tempe, lambe ndomble, mencla-mencle atau NATO: No Action – Talk Only).
Di sinilah, kita bisa melihat teladan karya Vincentius. Dia tidak memisahkan dimensi doa dan karya, juga sebaliknya. Perjalanan hidup
doa dan karya Vincentius sendiri mengilhami seorang mahaguru di Prancis, Frederic Ozanam untuk melanjutkan karya sosialnya dengan mendirikan Perkumpulan Cinta Kasih, yang berkembang dan akhirnya dikenal dengan
nama Serikat Sosial Vincentius (SSV).
Saat ini, SSV juga telah hadir secara nyata di Indonesia dan tugasnya sama seperti yang diperbuat Santo Vincentius, yaitu menolong dan melayani orang miskin. Inilah sebuah bukti,
doa tak lepas dari karya, dan karya mendapatkan kekuatannya dari hidup doa.
St. Ignatius Loyola juga pernah mengatakan, “Cinta itu lebih diwujudkan dengan perbuatan daripada diungkapkan dengan kata-kata” (Latihan Rohani no. 230). Lewat teladan Vincentius, para anggota SSV sendiri, yang terdiri dari kaum awam, bapak, ibu, dan para muda-mudi ini mencintai sesama
dengan tindakan nyata. “Humans change the world by acting on it”.
b. S aksi, Siap Ajarkan Kabar Sukacita Ilahi
“Dalam segala kegiatan, berjuanglah hanya untuk mencari kemuliaan Allah dan menyenangkan Dia.” (Vincentius a Paulo, 9 Juli1660)
Bagi saya, refleksi teologis yang perlu dibuat di tengah masyarakat dan dunia yang ditandai dengan banyak kemiskinan dan penindasan harus dibuat dari kenyataan demikian itu dan bukannya tutup mata terhadapnya.
Seperti hidup beriman membentang seluas hidup dan pada dasarnya menyangkut visi hidup dan mati manusia di tengah alam ciptaan Allah, refleksi teologis merupakan “saat berhenti untuk berpikir sejenak” (second step menurut istilah Gustavo Gutiérrez) yang tidak terpisahkan dari praksis keterlibatan seumur hidup untuk menyatakan dan mewujudkan belas kasih Allah itu, khususnya kepada mereka yang terjepit dan tidak mampu hidup selayaknya sebagai manusia.
Disinilah, teologi menjadi teologi yang bertitik tolak pada pengalaman: “tidak ada yang lebih berjiwa kristiani daripada pergi dari desa
ke desa untuk menolong masyarakat miskin dalam usaha mencari keselamatan.”
(Vincentius a Paulo, DBSV V, 1).
Dalam konteks Vincentius, pengalaman yang menjadi dasar refleksi adalah pengalaman hidup kaum papa yang mengalami penindasan. Di tengah masyarakat yang beratmosfer penindasan, Gereja sebagai komunitas
umat beriman kepada Kristus harus berani mengambil posisi bersama orang miskin.
Pemihakan tersebut didasarkan pada visi Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus sendiri. Yesus bukan hanya mewartakan tapi
Dia sendirilah bukti adanya harapan karena di dalam Kristus dan kepada-Nyalah sejarah keselamatan sejarah umat manusia mengarah.
Jelasnya, iman kita bukan iman yang bersifat pribadi melulu, tapi iman yang juga berani
ber-”saksi”, “siap ajarkan kabar sukacita ilahi.”
Saya terkesan dengan pesan dari seorang imam diosesan yang menjadi Uskup Agung Semarang, “ketika banyak hal dimanipulasi untuk kepentingan pribadi atau kelompok, komunitas kristiani mesti berjuang untuk kebaikan umum. Ketika semangat kebersamaan dan nilai-niali luhur dirusak, komunitas kristiani diharapkan maju dan
berkembang terus dalam semangat solidaritas.”
D.
Epilog
“Bila Anda terpaksa meninggalkan doa untuk melayani orang miskin, jangan cemas karena itu berarti meninggalkan Tuhan untuk berjumpa lagi dengan Tuhan dalam diri orang miskin.”
(Vincentius a Paulo, 31 Juli 1634)
Menyitir sebuah berita dari UCAN, sebanyak 310 peserta (yang berasal dari 44
negara) menghadiri Konferensi ke-13 Pelayanan Pembaruan Karismatik Katolik
Internasional (ICCRS, International Catholic Charismatic Renewal Services), yang
berlangsung pada tanggal 2-9 Juni 2009 di Institut Kesejahteraan Kkottongnae
yang dikelola Gereja di Eumseong.
Tema konferensi adalah “Kasih dalam Aksi”
(Love in Action), dimana satu hal yang mau diangkat, adalah ketika Bruder James Shin
Sang-hyun dari Kkottongnae, sekretaris panitia pelaksana setempat, menyatakan bahwa para pemimpin Pembaruan Karismatik Katolik berjanji untuk melayani orang miskin, khususnya anak-anak dan para penderita HIV/AIDS di Afrika:
“Selama 40 tahun terakhir, Gerakan Pembaruan Karismatik terfokus pada pertemuan doa dan
penyembuhan ... Kini, cinta dan aksi kami harus tertuju pada misi - misi untuk keluarga,
tetangga, dan masyarakat - untuk menyebarkan cinta kami kepada orang lain.”
Keyakinan dan niat baik ini dengan jelas dan tajam pernah diungkapkan oleh tigas rasul kita.
Pertama, St. Yakobus: “Jika iman itu tidak disertai dengan perbuatan, iman itu pada hakikatnya adalah mati.” (Yak 2:17). Kalimat St.
Yakobus ini seolah menggaris-bawahi dengan garis tebal keyakinan dan sikap hidup orang-orang Kristen.
Kedua, St. Petrus mengatakan, “Milikilah cara
hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi supaya apabila
mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka.” (Ptr 2:12).
Ketiga, St. Yohanes juga mengatakan, “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.” (1Yoh 3:18).
Dalam hal ini, belajar juga dari sosok dan teladan “rasul modern”, Vincentius a Paulo, yang bisa menggerakkan dan mengubah hati banyak orang, kita bisa melihat juga menegaskan bahwa iman tak lepas dari pengamalan (baca: perbuatan/perwujudan).
Iman sebagai pengamalan senantiasa dicari
dalam perkembangan sejarah masyarakat yang terus berkembang. Panggilan untuk mewujudkan iman dan cinta dalam tindakan nyata jelas tidak lepas dari panggilan setiap orang beriman.
Panggilan itu jelas dilalui dengan hidup
di dunia, tidak dilalui dalam sebuah ruang hampa. Iman yang berjalan di atas realita, bukan iman yang berjalan di atas awan, bukan?
Dalam gerak itu, manusia diharapkan juga berkarya nyata bagi sesama dan dunia. Oleh karena itu, muncul pertanyaan reflektif: “sejauh mana kita mampu menjadi “jodohnya Tuhan”, dalam bahasa Michael Jackson: to make a better place, menjadi penggerak bagi hidup bersama, dan kekuatan dinamis bagi
tumbuhnya kesadaran baru-demi suatu tata dunia baru yang lebih baik?”
=====
"Ada dua macam kasih, yaitu kasih afektif dan kasih efektif. Kasih efektif berarti melakukan hal-hal yang diperintahkan atau diharapkan oleh pribadi yang dikasihi. Mengasihi Tuhan Yesus secara afektif berarti bukan hanya mengikuti pelbagai ajaran dan pesannya, melainkan juga mengajak dunia menghargai dan mengasihi Yesus." (Vincentius a Paulo)
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
St Vincentius dalam Kata, Warta dan Cinta.
A.
Mutiara St. Vinsentius a Paulo.
Kasih-Mu melukai hatiku...
Engkau, ya Allahku…
Engkau telah mengasihi aku…
Namun kasih-Mu justru melukai aku.
Engkau telah melukai dan menembus hatiku dengan panah-panah bernyala.
Engkau telah melemparkan api yang suci ini ke dalam hatiku.
Dan api itu membawaku kepada kematian demi cinta.
Oh. Terberkatilah untuk selamanya.
Ya Penyelamatku…, Engkau telah melukai hatiku.
(DBSV V, 281)
Hati yang merindukan Tuhan
Oh Penyelamatku,
Engkau mengerti apa yang ingin diungkapkan oleh hatiku.
Hatiku menghadap Engkau, sumber belaskasihan…
Engkau mengerti harapan-harapannya,
yang hanya terarah pada-Mu,
dan hanya merindukan Engkau.
(DBSV V, 286)
Meneladan Perawan Maria
“Renungkanlah cinta kasih Perawan Maria yang Terberkati dan kerendahan hatinya, dan jadilah rendah hati di hadapan Allah.”
(SV. I, 504)
Agar Allah dicintai
“Jelas, bahwa saya telah diutus bukan hanya untuk mencintai Allah, melainkan juga agar Allah dicintai.”
(SV XII, 262)
Cinta kasih tidak dapat diam berpangku tangan
“Mari kita melihat Putera Allah. Hati yang begitu penuh kasih! Betapa cinta yang membara. Oh, Penyelamat kita! Sumber cinta yang direndahkan di hadapan siksaan keji salib! Siapakah yang memiliki cinta seperti Engkau? Saudara-saudaraku, jika kita memiliki sebagian dari cinta itu, akankah kita diam dan menyilangkan tangan kita? Akankah kita membiarkan mati segala hal yang bisa kita pelihara? Tidak, cinta kasih tidak dapat diam berpangku tangan, melainkan menggerakkan kita untuk menyelamatkan dan menghibur sesama.”
(XI, 132)
Jangan takut mengatakan kebenaran
“Kalau menyangkut kemuliaan Allah dan keselamatan orang miskin kita tidak boleh takut untuk mengatakan kebenaran.”
(SV IX, 192)
Bukan sekedar belaskasihan, melainkan keadilan
“Semoga Allah menganugerahkan rahmat yang menggerakkan hati kita untuk menolong orang-orang yang menderita, dan keyakinan bahwa dengan meringankan penderitaan mereka kita melakukan keadilan dan bukan sekedar belaskasihan!”
(SV VII, 98)
Berikan peralatan kerja
“Kalau seseorang sudah cukup kuat untuk bekerja, maka belikan segera untuk dia peralatan untuk bekerja dan jangan diberi apa-apa lagi. Sebab uang derma bukan untuk mereka yang dapat bekerja, melainkan hanya untuk orang-orang yang sakit parah, para yatim piatu, dan para jompo.”
(SV IV, 183 – 26 April 1651)
Perlu perencanaan dan koordinasi
“Cinta kasih menjadi kurang efektif, karena kurang terencana. Orang-orang miskin sering menderita bukan karena tidak ada yang sanggup menolong, melainkan karena tidak ada koordinasi.”
(SV XIII, 423)
Bukan hanya afektif, tetapi juga efektif
“Kasih terhadap orang miskin itu bukan hanya dengan lembut, tetapi juga harus efektif… melayani orang miskin dengan efektif.”
(SV IX, 593)
Kebutuhan jasmani dan rohani, dengan kata dan perbuatan
“Jika di antara kita ada yang berpikir bahwa tugas kita hanya untuk mewartakan injil kepada kaum miskin, dan bukan untuk meringankan penderitaan mereka, hanya untuk memenuhi kebutuhan rohani dan bukan kebutuhan jasmani mereka, maka saya menegaskan bahwa kita harus menolong mereka dan memastikan bahwa mereka ditolong dengan segala cara, baik oleh kita sendiri maupun oleh orang-orang lain… Melakukan hal ini berarti mewartakan injil baik dengan kata-kata maupun dengan perbuatan-perbuatan. Inilah cara yang paling sempurna.”
(SV XII, 87)
Dituntun melalui penderitaan
Semua jiwa yang telah diantar oleh Allah kepada kesucian, telah dituntun melalui penderitaan-penderitaan; dan Yesus sendiri, yang paling suci di antara semua orang suci, telah menghendaki melewati penderitaan-penderitaan.
(DBSV V, 234)
Ya Penyelamatku...
Ya Penyelamatku, Engkau, yang adalah kebijaksanaan yang tak tercipta, telah menerima dan merangkul kelemahan kami, kekacauan-kekacauan kami, kehinaan dan kenistaan kami, kecuali kebodohan dan dosa.
(DBSV V, 28)
Yesus tidak menghindari kematian
Begitu banyak orang yang tidak mau memanfaatkan dengan baik kematian dan sengsara Tuhan Yesus. Oh Yesus yang manis dan penuh belas kasihan, Engkau mengamati bahwa di antara manusia, bagian paling besar tidak peduli. Tetapi Engkau tidak menghindari kematian, meskipun Engkau melihat jumlah besar orang yang tak percaya itu tidak menghargainya dan jumlah besar di antara kami meremehkan dan menginjak-injak darah-Mu yang demikian berharga.
(DBSV V, 296)
Jati diri Kristus
Pada saat sengsara-Nya Putera Allah hampir kehilangan rupa manusia dan menurut pandangan orang-orang kafir Dia tampak sebagai orang gila, dan menurut pandangan orang Yahudi sebagai batu sandungan; namun demikian Dia menyebut diri-Nya pewarta injil kepada orang-orang miskin: Evangelizare pauperibus misit me.
(DBSV V, 40)
Mencurahkan hidup demi mengabdi Tuhan
“Berbahagialah mereka yang mencurahkan seluruh hidup demi pengabdian kepada Tuhan kita Yesus Kristus, seperti Dia juga telah mencurahkan hidup-Nya demi keselamatan manusia.”
(DBSV I, 182 – SV VII, 131 – 19 April 1658)
Menguasai mulut
“Para Pujangga Gereja yang suci mengatakan bahwa seorang yang berniat mengejar keutamaan-keutamaan, sebagai langkah pertama harus berusaha menguasai mulutnya.”
(DBSV V, 12)
Bila tergoda menjadi sombong
“Bila tergoda untuk menjadi sombong, kita harus menolaknya… dengan tindakan kerendahan hati dalam batin kita, atau dengan mengangkat hati kepada Allah sambil mohon keutamaan itu kepada-Nya, atau dengan mempersembahkan kepada-Nya apa yang sedang kita lakukan.”
(DBSV V, 37)
Berjiwa kristiani
“Tidak ada yang lebih berjiwa kristiani daripada pergi dari desa ke desa untuk menolong masyarakat miskin dalam usaha mencari keselamatan.”
(DBSV V, 1)
Kita hanyalah perantara
“Kemampuan yang kita miliki… maupun talenta-talenta lahiriah lain yang terdapat dalam diri kita bukanlah anugerah untuk diri kita sendiri. Kita hanyalah perantara.”
(DBSV V, 77)
Allah mencari orang dari segala macam status
“Allah tidak bersikap memilih-milih terhadap orang-orang, tetapi berkat kebaikan-Nya yang tak terhingga Dia mencari bagi Diri-Nya orang-orang dari segala macam status, asal orangnya memang dipandang sebagai orang yang baik oleh-Nya.”
(DBSV V, 23)
Seorang misionaris sejati
“Seorang misionaris sejati tak perlu memusingkan diri mengenai harta dunia, melainkan harus menyerahkan segala kekhawatirannya pada Penyelenggaraan Tuhan.”
(DBSV V, 50)
Cara hidup misionaris
“Cara hidup para misionaris merupakan cara hidup yang sesuai dengan amanat Injil, yaitu meninggalkan dan melepaskan segala-galanya, seperti para rasul, untuk mengikuti Yesus Kristus dan melakukan sesuai dengan teladan-Nya apa yang baik.”
(DBSV V, 1)
Mata yang kotor
“Mereka yang mempunyai mata yang kotor melihat segalanya kotor. Demikian pula terjadi bagi mereka yang cenderung mencela segalanya.”
(DBSV V, 167)
Memperingatkan orang secara pribadi
“Jangan sama sekali berbicara di depan umum mengenai kesalahan dan kelemahan orang lain. Kalau peringatan dinilai berguna, hendaknya dilakukan secara pribadi, dan dengan sikap yang sedapat mungkin penuh kasih dan kelembutan.”
(DBSV V, 140)
Bersungut-sungut bertentangan dengan kasih
“Hendaknya kita menjaga diri dari sikap bersungut-sungut, yang bertentangan sepenuhnya dengan semangat kasih, yang mempersatukan hati orang-orang dengan kehangatan dan keramahan.”
(DBSV V, 147)
Menghindari sikap angkuh
“Seperti orang melarikan diri dari api, demikian pula kita harus lari dari perasaan yang muncul karena sanjungan-sanjungan dan dari sikap angkuh.”
(DBSV V, 158)
Hasrat yang tidak wajar untuk maju
“Tindakan-tindakan yang menyakitkan hati kita pada umumnya bersumber dari hasrat yang tidak wajar untuk maju, dari cinta diri dan dari kebodohan…, karena adanya niat untuk mencapai tingkat keutamaan yang menonjol hanya dengan satu langkah.”
(DBSV V, 284)
Jangan terkejut bila mengalami godaan-godaan
“Semakin kita maju dalam keutamaan, maka semakin perlu kita membuka diri untuk mengalami godaan-godaan yang semakin banyak. Tak perlu merasa terkejut bila kita digoda.”
(DBSV V, 200 – 1645)
Gugur dalam pelayanan kasih
“Berbahagialah jiwa-jiwa yang telah gugur dalam pelayanan kasih.”
(SV VII, 233 – 10 Agustus 1658)
Berbahagialah yang mengabdi Kristus
“Sungguh berbahagialah mereka yang mencurahkan seluruh hidup demi pengabdian kepada Tuhan kita Yesus Kristus, seperti Dia juga telah mencurahkan hidup-Nya demi keselamatan manusia.”
(SV VII, 131 – 19 April 1658)
Evangelizare pauperibus misit me Dominus
“Oh! Betapa bahagianya mereka yang pada saat kematian dapat mengucapkan kata-kata Tuhan Yesus yang indah ini: Evangelizare pauperibus misit me Dominus!”
(DBSV V, 183 – 25 Oktober 1643)
Tugas misi
“Berkarya demi keselamatan orang-orang miskin... merupakan unsur pokok dari panggilan tugas kita, dan semua yang lain hanyalah tambahan belaka.”
(DBSV V, 181 – 25 Oktober 1643)
Belajar secara wajar
“Hendaknya belajar secara wajar, hanya terdorong oleh keinginan untuk memperoleh pengetahuan yang berguna bagi kita sesuai dengan status kita.”
(DBSV V, 174)
Kasih dan pengetahuan harus berjalan seiring
“Hendaknya belajar dengan cara tertentu sehingga kasih dapat mengimbangi pengetahuan; … dengan cara itu mencapai kesucian dan pengetahuan yang kokoh.”
(DBSV V, 175)
Murid-murid-Nya orang-orang kasar
“Yesus ternyata memilih sebagai murid-murid-Nya orang-orang kasar yang tidak luput dari kelemahan-kelemahan, supaya dengan demikian Yesus bisa mengamalkan keramahan, kerendahan hati, dan kesabaran.”
(SV VII, 137 – 1 Mei 1658)
Mutu seseorang
“Mutu seseorang tidak dapat dinilai pada saat pertobatan atau beberapa waktu sesudahnya, melainkan pada waktu dia mengalami godaan atau penderitaan.”
(DBSV V, 136)
Musibah dan berkat
“Musibah manapun akan menjadi sumber sukacita dan berkat bagi kita, bila kita menerimanya dari tangan Tuhan.”
(SV VII, 252 – September 1658)
Tunduk kepada kehendak Allah
“Kalian harus tunduk kepada kehendak Allah dan merasa damai, dengan harapan bahwa segalanya akan berjalan dengan baik. Karena biasanya karya Allah akan memperoleh hasil yang baik justru dalam hal yang tak memberi kepuasan kepada kita.”
(SV VIII, 317 – 9 Juli 1660)
Menghadapi fitnah dan penghinaan
“Sang Penyelamat sendiri telah dicaci-maki, telah dipersalahkan dan dicela secara tidak adil. Mengapa kita mau mengeluh kalau mendapat perlakuan yang sama? Pasrahkanlah diri kepada kebaikan Allah yang tak terhingga itu, dan jangan cemas, pasti Dia akan memberi kekuatan untuk menghadapi segala percobaan.”
(SV VIII, 205-206 – 20 Desember 1659)
Tidak melakukan apa-apa kecuali mengasihi
“Sungguh baik kalau kita tidak melakukan apa-apa kecuali mengasihi! Dengan demikian kita melakukan sekaligus segala keutamaan dan menyatu dengan Yesus Kristus, sambil bekerja sama dengan Dia demi keselamatan dan penghiburan orang-orang miskin.”
(SV VIII, 162 – 8 Nopember 1659)
Hendaknya menghayati simplisitas
“Hendaknya kita menghayati keutamaan simplisitas, karena bila ada simplisitas disitu dapat ditemukan Allah, yang adalah simplisitas itu sendiri, esa secara sempurna.”
(DBSV V, 36)
Mengatakan kebenaran
Simplisitas [=kesederhanaan, ketulusan, kejujuran, kepolosan, kelurusan hati], "pertama-tama berarti mengatakan kebenaran.”
(SV XII, 172 – 14 Maret 1659)
Tuhan kita tinggal dalam orang-orang miskin
“Hendaknya anda melayani orang-orang miskin sebagai majikan anda, karena Tuhan kita tinggal dalam mereka, dan mereka dalam Tuhan kita.”
(SV XIII, 540 – 1641)
Mencari yang paling miskin dan terlantar
"Marilah kita pergi dan membaktikan diri kita dengan cinta yang baru, yaitu untuk melayani orang-orang miskin, dan bahkan mencari yang paling miskin dan terlantar."
(SV XI, 393 - Januari 1657)
Orang miskin mewakili pribadi Tuhan kita
“Inilah alasan yang membuat anda harus melayani orang-orang miskin dengan hormat, sebagai majikan anda, dan dengan bakti, yaitu bahwa mereka mewakili pribadi Tuhan kita, yang berkata: Apapun yang engkau lakukan untuk salah seorang saudaraku yang paling hina ini, engkau lakukan untuk aku.”
(SV X, 332 – 11 Nopember 1657)
Berkhotbah bagi diri sendiri
“Doa adalah khotbah bagi diri sendiri.”
(DBSV V, 114)
Satu kata dari Allah jauh lebih berguna
“Hendaknya kita mengangkat hati kepada Allah dan mendengarkan-Nya, karena satu kata yang kita terima dari Allah lebih berguna daripada seribu argumentasi dan semua perhitungan akal kita.”
(DBSV V, 114)
Terbuka untuk menerima yang dari Allah
“Yang dapat menguntungkan kita hanyalah apa yang diilhamkan oleh Allah dan yang berasal dari Dia.”
(DBSV V, 114)
Membuat niat-niat baik
“Inilah salah satu bagian penting, malah yang terpenting, dari meditasi, yaitu menentukan niat-niat yang baik.”
(DBSV V, 118)
B.
Kata Bijak Santo Vincentius tentang Keutamaan Keramahan (Hospitalitas, nom hostilitas).
“Yesus ternyata memilih sebagai murid-murid-Nya orang-orang kasar yang tidak luput dari kelemahan-kelemahan, supaya dengan demikian Yesus bisa mengamalkan keramahan, kerendahan hati, dan kesabaran.”
(SV VII, 137 – 1 Mei 1658)
“Semoga Tuhan sudi menjiwai kita dengan keramahan-Nya yang agung itu, agar kelembutan memancar dari perkataan dan perbuatan kita… dengan demikian kita tidak mengecewakan sesama dan bisa berguna bagi mereka.”
(SV VI, 388 – 6 Agustus 1657)
“Keutamaan keramahan… menyebabkan kita bersikap sopan santun dan rela saling menghargai dalam pergaulan kita.”
(DBSV. V, 89)
“Keramahan adalah jiwa dari pergaulan yang baik dan karena itu membuat pergaulan menjadi bukan hanya berguna, melainkan juga menyenangkan.”
(DBSV. V, 89)
“Jika seseorang mengandung kegembiraan dalam hatinya, ia tak akan bisa menyembunyikannya. Kamu akan dapat melihat pada wajahnya.”
(SV X, 147)
C.
Santo Vinsensius, Bapa Kaum Miskin.
Vinsensius a Paulo (1581-1660) disebut juga ‘Bapa kaum miskin’. Seperti orang lain, ia bekerja keras agar Gereja sungguh harus hadir di antara yang termiskin dari yang miskin.
Dia sendiri memberikan teladan dengan bepergian ke seluruh negeri, mencari sumber-sumber dan, jika diperlukan, untuk menjamin distribusi makanan dan pakaian secara adil, tempat tinggal yang baik untuk anak yatim, perawatan orang sakit dan cacat, serta sekolah bagi mereka yang buta huruf. Juga pendampingan spiritual sangat penting, dan dia merawat para pengungsi serta membimbing para tahanan.
Dengan melakukan hal-hal ini, dia memberitakan Injil Matius 25: “Semua yang Anda lakukan bagi salah seorang saudara atau saudari-Ku, kamu telah melakukannya untuk Aku”.
Vinsensius tidak melakukan hal-hal ini semua sendirian, tapi ia tahu bagaimana memotivasi orang untuk bergabung dengannya dalam mempraktekkan belas kasihan. Itulah sebabnya Gereja menyatakan Vinsensius santo pelindung dari semua organisasi amal dalam tradisi Katolik.
Vinsensius juga memiliki cakrawala yang luas dan melihat lebih jauh dari kebanyakan orang lain. Ia dilahirkan dalam sebuah keluarga petani miskin di Landes di Perancis Selatan dan memilih untuk jadi imam. Dia baru berusia sembilan belas tahun ketika ia ditahbiskan. Dia mendapat kesempatan untuk belajar di universitas Toulouse, di mana ia memperoleh gelar sarjana hukum. Dari sana ia berangkat ke Roma, di mana ia bertemu dengan beberapa imam yang bekerja di daerah kumuh di kota.
Beberapa tahun kemudian ia diangkat menjadi pastor di Paris dan ia memulai kerasulan di antara orang-orang miskin di kota. Tapi ia juga memperoleh akses mudah antara keluarga bangsawan. Dkl: Vinsensius bergaul baik dengan orang kaya dan miskin, dan mampu menciptakan tali penghubung antara kelompok-kelompok yang begitu ketat dipisahkan dalam masyarakat.
Sebagai contoh, ia mulai mengorganisir secara sistematis sebuah asosiasi wanita-wanita yang berkehendak baik, Dames de la Charite, Ladies of Charity, guna menganggulangi perawatan bagi masyarakat miskin dan sakit di parokinya. Itu adalah suatu model baru dan tetap berlangsung: juga di paroki-paroki lain lingkaran yang serupa muncul.
Vinsensius juga mengumpulkan beberapa imam di sekitarnya dan mulai apa yang kelak menjadi Kongregasi Misi: sebuah organisasi untuk pekerjaan pembangunan Katolik, di kota, tetapi terutama di pedesaan miskin.
Karena ada begitu banyak pekerjaan yang harus dilakukan dan para wanita eloksangat terbatas, Vinsensius mulai juga sekelompok suster, yang disebutnya Filles de la Charite, Puteri Kasih.
Pada akhir hidupnya Vincent membimbing ratusan orang – imam, orang awam dan religius – yang mengabdikan hidup mereka untuk amal: di sekolah dan tempat penampungan untuk anak-anak, di klinik dan rumah duka, di penjara dan rumah sakit darurat di daerah-daerah dimana ada peperangan.
Dalam rangka konteks jaman aktual itu, Vincentius merasa harus memperbaharui kehidupan religius dan menciptakan bentuk lain dari biara-biara dan pertapaan yang sudah ada.
Pada masa Vinsensius, kebanyakan komunitas religius memiliki karakter agak tertutup dan sangat terarah ke dalam. Hal ini membuat sulit bagi mereka untuk berkarya di antara orang miskin dan orang-orang yang membutuhkan.
Vinsensius membuka cara hidup religius: “biara kami, itulah dunia”, katanya. Jadwal harian dalam komunitas-komunitasnya diubah: ada waktu pendek untuk doa dan pertemuan harian bagi seluruh komunitas, tetapi sebagian besar waktu para pria dan wanita bekerja di luar rumah biara mereka, di mana saja mereka dibutuhkan.
Vinsensius cukup menyadari bahwa ini adalah situasi yang rawan, oleh karena itu sungguh amat penting untuk tetap berpegang pada motivasi yang baik dan keseimbangan yang kokoh.
Bagi Vinsensius, hidup religius berarti: “berpegang pada Allah dengan tangan kanan dan sementara itu mempraktekkan belas kasih dengan tangan kiri”.
Itu suatu prinsip yang cukup radikal, tetapi juga kadang-kadang menciptakan ketegangan antara cita-cita religius yang berbeda. Ungkapan yang mengesankan dalam hubungan ini adalah “Meninggalkan Allah demi Allah”. Kadang-kadang perlu untuk meninggalkan praktek religius yang ketat, agar siap sedia untuk menanggapi panggilan Allah.
Setelah kematian Vinsensius, banyak ordo dan kongregasi mengambil alih bentuk dari kehidupan religius terbuka dan aktif yang telah ia perkenalkan: rumah biara terletak di tengah-tengah dunia, menjadi religius ‘aktif’ dimana banyak dari pekerjaan pastoral diarahkan untuk orang-orang yang miskin dan tinggal di pinggiran masyarakat (kemiskinan mungkin memiliki banyak bentuk).
=====
“Bila anda terpaksa meninggalkan doa untuk melayani orang miskin, jangan cemas, karena itu berarti meninggalkan Tuhan untuk berjumpa lagi dengan Tuhan dalam diri orang miskin.”
“Inilah alasan yang membuat anda harus melayani orang-orang miskin dengan hormat, sebagai majikan anda, dan dengan bakti, yaitu bahwa mereka mewakili pribadi Tuhan kita, yang berkata: Apapun yang engkau lakukan untuk salah seorang saudaraku yang paling hina ini, engkau lakukan untuk aku.”
“Tidak ada yang lebih berjiwa kristiani daripada pergi dari desa ke desa untuk menolong masyarakat miskin dalam usaha mencari keselamatan.” … “Berkarya demi keselamatan orang-orang miskin… merupakan unsur pokok dari panggilan tugas kita, dan semua yang lain hanyalah tambahan belaka.”
“Percayalah secara penuh kepada bimbingan Allah dan siapkanlah diri kalian untuk menghadapi segala macam kejadian, agar dapat memanfaatkan dengan baik kejadian-kejadian yang mempersulit kalian.”
“Marilah selalu siap sedia memanfaatkan dengan baik kesusahan dan segala kejadian hidup kita untuk mencapai kebahagiaan kekal…., dan menyadari bahwa kesempatan untuk menderita dalam pelayanan-Nya merupakan suatu rahmat.”
“Percayalah secara penuh kepada bimbingan Allah dan siapkanlah diri kalian untuk menghadapi segala macam kejadian, agar dapat memanfaatkan dengan baik kejadian-kejadian yang mempersulit kalian.”
“Mari kita melihat Putera Allah. Hati yang begitu penuh kasih! Betapa cinta yang membara. Oh, Penyelamat kita! Sumber cinta yang direndahkan di hadapan siksaan keji salib! Siapakah yang memiliki cinta seperti Engkau? Saudara-saudaraku, jika kita memiliki sebagian dari cinta itu, akankah kita diam dan menyilangkan tangan kita? Akankah kita membiarkan mati segala hal yang bisa kita pelihara? Tidak, cinta kasih tidak dapat diam berpangku tangan, melainkan menggerakkan kita untuk menyelamatkan dan menghibur sesama.”
Percayalah secara penuh kepada bimbingan Allah dan siapkanlah diri kalian untuk menghadapi segala macam kejadian, agar dapat memanfaatkan dengan baik kejadian-kejadian yang mempersulit kalian.
Tibalah perayaan misteri kasih yang membuka mata kita untuk memandang PENYELAMAT DUNIA MENGOSONGKAN DIRI DALAM WAJAH BAYI YANG BARU LAHIR. Saya berharap kita bertemu, bersatu di dekat palungan-NYA untuk memohon supaya kita ditarik pada-NYA dalam PENGOSONGAN DIRI YANG AGUNG.
Percayalah secara penuh kepada bimbingan Allah dan siapkanlah diri kalian untuk menghadapi segala macam kejadian, agar dapat memanfaatkan dengan baik kejadian-kejadian yang mempersulit kalian.
Hendaknya kita menjaga diri dari sikap bersungut-sungut, yang bertentangan sepenuhnya dengan semangat kasih, yang mempersatukan hati orang-orang dengan kehangatan dan keramahan
Begitu banyak orang yang tidak mau memanfaatkan dengan baik kematian dan sengsara Tuhan Yesus. Oh Yesus yang manis dan penuh belas kasihan, Engkau mengamati bahwa di antara manusia, bagian paling besar tidak peduli. Tetapi Engkau tidak menghindari kematian, meskipun Engkau melihat jumlah besar orang yang tak percaya itu tidak menghargainya dan jumlah besar di antara kami meremehkan dan menginjak-injak darah-Mu yang demikian berharga.
Anda harus meminta kepada Allah untuk memberikanmu kekuatan untuk melawan dosa kesombongan yang adalah musuh terbesarmu – akar dari semua yang jahat, dan kegagalan dari semua yang baik. Karena Allah menentang kesombongan.”
-------------------


HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
MADAH HARIAN PLUS ANEKA KATA DAN WARTA ST VINCENTIUS A PAULO.
Santo Vincentius a Paulo dikenal sebagai sosok yang mengubah wajah Gereja Katolik agar lebih peduli kepada kaum miskin. Semangat awali inilah yang juga menjadi dasar berdirinya Kongregasi Misi (CM) dan Suster Puteri Kasih (PK). Warisan dan semangatnya telah menginspirasi banyak orang:
"Pergilah kepada orang-orang miskin dan kau akan menemukan Tuhan."
+ Vincentius a Paulo.
--------
Rabu, 27 September 2017
PW St. Vinsentius a Paulo, Imam
MADAH IBADAT HARIAN
Ya Allah, bersegeralah menolong aku
Ya Tuhan, perhatikanlah hambaMu
Kemuliaan...
Alleluya
MADAH IBADAT BACAAN.
Ya gembala yang terhormat
Trimalah pujian umat
Tuhan sendiri terharu
Bila kami memujimu.
Kristuslah imam abadi
Yang menghidupkan kembali
Umat baru bagi Allah
Bagaikan mempelai indah.
Iapun sudah berkenan
Memilih dan mentahbiskan
Engkau menjadi pelayan
Gembala umat beriman.
Terpujilah Allah Bapa
Bersama Putra dan RohNya
Yang melimpahkan kurnia
Kepada kita semua. Amin.
MADAH IBADAT PAGI
Pemimpin mulia bapa bijaksana
Yang hari ini kita peringati
Kini berjaya penuh sukacita
Di surga baka.
Ia selalu sungguh berusaha
Untuk membantu membimbing sesama
Giat mengabdi dengan tulus hati
Allah sejati.
Semoga kita ditolong doanya
Dan menerima pengampunan dosa
Dihantarkannya menunju ke surga
Menghadap Bapa.
Dimulyakanlah Bapa mahamurah
Bersama Putra penebus dunia
Roh kudus pula penghibur Gereja
Slama-lamanya. Amin.
MADAH IBADAT SIANG
Marilah kita bernyanyi
Bagi penebus ilahi
Dengan iman dan harapan
Penuh cinta yang bertahan.
Sambil mohon dibebaskan
Dari tipu daya lawan
Agar selalu setia
Dalam mengabdi sesama.
Terpujilah Allah Bapa
Bersama Putra tercinta
Yang memperoleh Roh suci
Pembaharu muka bumi. Amin.
DOA
Allah, pembela kaum papa, santo Vinsentius imam-Mu Kaubina dalam kegiatan kerasulannya untuk menyelamatkan orang miskin dan mendidik para rohaniwan.
Semoga kami dikobarkan dengan semangat yang sama, mencintai yang dikasihinya, dan melaksanakan yang diajarkannya.
Demi Yesus Kristus, pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin
PENUTUP
P: (+) Semoga Tuhan memberkati kita, melindungi kita terhadap dosa dan menghantar kita ke hidup yang kekal.
U: Amin.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
St Vincentius dalam Kata, Warta dan Cinta.
A.
Mutiara St. Vinsentius a Paulo.
Kasih-Mu melukai hatiku...
Engkau, ya Allahku…
Engkau telah mengasihi aku…
Namun kasih-Mu justru melukai aku.
Engkau telah melukai dan menembus hatiku dengan panah-panah bernyala.
Engkau telah melemparkan api yang suci ini ke dalam hatiku.
Dan api itu membawaku kepada kematian demi cinta.
Oh. Terberkatilah untuk selamanya.
Ya Penyelamatku…, Engkau telah melukai hatiku.
(DBSV V, 281)
Hati yang merindukan Tuhan
Oh Penyelamatku,
Engkau mengerti apa yang ingin diungkapkan oleh hatiku.
Hatiku menghadap Engkau, sumber belaskasihan…
Engkau mengerti harapan-harapannya,
yang hanya terarah pada-Mu,
dan hanya merindukan Engkau.
(DBSV V, 286)
Meneladan Perawan Maria
“Renungkanlah cinta kasih Perawan Maria yang Terberkati dan kerendahan hatinya, dan jadilah rendah hati di hadapan Allah.”
(SV. I, 504)
Agar Allah dicintai
“Jelas, bahwa saya telah diutus bukan hanya untuk mencintai Allah, melainkan juga agar Allah dicintai.”
(SV XII, 262)
Cinta kasih tidak dapat diam berpangku tangan
“Mari kita melihat Putera Allah. Hati yang begitu penuh kasih! Betapa cinta yang membara. Oh, Penyelamat kita! Sumber cinta yang direndahkan di hadapan siksaan keji salib! Siapakah yang memiliki cinta seperti Engkau? Saudara-saudaraku, jika kita memiliki sebagian dari cinta itu, akankah kita diam dan menyilangkan tangan kita? Akankah kita membiarkan mati segala hal yang bisa kita pelihara? Tidak, cinta kasih tidak dapat diam berpangku tangan, melainkan menggerakkan kita untuk menyelamatkan dan menghibur sesama.”
(XI, 132)
Jangan takut mengatakan kebenaran
“Kalau menyangkut kemuliaan Allah dan keselamatan orang miskin kita tidak boleh takut untuk mengatakan kebenaran.”
(SV IX, 192)
Bukan sekedar belaskasihan, melainkan keadilan
“Semoga Allah menganugerahkan rahmat yang menggerakkan hati kita untuk menolong orang-orang yang menderita, dan keyakinan bahwa dengan meringankan penderitaan mereka kita melakukan keadilan dan bukan sekedar belaskasihan!”
(SV VII, 98)
Berikan peralatan kerja
“Kalau seseorang sudah cukup kuat untuk bekerja, maka belikan segera untuk dia peralatan untuk bekerja dan jangan diberi apa-apa lagi. Sebab uang derma bukan untuk mereka yang dapat bekerja, melainkan hanya untuk orang-orang yang sakit parah, para yatim piatu, dan para jompo.”
(SV IV, 183 – 26 April 1651)
Perlu perencanaan dan koordinasi
“Cinta kasih menjadi kurang efektif, karena kurang terencana. Orang-orang miskin sering menderita bukan karena tidak ada yang sanggup menolong, melainkan karena tidak ada koordinasi.”
(SV XIII, 423)
Bukan hanya afektif, tetapi juga efektif
“Kasih terhadap orang miskin itu bukan hanya dengan lembut, tetapi juga harus efektif… melayani orang miskin dengan efektif.”
(SV IX, 593)
Kebutuhan jasmani dan rohani, dengan kata dan perbuatan
“Jika di antara kita ada yang berpikir bahwa tugas kita hanya untuk mewartakan injil kepada kaum miskin, dan bukan untuk meringankan penderitaan mereka, hanya untuk memenuhi kebutuhan rohani dan bukan kebutuhan jasmani mereka, maka saya menegaskan bahwa kita harus menolong mereka dan memastikan bahwa mereka ditolong dengan segala cara, baik oleh kita sendiri maupun oleh orang-orang lain… Melakukan hal ini berarti mewartakan injil baik dengan kata-kata maupun dengan perbuatan-perbuatan. Inilah cara yang paling sempurna.”
(SV XII, 87)
Dituntun melalui penderitaan
Semua jiwa yang telah diantar oleh Allah kepada kesucian, telah dituntun melalui penderitaan-penderitaan; dan Yesus sendiri, yang paling suci di antara semua orang suci, telah menghendaki melewati penderitaan-penderitaan.
(DBSV V, 234)
Ya Penyelamatku...
Ya Penyelamatku, Engkau, yang adalah kebijaksanaan yang tak tercipta, telah menerima dan merangkul kelemahan kami, kekacauan-kekacauan kami, kehinaan dan kenistaan kami, kecuali kebodohan dan dosa.
(DBSV V, 28)
Yesus tidak menghindari kematian
Begitu banyak orang yang tidak mau memanfaatkan dengan baik kematian dan sengsara Tuhan Yesus. Oh Yesus yang manis dan penuh belas kasihan, Engkau mengamati bahwa di antara manusia, bagian paling besar tidak peduli. Tetapi Engkau tidak menghindari kematian, meskipun Engkau melihat jumlah besar orang yang tak percaya itu tidak menghargainya dan jumlah besar di antara kami meremehkan dan menginjak-injak darah-Mu yang demikian berharga.
(DBSV V, 296)
Jati diri Kristus
Pada saat sengsara-Nya Putera Allah hampir kehilangan rupa manusia dan menurut pandangan orang-orang kafir Dia tampak sebagai orang gila, dan menurut pandangan orang Yahudi sebagai batu sandungan; namun demikian Dia menyebut diri-Nya pewarta injil kepada orang-orang miskin: Evangelizare pauperibus misit me.
(DBSV V, 40)
Mencurahkan hidup demi mengabdi Tuhan
“Berbahagialah mereka yang mencurahkan seluruh hidup demi pengabdian kepada Tuhan kita Yesus Kristus, seperti Dia juga telah mencurahkan hidup-Nya demi keselamatan manusia.”
(DBSV I, 182 – SV VII, 131 – 19 April 1658)
Menguasai mulut
“Para Pujangga Gereja yang suci mengatakan bahwa seorang yang berniat mengejar keutamaan-keutamaan, sebagai langkah pertama harus berusaha menguasai mulutnya.”
(DBSV V, 12)
Bila tergoda menjadi sombong
“Bila tergoda untuk menjadi sombong, kita harus menolaknya… dengan tindakan kerendahan hati dalam batin kita, atau dengan mengangkat hati kepada Allah sambil mohon keutamaan itu kepada-Nya, atau dengan mempersembahkan kepada-Nya apa yang sedang kita lakukan.”
(DBSV V, 37)
Berjiwa kristiani
“Tidak ada yang lebih berjiwa kristiani daripada pergi dari desa ke desa untuk menolong masyarakat miskin dalam usaha mencari keselamatan.”
(DBSV V, 1)
Kita hanyalah perantara
“Kemampuan yang kita miliki… maupun talenta-talenta lahiriah lain yang terdapat dalam diri kita bukanlah anugerah untuk diri kita sendiri. Kita hanyalah perantara.”
(DBSV V, 77)
Allah mencari orang dari segala macam status
“Allah tidak bersikap memilih-milih terhadap orang-orang, tetapi berkat kebaikan-Nya yang tak terhingga Dia mencari bagi Diri-Nya orang-orang dari segala macam status, asal orangnya memang dipandang sebagai orang yang baik oleh-Nya.”
(DBSV V, 23)
Seorang misionaris sejati
“Seorang misionaris sejati tak perlu memusingkan diri mengenai harta dunia, melainkan harus menyerahkan segala kekhawatirannya pada Penyelenggaraan Tuhan.”
(DBSV V, 50)
Cara hidup misionaris
“Cara hidup para misionaris merupakan cara hidup yang sesuai dengan amanat Injil, yaitu meninggalkan dan melepaskan segala-galanya, seperti para rasul, untuk mengikuti Yesus Kristus dan melakukan sesuai dengan teladan-Nya apa yang baik.”
(DBSV V, 1)
Mata yang kotor
“Mereka yang mempunyai mata yang kotor melihat segalanya kotor. Demikian pula terjadi bagi mereka yang cenderung mencela segalanya.”
(DBSV V, 167)
Memperingatkan orang secara pribadi
“Jangan sama sekali berbicara di depan umum mengenai kesalahan dan kelemahan orang lain. Kalau peringatan dinilai berguna, hendaknya dilakukan secara pribadi, dan dengan sikap yang sedapat mungkin penuh kasih dan kelembutan.”
(DBSV V, 140)
Bersungut-sungut bertentangan dengan kasih
“Hendaknya kita menjaga diri dari sikap bersungut-sungut, yang bertentangan sepenuhnya dengan semangat kasih, yang mempersatukan hati orang-orang dengan kehangatan dan keramahan.”
(DBSV V, 147)
Menghindari sikap angkuh
“Seperti orang melarikan diri dari api, demikian pula kita harus lari dari perasaan yang muncul karena sanjungan-sanjungan dan dari sikap angkuh.”
(DBSV V, 158)
Hasrat yang tidak wajar untuk maju
“Tindakan-tindakan yang menyakitkan hati kita pada umumnya bersumber dari hasrat yang tidak wajar untuk maju, dari cinta diri dan dari kebodohan…, karena adanya niat untuk mencapai tingkat keutamaan yang menonjol hanya dengan satu langkah.”
(DBSV V, 284)
Jangan terkejut bila mengalami godaan-godaan
“Semakin kita maju dalam keutamaan, maka semakin perlu kita membuka diri untuk mengalami godaan-godaan yang semakin banyak. Tak perlu merasa terkejut bila kita digoda.”
(DBSV V, 200 – 1645)
Gugur dalam pelayanan kasih
“Berbahagialah jiwa-jiwa yang telah gugur dalam pelayanan kasih.”
(SV VII, 233 – 10 Agustus 1658)
Berbahagialah yang mengabdi Kristus
“Sungguh berbahagialah mereka yang mencurahkan seluruh hidup demi pengabdian kepada Tuhan kita Yesus Kristus, seperti Dia juga telah mencurahkan hidup-Nya demi keselamatan manusia.”
(SV VII, 131 – 19 April 1658)
Evangelizare pauperibus misit me Dominus
“Oh! Betapa bahagianya mereka yang pada saat kematian dapat mengucapkan kata-kata Tuhan Yesus yang indah ini: Evangelizare pauperibus misit me Dominus!”
(DBSV V, 183 – 25 Oktober 1643)
Tugas misi
“Berkarya demi keselamatan orang-orang miskin... merupakan unsur pokok dari panggilan tugas kita, dan semua yang lain hanyalah tambahan belaka.”
(DBSV V, 181 – 25 Oktober 1643)
Belajar secara wajar
“Hendaknya belajar secara wajar, hanya terdorong oleh keinginan untuk memperoleh pengetahuan yang berguna bagi kita sesuai dengan status kita.”
(DBSV V, 174)
Kasih dan pengetahuan harus berjalan seiring
“Hendaknya belajar dengan cara tertentu sehingga kasih dapat mengimbangi pengetahuan; … dengan cara itu mencapai kesucian dan pengetahuan yang kokoh.”
(DBSV V, 175)
Murid-murid-Nya orang-orang kasar
“Yesus ternyata memilih sebagai murid-murid-Nya orang-orang kasar yang tidak luput dari kelemahan-kelemahan, supaya dengan demikian Yesus bisa mengamalkan keramahan, kerendahan hati, dan kesabaran.”
(SV VII, 137 – 1 Mei 1658)
Mutu seseorang
“Mutu seseorang tidak dapat dinilai pada saat pertobatan atau beberapa waktu sesudahnya, melainkan pada waktu dia mengalami godaan atau penderitaan.”
(DBSV V, 136)
Musibah dan berkat
“Musibah manapun akan menjadi sumber sukacita dan berkat bagi kita, bila kita menerimanya dari tangan Tuhan.”
(SV VII, 252 – September 1658)
Tunduk kepada kehendak Allah
“Kalian harus tunduk kepada kehendak Allah dan merasa damai, dengan harapan bahwa segalanya akan berjalan dengan baik. Karena biasanya karya Allah akan memperoleh hasil yang baik justru dalam hal yang tak memberi kepuasan kepada kita.”
(SV VIII, 317 – 9 Juli 1660)
Menghadapi fitnah dan penghinaan
“Sang Penyelamat sendiri telah dicaci-maki, telah dipersalahkan dan dicela secara tidak adil. Mengapa kita mau mengeluh kalau mendapat perlakuan yang sama? Pasrahkanlah diri kepada kebaikan Allah yang tak terhingga itu, dan jangan cemas, pasti Dia akan memberi kekuatan untuk menghadapi segala percobaan.”
(SV VIII, 205-206 – 20 Desember 1659)
Tidak melakukan apa-apa kecuali mengasihi
“Sungguh baik kalau kita tidak melakukan apa-apa kecuali mengasihi! Dengan demikian kita melakukan sekaligus segala keutamaan dan menyatu dengan Yesus Kristus, sambil bekerja sama dengan Dia demi keselamatan dan penghiburan orang-orang miskin.”
(SV VIII, 162 – 8 Nopember 1659)
Hendaknya menghayati simplisitas
“Hendaknya kita menghayati keutamaan simplisitas, karena bila ada simplisitas disitu dapat ditemukan Allah, yang adalah simplisitas itu sendiri, esa secara sempurna.”
(DBSV V, 36)
Mengatakan kebenaran
Simplisitas [=kesederhanaan, ketulusan, kejujuran, kepolosan, kelurusan hati], "pertama-tama berarti mengatakan kebenaran.”
(SV XII, 172 – 14 Maret 1659)
Tuhan kita tinggal dalam orang-orang miskin
“Hendaknya anda melayani orang-orang miskin sebagai majikan anda, karena Tuhan kita tinggal dalam mereka, dan mereka dalam Tuhan kita.”
(SV XIII, 540 – 1641)
Mencari yang paling miskin dan terlantar
"Marilah kita pergi dan membaktikan diri kita dengan cinta yang baru, yaitu untuk melayani orang-orang miskin, dan bahkan mencari yang paling miskin dan terlantar."
(SV XI, 393 - Januari 1657)
Orang miskin mewakili pribadi Tuhan kita
“Inilah alasan yang membuat anda harus melayani orang-orang miskin dengan hormat, sebagai majikan anda, dan dengan bakti, yaitu bahwa mereka mewakili pribadi Tuhan kita, yang berkata: Apapun yang engkau lakukan untuk salah seorang saudaraku yang paling hina ini, engkau lakukan untuk aku.”
(SV X, 332 – 11 Nopember 1657)
Berkhotbah bagi diri sendiri
“Doa adalah khotbah bagi diri sendiri.”
(DBSV V, 114)
Satu kata dari Allah jauh lebih berguna
“Hendaknya kita mengangkat hati kepada Allah dan mendengarkan-Nya, karena satu kata yang kita terima dari Allah lebih berguna daripada seribu argumentasi dan semua perhitungan akal kita.”
(DBSV V, 114)
Terbuka untuk menerima yang dari Allah
“Yang dapat menguntungkan kita hanyalah apa yang diilhamkan oleh Allah dan yang berasal dari Dia.”
(DBSV V, 114)
Membuat niat-niat baik
“Inilah salah satu bagian penting, malah yang terpenting, dari meditasi, yaitu menentukan niat-niat yang baik.”
(DBSV V, 118)
B.
Kata Bijak Santo Vincentius tentang Keutamaan Keramahan (Hospitalitas, nom hostilitas).
“Yesus ternyata memilih sebagai murid-murid-Nya orang-orang kasar yang tidak luput dari kelemahan-kelemahan, supaya dengan demikian Yesus bisa mengamalkan keramahan, kerendahan hati, dan kesabaran.”
(SV VII, 137 – 1 Mei 1658)
“Semoga Tuhan sudi menjiwai kita dengan keramahan-Nya yang agung itu, agar kelembutan memancar dari perkataan dan perbuatan kita… dengan demikian kita tidak mengecewakan sesama dan bisa berguna bagi mereka.”
(SV VI, 388 – 6 Agustus 1657)
“Keutamaan keramahan… menyebabkan kita bersikap sopan santun dan rela saling menghargai dalam pergaulan kita.”
(DBSV. V, 89)
“Keramahan adalah jiwa dari pergaulan yang baik dan karena itu membuat pergaulan menjadi bukan hanya berguna, melainkan juga menyenangkan.”
(DBSV. V, 89)
“Jika seseorang mengandung kegembiraan dalam hatinya, ia tak akan bisa menyembunyikannya. Kamu akan dapat melihat pada wajahnya.”
(SV X, 147)
C.
Santo Vinsentius, Bapa Kaum Miskin.
Vinsentius a Paulo (1581-1660) disebut juga ‘Bapa kaum miskin’. Seperti orang lain, ia bekerja keras agar Gereja sungguh harus hadir di antara yang termiskin dari yang miskin.
Dia sendiri memberikan teladan dengan bepergian ke seluruh negeri, mencari sumber-sumber dan, jika diperlukan, untuk menjamin distribusi makanan dan pakaian secara adil, tempat tinggal yang baik untuk anak yatim, perawatan orang sakit dan cacat, serta sekolah bagi mereka yang buta huruf. Juga pendampingan spiritual sangat penting, dan dia merawat para pengungsi serta membimbing para tahanan.
Dengan melakukan hal-hal ini, dia memberitakan Injil Matius 25: “Semua yang Anda lakukan bagi salah seorang saudara atau saudari-Ku, kamu telah melakukannya untuk Aku”.
Vinsentius tidak melakukan hal-hal ini semua sendirian, tapi ia tahu bagaimana memotivasi orang untuk bergabung dengannya dalam mempraktekkan belas kasihan. Itulah sebabnya Gereja menyatakan Vinsentius santo pelindung dari semua organisasi amal dalam tradisi Katolik.
Vinsentius juga memiliki cakrawala yang luas dan melihat lebih jauh dari kebanyakan orang lain. Ia dilahirkan dalam sebuah keluarga petani miskin di Landes di Perancis Selatan dan memilih untuk jadi imam. Dia baru berusia sembilan belas tahun ketika ia ditahbiskan. Dia mendapat kesempatan untuk belajar di universitas Toulouse, di mana ia memperoleh gelar sarjana hukum. Dari sana ia berangkat ke Roma, di mana ia bertemu dengan beberapa imam yang bekerja di daerah kumuh di kota.
Beberapa tahun kemudian ia diangkat menjadi pastor di Paris dan ia memulai kerasulan di antara orang-orang miskin di kota. Tapi ia juga memperoleh akses mudah antara keluarga bangsawan. Dkl: Vinsentius bergaul baik dengan orang kaya dan miskin, dan mampu menciptakan tali penghubung antara kelompok-kelompok yang begitu ketat dipisahkan dalam masyarakat.
Sebagai contoh, ia mulai mengorganisir secara sistematis sebuah asosiasi wanita-wanita yang berkehendak baik, Dames de la Charite, Ladies of Charity, guna menganggulangi perawatan bagi masyarakat miskin dan sakit di parokinya. Itu adalah suatu model baru dan tetap berlangsung: juga di paroki-paroki lain lingkaran yang serupa muncul.
Vinsentius juga mengumpulkan beberapa imam di sekitarnya dan mulai apa yang kelak menjadi Kongregasi Misi: sebuah organisasi untuk pekerjaan pembangunan Katolik, di kota, tetapi terutama di pedesaan miskin.
Karena ada begitu banyak pekerjaan yang harus dilakukan dan para wanita eloksangat terbatas, Vinsentius mulai juga sekelompok suster, yang disebutnya Filles de la Charite, Puteri Kasih.
Pada akhir hidupnya Vincentius membimbing ratusan orang – imam, orang awam dan religius – yang mengabdikan hidup mereka untuk amal: di sekolah dan tempat penampungan untuk anak-anak, di klinik dan rumah duka, di penjara dan rumah sakit darurat di daerah-daerah dimana ada peperangan.
Dalam rangka konteks jaman aktual itu, Vincentius merasa harus memperbaharui kehidupan religius dan menciptakan bentuk lain dari biara-biara dan pertapaan yang sudah ada.
Pada masa Vinsentius, kebanyakan komunitas religius memiliki karakter agak tertutup dan sangat terarah ke dalam. Hal ini membuat sulit bagi mereka untuk berkarya di antara orang miskin dan orang-orang yang membutuhkan.
Vinsentius membuka cara hidup religius: “biara kami, itulah dunia”, katanya. Jadwal harian dalam komunitas-komunitasnya diubah: ada waktu pendek untuk doa dan pertemuan harian bagi seluruh komunitas, tetapi sebagian besar waktu para pria dan wanita bekerja di luar rumah biara mereka, di mana saja mereka dibutuhkan.
Vinsentius cukup menyadari bahwa ini adalah situasi yang rawan, oleh karena itu sungguh amat penting untuk tetap berpegang pada motivasi yang baik dan keseimbangan yang kokoh.
Bagi Vinsentius, hidup religius berarti: “berpegang pada Allah dengan tangan kanan dan sementara itu mempraktekkan belas kasih dengan tangan kiri”.
Itu suatu prinsip yang cukup radikal, tetapi juga kadang-kadang menciptakan ketegangan antara cita-cita religius yang berbeda. Ungkapan yang mengesankan dalam hubungan ini adalah “Meninggalkan Allah demi Allah”. Kadang-kadang perlu untuk meninggalkan praktek religius yang ketat, agar siap sedia untuk menanggapi panggilan Allah.
Setelah kematian Vinsentius, banyak ordo dan kongregasi mengambil alih bentuk dari kehidupan religius terbuka dan aktif yang telah ia perkenalkan: rumah biara terletak di tengah-tengah dunia, menjadi religius ‘aktif’ dimana banyak dari pekerjaan pastoral diarahkan untuk orang-orang yang miskin dan tinggal di pinggiran masyarakat (kemiskinan mungkin memiliki banyak bentuk).
=====
“Bila anda terpaksa meninggalkan doa untuk melayani orang miskin, jangan cemas, karena itu berarti meninggalkan Tuhan untuk berjumpa lagi dengan Tuhan dalam diri orang miskin.”
“Inilah alasan yang membuat anda harus melayani orang-orang miskin dengan hormat, sebagai majikan anda, dan dengan bakti, yaitu bahwa mereka mewakili pribadi Tuhan kita, yang berkata: Apapun yang engkau lakukan untuk salah seorang saudaraku yang paling hina ini, engkau lakukan untuk aku.”
“Tidak ada yang lebih berjiwa kristiani daripada pergi dari desa ke desa untuk menolong masyarakat miskin dalam usaha mencari keselamatan.” … “Berkarya demi keselamatan orang-orang miskin… merupakan unsur pokok dari panggilan tugas kita, dan semua yang lain hanyalah tambahan belaka.”
“Percayalah secara penuh kepada bimbingan Allah dan siapkanlah diri kalian untuk menghadapi segala macam kejadian, agar dapat memanfaatkan dengan baik kejadian-kejadian yang mempersulit kalian.”
“Marilah selalu siap sedia memanfaatkan dengan baik kesusahan dan segala kejadian hidup kita untuk mencapai kebahagiaan kekal…., dan menyadari bahwa kesempatan untuk menderita dalam pelayanan-Nya merupakan suatu rahmat.”
“Percayalah secara penuh kepada bimbingan Allah dan siapkanlah diri kalian untuk menghadapi segala macam kejadian, agar dapat memanfaatkan dengan baik kejadian-kejadian yang mempersulit kalian.”
“Mari kita melihat Putera Allah. Hati yang begitu penuh kasih! Betapa cinta yang membara. Oh, Penyelamat kita! Sumber cinta yang direndahkan di hadapan siksaan keji salib! Siapakah yang memiliki cinta seperti Engkau? Saudara-saudaraku, jika kita memiliki sebagian dari cinta itu, akankah kita diam dan menyilangkan tangan kita? Akankah kita membiarkan mati segala hal yang bisa kita pelihara? Tidak, cinta kasih tidak dapat diam berpangku tangan, melainkan menggerakkan kita untuk menyelamatkan dan menghibur sesama.”
Percayalah secara penuh kepada bimbingan Allah dan siapkanlah diri kalian untuk menghadapi segala macam kejadian, agar dapat memanfaatkan dengan baik kejadian-kejadian yang mempersulit kalian.
Tibalah perayaan misteri kasih yang membuka mata kita untuk memandang PENYELAMAT DUNIA MENGOSONGKAN DIRI DALAM WAJAH BAYI YANG BARU LAHIR. Saya berharap kita bertemu, bersatu di dekat palungan-NYA untuk memohon supaya kita ditarik pada-NYA dalam PENGOSONGAN DIRI YANG AGUNG.
Percayalah secara penuh kepada bimbingan Allah dan siapkanlah diri kalian untuk menghadapi segala macam kejadian, agar dapat memanfaatkan dengan baik kejadian-kejadian yang mempersulit kalian.
Hendaknya kita menjaga diri dari sikap bersungut-sungut, yang bertentangan sepenuhnya dengan semangat kasih, yang mempersatukan hati orang-orang dengan kehangatan dan keramahan
Begitu banyak orang yang tidak mau memanfaatkan dengan baik kematian dan sengsara Tuhan Yesus. Oh Yesus yang manis dan penuh belas kasihan, Engkau mengamati bahwa di antara manusia, bagian paling besar tidak peduli. Tetapi Engkau tidak menghindari kematian, meskipun Engkau melihat jumlah besar orang yang tak percaya itu tidak menghargainya dan jumlah besar di antara kami meremehkan dan menginjak-injak darah-Mu yang demikian berharga.
Anda harus meminta kepada Allah untuk memberikanmu kekuatan untuk melawan dosa kesombongan yang adalah musuh terbesarmu – akar dari semua yang jahat, dan kegagalan dari semua yang baik. Karena Allah menentang kesombongan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar