Ads 468x60px

PENGARUH YOHANES KASSIANUS.



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
SERI MONASTIK
PENGARUH YOHANES KASSIANUS.
Penyelidikan mendetail yang kita lakukan tentang ajaran Kassianus, mengijinkan kita untuk menghargai tinggi mutu pribadinya.
Dia itulah seorang klasik dalam arti kata yang lebih sempit, sebab klasisismenya dibuat pertama-tama oleh suatu pengikatan yang sangat mendalam kepada tradisi.
Ia bukanlah sebagai yang pertama menulis untuk para rahib. Dia sendiri senang mengingat nama para pendahulunya yang termasyur: St. Basilius dan St. Hironimus. Bentuk dialog pada Collationes dapat disandarkan pada contoh-contoh besar dalam dunia kapir kuno: Plato, Cicero, Séneques, Epitete.
Gagasan-gagasan dasar yang diolahnya ialah dari Kristen Timur pada jamannya, lebih tepatnya adalah warisan Evagrius yang mengadaptasikan ajaran Origenes pada hidup kerahiban, yang dikumpulkan demi keuntungan hidup kerahiban barat.
Akan tetapi keturunannya tidak akan menyambut sama sekali ajarannya begitu saja, tanpa ujian dan tanpa jaminan; ia akan melemparkan ajaran yang terkecuali atas Collationes 13 itu, di mana ia bertentangan dengan St. Augustinus, atas biaya ortodoksi sendiri.
Marilah kita memperhatikan hal itu: rumusan-rumusannya yang keliru atau yang melulu bersifat tendensius, tidak menghentikan sama sekali akan penjelasan tentang ajaran rohaninya. Collationes 13 sama sekali bukan bagian hakiki dari tubuh ajaran Kassianus dan dapat dilepaskan tanpa kesulitan. Collationes 13 itu menjawab terhadap perhatian terus-menerus yang tak dikenal dari orang-orang timur yang cemas terutama untuk melindungi kristianisme dari setiap penafsiran yang bersifat fatalist.
Lebih daripada suatu karya asli, di sini rupanya Kassianus ingin mengadakan suatu adaptasi pikiran para gurunya tentang problem-problem yang menyerang dunia Barat.
Barangkali ia memimpikan St. Krisostomus tanpa cukup memperhitungkan perbedaan-perbedaan pandangan. Uskup Konstantinopel itu adalah seorang pengajar yang penuh perhatian terhadap persoalan-persoalan praktis dan yang menjawabnya lebih melalui empirisme daripada melalui pertimbangan spekulatif. Uskup Hipo dan lawan-lawannya para kaum Pellagian bertentangan atas suatu wilayah yang sama sekali lain.
Pada Kassianus, polemik tidak menunjukkan suatu pikiran yang mendalam. Ia bermutu sebagai seorang pengarang populer yang baik.
Ia ulung dalam hal mengemukakan inti sari hidup monastik dan tidak membiarkan pembacanya tersesat dalam keanehan hidup menyendiri yang kerap kali lebih indah daripada yang dapat ditiru, jika kita percaya di dalamnya kesaksian-kesaksian lain dari perkataan-perkataan dan tindakan-tindakan mereka.
Bukan sebagai plagiator atau kompilator, Kassianus telah memberikan kepada para rahib Barat dua buah pegangan yang mereka butuhkan. Bakatnya yang praktis membantunya untuk mengharap dalam suatu karya yang menuntut suatu pandangan yang sangat tinggi akan gagasan dan suatu psikologi yang sangat tahu akan realitas-realitas konkret.
Pendeknya ia adalah seorang pribadi: ”orang yang memiliki keputusan” dan “pengalaman” yang harus ada dan tinggal sebagai suatu mata rantai tradisi yang sempurna dan seorang guru yang bijaksana serta universil.
Pada bagian kali ini, kita menarik segi-segi utama suatu pengaruh yang tersebar dan berlangsung secara khusus lewat diri Yohanes Kassianus.
A.
SAMPAI DENGAN ABAD PERTENGAHAN
1. Dari Masa Hidup Kassianus.
Kita tidak tahu sama sekali bagaimana Kassianus telah memimpin keabasan St. Victor di Marseille, tetapi kemasyuran dan tindakannya pribadi atas permulaan monakisme gallo-romawi, menampilkan cukup banyak surat yang memuat kata persembahan yang dimasukkan dalam pendahuluan karya-karyanya dan terutama peranannya dalam pertikaian anti-augustinian yang mana dia adalah salah seorang dari yang memegang peran utamanya.
Minat akan episode terakhir ini yang lebih dogmatis, kita hanya akan menahannya melulu detail-detail khas untuk menunjukkan tempat yang diduduki Kassianus dalam lingkungan monastik di daerah Provence.
Dalam tahun 428 atau 429, Prosperus Aquitanus dan Hilarius, dua orang awam, memberitahu St. Augustinus tentang perlawanan yang dijumpai di antara rahib-rahib Gallia oleh gagasan-gagasannya tentang rahmat; Mereka ini tidak menyebut Kassianus dan rupanya tidak mengetahui karya-karyanya.
Karya-karyanya itu belum memberikan pengaruh di seberang lingkup monastik, kepada mana pengarang mengalamatkan karyanya itu.
Setelah kematian uskup Hippo (430), terjadi sesuatu yang benar-benar lain. “Epigrammata in obtrectorem Augustini” karangan St. Prosperus rupanya mengarah kepada Abbas dari St. Victor itu; bagaimanapun “De gratia et libero arbitrio contra Collatorem” yang ditulis mungkin sekitar tahun 433 atau 434 membuktikan bahwa “pelajaran latihan” yang menenangkan kecuali Kassianus sendiri, sekurang-kurangnya mereka yang menyandarkan diri padanya.
Tulisan-tulisan polemik itu lagipula menunjukkan kepada kita bahwa “pemberi wejangan” itu dipandang tidak sebagai “bapa” ajaran anti-augustinian, tetapi benar-benar sebagai wakilnya yang utama.
2. Awal Kerahiban Barat.
Pengaruh dogmatis Kassianus itu berlangsung setelah kematiannya karena pengaruh Faustus, Abbas Lérins (433) sebelum menjadi uskup Riez (sebelum 462), tanpa bahwa penyimpangan-penyimpangan doktrinal tidak membohongi apa-apa tindakan yang dilaksanakan atas kemajuan monakisme Barat.
Murid-murid St. Augustinus yang paling bergelora bukanlah yang terakhir mulai pada sekolah rahib Marseille itu. Lawan Faustus, St. Fulgentius de Ruspe setelah membaca Institutiones dan Collationes, mulai melakukan pejiarahan ke Mesir.
Peraturan yang ditetapkan di Lérins oleh St. Honoratus dikenal sampai kita hanya lewat peraturan-peraturan yang berasal darinya dan yang membuktikan kepada kita betapa berdayaguna keinginan pendiri suci itu untuk membentuk rahib-rahibnya berkat membaca Collationes Kassianus.
Di antaranya semuanya, kesaksian St. Cesarius dan Arles berharga bagi kita. Murid yang ditetapkan oleh St. Augustinus itu, sebagai inspirator Konsili Orange II yang mana kanon 8 secara langsung mengarah kepada Kassianus menulis “Statuta Sanctarum virginum” yang ditujukan kepada para religius di biara St. Yohanes di Arles dan di mana pengaruh Institutiones Kassianus nampak jelas sampai dalam kata-katanya.
Kita bertanya apakah St. Cesarius sebetulnya tidak diilhami oleh Peraturan St. Benediktus. Kronologi tidak menguntungkan apa-apa terhadap hipotese ini dan persaudaraan dari kedua Peraturan cukup diterangkan oleh penggunaan bersama teks Kassianus.
Legislator dari Monte Cassino itu mengikuti modelnya dengan suatu cara yang jauh lebih literal daripada perasaan yang khas Gallia. Tidak boleh dikatakan bahwa St. Benediktus seolah-olah sebagai seorang peniru seperti budak.
Perbandingan antara Peraturan St. Benediktus dengan Institutiones benar-benar menilai bakat khas dari bapa para rahib itu. Namun seorang sejarawan terkenal dapat menulis:
”St. Benediktus banyak tergantung pada Kassianus, secara tak terbandingkan lebih banyak daripada pengarang lain.”
Tidak hanya ia mengutipnya dan diilhami, tetapi ia “merasuki”nya. Ia mengenal Institutiones dan Collationes pada titik pandangan: disesuaikan: kosa kata, susunan kalimat, gayanya.
Jelaslah bahwa suatu ketergantungan yang begitu ketat, buah dari suatu hubungan yang penuh semangat, tidak terbatas pada bentuk, tetapi tersebar sampai pada ajarannya.
Anjuran tegas yang dibuat untuk rahib-rahibnya oleh pengarang Peraturan St. Benediktus untuk membaca “Collationes para Bapa dan Institutiones” membuat pada Kassianus suatu hutang yang tidak akan disangkal oleh seorang pendiripun.
Cassiodorus, dalam biaranya di Vivarium, mempertahankan rahib-rahibnya melawan para sesat yang ditolak olah St. Prosperus; ia tidak mengundang mereka kecuali untuk “membaca dengan penuh perhatian dan mendengarkan dengan senang hati imam Kassianus”.
Melawan persetujuan yang serupa, kekerasan Decretum dari Pseudo-Gelasius yang mendaftar Kassianus di antara para “apocryptes” untuk jangan dibaca, tidak dapat mempunyai hasil yang benar-benar dapat dirasa. Juga para pendiri dan pembuat undang-undang dari biara-biara, tidak setuju untuk mengambil sebagai model terhadap pengarang kita itu dan memperkenalkannya.
Di Spanyol, St. Isidorus (+ 636) diilhami oleh Institutiones pada fasal tentang Differentiae-nya yang dicurahkan kepada “empat cacat”; St. Fructuosus (+ 665) pendiri dan penyusun undang-undang biara ganda di Alcala, memperlakukan Kassianus sebagai salah satu dari terang hidup monastik.
St. Aurelianus, salah seorang dari para pengganti St. Cesarius, demikian bahwa pengarang peratuan Tarnat (biara yang tidak dinyatakan benar) dimasuki oleh ajaran Institutiones.
Lingkungan daerah Lyon, di mana terlaksana kegiatan St. Eucherius, sahabat dan peringkas Kassianus, melanjutkan untuk mengikuti, yang terakhir itu.
St. Romanus, pendiri biara Condat membuat bacaannya yang utama dari “Institutiones abbatum” yang gemilang itu.
St. Yohanes, pendiri Réomé berkontak dengan Institutiones ketika pada suatu hari ada di Lérins, dalam biaranya di Atane dekat Limoges, jika kita pencaya Gregorius dari Tours, mempunyai guru utama yaitu Kassianus.
Lérins, dalam membawa pengaruhnya yang khas sampai di Irlandia, dalam membawa ke sana pengaruh dari rahib Marseille itu. Pengaruhnya itu meninggalkan suatu jejak yang dapat dipungut terutama dalam kebiasaan-kebiasaan liturgis.
Pengaruh itu, yang begitu mudah dibedakan dalam perundang-undangan atau dalam liturgi monastik, tentu berkenaan dengan hidup batin jiwa-jiwa.
Perlipatgandaan naskah dan penyebarannya adalah merupakan sebuah bukti. Orang mencapainya dengan suatu cara yang kurang materiil dalam karya-karya spiritualitas yang ditujukan untuk memberi santapan pada askese individuil.
Tema-tema pokok yang ditulis oleh Kassianus sebagai salah satu dari karya-karya pertama, jika tidak selalu sebagai yang pertama, telah diambil orang-orang lain dan dimasukkan sedemikian rupa pada warisan tradisi. Semacam itulah perbandingan dari dua “kehidupan”. Orang tentunya kagum bahwa Yulianus Pomerus tidak disantapi oleh karya Kassianus sebelum menulis “De Vita contemplativa”.
Dan lagi semacam teori tentang cacat-cacat. Teori tentang cacat-cacat ini khususnya menjadi obyek dari suatu revisi yang serius dalam “Moralia” karya St. Gregorius Agung, selanjutnya sebagai teori dari dua kehidupan.
Kiranya, orang akan terikat tanpa kesulitan pada keputusan Dom L. Gougaud: ”Kassianus, yang merupakan penghubung utama antara Timur dan Barat untuk penyebaran institusi-institusi monastik, juga merupakan pelaku utama propaganda teori dua kehidupan dan pengertiannya”.
Suatu angket yang cepat melintasi abad pertengahan akan mengijinkan kita untuk menghargai lebih baik akan ketepatannya.
Seperti orang dapat mengharapkannya, pengaruh penulis Gallia di Timur itu lebih sulit untuk diikuti.
Untuk menetapkan asal-usul dalam waktu, perlulah dapat menetapkan waktu risalah bahasa Yunani yang disiarkan di bawah nama St. Athanasius.
Orang tahu bahwa ringkasan itu dikerjakan oleh pengarang “De octo vitiis” yang dimasukkan pada karya Pseudo-Nil. Philokalia (cinta akan keindahan) mengumpulkan beberapa fragmen Kassianus yang diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani.
Namun kesaksian Photius berguna baginya sebagai satu-satunya singgungan yang samar-samar. Ia memegang suatu ringkasan Institutiones.
Penilaiannya pasti mengungkapkan lebih daripada suatu pendapat pribadi, bila ia menjamin bahwa pengajaran Kassianus memiliki sesuatu yang bersifat ilahi dan biara-biara yang diilhami berhutang akan kesuburannya, sedangkan mereka yang menolaknya, berjalan menuju kehancuran.
Dari pihaknya, Yohanes Klimakus membuktikan bahwa Kassianus dibaca dan dihargai oleh rahib-rahib Sinai pada abad VIII: bagi mereka, ia disebut “Kassianus Agung”.
II. ABAD PERTENGAHAN.
Penyajian ajarannya memberi kita cukup untuk mendengar bahwa Kassianus adalah seorang praktikus dari tingkah laku rohani.
Pengaruhnya tidak harus mencari dalam tulisan-tulisan spekulatif. Malam dalam tulisan-tulisan yang mengarah suatu tujuan praktis, St. Gregorius Agung atau Yulianus Pomerus (Pseudo-Prosperus), sambil menanti Hugo dari St. Victor, kadang-kadang lebih besar secara eksplisit dipanggil daripada dia.
Ia tidak kurang sebagai pengarang klasik yang dibaca di dalam keabasan. Dia adalah seorang guru pada siapa St. Bernardus dapat menemukan apa yang memberi santapan inspirasi-inspirasi mistiknya sendiri.
Padanyalah acara harian monastik harus mengharapkan suatu “collatio” harian, kepada collatio itu Sinode diosisan Mayence dan Châlon-su-Saône menyinggungnya.
Bila orang mengutip “Collationes Patrum”, terjadilah orang menghargai apophtegmata Geronticon. Suatu “Confessio theologica” yang dianggap berasal dari dia, telah dikembalikan oleh Dom A. Wilmart kepada Jeannelinus, Abas kedua dari Fécamp.
Dalam kompilasi-kompilasi, Kassianus berdekatan dengan para guru besar. Liber de virtutibus et vitiis karya Alcuinus (+ 804), buku pegangan bagi seorang awam, diilhami dalam bagian pertama dari St. Augustinus, tetapi dalam bagian kedua, ia meringkas dan merangkum ajaran Kassianus dan St. Gregorius tentang cacat-cacat. Penyalin Codex St. Yakobus malah memindahkan secara harafiah bagian-bagian yang diambil dari Institutiones.
Raban Maurus (+ 856), di dalam De clericorum institutione puas dengan mencontoh tulisan dari Kassianus tentang keempat jenis doa.
Dalam pertahanan para rahib melawan para pemfitnah, orang menggunakannya sebagai “suatu kewibawaan yang tak terlawankan”.
St. Petrus Damianus menghubungkan dengan ringkasan yang diberikan oleh St. Eucherius untuk membuktikan bahwa pakaian para eremit itu disesuaikan dengan tradisi primitif.
Rupertus Abbas dari Deutz (+ 1129), dalam bukunya De Vita vere apostolica, melaporkan sepanjang fasal 5 dan 6 dari Collationes 18 untuk menetapkan bahwa para rahib adalah para pewaris sejati dari hidup apostolik.
Dari pihaknya, para kanunik regulir membaca karya-karya Kassianus.
Pastilah, para Victorian tidak bermimpi untuk mengutipnya. Mereka mengikuti jejak para spekulatif/pemikir besar, St. Anselmus dan St. Bernardus; mereka berhubungan dengan St. Augustinus malah dalam karangan-karangan mereka tentang keutamaan.
Akan tetapi, seorang Inggris, Adam de Dryburgh (Adam Scot) pada suatu kesempatan ingat akan Collationes yang dibaca setiap sore pada kapitel sebelum Completorium.
Orang-orang lain yang masih membaktikan diri pada peraturan St. Augustinus menarik keuntungan dari Collationes itu.
Jika kita percaya akan bukunya tentang “Vita”, St. Dominikus berhutang kesempurnaannya yang tinggi padanya. Vincent de Beauvais yang melaporkan kepada kita kesaksian itu mengakui bahwa ia tahu sedikit buku yang begitu merangsang seperti buku Kassianus.
Di mata St. Thomas, murid para Bapa Padang Gurun membuat figur sejati “kewibawaan”. Ia hanya ada untuk yakin melulu untuk sampai kepada daftar para pengarang yang dikutip dalam 2a.2acD.
Humbertus dari Romans (+ 1277), guru umum dari para Ordo Pengkotbah mengutip Collationes dalam bukunya tentang “Expositio regulae St. Augustini” dan “Expositio super Constituiones fratrum Praedicatorum”.
Demikian pula Melchior Cano dalam “La Victoria de si mismo” ysng diilhami oleh sesama saudaranya Carioni, kepada mana orang berhutang kepada suatu apologi yang hangat dari Kassianus dalam bukunya tentang “Via diaperta verita”.
Pada para moralis yang terutama berminat pada praktek pembimbingan, Kassianus menduduki suatu tempat pilihan.
David dari Augsburg, karena diilhami dalam teorinya tentang cacat-cacat, memberi kepercayaan pada putera-putera St. Fransiskus.
Rahib Kartusia termasyur Dionisius de Ryckel secara khusus bekerja untuk memperkenalkan orang yang disebutnya “bapa yang sangat termasyur dan pujangga dari seluruh biarawan”. Tidak puas untuk dimasuki oleh semangat Kassianus ia menjadikannya bacaan yang lebih mudah melalui suatu penjelasan dalam mana ia menyederhanakan gaya dan bahasa rahib gallo-romawi itu.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar