Ads 468x60px

Minggu, 25 Februari 2018



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Minggu, 25 Februari 2018
Hari Minggu Prapaskah II
Kejadian (22:1-2.9a.10-13.15-18)
(Mzm 116:(5-6.)10.(12-14)15.16-17.18-19; Ul:9)
Roma (8:31b-34)
Markus (9:2-10)
Fides in transfiguration - Iman dalam perubahan.”
Bacaan pada misa hari ini menekankan dimensi perubahan: Yesus menjadi Kristus. Bukankah iman dan pertobatan terkait-paut dengan tindakan dan perubahan: Yang pemarah menjadi penyabar - yang sombong menjadi rendah hati - yang malas menjadi rajin - yang penakut menjadi pemberani dll.
Adapun 3 jalan iman supaya kita bisa ber-“transfigurasi”- berubah setiap hari seperti yang saya tulis dalam buku “HERSTORY” (RJK, Kanisius), al:
1. Berdoa:
Di tengah kesibukan dan ruwet rentang karya dan warta, Yesus selalu punya waktu ber”intimitas cum Deo”: Ia menyepi dan berdoa. Ia naik ke Gunung Tabor dan menarik diri dari tegangan keseharian agar tidak hanyut-larut oleh afeksi – emosi – friksi dan ambisi. Ia tidak menghamburkan waktu tapi Ia memberikan kehidupanNya kepada waktu, yakni kehidupanNya sendiri: "solitude/kesendirian, "silence/keheningan; "stillness/ketenangan dan "simplicity/kesederhanaan.
Yang pasti dengan doa, kita bisa mendekati teras hati untuk kembali disentuh – diraba dan dibelai oleh Allah. bukankah itu menjadi lebih ranum dan harum dalam kesunyian? Bukankah semakin kita kurang berdoa maka semakin buruk yg terjadi?
2. Berkarya:
Mereka tidak selamanya ada di gunung tapi mereka “turun” untuk kembali menghadapi pelbagai gerak-polah masalah hidup karya. Ia bersama para muridNya turun dan berkarya sebagai cahaya ilahi: Ia menerangi tapi tidak menyakiti-menghangatkan tapi tidak membinasakan. Bukankah hidup karya kita juga ditantang untuk “mengakar-membatang-menyabang-mendaun-berbunga dan berbuah" bagi kemuliaan Tuhan saja?
3. Bersyukur:
Di atas Gunung Tabor, wajah Yesus berubah dan menjadi putih berkilauan. Ia dimuliakan oleh Bapa sebagai Anak Terkasih. Musa sebagai hakim agung dan Elia sebagai nabi agung pun “tunduk” padaNya. Adapun Yesus juga mengajak 3 murid yang nantinya akan memimpin Gereja Perdana: Petrus di Roma, Yohanes di Efesus dan Yakobus di Yerusalem.
Dkl: Kita bersama iman Gereja semakin diyakinkan bahwa Ia selalu hadir dan ada bersama pergulatan hidup dan iman kita. Ya, bersama iman Gereja Perdana, kita juga diajak untuk mau berpaling kepada Yesus dengan penuh rasa syukur, sebab lewat Dialah, kita semakin menjadi anak-anak Bapa yang terkasih, yang siap berubah menjadi lebih baik setiap harinya, meskipun kadang mesti melewati "via dolorosa", jalan salib kehidupan, derita dan duka nestapa demi mencapai sebuah kebangkitan.
“Cari gabah di Gunung Sahari - Mari kita berubah setiap hari”.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
“Deus vobiscum – Tuhan beserta kita”.
Inilah keyakinan iman yang kerap kita dengarkan setiap ekaristi. Inilah juga yang kita rasakan ketika Yesus ber-“transfigurasi” menampakkan kemuliaan-Nya pada hari ini dan diproklamasikan oleh Bapa: “Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia.”
Transfigurasi di puncak gunung dengan dua saksi dari Perjanjian Lama dan tiga saksi dari Perjanjian Baru menandai digenapinya janji Allah akan keselamatan dalam misteri sengsara wafat dan kebangkitan Yesus
Adapun tiga ajakan dasarnya, al:
1. CAri Tuhan:
Yesus mengajak Petrus, Yohanes da Yakobus (yang nantinya akan menjadi Uskup di Gereja Perdana: Petrus di Roma, Yohanes di Efesus dan Yakobus di Yerusalem) mendaki dan berdoa di Gunung Tabor (Ibrani: הַר תָּבוֹר, bhs Arab: جبل طابور; bhs Yunani: Όρος Θαβώρ)yang terletak di bagian selatan Galilea (Lower Galilee), di batas sebelah timur lembah Yizreel, 11 mil (18 km) sebelah barat Danau Galilea, di Israel. Gunung ini juga dikenal sebagai Har Tavor, Itabyrium, Jebel et-Tur, dan the Mount of Transfiguration (Gunung Transfigurasi). Yesus ajak Gereja untuk senantiasa mencari Tuhan dengan hidup rohani dan keheningan imani.
2. HAdapi cobaan:
Yesus tidak terus tinggal di atas gunung atau di aman nyaman dalam kemah yang akan dibangun oleh Petrus dkk, tapi Ia turun gunung. Ia siap pergi ke Yerusalem, terlibat dengan suka duka dunia dan berani untuk memanggul salib yang mesti dipanggulNya sebagai rencana keselamatan Allah.
3. YAkini iman:
"Berdirilah, jangan takut!" Inilah kata Yesus ketika para murid ketakutan di puncak Tabor. Dengan pengalaman “transfigurasi”, iman kita diyakinkan bahwa penderitaan dan pengorbanan diriNya di salib akan membuahkan kemuliaan dan kebangkitanNya demi keselamatan kita.
Yesus yang berubah rupa di depan mata para murid, yang wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang dihadirkan bersama Musa dan Elia (hakim agung dan nabi besar Israel).
Sosok Musa mengingatkan kita tentang Hukum dan Perjanjian yang ditandatangani Allah dan Umat-Nya. Elia mengingatkan pada pembaharuan Perjanjian ketika Umat Allah berpaling dari Allah dan Allah tetap setia pada janji-Nya. Transfigurasi Yesus membuat kenangan akan kehadiran Allah di tengah Umat-Nya. Ia mengenakan pada wajah Yesus dari Nazareth, wajah hukum Musa dan pembaharuan Elia Baru.
Peristiwa transfigurasi ini adalah peristiwa pemuliaan, yang terjadi setelah Yesus menubuatkan penderitaan dan kematian-Nya dan sebelum keberangkatan-Nya ke Yerusalem untuk memenuhi nubuat-Nya itu. Ini berarti sebuah pernyataan bahwa sengsara-Nya justru akan menghantar kita kepada kemuliaan kebangkitan.
Jelasnya, tujuan transfigurasi ini adalah untuk memberikan spiritualitas iman kepada umat Kristiani dalam sikap batin, dan berdampak pada sikap lahirnya juga. Sikap batin itu menurut Kardinal Carlo Martini dapat dilihat dalam beberapa hal nyata, al: adanya sukacita batin dan kedamaian yang besar, adanya sikap pujian, kesiapan dalam mengikut Yesus.
“Dari Tangerang ke Wisma Kemiri– Jadilah terang setiap hari!"
B.
"Lux veritatis - Cahaya kebenaran."
Hari ini adalah kenangan Yesus Kristus yang bercahaya menampakkan kemuliaan-Nya. Pada peristiwa ini Injil mewartakan bahwa ketika Yesus berubah rupa menjadi mulia di hadapan para murid-Nya, wajah-Nya bercahaya dan pakain-Nya menjadi sangat putih berkilat-kilat.
Pastinya, bersama Yesus yang ber-transfigurasi di Gn. Tabor, kitapun diajak bercahaya dengan 3 jalan iman, antara lain:
1.Perjuangan iman:
Gunung menjadi simbol tempat yang insani bertemu dengan yang ilahi: Di puncak Sinai turunlah Sabda Tuhan kepada Musa; di sana juga Musa menerima loh batu , yakni Taurat (Kel 24: 12-18). Nabi Elia juga berjalan 40 hari sampai ke gunung Horeb dan menerima penugasan dari Allah (1Raj 19:8-18). Nah, bukankah naik gunung itu butuh perjuangan, lelah dan menanjak, jauh dan bertahap?
2.Persahabatan iman:
Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes ke atas gunung.Ketiga murid itu juga nantinya ada di taman Getsemani. (Mrk 14:33, Mat 26:37).Yesus juga dihadirkan ada bersama Musa dan Elia. Musa adalah hakim agung yang mewakili Hukum Taurat dan Elia adalah nabi agung di antara para nabi.Yesus tidak sendirian tapi dekat dan bersahabat dengan banyak orang.
3.Persatuan iman:
Di atas gunung, Yesus “berubah rupa” (Yun: metanzorphoõ).Dikatakan bahwa Ia penuh cahaya (Bdk. Bil 6:24-27):“Tuhan menyinari engkau dengan wajahNya dan memberi engkau kasih karunia”. Pastinya, Ia bercahaya karena bersatu.dan berkenan pada BapaNya: “Inilah AnakKu yang terkasih!”
Dalam Pengkhotbah 8:1 disebutkan, hikmat kebijaksanaan membuat wajah orang bersinar dan Yesus jelas hadir sebagai orang yang penuh hikmat kebijaksanaan karena kebersatuanNya yang sepenuh hati dengan Bapa.
Satu hal yang pasti, saat transfigurasi itulah terdengar suara yang memberikan konfirmasi/proklamasi tentang identitas Yesus sebagai Anak Allah.
Ini menegaskan pernyataan yang terdengar pada saat Yesus dibaptis (Mrk. 1:11). Konfirmasi ini juga menyatakan kemuliaan Kristus melebihi Musa dan Elia (Ul. 18:15; Mzm. 2:7; Yes. 42:1).
Selamat berjuang - bersahabat dan bersekutu setiap harinya!
"Dari Jayabaya ke Patih Gajahmada-
Mari bercahaya dengan hidup yang tidak bernoda."
C.
Kutipan Teks Misa:
Tak seorang pun boleh malu terhadap salib Kristus, yang digunakan-Nya untuk menebus dunia (St. Leo Agung)
Antifon Pembuka (Mzm 27:8-9)
Kepada-Mu, ya Tuhan, hatiku berkata, "Kucari wajah-Mu." Wajah-Mu kucari, ya Tuhan, janganlah memalingkan muka daripadaku.
Tibi dixit cor meum, quæsivi vultum tuum, vultum tuum Domine requiram: ne avertas faciem tuam a me.
(Antifon ini dapat diulangi sesudah tiap ayat dari Mazmur 84)
Doa Pembuka
Allah Bapa yang Mahamulia, Engkau telah memaklumkan kepada kami bahwa Yesus Kristus adalah Putra-Mu terkasih. Ajarilah kami untuk selalu mendengarkan dan melaksanakan Sabda-Nya dan berilah kami pengertian akan misteri sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya demi keselamatan kami. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami yang hidup dan berkuasa bersama Engkau, dalam persatuan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Kejadian (22:1-2.9a.10-13.15-18)
"Kurban Bapa Abraham, leluhur kita."
Setelah Abraham mendapat anak, Ishak, maka Allah mencobai Abraham. Allah berfirman kepada Abraham, “Abraham.” Abraham menyahut, “Ya Tuhan.” Sabda Tuhan, “Ambillah anak tunggal kesayanganmu, yaitu Ishak, pergilah ke tanah Moria, dan persembahkanlah dia di sana sebagai kurban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.” Maka sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepada Abraham. Abraham lalu mengulurkan tangannya, dan mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Tetapi berserulah Malaikat Tuhan dari langit, “Abraham, Abraham!” Sahut Abraham, “Ya Tuhan.” Lalu Tuhan bersabda, “Jangan bunuh anak itu, dan jangan kauapa-apakan dia. Kini Aku tahu bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.” Lalu Abraham menoleh, dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Diambilnya domba itu, dan dipersembahkannya sebagai kurban bakaran pengganti anaknya. Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat Tuhan dari langit kepada Abraham, katanya, “Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri – demikianlah firman Tuhan – Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Melalui keturunanmulah segala bangsa di bumi akan mendapat berkat, sebab engkau mentaati sabda-Ku.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = d, 3/4, PS 855
Ref. Bawalah kurbanmu bagi Tuhan sembahlah Dia dalam istana yang kudus.
Ayat. (Mzm 116:(5-6.)10.(12-14)15.16-17.18-19; Ul:9)
1. Berbelas kasihlah Tuhan dan adil Allah kami adalah rahim. Orang bersahaja dijaga-Nya, dan yang hina-dina diselamatkan-Nya.
2. Apa balas budiku kepada Tuhan atas anugerah-Nya bagiku? Piala keselamatan akan kuangkat, dan nama Tuhan akan kuserukan.
3. Nadarku bagi Tuhan hendak kubayar di hadapan seluruh umat-Nya. Kukurbankan pada-Mu kurban pujian, dan nama-Mu akan kuserukan.
4. Nadarku bagi Tuhan hendak kubayar di hadapan seluruh umat-Nya. Di dalam pelataran rumah Tuhan, di tengah-tengahmu, ya Yerusalem.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma (8:31b-34)
"Allah tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri."
Saudara-saudara, jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Allah bahkan tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi menyerahkan-Nya demi kita semua. Bagaimana mungkin Ia tidak menganugerahkan segalanya bersama Anak-Nya itu kepada kita? Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus yang telah wafat? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah
Bait Pengantar Injil, do = a, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Markus 9:6)
Dari dalam awan terdengarlah suara Bapa, "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia"
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (9:2-10)
"Inilah Anak-Ku terkasih."
Pada suatu hari Yesus berbicara tentang bagaimana Ia akan menderita sengsara. Sesudah itu Ia membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes, dan bersama mereka naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang sanggup mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia dan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Lalu Petrus berkata kepada Yesus, “Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini! Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” Petrus berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara, “Inilah Anak-Ku terkasih, dengarkanlah Dia!” Dan sekonyong-konyong, waktu memandang sekeliling, mereka tidak lagi melihat seorang pun bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri. Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan supaya mereka jangan menceritakan kepada siapa pun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan “bangkit dari antara orang mati”.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Antifon Komuni (Mat 17:5)
Inilah Putra-Ku yang terkasih, kepada-Nyalah Aku berkenan; dengarkanlah Dia.
Visionem quam vidistis, nemini dixeritis, donec a mortuis resurgat Filius hominis.
(Antifon ini dapat diulangi sesudah tiap ayat dari Mzm 45:2ab,3,4,5,6,7,8,18ab atau Mzm 97:1,2,3,4,5,6,11,12)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar