Ads 468x60px

Jumat, 20 Juli 2018

HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Jumat, 20 Juli 2018
Hari Biasa Pekan XV
Yesaya (38:1-6.21-22; 7-8)
(Yes 38:10.11.12abcd.16)
Matius (12:1-8)
“Audiatur et altera pars - Dengarlah semua sisi”.
Ini adalah sebuah ungkapan yuridis yang kontekstual karena kita kadang mudah menghakimi dan mengadili yang lain, tanpa pernah mencoba memahami konteksnya yang lain secara utuh, penuh dan menyeluruh.
Kita mudah asyik “berbicara tentang dia”, tapi belum atau bahkan tidak pernah “berbicara dengan dia”. Ini bisa terjadi di masyarakat tapi juga sangat bisa terjadi di lingkungan gereja kita sendiri.
Mungkinkah ini wajah sebuah masyarakat “farisi” jaman sekarang ketika kita sibuk memperbincangkan belaskasihan tapi sebenarnya tak pernah punya rasa belaskasihan? Kasih yang hanya pada kata-kata tapi tidak menjadi “daging” karena apa yang dikatakan tidak sekaligus dinyatakan.
Kata Farisi sendiri berasal dari bahasa Ibrani פרושים p'rushim, dari perush, yang berarti penjelasan. Jadi kata Farisi berarti "orang yang menjelaskan" (לפרש, "lefareish").
Dari literatur rabinik, mereka adalah perkembangan dari kelompok Hasidim, yang menganggap diri sebagai orang beragama yang saleh dan terpisah dari orang biasa serta tergambarkan sebagai pengamat dan penegak hukum Taurat yang sangat teliti. Mereka mudah memandang hukum sebagai sesuatu yang statis dan mereka seolah merasa berhak menjadi “hakim” untuk sesamanya yang lain.
Dalam bahasa Paulo Coelho, “sang Alchemist”: mereka kerap menghakimi dosa orang meski mungkin banyak diantara mereka yang berbuat dosa yang serupa bahkan lebih, mereka kadang mengancam orang dengan api neraka atas pelbagai kesalahan yang sebetulnya juga kerap mereka lakukan.
Nah, di tengah maraknya kebiasaan bergunjing dan menjadi hakim” atas yang lain karena lebih mudah “menjelaskan” daripada “melaksanakan”, lebih mudah “besar mulut” dibanding “lebar telinga”, Yesus mengajak kita kembali menjadi orang yang berhati tulus, yang tidak penuh akal bulus tapi sungguh mau berhati nurani.
Adapun tiga jalannya, al:
1.Via positiva:
Kata-kata dapat membantu ketika penuh pujian tapi dapat pula membatu ketika penuh makian dan gosipan.
De iure, kata kata dalam hukum bisa berarti “Hadir Untuk Keselamatan Umat Manusia”, sehingga wajarlah Hukum Gereja berkata “Salus animarum suprema lex – Hukum yang tertinggi adalah keselamatan jiwa jiwa.
Inilah sebuah dasar yang bukan hanya dikatakan tapi harus dinyatakan termasuk juga oleh “para ahli hukum” untuk melihat segalanya secara positif.
De facto, semua perkataan kita kadang seperti orang farisi yang mudah kritis pada orang lain tapi lupa kritis pada diri sendiri, karena kita mudah juga memberi cap buruk kepada “yang lain”, dan itu biasanya “semper accusat – selalu menuduh.
Yang pasti, bukankah orang miskin kekurangan banyak , tetapi orang yang mudah berpikir buruk akan kekurangan segala-galanya?
2.Via purgativa:
”Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat.” Inilah teguran Yesus kepada orang Farisi yang mudah menghakimi sesamanya dengan dalih hukum Taurat.
Seperti orang Farisi yang punya banyak dalih dan kepentingan, kita kadang juga punya banyak kepentingan terselubung, semacam “hidden agenda” agar orang lain salah dan kita benar/dibenarkan.
Disinilah kita perlu jujur memurnikan (purgativa) niat dan tindakan kita, karena kadang hati kita bukan melulu punya “intentio pura” (maksud yang murni) tapi “intentio pura-pura” (maksud yang palsu).
3.Via misericordia:
"Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan". Persembahan kepada Tuhan dan derma kepada sesama tentu saja baik tapi hal itu tidak bermakna sama sekali jika tidak dilakukan atas dasar belas kasih (misericordia).
Bukankah iman adalah tindakan, ya tindakan yang membuat manusia menjadi lebih manusia, menjadi lebih punya hati nurani dan bukan basa basi yang sibuk menghakimi.
Dkl: Orang yang sungguh-sungguh hidup adalah seseorang yang sudah mengalami banyak "kematian", minimal kematian dari cinta diri dan kesombongan yang berlebihan.
Singkatnya:
Ketika kita menghayati hukum Allah dalam hati kita, kita harus tahu cara bertindak dengan penuh kasih dan belarasa pula. Dalam kasus ini, Yesus menyatakan diri-Nya sebagai penafsir hukum yang penuh wibawa dan ia melakukan itu dalam perspektif (membela) kemanusiaan. Ia menegaskan bahwa belas kasih lebih utama dari sekadar ritualisme belaka.
Inilah sebuah "core value", nilai dasar kristiani yang sebenarnya harus dilandasi oleh citarasa yang ber-belaskasihan, "misericordia". Ia melihat esensi/isi-bukan dekorasi/kemasannya, bukan besarnya persembahan tapi kerelaan hati.
Bisa jadi, itu sebabnya Gereja Katolik tidak lagi mewajibkan umatnya untuk memberi 10% penghasilan bulanannya seperti praksis umat Perjanjian Lama (Kej 14:17-24; Ul 14:22-23; Neh 10:37-38; Im 27:32-33) karena "Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita” (2 Kor 9:7).
Ia mengajak kita menjadi orang yang memberi dengan hati riang dan ringan, tidak mengharapkan balas jasa tapi dilandasi oleh rasa syukur karena didasari cinta pada yang ilahi, sehingga kita tulus dan tidak munafik karena: "celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang Farisi karena yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan (Mat 23:23).
Jelaslah bahwa semangat dasar yang ditekankan bukanlah kewajiban berdasar hukum/aturan/"legalitas" tapi lebih pada semangat kasih/"karitas" kepada Allah. Tidak ada artinya sebuah persembahan, jika tidak didasari oleh nada dasar C "cinta kasih", yang merupakan hukum utama dan pertama (Mat 22:37-40).
“Siti Hajar naik delman - Mari belajar memiliki semangat kerahiman”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
"Donato ergo sum - Aku berbagi maka aku ada."
Inilah sebuah "core value", nilai dasar kristiani yang sebenarnya harus dilandasi oleh citarasa yang ber-belaskasihan, "misericordia": "Yang kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan." Jelasnya, Ia melihat esensi/isi-bukan dekorasi/kemasannya, bukan besarnya persembahan tapi kerelaan hati.
Dari fenomen ini, diharapkan ada 3 semangat, antara lain:
1.Sukarela:
"Hendaknya masing-masing memberi menurut kerelaan hatinya." Inilah pesan iman supaya kita ikut "membangun" Gereja, tidak dengan "sukar-rela tapi dengan sukarela, terlebih dalam "KHK/Kitab Hukum Kanonik" ditegaskan bahwa "kita wajib membantu Gereja, agar tersedia hal-hal yang perlu untuk ibadat ilahi, karya kerasulan dan amal-kasih serta sustentasi(balas jasa) bagi para pelayan" (KHK, Kanon 222 § 1+2)
2.Sukacita:
"Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2 Kor 9:7). Ia mengajak kita menjadi orang yang memberi dengan hati riang dan ringan, tidak mengharapkan balas jasa tapi dilandasi oleh rasa syukur.
3.Suka akan Tuhan:
Kita diajak untuk memberi didasari cinta pada yang ilahi, sehingga kita tulus dan tidak munafik karena: "celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang Farisi karena yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan (Mat 23:23).
Jelaslah bahwa semangat dasar yang ditekankan bukanlah kewajiban berdasar hukum/aturan/"legalitas" tapi lebih pada semangat kasih/"karitas" kepada Allah. Tidak ada artinya sebuah persembahan, jika tidak didasari oleh nada dasar C "cinta kasih", yang merupakan hukum utama dan pertama (Mat 22:37-40).
"Dari Kediri ke Surakarta - Mari kita selalu memberi dengan sukacita."
B.
Kutipan Teks Misa:
Tuhan sedang mengetuk pintu hati kita. Apakah kita menaruh tanda pada pintu hati kita: 'Jangan ganggu aku?'" (Paus Fransiskus)
"Pelayan altar mengambil tempat yang istimewa dalam perayaan liturgi. Dia yang melayani di Misa, menghadirkan dirinya ke sebuah komunitas. Dia mengalami secara langsung bahwa Yesus Kristus hadir dan aktif dalam setiap tindakan liturgis. Yesus hadir ketika komunitas berkumpul untuk berdoa dan memberikan pujian kepada Tuhan Yesus yang hadir di dalam Firman Kitab Suci. Yesus hadir di atas segalanya dalam Ekaristi di bawah tanda-tanda roti dan anggur, Dia bertindak melalui imam yang dalam pribadi Kristus, merayakan Misa Kudus dan mengatur sakramen-sakramen. Oleh karenanya, dalam liturgi, kamu lebih dari sekadar "pembantu pastor paroki". Di atas segalanya, kamu adalah pelayan Yesus Kristus, Imam Besar yang kekal. " – Santo Yohanes Paulus II.
Antifon Pembuka (Hosea 6:6)
Aku menyukai kasih setia dan bukan kurban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih daripada kurban-kurban sembelihan.
Doa Pembuka
Allah Bapa Yang Maharahim, kami mohon kebebasan para putra dan putri-Mu. Semoga Roh-mu berkenan menjiwai hati kami, agar kami mampu menyerupai Yesus, yang menjadi jalan dan kebenaran kami. Sebab Dialah Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Yesaya (38:1-6.21-22; 7-8)
"Aku telah mendengar doamu dan melihat air matamu."
Pada waktu itu Hizkia , raja Yehuda, jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah Nabi Yesaya bin Amos dan berkata kepadanya: "Beginilah sabda Tuhan, "Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi." Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada Tuhan. Ia berkata, "Ya Tuhan, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di hadapan-Mu." Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat. Maka bersabdalah Tuhan kepada Yesaya, "Pergilah dan katakanlah kepada Hizkia, 'Beginilah sabda Tuhan, Allah Daud, leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu. Sungguh, Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi, dan Aku akan melepaskan dikau dan kota ini dari tangan raja Asyur dan Aku akan melindungi kota ini." Kemudian berkatalah Yesaya, "Hendaknya diambil sebuah kue dari buah ara dan ditaruh di atas barah itu, maka raja akan sembuh." Sebelum itu Hizkia telah berkata, "Apakah yang akan menjadi tanda, bahwa aku akan pergi ke rumah Tuhan?" Jawab Yesaya, "Inilah yang akan menjadi tanda bagimu dari Tuhan, bahwa Tuhan akan melakukan apa yang telah dijanjikan-Nya, 'Sungguh, bayang-bayang pada penunjuk matahari buatan Ahas akan Kubuat mundur ke belakang sepuluh tapak dari yang telah dijalaninya'." Maka pada penunjuk matahari itu mundurlah matahari sepuluh tapak ke belakang dari jarak yang telah dijalaninya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan, Engkau telah menyelamatkan hidupku.
Ayat. (Yes 38:10.11.12abcd.16)
1. Aku berkata: Dalam pertengahan umurku aku harus pergi, ke pintu gerbang dunia orang mati aku dipanggil untuk selebihnya dari hidupku.
2. Aku berkata: Aku tidak akan melihat Tuhan lagi di negeri orang-orang yang hidup; aku tidak lagi akan melihat seorang pun di antara penduduk dunia.
3. Pondok kediamanku dibongkar dan dibuka seperti kemah gembala; seperti tukang tenun menggulung tenunannya aku mengakhiri hidupku; Tuhan memutus nyawaku dari benang hidup.
4. Ya Tuhan, karena inilah hatiku mengharapkan Dikau: Tenangkanlah batinku, buatlah aku sehat, buatlah aku sembuh.
Bait Pengantar Injil do = f, 2/2, PS 951
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Yoh 10:27) 2/4
Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku, sabda Tuhan; Aku mengenal mereka dan mereka mengenal aku.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (12:1-8)
"Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat."
Pada suatu hari Sabat, Yesus dan murid-murid-Nya berjalan di lading gandum. Karena lapar murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada Yesus, “Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat.” Tetapi Yesus menjawab, “Tidakkah kalian baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan para pengikutnya lapar? Ia masuk ke dalam bait Allah, dan mereka semua makan roti sajian yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam. Atau tidakkah kalian baca dalam Kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam bait Allah, namun tidak bersalah? Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi bait Allah. Seandainya kalian memahami maksud sabda ini, ‘Yang kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan’, tentu kalian tidak akan menghukum orang yang tidak bersalah. Sebab Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
Renungan
Hukum Tuhan seperti Sabat itu dibuat untuk manusia. Adapun tujuannya adalah mengangkat manusia menjadi menjadi lebih ilahi. Dalam Injil hari ini Yesus menegaskan sisi lain yang mesti kita perhatikan: belas kasih. Disiplin dan taat peraturan itu baik. Tetapi, kalau demi peraturan kita menyakiti hati orang, ini menjadi tidak baik. Apalagi kalau kita mengorbankan orang demi peraturan yang tidak sangat penting. Aneka tata tertib atau aturan tertulis dibuat dan diberlakukan demi dan untuk kasih, dengan kata lain yang utama adalah belas kasih bukan tata tertib atau aturan. Memang jika orang merasa masih berat atau sulit menaati dan melaksanakan tata tertib atau aturan dengan setia, pada umumnya yang bersangkutan juga buta atau tidak tahu belas kasih.
Ketika kita tidak merasa sulit dan berat dalam pelaksanaan aturan atau tata tertib, maka kita akan berani mengambil kebijakan dalam situasi yang memang tak mungkin diselesaikan hanya berdasarkan aturan atau tata tertib, tetapi hanya dengan belas kasih. Maksud semula aturan Sabat adalah untuk mengambil ‘jeda waktu kosong’ dari kerja, untuk beribadat kepada Allah. Ibadat yang baik selalu mengalir kepada tindakan nyata. Mengatasi kelaparan adalah tindakan ibadat yang nyata. Itu juga bentuk penghayatan Sabat.
Antifon Komuni (Mat 12:8)
Putra Manusia adalah Tuhan atas dari Sabat.
"Hidup kita adalah sebuah perjalanan. Ketika perjalanan kita tanpa disertai salib... dan ketika kita mengaku sebagai murid Kristus namun menghindari salib, kita bukanlah murid-murid Kristus, Tuhan" --- Paus Fransiskus
C.
MADAH HARIAN.
Berdoa, membaca bacaan yang baik, sering menerima sakramen, dengan disertai watak yang baik, dan terutama; meniadakan kemalasan. Hal-hal ini, percayalah, adalah sarana-sarana untuk menguduskan dirimu.
MADAH HARIAN
(Jumat, 20 Juli 2018)
Meski Kristus ada di setiap waktu
Namun jangan tunda janganlah menunggu
Carilah wajah-Nya sekarangpun juga
Tanpa menantikan senja.
Kristus sungguh ada dalam diri kita
Meski kita hina meski kita papa
Carilah wajah-Nya serukan namaNya
Kita pasti dibimbing-Nya.
Ya Bapa surgawi tolonglah hamba-Mu
Agar mengikuti Roh Kudus selalu
Hingga hari ini kami sungguh mampu
Mencari wajah Putra-Mu. Amin.
DOA
Bapa yang mahakuasa, urapilah kiranya hati dan budi kami, supaya kami berjalan dalam cahaya kebenaran-Mu dan selalu mengikuti Engkau sebagai guru dan pemimpin kami. Demi Yesus Kristus, Putera-Mu dan pengantara kami yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin.
D.
PESTA NABI ELIA.
E ngkau
L ihat
I ndahnya
A llah
Elia terlahir di Tisbe, Gilead, Israel, 2664 SM dan dihormati di agama-agama Yahudi Islam dan Kristen.
Jelasnya, ia hidup pada abad ke-9 sebelum Masehi dengan atribut seorang nabi yang memakai pakaian bulu, dan ikat pinggang kulit terikat pada pinggangnya (2 Raja-raja 1:8).
Ia adalah seorang nabi besar dan pembela iman akan Tuhan yang Mahaesa, yang telah menyelamatkan Israel dari Mesir. Ia tidak mati melainkan langsung diangkat ke surga dengan keretanya, sehingga diharapkan akan datang kembali pada akhir jaman. Kebesaran Elia sebagai nabi Allah dapat dibaca pada Kitab I Raja-raja bab 17 dst.
Elia (bahasa Ibrani: אליהו Eliyahu, sendiri artinya "Yahweh adalah Allah"; (Arab: إلياس‎ Ilyās; bahasa Inggris: Elijah atau Elias) yang adalah seorang nabi di Kerajaan Israel Utara pada zaman pemerintahan raja Ahab, Ahazia dan Yoram pada sekitar abad ke-9 SM, menurut Kitab Raja-raja dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama Alkitab Kristen.
Menurut catatan 1 dan 2 Raja-raja, Elia berjuang agar bangsa Israel dan raja Ahab menyembah Yahweh, tidak kepada dewa Baal yang dibawa oleh ratu Izebel, isteri Ahab, ke Israel.
Elia menubuatkan bahwa tidak ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau dikatakannya. Elia sendiri disuruh Allah tinggal bersembunyi di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan dengan minum dari sungai itu, dan diberi makan roti dan daging oleh burung-burung gagak tiap pagi dan petang.
Setelah sungai itu kering, karena tidak ada hujan, maka ia tinggal di rumah seorang janda di Sarfat yang termasuk wilayah Sidon. Waktu, putra janda itu yang mati sakit, Elia menghidupkannya kembali.(1 Raja-raja 17)
Setelah 3,5 tahun kekeringan dan kelaparan, Elia muncul dan meminta Ahab untuk mengumpulkan semua nabi Baal, 450 orang semuanya, untuk membuktikan siapa yang hidup, TUHAN atau Baal. Nabi-nabi Baal dan Elia masing-masing membuat mezbah dengan seekor lembu di atasnya, kemudian masing-masing harus meminta allahnya untuk mendatangkan api dari langit supaya membakar korban di mezbah.
Nabi-nabi Baal tidak berhasil, sedangkan doa Elia didengar TUHAN, yang mengirim api dari langit untuk membakar habis korban di mezbah.
Setelah rakyat melihat itu, mereka mengakui TUHAN adalah Allah, lalu menangkapi semua nabi-nabi Baal dan Elia membunuh mereka semua di sungai Kison. Selanjutnya Elia berdoa dan turunlah hujan ke wilayah Israel.(1 Raja-raja 18)
Karena diancam hendak dibunuh oleh Izebel untuk membalas dendam kematian nabi-nabi Baal, Elia lari ke padang gurun dan akhirnya bersembunyi di sebuah gua di gunung Horeb. Di sana ia menjumpai TUHAN dalam angin sepoi-sepoi, setelah datangnya angin besar, gempa dan api tanpa adanya TUHAN di sana.
TUHAN memberi Elia 3 tugas (1 Raja-raja 19:15-16):
mengurapi Hazael menjadi raja Aram.
mengurapi Yehu, cucu Nimsi, menjadi raja Israel.
mengurapi Elisa bin Safat dari Abel-Mehola menjadi nabi penggantinya.
Elia hanya sempat mengurapi Elisa menjadi penggantinya (1 Raja-raja 19:19-21), sedangkan Elisa yang kelak mengurapi kedua raja itu.(2 Raja-raja 8:7–15; 2 Raja-raja 9:1–10).
Elia juga menegur raja Ahab, karena merebut kebun anggur Nabot di Yisreel dengan tipu keji rancangan Izebel, isterinya. Hukuman Tuhan: Ahab dan Izebel akan mati dan dimakan anjing, kemudian keluarganya akan dibasmi habis. Ahab bertobat, sehingga hukuman ditunda ke zaman anaknya.(1 Raja-raja 21)
Ahazia, raja pengganti Ahab, jatuh sakit dan menyuruh orang meminta petunjuk ke Baal-zebub allah di Ekron. Elia menemui utusan-utusan itu untuk memberitahu Ahazia bahwa ia tidak akan bangun lagi dari tempat tidurnya dan mati.(2 Raja-raja 1:1-17)
Di akhir hidupnya, ia berjalan ditemani Elisa menyeberang ke timur sungai Yordan kemudian terangkat ke sorga dengan mengendarai kereta kuda berapi dalam angin badai.
Di Kitab Maleakhi berisi nubuat, bahwa TUHAN akan mengutus nabi Elia kepada bangsa Israel menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat, yaitu kedatangan Mesias.
Hal ini membuat Elia dijadikan fokus studi eskatologi mengenai kedatangan Mesias. Figur Elia muncul dalam Talmud, Mishnah.
Dalam agama Yahudi, nama Elia disebut pada ibadah mingguan Havdalah yang menandai akhir dari Sabat serta dalam kebiasaan lain, misalnya seder pada Paskah Yahudi dan Brit milah (penyunatan).
Elia juga muncul dalam berbagai cerita di Haggadah dan pengajaran rabi-rabi, termasuk Babylonian Talmud.
E.
ORDO KARMELIT.
Tercandra, dalam sejarah awal Ordo Karmel, ELIA disebut sebagai pendiri. Namun dalam perkembangan banyak pendapat menyatakan, Elia lebih tepat disebut sebagai BAPA INSPIRATOR para karmelit.
Memang Ordo Karmel dan Nabi Elia tak bisa dipisahkan begitu saja. Alasan muncul dan adanya pertapa Karmel awali terkait dengan sosok Sang Nabi.
Elia termasuk dalam komunitas para nabi pada jamannya. Dia sangat disegani dan dituakan. Elia dan komunitas para nabi ini biasa melakukan olah rohani di tempat sunyi demi mendekatkan diri pada Yang Ilahi. Demikianlah, para Karmelit mengikuti jejak mereka, melakukan latihan rohani dengan semangat dan inspirasi Nabi Elia.
Gunung Karmel yang dipilih untuk melakukan olah rohani, merupakan tempat yang sangat erat dengan sosok Elia. Sang Nabi ini, pernah tinggal, menyepi dan melayani Allah di wilayah Gunung Karmel tersebut.
Adapun, area tempat tinggal para pertapa Karmel awal berada di sekitar mata air yang disebut sumber Elia. Mereka mendirikan kapel di tengah area pertapaan tersebut dan menggunakan Ritus Latin untuk kepentingan liturgi mereka. Karena itulah, mereka disebut juga pertapa-pertapa Karmel dari Ritus Latin, untuk membedakan pertapa yang menggunakan ritus lain untuk liturgi mereka.
Tak diketahui secara pasti, sebagai komunitas pertapa dengan ritus Latin ini, kapan mereka mulai berada di sana. Yang jelas mereka ingin menyepi, melakukan latihan rohani di Gunung Karmel, dalam garis komunitas kenabian di jaman Elia dengan Nabi Elia sebagai yang dituakan dan diidolakan sebagai inspirator.
Dalam data sejarah, mereka mulai berkomunikasi dengan Albertus, Uskup Yerusalem pada tahun 1206 dalam rangka membicarakan regula mereka dan akhirnya mendapatkan regula tersebut pada tahun 1214.
Dengan regula tersebut, mereka memiliki tata aturan bersama. Meskipun tinggal di tempat bertapa masing-masing, namun mereka memiliki aktivitas bersama seperti di atur dalam regula tersebut.
===
Ordo Fratrum Beatissimæ Virginis Mariæ de Monte Carmelo = Ordo Saudara-Saudara Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel (Ordo Karmel) adalah Ordo keagamaan Katolik yang didirikan sejak 8 abad lalu oleh pada pertapa di Gunung Karmel di Palestina; yang hidup meneladan Nabi Elia.
Aturan hidup membiara mereka (Regula Karmel) ditetapkan oleh St Albertus dari Yerusalem pada sekitar tahun 1206.
Dengan menempatkan diri di bawah perlindungan khusus Santa Perawan Maria, para Karmelit memiliki pengabdian yang besar kepada Maria dari Gunung Karmel, berkontemplasi, meneladan Maria dan Nabi Elia, menjalin persaudaraan, dan menjalankan pelayanan terhadap sesama.
Pada akhir abad ke-16, terjadi pemisahan menjadi dua kelompok:
Karmelit berkasut (O.Carm), untuk biarawan, yang relatif bergiat secara lebih aktif dengan menerapkan aturan yang lebih terbuka, dan Karmelit tak berkasut (OCD), untuk biarawati, dengan aturan kontemplatif ketat/tertutup.
Selain itu juga ada ordo ketiga, OCS -Ordine Carmelitano Secolare = Ordo Karmel Sekular yang beranggotakan awam (menikah dan “hidup biasa”) yang berpartisipasi dalam doa liturgis, doa kontemplatif dan pelayanan kerasulan lainnya.
Tokoh yang terkenal dari para Karmelit antara lain : St. Teresa Avila, St.Theresia Lisieux, St. Edith Stein, St. Yohanes dari Salib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar