HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Kamis, 19 Juli 2018
Hari Biasa Pekan XV
Yesaya (26:7-9.12.16-19)
(Mzm 102:13-14ab.15.16-18.19-21)
Matius (11:28-30)
"Christus Omnibus - Kristus menjadi segalanya."
Bersamaan dengan marak dimulainya “Era Kerahiman Ilahi” sejak tiga tahun lalu, kita disadarkan dan disandarkan untuk menjadikan Kristus – “Sang Wajah Kerahiman/Misericordiae Vultus” di dalam segalanya: dalam suka duka dan pahit getir kehidupan kita.
Adapun 3 ajakan dasar Sang Wajah Kerahiman”, antara lain:
1. Datang kepada Tuhan:
“Datanglah kepadaKu, kalian semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberikan kelegaan kepadamu. Ia mengajak kita untuk datang kepadaNya dalam hidup doa dan harian kita.
2. Pikullah salib Tuhan:
"Pikullah kuk yang Kupasang. Kuk bisa berarti beban, yang dalam iman bisa berarti "salib". Kita diajak untuk setia memikul salib, sebuah jalan iman menuju kebangkitan.
Hal ini didasari oleh pernyataan iman yang kerap saya daraskan ketika menyambut komuni: "Tuhan bila salib menimpa kami maka hancurlah kami tapi bila Engkau yang datang bersama salib, Engkaulah yang setia memeluk kami."
Pastinya, dengan memikul kuk-Nya, kita membiarkan Dia memikul beban kita bersama kita. Tak ada satu beban pun yang terlalu berat ketika kita memikul kuk bersama Yesus. Ia turut memikul beban kita dan memberi kita kekuatan untuk menempuh jalan kasihNya.
3. Belajarlah dari Tuhan:
"Belajarlah padaKu, karena Aku lemah-lembut dan rendah hati. Ia mengajak kita menjadi "homo studentes", manusia yang terus belajar menjadi muridNya, lewat “KUD” - Karya Ucapan dan Doa kita sehingga Tuhan sungguh lahir dan hidup di "Betlehem" kita masing-masing.
Ya, dengan trilogi iman: "datang kepadaNya, memikul salibNya dan belajar daripadaNya", kita diajak untuk menanggapi undanganNya dan menjadi hambaNya serta menaati petunjukNya, yang akan membebaskan kita dari semua beban yang tidak dapat kita atasi dan memberikan "perhentian": kedamaian dan Roh KudusNya untuk menuntun kita dalam kehidupan ini.
"Dari Efesus ke Kelimutu - Tuhan Yesus adalah andalanku!"
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
Berpikir yang baik,
Berbicara yang baik,
Melakukan yang baik.
Ketiga hal ini, dengan rahmat Tuhan, akan membawa manusia sampai ke surga.
A.
"Per aspera ad astra - Dengan bekerja keras menggapai bintang-bintang."
Inilah pepatah latin yang saya tulis di cover belakang buku dan slide show tentang Walikota Solo dengan "Spirit Of Loving Others"-nya ("FX-Sketsa Walikota Surakarta", 2014).
Hal ini mengindikasikan adanya sebuah usaha/perjuangan yang terus menerus untuk mencapai sebuah "keberhasilan".
Mengacu pada bacaan injil hari ini, kitapun juga diajak "bekerja keras" supaya bisa/berhasil mencapai "bintang", yakni Yesus sendiri.
Adapun tiga jalan "kerja keras" yang diwartakan Yesus, antara lain:
1."Datanglah kepadaKu":
Ia mengajak kita mempunyai "daya juang" untuk selalu datang dan membawa semua pergulat-geliatan, suka-duka, tawa-tangis kita kepadaNya.
2."Pikullah kuk yang Kupasang":
Ia mengajak kita mempunyai "daya tahan", tetap tegar dan bertahan uji memikul setiap kuk/beban/salib kehidupan harian kita dengan sukacita.
Dengan kata lain:
Kita diajak bersyukur karena boleh ikut merasakan dan mengalami misteri salibnya Tuhan.
3."Belajarlah daripadaKu":
Ia mengajak kita menjadi "homo studentes", manusia pembelajar yang selalu berjuang untuk mengikuti jejak ilahi dengan dua sikap dasar, yakni lemah lembut dan rendah hati dalam setiap hidup harian kita.
Selain itu, Ia mengajak kita terus belajar untuk mempunyai "daya pikat" karena selalu mau untuk terus belajar menjadi "imago dei-citra/cerminan ilahi" bagi sesama lewat setiap karya, ucapan dan doa kita setiap harinya.
Sudahkah kita mempunyai "daya juang-daya tahan dan daya pikat"?
"Dari Cawang ke Pati - Mari kita trus berjuang dengan sepenuh hati."
B.
“Ask for His mercy – Mintalah belas kasihanNya!”
Inilah salah satu salam iman dalam devosi kerahiman ilahi.
Adapun hari ini, Yesus sang Raja Kerahiman juga menyatakan ajakannya dengan tiga pilar undangannya, antara lain:
1. "Datanglah kepadaKu"
2. "Pikullah kuk yang Kupasang”
3. ”Belajarlah daripadaKu”
Undangan Yesus yang begitu manis ditujukan kepada kita semua, terlebih yang "letih lesu dan berbeban berat" oleh persoalan hidup serta beban dosa.
Dengan datang kepadaNya, memikul salibNya serta belajar menjadi hamba-Nya dengan menaati petunjuk-Nya, maka Ia akan membebaskan kita semua dari semua beban kehidupan lewat bantuan rahmat dan kasih karunia-Nya (lih. Ibr 4:16).
Ya, sama seperti dahulu bangsa Yahudi menerima pertolongan Tuhan, demikianlah kini kita-pun dapat memperoleh pertolongan-Nya, asalkan kita mau setia datang kepada-Nya, memikul salibNya dan mau mengikuti semua perintah-Nya.
Dengan kesetiaan kita mengikuti hukum dan perintah Kristus dan memohon belas kasihan-Nya, kita akan memperoleh pertolongan dan kelegaan, sehingga apapun yang kita hadapi akan menjadi lebih ringan bukan?
"Tentara Kopassus cari sikat - Bersama Yesus semua mjd berkat."
C.
"Venite - Datanglah!"
Inilah undangan Yesus sebagai Juruselamat, yang ditujukan kepada semua orang yang "letih lesu dan berbeban berat" oleh persoalan hidup serta beban dosa mereka sendiri.
Dengan trilogi iman: "datang kepadaNya, memikul salibNya dan belajar daripadaNya", kita diajak untuk menanggapi undanganNya dan menjadi hambaNya serta menaati petunjukNya, yg akan membebaskan kita dari semua beban yang tidak dapat kita atasi dan memberikan "perhentian": kedamaian dan Roh KudusNya untuk menuntun kita dalam kehidupan ini.
Segala pencobaan dan persoalan hidup kita dapat ditanggung dengan bantuan dan kasih karuniaNya (Ibr 4:16). Demikianlah di dalam Injil, Yesus mengajarkan kepada kita, agar kita memikul kuk yang dipasangkanNya atas kita, bersama dengan Dia.
Kuk ini bisa diartikan sebagai hukum yang baru, yang diberikan oleh Yesus kepada kita ataupun sebagai beban hidup akibat dosa kita manusia, yang kita alami atas izin Tuhan.
Tuhan mengajarkan kita agar kita memikul beban kuk ini bersamaNya agar kita beroleh kelegaan. Sebab sama seperti dahulu bangsa Yahudi menerima pertolongan Tuhan, demikianlah kini kitapun dapat memperoleh pertolonganNya, asalkan kita mau datang kepada-Nya, dan mau mengikuti semua perintah-Nya.
Dengan kesetiaan kita mengikuti hukum dan perintah Kristus, dan memohon belas kasihanNya, kita akan memperoleh pertolongan dan kelegaan, sehingga apapun yang kita hadapi akan menjadi lebih ringan, bukan?
"Dari Efesus ke Kelimutu - Tuhan Yesus adalah andalanku!"
D.
Kutipan Teks Misa:
“Mereka yang berdoa tidak pernah kehilangan harapan, bahkan ketika mereka menemukan diri mereka dalam keadaan yang sulit dan tak berpengharapan secara manusiawi.” (Paus Benediktus XVI)
Antifon Pembuka (Yes 26:7.9)
Ya Tuhan, Engkau merintis jalan lurus bagi orang benar. Dengan segenap hati aku merindukan Dikau waktu malam, dengan sepenuh hati pula aku mencari Engkau waktu pagi.
Doa Pembuka
Allah Bapa yang Mahakuasa, ketika manusia menderita, Engkaulah yang menyampaikan sabda pembebasan serta pengharapan melalui Yesus Putra-Mu. Semoga kami dapat mengalami dan menikmati pemeliharaan-Mu yang besar dalam segala usaha kami. Dengan pengantaraan Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Kidung pujian yang akan dinyanyikan oleh orang Israel di tanah Yudea adalah tanda pertobatan mereka dari dosa dan ketidakadilan. Pertobatan itu perlu dirayakan. Hidup yang ditandai dengan pertobatan adalah sebuah perayaan.
Bacaan dari Kitab Yesaya (26:7-9.12.16-19)
"Hai kalian yang sudah dikubur dalam tanah, bangkitlah dan bersorak-sorailah."
Pada suatu waktu kidung berikut akan dinyanyikan di tanah Yehuda, “Ya Tuhan, Engkau merintis jalan lurus bagi orang benar. Kami juga menanti-nantikan saat Engkau menjalankan penghakiman. Kesukaan kami ialah menyebut nama-Mu dan mengingat Engkau. Dengan segenap jiwa aku merindukan Dikau pada waktu malam, dan dengan sepenuh hati aku mencari Engkau pada waktu pagi. Sebab apabila Engkau datang menghakimi bumi, maka penduduk dunia akan belajar apa yang benar. Ya Tuhan, Engkau akan menyediakan damai sejahtera bagi kami, sebab segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah yang melakukannya bagi kami. Ya Tuhan, dalam kesesakan mereka mencari Engkau. Ketika hajaran-Mu menimpa mereka, mereka mengeluh dalam doa. Seperti wanita yang mengandung dan sudah dekat waktunya melahirkan, menggeliat sakit dan mengerang karena sakit beranak, demikianlah tadinya keadaan kami di hadapan-Mu, ya Tuhan. Kami mengandung, kami menggeliat sakit, tetapi seakan-akan hanya melahirkan angin. Kami tidak dapat mengadakan keselamatan di bumi, dan tiada lahir penduduk dunia. Ya Tuhan, orang-orang-Mu yang telah mati akan hidup kembali, mayat-mayat mereka akan bangkit lagi. Hai kalian yang sudah dikubur dalam tanah, bangkit dan bersorak sorailah! Sebab embun Tuhan ialah embun terang dan bumi akan melahirkan arwah kembali.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan memandang ke bumi dari surga.
Ayat. (Mzm 102:13-14ab.15.16-18.19-21)
1. Engkau, ya Tuhan, bersemayam untuk selama-lamanya, dan nama-Mu lestari turun temurun. Engkau sendiri akan bangun, akan menyayangi Sion, sebab sudah waktunya untuk mengasihaninya. Sebab hamba-hamba-Mu sayang kepada batu-batunya, dan merasa kasihan akan debunya.
2. Maka bangsa-bangsa menjadi takut akan nama Tuhan, dan semua raja bumi menyegani kemuliaan-Mu, bila Engkau sudah membangun Sion, dan menampakkan diri dalam kemuliaan-Mu, bila Engkau mendengarkan doa orang-orang papa, dan tidak memandang hina doa mereka.
3. Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian, dan bangsa yang diciptakan nanti akan memuji-muji Tuhan, sebab Ia telah memandang dari tempat-Nya yang kudus. Tuhan memandang dari surga ke bumi, untuk mendengarkan keluhan orang tahanan, dan membebaskan orang-orang yang ditentukan harus mati.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Mat 11:28)
Datanglah kepada-Ku, kalian yang letih dan berbeban berat. Aku akan memberikan kelegaan kepadamu.
Yesus mengundang semua orang yang lelah dan letih untuk datang kepada-Nya. Di dalam Yesus, ada ketenangan dan kelegaan. Datanglah kepada-Nya dan penuhi undangan-Nya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (11:28-30)
"Aku ini lemah lembut dan rendah hati."
Sekali peristiwa bersabdalah Yesus, “Datanglah kepada-Ku, kalian semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberikan kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, sebab Aku ini lemah lembut dan rendah hati. Maka hatimu akan mendapat ketenangan. Sebab enaklah kuk yang Kupasang, dan ringanlah beban-Ku.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
"Kesukaan kami ialah menyebut nama-Mu dan mengingat Engkau," kata orang-orang di tanah Yehuda. Ungkapan ini mau mengingatkan kita semua bahwa hendaknya Tuhan menjadi yang utama di hati kita. Dengan demikian, ketika dalam hidup kita mengalami keletihan dan kelesuan, kita pun akhirnya datang dan kembali kepada Tuhan, karena yakin bahwa Tuhan akan memberikan kelegaan. Siapakah yang senantiasa kita ingat? Siapakah yang selalu ada dalam hati kita? "Allah saja cukup," kata Santa Teresia dari Avila.
Doa Malam
Allah Bapa Maha Penyayang, Engkau menghendaki kami mengangkat beban kami, yaitu beban cinta kasih dengan penuh harapan. Kami mohon, semoga dengan demikian dunia menjadi lebih baik sesuai dengan rencana-Mu pada awal mula. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
E.
MADAH HARIAN PAGI
(Kamis, 19 Juli 2018)
Bapa penguasa waktu
Lihat kini fajar baru
Mulai memancarkan sinar
Lambang cahaya yang benar.
Rahmat baru ditawarkan
Terselubung kejadian
Yang menyampaikan undangan
Untuk berbakti berkurban.
Kami sambut kesempatan
Melayani Kristus Tuhan
Yang hadir dalam sesama
Tersembunyi namun nyata.
S’moga pengabdian kami
Dijiwai Roh ilahi
Dijadikan karya Putra
Demi kemulyaan Bapa. Amin.
DOA
Allah, yang kekal dan kuasa, terangilah kiranya bangsa-bangsa yang meringkuk dalam kegelapan maut. Sinarilah mereka dengan terang cahaya-Mu, yang telah terbit laksana fajar cemerlang, yaitu Yesus Kristus, Putera-Mu dan pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin.
F.
BUKU "MARY : WOMAN & MOTHER - MEMOAR 100TH FATIMA" (RJK)
Buku tentang Maria ini amat sangat berharga untuk merenungkan misteri Tuhan melalui misteri Maria. - AYU UTAMI, Novelis (Pada Mulanya adalah Kesaksian)
Bunda Maria adalah nama yang saat disebutkan tak mengenal akhir, de Maria numquam satis. - ARSWENDO ATMOWILOTO, Budayawan (Kalau kalian belum bisa menangis…..)
Ini memperkaya wawasan saya dalam menempatkan diri sebagai anak yang membutuhkan ibu. Selalu. Berkah Dalem. - MAYONG SURYO LAKSONO, Wartawan (Maria: Dengan Logika Sederhana)
Bunda Maria adalah tokoh dan teladan iman dalam kesederhanaan, tapi pada saat yang sama pola hidup konsumerisme dan obsesi belanja secara extravagant tampil begitu telanjang pada saat orang berziarah pada Bunda Maria. - DR GREG SOETOMO, SJ. Rohaniwan & Islamolog (”Bunda Maria dan Kebudayaan Kita”)
Baca buku ini untuk terus menimba kekayaan rohani dalam berdevosi kepada Maria! - DR SURIP STANISLAUS OFMCap. Lembaga Biblika Indonesia (“Beriman Bersama Maria”)
Buku ini dapat menjadi antidote terhadap godaan dunia gemerlap. Mudah-mudahan buku Romo Jost Kokoh mengokohkan kaum muda untuk semakin joss menghormati ibu, saudari, teman dan kekasih perempuannya, sebagaimana Yesus menghormati para perempuan yang begitu besar andilnya dalam karya penebusanNya. – DR GEORGE ADITJONDRO. Dosen Neo Marxisme (“O sancta simplicitas”)
Bunda Maria dari Fatima,
sembuhkanlah orang-orang sakit yang berlindung kepadamu.
Bunda Maria dari Fatima,
hiburlah orang-orang menderita yang percaya kepadamu.
Bunda Maria dari Fatima,
berilah damai bagi dunia.
(Kutipan Doa Bunda Maria dari Fatima, Kardinal Patriarch, Lisbon, 31 November 1938)
LITANI MARIA FATIMA
Maria dari Fatima,
doakanlah negeri tercinta kami.
Maria dari Fatima,
kuduskanlah imam-imam kami.
Maria dari Fatima,
kuatkanlah iman Katolik kami.
Maria dari Fatima,
bimbing dan terangi pemerintah kami.
Maria dari Fatima,
sembuhkan orang sakit yang percaya kepadamu.
Maria dari Fatima,
bantulah orang yang memanggil pertolonganmu.
Maria dari Fatima,
bebaskan kami dari mara bahaya.
Maria dari Fatima,
bantulah kami menolak pencobaan.
Maria dari Fatima,
perolehkan bagi kami apa yang dengan cinta, kami mohonkan.
Maria dari Fatima,
tolonglah orang-orang yang kami kasihi
Maria dari Fatima,
bawalah iman yang benar kepada orang-orang yang dalam kesalahan.
Maria dari Fatima,
kuatkan kembali semangat kami.
Maria dari Fatima,
perolehkan pengampunan bagi kami atas bermacam-macam dosa dan penghinaan.
Maria dari Fatima,
bawalah semua orang ke kaki Kerahiman Ilahi.
Maria dari Fatima,
berilah damai bagi dunia.
O Maria semula jadi tak bercela, doakanlah kami yang berlindung kepadamu.
Hati Maria tak bernoda, doakanlah kami sekarang dan waktu kami mati.
Amin.
Marilah berdoa :
O Tuhan, kerahiman yang tak terbatas, penuhi hati kami dengan kepercayaan penuh kepada Bunda terkasihMu, yang kami puja dalam nama Maria Fatima, Ratu Rosario, dan berilah kami; dengan perantarannya yang berkuasa, segala rahmat ilahi dan duniawi, yang kami butuhkan, melalui Kristus Tuhan kami. Amin
=====
PROLOG
INILAH IBUMU...
“Lewat Maria, menjadi nampak bahwa Gereja bukanlah sekedar institusi belaka. Gereja adalah seorang pribadi. Ia adalah seorang wanita (woman). Ia adalah seorang ibu (mother). Ia sungguh hidup. Dan hanya menjadi seperti Maria, kita menjadi Gereja. Juga pada awal mulanya, Gereja tidak dibuat, tetapi dilahirkan. Ia dilahirkan ketika fiat’ muncul dari lubuk hati Maria. Inilah keinginan yang paling dalam dari Konsili : agar Gereja dibangun kembali di dalam hati kita, dan Maria telah menunjukkan jalannya” (Paus Emeritus Benediktus XVI)
Dalam konsistorum publik tanggal 20 April 2017 yang lalu, Tahta Suci Vatikan telah mengkonfirmasi bahwa dua "gembala cilik" dari Fàtima akan di Kanonisasi. Paus Fransiskus akan mengangkat Francisco dan Jacinta Marto menjadi santo dan santa, dimana mereka adalah dua "gembala suci" kepada siapa seorang “mother” sekaligus “woman” bernama Santa Maria menampakkan dirinya pada tahun 1917.
Kanonisasi ini sendiri dilangsungkan di Santuari Fàtima Portugal dalam Misa Kudus Pontifikal pada Perayaan 100 Tahun Penampakan Maria di Fatima tanggal 13 Mei, yang akan menjadi acara utama dari Peziarahan Bapa Suci Fransiskus ke Fatima itu.
Pada tanggal 13 Mei itu juga, di bawah kaki Bunda Maria Fátima, Sri Paus dan umat beriman dari berbagai bangsa berziarah dengan penuh pengharapan iman dan kasih untuk berdoa bersama bagi pertobatan. Gereja Katolik di seluruh dunia pun telah menyiapkan diri untuk merayakan Pesta Maria ini dengan kegiatan mendoakan novena, rosario Suci, seminar dan misa kudus.
Bunda Kita dari Fátima (Nossa Senhora de Fátima) yang secara resmi dikenal sebagai Bunda Rosario Kudus dari Fatima sendiri adalah sebuah gelar dari Gereja Katolik Roma untuk Bunda Maria berdasarkan pada penampakan yang dialami oleh tiga gembala cilik di Fátima. Tiga anak tersebut adalah Lúcia dos Santos dan sepupunya Jacinta dan Francisco Marto, yang di-kanonisasi oleh Paus Fransiskus pada Pesta SP Maria dari Fátima, Pelindung Portugal, 13 Mei 2017.
Lebih lanjut, bunda jelita yang bernama Maria ini memang sepenuh-hati dihormati secara istimewa dan sepenuh jiwa oleh umat Katolik dan Ortodoks serta dihormati oleh umat Protestan sebagai Perawan yang melahirkan Yesus Kristus. Ia juga diakui dan sangat dihormati dalam Islam sebagai “wanita” sekaligus “ibu” yang mulia dalam tradisi Yudaisme, walau mereka tidak mengakui Anaknya sebagai Mesias.
Pastinya, aneka-ria sembah bakti dalam rupa devosi kepada Bunda Maria tak terhitung jumlahnya, demikian pula pelbagai legenda bestari tentangnya selama berabad-abad. Ia telah menampakkan diri kepada ribuan orang beriman di seluruh dunia, dan para devosan mengaitkan beragam keajaiban dan kuasa yang telah terjadi berkat perantaraannya. Ia juga telah mengilhami begitu banyak seniwan-seniwati: pemahat, dramawan, penyair, dan musisi dalam pelbagai karya seni dengan pelbagai tekstur, kontur dan gesture-nya .
Di lain matra, para penginjil hanya sedikit memberikan rincian tentang kehidupan dan kepribadiannya. Dalam beberapa buku yang saya catat-ketat dengan tema besar seputar “Maria” sejak tahun 2007, saya melihat dan mengingat kembali bahwa dari kebanyakan tulisan Perjanjian Baru, Maria memang hampir tidak disebut. Hanya ada beberapa teks biblis yang menyinggung tentang Maria antara lain:
a. Galatia 4:4 :
Maria diakui sebagai ibu Yesus, yang melahirkanNya secara fisik.
b. Kisah Para Rasul 1:14 :
Mereka bertekun dalam doa bersama Maria, ibu Yesus, dan bersama beberapa perempuan lain.
c. Wahyu 12 :
Dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan, ia berteriak kesakitan.
d. Yohanes 2: 1-12 :
Maria, Ibu Yesus menyertai Yesus. Ia ada dalam perkawinan di Kana.
e. Yohanes 19:25-27:
Ia juga berdiri di bawah salib Yesus, puteranya.
f. Markus 3:20-21 :
Kaum keluarga datang hendak mengambil Yesus.
g. Matius 1 dan 2:
Kisah masa kanak-kanak Yesus (Bdk. Lukas 1 dan 2).
Pendek kata:
Dari teks Perjanjian Baru, sedikit saja informasi dan historiografi tentang Maria, tapi indahnya adalah kontribusi dan partisipasi Maria ditampilkan sebagai “alpha et omega”, yakni pada awal (saat pernikahan di Kana yang penuh sukacita) maupun pada akhir pelayanan Yesus (saat peristiwa di Golgota yang penuh dukacita).
Mengacu dari teks aslinya: Pada awal pelayananNya, yaitu peristiwa sukacita di Kana, Yohanes menulis bahwa Yesus memanggil ibu-Nya (“mother”), dengan sebutan ”woman” (Yoh 2:4: ”Mau apakah engkau daripadaKu, wanita? ”); Pada akhir pelayanan-Nya, yaitu peristiwa dukacita di Golgota, Yesus sekali lagi menyebut ibu-Nya (“mother”) dengan ”woman” (Yoh 19:25: ”Wanita, inilah anakmu!”).
Sebutan ”wanita” ini merujuk pada peran ke”ibu”an rohani dari Maria. Artinya, dengan menyebut bunda-Nya (mother) sebagai ”wanita” (woman), Yesus memberikan Bunda-Nya sebagai ibu rohani para murid-Nya.
Penginjil Yohanes juga hendak menunjukkan bahwa Ibu Yesus adalah ”wanita” yang dirujuk oleh Kejadian 3:15, yang akan mengadakan permusuhan dengan setan. Ibu Maria itulah “Hawa Baru”. Demikian pula, Ibu Maria adalah wanita yang dimaksudkan Yohanes dalam kitab Wahyu 12:1-6, ketika berbicara tentang wanita dan naga.
Ya, walaupun teks-teks Perjanjian Baru, memang tidak terlalu banyak menginformasikan tentang Maria, sebagai “mother” sekaligus “woman”. Tapi misteri kelahiran Anaknya dan harapan tak terbendung yang lahir pada awal iman kristiani telah mengilhami sejumlah teks yang kaya dengan detail cerita yang telah diyakini sejak lama oleh umat beriman.
Uniknya, devosi kepada Maria yang adalah “mother” sekaligus “woman” di masa awal kristiani dengan cepat-pesat “dolan-dolin” dan “wara-wiri” menyatu-padu serta bercampur-baur dengan penghargaan kultural kepada dewa perempuan kuno klasik. Diambil dari tradisi kuno, ritual populer, aneka dogma gereja Katolik dan Ortodoks, dan banyaknya penampakan atau fenomena ajaib, kultur dan kultus seputar Maria telah memberikan pengaruh penting ke dalam budaya kekristenan di dunia saat ini.
Dari situlah kita bisa menangkap banyak tentang hidup Maria sebagai teladan sikap orang beriman terhadap Allah: Maria sebagai penyambut sabda dan karya Allah, Maria sebagai hamba Tuhan, Maria sebagai figur kerendahan hati, Maria sebagai pendoa – pembela dan perantara dan pelbagai gelar yang melekat dekat pada Maria, sang “mother” sekaligus “woman” ini.
Nah, untuk itulah buku “Mary: Woman and Mother” – “Memoar 100 Tahun Fatima” ini ikut dihadirkan.
Inilah salah satu sketsa historis dan teologis sederhana yang semoga bisa ikut memperkarya, yang secara khusus berisi tentang pelbagai kisah-kasih seputar wanita sekaligus bunda bernama “Maria Fatima” dalam rangka syukur “gaudium”, atas perayaan 100 tahun penampakan Bunda Maria di Fatima, dengan segala carut marut kasih dan ruwet renteng kisahnya, yang pastinya "iluminata et illuminatrix”, cerah dan mencerahkan karena sejarah hidup bukanlah melulu sekedar narasi masa lalu (historie), tapi lebih sebagai sesuatu yang hidup (geschichte) bagi mekar-kembang dan kekar-tumbuhnya harapan iman dan kasih di taman bunga setiap pribadi.
Per Mariam ad Jesum!
“Burung tekukur di Taman Ria – Kita bersyukur punya Bunda Maria”
====
EPILOG
ADMIRANDA ET AMANDA
Inilah salah satu dari pelbagai keutamaan yang saya berikan kepada seorang “woman” sekaligus “mother” bernama Maria yang kerap berjubah biru dalam wajah pasrah-haru. Ia sungguh “dikagumi” (admiranda) sekaligus “dicintai” (amanda): O clemens, o pia, o dulcis Virgo Maria. Ia Perawan yang rahim, penuh belas kasihan dan manis.
“Bunda Maria Fatima”, seorang “woman” sekaligus “mother”, yang dalam buku ini disebut dengan gelarnya sebagai “Ratu Rosario”, senantiasa hadir untuk mengiringi perjalanan Gereja dengan segala ruwet rentengnya.
Ya, Bunda Maria yang dikagumi sekaligus dicintai adalah nama yang saat disebutkan tak mengenal akhir, de Maria numquam satis! Lebih dari dibicarakan, melainkan diteladani, diikuti, di-eja wantah-kan, dibumikan secara aktual saat ini atau sampai nanti saat Putranya datang lagi. Bunda Maria adalah segalanya, dan segala kekatolikan terkait dengan Bunda Maria. O Sancta simplicitas!
Adapun buku “Mary: Woman and Mother” – “Memoar 100 Tahun Fatima” ini merupakan sebuah persembahan sederhana untuk Bunda Maria yang seabad lalu berkenan hadir di bumi Fatima, yang hadirnya “tremendum et fascinosum” – menggentarkan sekaligus menggetarkan karena selalu “turun tangan” meneguh-kokohkan carut marut dan ruwet renteng perjalanan hidup banyak orang, termasuk saya sebagai seorang imam muda di sebuah negeri kaya raya bernama Indonesia.
Lewat buku sederhana “Mary: Woman and Mother” – “Memoar 100 Tahun Fatima” inilah, saya juga ingin mengajak semua orang beriman yang kadang berbeda kadar dan radar, untuk semakin yakin ber-“tribute” kepada Maria Fatima, walaupun memang tak akan pernah cukup adanya.
Dalam kata-kata Abbas Francone: “puji-pujian kepada Maria merupakan suatu sumber yang tak habis-habisnya: semakin diperluas semakin penuh, dan semakin engkau mengisinya semakin terlebih lagi ia diperluas” (“Laus Mariae fons est indeficiens, qui, quanto longius extenditur, tanto amplius impletur, et quanto amplius impletur, tanto latius dilatatur.”).
Pastinya, Bunda Maria memang hanya mempunyai satu gagasan. Satu-satunya gagasan, sederhana tapi luhur tiada hingganya, yaitu: Maria selalu “memikirkan” Tuhan: Ia “memikirkan Tuhan” lewat Yesus, dan ia juga memikirkan Tuhan dalam dan bersama Yesus. Lewat jalan biasa inilah, tanpa mukjizat dan tanpa ekstase, Maria telah berjalan untuk memandu kita menuju surga.
Akhir kata, semoga dengan hadirnya sintesa sederhana tentang dan bersama Bunda Maria Fatima dalam buku “Mary: Woman and Mother” – “Memoar 100 Tahun Fatima” ini, kita bisa semakin disadarkan sekaligus disandarkan untuk selalu menempatkan diri sebagai anak yang membutuhkan “woman” sekaligus “mother” (Bunda, Ibu, Umi, Nyokap, Jw: simbok, Ing: mom, Lat: mater, madre).
“Dari Samaria ke Sukabumi – Bunda Maria, doakanlah kami.”
G.
“Legenda St. Galgano dan pedang di dalam batu.”
St. Galgano (1148 – 3 December 1181) adalah orang kudus dari Tuscany, Italy.
Dikatakan, ia adalah seorang ksatria yang tidak biasa, ia tak terkalahkan, jahat, bengis, dan penuh nafsu.
Pada suatu hari, Malaikat Agung Michael menampakkan diri kepadanya, memintanya untuk bertobat dan meninggalkan cara hidupnya yang lama.
Galgano bersedia dan memutuskan untuk menjadi pertapa dan mengatakan akan tinggal di gua walau dia diejek oleh teman dan saudara-saudaranya atas keputusannya itu.
Dionisia, ibunya, meyakinkannya untuk mengenakan jubah kehormatannya saat berangkat dan memintanya untuk setidaknya melakukan kunjungan terakhir kepada tunangannya.
Dalam perjalanan, kudanya tiba-tiba memekik berhenti dan dia terjatuh.
Ia merasa seolah diangkat berdiri dan mendengar suara malaikat yang memberi suatu dorongan yang tak dapat ditolak untuk pergi ke Monte Siepi, sebuah bukit terjal di bawah Chiusdino.
Sampai di sana, ia mendapat penglihatan sebuah kuil bundar di atas bukit, dengan Yesus dan Maria ada di situ bersama dengan para Rasul.
Suara itu menyuruhnya mendaki bukit, dan penglihatan itu memudar.
Ketika ia tiba di atas, suara itu berbicara lagi, memintanya untuk secara total meninggalkan kesenangan duniawi.
Galgano menanggapi dengan mengatakan bahwa meskipun melepaskan kesenangan duniawi terdengar bagus, tapi melakukannya tidaklah "semudah menggunakan pedangnya untuk membelah batu".
Untuk membuktikan ucapannya, dia menarik senjatanya dan menusukkannya ke sebuah batu, dengan yakin bahwa pedang itu pasti akan patah.
Namun yang terjadi, pedangnya menembus dengan mudah ke dalam batu sampai ke gagangnya, seolah-olah batu itu meleleh seperti mentega, namun pedangnya lalu tak dapat dicabut lagi.
Galgano, yang terkesima dan mendapat pesan yang jelas dari kejadian itu, kemudian tidak pernah meninggalkan bukit itu lagi.
Ia tinggal di sana,
sang ksatria menjadi pertapa,
dan pedangnya menjadi salib.
Batu yang tertembus pedang menjadi altarnya untuk berdoa.
Orang-orang pada zamannya mengatakan, bahwa meskipun hidup dalam kesederhanaan, ia ditemani binatang-binatang liar, dan para petani setempat sering datang untuk berbicara dan meminta nasihatnya.
Galgano juga pernah menghadapi Iblis, dalam rupa seorang biarawan yang bermaksud untuk membunuhnya; namun serigala yang tinggal bersama Galgano membunuh orang itu dan menggerogoti tulangnya.
Hidup pertapaan Galgano ternyata singkat; karena setahun kemudian, dia meninggal.
Ketika Galgano meninggal, pemakamannya menjadi suatu acara besar, yang dihadiri oleh para uskup dan tiga Abbas Cistercian.
Pada tahun berikutnya, Uskup Volterra memberikan daerah Monte Siepi kepada para biarawan Cistercians, dan mereka membangun sebuah kapel di bekas tempat tinggal Galgano pada tahun 1185 (yaitu pada tahun Galgano dikanonisasi).
Yang menakjubkan adalah, setelah kematiannya, kulit kepalanya terus menumbuhkan rambut ikal pirang untuk jangka waktu yang lama.
Kepala yang ajaib lalu itu ditempatkan di satu sisi kapel, dan tulang lengan orang jahat yang dikunyah serigala ditempatkan di sisi lain.
Dengan segera, para peziarah berdatangan dengan sangat banyak dan tak tertampung sehingga para rahib Cistercian kemudian membangun sebuah bangunan lain di dekatnya, sebuah gedung bergaya Gothic yang sangat indah yang dikenal dengan nama San Galgano Abbey.
Biara tersebut dengan cepat menjadi kuat dan dihormati, namun kemudian mengalami kemunduran pada abad berikutnya dikarenakan pada masa itu banyak rahib Cistersian yang beralih menjadi Agustinian, dan juga dipindah-pindah ke tempat lain.
Dengan ketiadaan kehadiran para rahib, lama kelamaan biara tersebut terbengkalai dan dijarah/dieksploitasi oleh tuan tanah setempat.
Mereka menjual isinya dan bangunan tersebut terbengkalai selama beberapa abad.
Dikatakan, pada akhir abad ke-14, hanya tersisa satu rahib saja di sana, pun ditemukan dalam keadaan compang-camping.
Paus kemudian mengambil alih biara tersebut pada awal tahun 1700.
Bangunan biara yang sudah tidak beratap tersebut kemudian direstorasi pada tahun 1900-an, mempertahankan bentuknya yang indah dari model abad pertengahan dan walau kini hanya tersisa tembok-tembok luarnya saja namun masih menjadi suatu bangunan megah di tengah lembah yang indah.
Kapel bekas tempat tinggal San Galgano juga dipulihkan, dan hingga kini masih dapat dilihat pedang di batu dan tulang lengan bawah yang tergigit (kepala Galgano sekarang ditempatkan di Chiusdino).
Mengenai pedang di dalam batu itu sendiri,
selama ini banyak yang mengatakan kalau pedang di San Galgano Abbey ini palsu, namun suatu penelitian yang dilakukan para peneliti dari University of Pavia pada tahun 2001 membuktikan bahwa pedang ini berasal dari periode yang sama dengan masa hidup San Galgano :
"Melakukan penanggalan pada logam adalah tugas yang sangat sulit, tapi kami dapat mengatakan kalau komposisi logam dan modelnya cocok dengan era legenda tersebut berasal”.
Kini, sisa-sisa bangunan San Galgano Abbey yang unik dan indah banyak dikunjungi wisatawan, dan di sana sering diadakan pertunjukan-pertunjukan opera dan seni lain, di bawah langit dan bintang yang menambah daya tariknya.
HARAPAN IMAN KASIH.
Kamis, 19 Juli 2018
Hari Biasa Pekan XV
Yesaya (26:7-9.12.16-19)
(Mzm 102:13-14ab.15.16-18.19-21)
Matius (11:28-30)
"Christus Omnibus - Kristus menjadi segalanya."
Bersamaan dengan marak dimulainya “Era Kerahiman Ilahi” sejak tiga tahun lalu, kita disadarkan dan disandarkan untuk menjadikan Kristus – “Sang Wajah Kerahiman/Misericordiae Vultus” di dalam segalanya: dalam suka duka dan pahit getir kehidupan kita.
Adapun 3 ajakan dasar Sang Wajah Kerahiman”, antara lain:
1. Datang kepada Tuhan:
“Datanglah kepadaKu, kalian semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberikan kelegaan kepadamu. Ia mengajak kita untuk datang kepadaNya dalam hidup doa dan harian kita.
2. Pikullah salib Tuhan:
"Pikullah kuk yang Kupasang. Kuk bisa berarti beban, yang dalam iman bisa berarti "salib". Kita diajak untuk setia memikul salib, sebuah jalan iman menuju kebangkitan.
Hal ini didasari oleh pernyataan iman yang kerap saya daraskan ketika menyambut komuni: "Tuhan bila salib menimpa kami maka hancurlah kami tapi bila Engkau yang datang bersama salib, Engkaulah yang setia memeluk kami."
Pastinya, dengan memikul kuk-Nya, kita membiarkan Dia memikul beban kita bersama kita. Tak ada satu beban pun yang terlalu berat ketika kita memikul kuk bersama Yesus. Ia turut memikul beban kita dan memberi kita kekuatan untuk menempuh jalan kasihNya.
3. Belajarlah dari Tuhan:
"Belajarlah padaKu, karena Aku lemah-lembut dan rendah hati. Ia mengajak kita menjadi "homo studentes", manusia yang terus belajar menjadi muridNya, lewat “KUD” - Karya Ucapan dan Doa kita sehingga Tuhan sungguh lahir dan hidup di "Betlehem" kita masing-masing.
Ya, dengan trilogi iman: "datang kepadaNya, memikul salibNya dan belajar daripadaNya", kita diajak untuk menanggapi undanganNya dan menjadi hambaNya serta menaati petunjukNya, yang akan membebaskan kita dari semua beban yang tidak dapat kita atasi dan memberikan "perhentian": kedamaian dan Roh KudusNya untuk menuntun kita dalam kehidupan ini.
"Dari Efesus ke Kelimutu - Tuhan Yesus adalah andalanku!"
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
Berpikir yang baik,
Berbicara yang baik,
Melakukan yang baik.
Ketiga hal ini, dengan rahmat Tuhan, akan membawa manusia sampai ke surga.
A.
"Per aspera ad astra - Dengan bekerja keras menggapai bintang-bintang."
Inilah pepatah latin yang saya tulis di cover belakang buku dan slide show tentang Walikota Solo dengan "Spirit Of Loving Others"-nya ("FX-Sketsa Walikota Surakarta", 2014).
Hal ini mengindikasikan adanya sebuah usaha/perjuangan yang terus menerus untuk mencapai sebuah "keberhasilan".
Mengacu pada bacaan injil hari ini, kitapun juga diajak "bekerja keras" supaya bisa/berhasil mencapai "bintang", yakni Yesus sendiri.
Adapun tiga jalan "kerja keras" yang diwartakan Yesus, antara lain:
1."Datanglah kepadaKu":
Ia mengajak kita mempunyai "daya juang" untuk selalu datang dan membawa semua pergulat-geliatan, suka-duka, tawa-tangis kita kepadaNya.
2."Pikullah kuk yang Kupasang":
Ia mengajak kita mempunyai "daya tahan", tetap tegar dan bertahan uji memikul setiap kuk/beban/salib kehidupan harian kita dengan sukacita.
Dengan kata lain:
Kita diajak bersyukur karena boleh ikut merasakan dan mengalami misteri salibnya Tuhan.
3."Belajarlah daripadaKu":
Ia mengajak kita menjadi "homo studentes", manusia pembelajar yang selalu berjuang untuk mengikuti jejak ilahi dengan dua sikap dasar, yakni lemah lembut dan rendah hati dalam setiap hidup harian kita.
Selain itu, Ia mengajak kita terus belajar untuk mempunyai "daya pikat" karena selalu mau untuk terus belajar menjadi "imago dei-citra/cerminan ilahi" bagi sesama lewat setiap karya, ucapan dan doa kita setiap harinya.
Sudahkah kita mempunyai "daya juang-daya tahan dan daya pikat"?
"Dari Cawang ke Pati - Mari kita trus berjuang dengan sepenuh hati."
B.
“Ask for His mercy – Mintalah belas kasihanNya!”
Inilah salah satu salam iman dalam devosi kerahiman ilahi.
Adapun hari ini, Yesus sang Raja Kerahiman juga menyatakan ajakannya dengan tiga pilar undangannya, antara lain:
1. "Datanglah kepadaKu"
2. "Pikullah kuk yang Kupasang”
3. ”Belajarlah daripadaKu”
Undangan Yesus yang begitu manis ditujukan kepada kita semua, terlebih yang "letih lesu dan berbeban berat" oleh persoalan hidup serta beban dosa.
Dengan datang kepadaNya, memikul salibNya serta belajar menjadi hamba-Nya dengan menaati petunjuk-Nya, maka Ia akan membebaskan kita semua dari semua beban kehidupan lewat bantuan rahmat dan kasih karunia-Nya (lih. Ibr 4:16).
Ya, sama seperti dahulu bangsa Yahudi menerima pertolongan Tuhan, demikianlah kini kita-pun dapat memperoleh pertolongan-Nya, asalkan kita mau setia datang kepada-Nya, memikul salibNya dan mau mengikuti semua perintah-Nya.
Dengan kesetiaan kita mengikuti hukum dan perintah Kristus dan memohon belas kasihan-Nya, kita akan memperoleh pertolongan dan kelegaan, sehingga apapun yang kita hadapi akan menjadi lebih ringan bukan?
"Tentara Kopassus cari sikat - Bersama Yesus semua mjd berkat."
C.
"Venite - Datanglah!"
Inilah undangan Yesus sebagai Juruselamat, yang ditujukan kepada semua orang yang "letih lesu dan berbeban berat" oleh persoalan hidup serta beban dosa mereka sendiri.
Dengan trilogi iman: "datang kepadaNya, memikul salibNya dan belajar daripadaNya", kita diajak untuk menanggapi undanganNya dan menjadi hambaNya serta menaati petunjukNya, yg akan membebaskan kita dari semua beban yang tidak dapat kita atasi dan memberikan "perhentian": kedamaian dan Roh KudusNya untuk menuntun kita dalam kehidupan ini.
Segala pencobaan dan persoalan hidup kita dapat ditanggung dengan bantuan dan kasih karuniaNya (Ibr 4:16). Demikianlah di dalam Injil, Yesus mengajarkan kepada kita, agar kita memikul kuk yang dipasangkanNya atas kita, bersama dengan Dia.
Kuk ini bisa diartikan sebagai hukum yang baru, yang diberikan oleh Yesus kepada kita ataupun sebagai beban hidup akibat dosa kita manusia, yang kita alami atas izin Tuhan.
Tuhan mengajarkan kita agar kita memikul beban kuk ini bersamaNya agar kita beroleh kelegaan. Sebab sama seperti dahulu bangsa Yahudi menerima pertolongan Tuhan, demikianlah kini kitapun dapat memperoleh pertolonganNya, asalkan kita mau datang kepada-Nya, dan mau mengikuti semua perintah-Nya.
Dengan kesetiaan kita mengikuti hukum dan perintah Kristus, dan memohon belas kasihanNya, kita akan memperoleh pertolongan dan kelegaan, sehingga apapun yang kita hadapi akan menjadi lebih ringan, bukan?
"Dari Efesus ke Kelimutu - Tuhan Yesus adalah andalanku!"
D.
Kutipan Teks Misa:
“Mereka yang berdoa tidak pernah kehilangan harapan, bahkan ketika mereka menemukan diri mereka dalam keadaan yang sulit dan tak berpengharapan secara manusiawi.” (Paus Benediktus XVI)
Antifon Pembuka (Yes 26:7.9)
Ya Tuhan, Engkau merintis jalan lurus bagi orang benar. Dengan segenap hati aku merindukan Dikau waktu malam, dengan sepenuh hati pula aku mencari Engkau waktu pagi.
Doa Pembuka
Allah Bapa yang Mahakuasa, ketika manusia menderita, Engkaulah yang menyampaikan sabda pembebasan serta pengharapan melalui Yesus Putra-Mu. Semoga kami dapat mengalami dan menikmati pemeliharaan-Mu yang besar dalam segala usaha kami. Dengan pengantaraan Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Kidung pujian yang akan dinyanyikan oleh orang Israel di tanah Yudea adalah tanda pertobatan mereka dari dosa dan ketidakadilan. Pertobatan itu perlu dirayakan. Hidup yang ditandai dengan pertobatan adalah sebuah perayaan.
Bacaan dari Kitab Yesaya (26:7-9.12.16-19)
"Hai kalian yang sudah dikubur dalam tanah, bangkitlah dan bersorak-sorailah."
Pada suatu waktu kidung berikut akan dinyanyikan di tanah Yehuda, “Ya Tuhan, Engkau merintis jalan lurus bagi orang benar. Kami juga menanti-nantikan saat Engkau menjalankan penghakiman. Kesukaan kami ialah menyebut nama-Mu dan mengingat Engkau. Dengan segenap jiwa aku merindukan Dikau pada waktu malam, dan dengan sepenuh hati aku mencari Engkau pada waktu pagi. Sebab apabila Engkau datang menghakimi bumi, maka penduduk dunia akan belajar apa yang benar. Ya Tuhan, Engkau akan menyediakan damai sejahtera bagi kami, sebab segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah yang melakukannya bagi kami. Ya Tuhan, dalam kesesakan mereka mencari Engkau. Ketika hajaran-Mu menimpa mereka, mereka mengeluh dalam doa. Seperti wanita yang mengandung dan sudah dekat waktunya melahirkan, menggeliat sakit dan mengerang karena sakit beranak, demikianlah tadinya keadaan kami di hadapan-Mu, ya Tuhan. Kami mengandung, kami menggeliat sakit, tetapi seakan-akan hanya melahirkan angin. Kami tidak dapat mengadakan keselamatan di bumi, dan tiada lahir penduduk dunia. Ya Tuhan, orang-orang-Mu yang telah mati akan hidup kembali, mayat-mayat mereka akan bangkit lagi. Hai kalian yang sudah dikubur dalam tanah, bangkit dan bersorak sorailah! Sebab embun Tuhan ialah embun terang dan bumi akan melahirkan arwah kembali.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan memandang ke bumi dari surga.
Ayat. (Mzm 102:13-14ab.15.16-18.19-21)
1. Engkau, ya Tuhan, bersemayam untuk selama-lamanya, dan nama-Mu lestari turun temurun. Engkau sendiri akan bangun, akan menyayangi Sion, sebab sudah waktunya untuk mengasihaninya. Sebab hamba-hamba-Mu sayang kepada batu-batunya, dan merasa kasihan akan debunya.
2. Maka bangsa-bangsa menjadi takut akan nama Tuhan, dan semua raja bumi menyegani kemuliaan-Mu, bila Engkau sudah membangun Sion, dan menampakkan diri dalam kemuliaan-Mu, bila Engkau mendengarkan doa orang-orang papa, dan tidak memandang hina doa mereka.
3. Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian, dan bangsa yang diciptakan nanti akan memuji-muji Tuhan, sebab Ia telah memandang dari tempat-Nya yang kudus. Tuhan memandang dari surga ke bumi, untuk mendengarkan keluhan orang tahanan, dan membebaskan orang-orang yang ditentukan harus mati.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Mat 11:28)
Datanglah kepada-Ku, kalian yang letih dan berbeban berat. Aku akan memberikan kelegaan kepadamu.
Yesus mengundang semua orang yang lelah dan letih untuk datang kepada-Nya. Di dalam Yesus, ada ketenangan dan kelegaan. Datanglah kepada-Nya dan penuhi undangan-Nya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (11:28-30)
"Aku ini lemah lembut dan rendah hati."
Sekali peristiwa bersabdalah Yesus, “Datanglah kepada-Ku, kalian semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberikan kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, sebab Aku ini lemah lembut dan rendah hati. Maka hatimu akan mendapat ketenangan. Sebab enaklah kuk yang Kupasang, dan ringanlah beban-Ku.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
"Kesukaan kami ialah menyebut nama-Mu dan mengingat Engkau," kata orang-orang di tanah Yehuda. Ungkapan ini mau mengingatkan kita semua bahwa hendaknya Tuhan menjadi yang utama di hati kita. Dengan demikian, ketika dalam hidup kita mengalami keletihan dan kelesuan, kita pun akhirnya datang dan kembali kepada Tuhan, karena yakin bahwa Tuhan akan memberikan kelegaan. Siapakah yang senantiasa kita ingat? Siapakah yang selalu ada dalam hati kita? "Allah saja cukup," kata Santa Teresia dari Avila.
Doa Malam
Allah Bapa Maha Penyayang, Engkau menghendaki kami mengangkat beban kami, yaitu beban cinta kasih dengan penuh harapan. Kami mohon, semoga dengan demikian dunia menjadi lebih baik sesuai dengan rencana-Mu pada awal mula. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
E.
MADAH HARIAN PAGI
(Kamis, 19 Juli 2018)
Bapa penguasa waktu
Lihat kini fajar baru
Mulai memancarkan sinar
Lambang cahaya yang benar.
Rahmat baru ditawarkan
Terselubung kejadian
Yang menyampaikan undangan
Untuk berbakti berkurban.
Kami sambut kesempatan
Melayani Kristus Tuhan
Yang hadir dalam sesama
Tersembunyi namun nyata.
S’moga pengabdian kami
Dijiwai Roh ilahi
Dijadikan karya Putra
Demi kemulyaan Bapa. Amin.
DOA
Allah, yang kekal dan kuasa, terangilah kiranya bangsa-bangsa yang meringkuk dalam kegelapan maut. Sinarilah mereka dengan terang cahaya-Mu, yang telah terbit laksana fajar cemerlang, yaitu Yesus Kristus, Putera-Mu dan pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin.
F.
BUKU "MARY : WOMAN & MOTHER - MEMOAR 100TH FATIMA" (RJK)
Buku tentang Maria ini amat sangat berharga untuk merenungkan misteri Tuhan melalui misteri Maria. - AYU UTAMI, Novelis (Pada Mulanya adalah Kesaksian)
Bunda Maria adalah nama yang saat disebutkan tak mengenal akhir, de Maria numquam satis. - ARSWENDO ATMOWILOTO, Budayawan (Kalau kalian belum bisa menangis…..)
Ini memperkaya wawasan saya dalam menempatkan diri sebagai anak yang membutuhkan ibu. Selalu. Berkah Dalem. - MAYONG SURYO LAKSONO, Wartawan (Maria: Dengan Logika Sederhana)
Bunda Maria adalah tokoh dan teladan iman dalam kesederhanaan, tapi pada saat yang sama pola hidup konsumerisme dan obsesi belanja secara extravagant tampil begitu telanjang pada saat orang berziarah pada Bunda Maria. - DR GREG SOETOMO, SJ. Rohaniwan & Islamolog (”Bunda Maria dan Kebudayaan Kita”)
Baca buku ini untuk terus menimba kekayaan rohani dalam berdevosi kepada Maria! - DR SURIP STANISLAUS OFMCap. Lembaga Biblika Indonesia (“Beriman Bersama Maria”)
Buku ini dapat menjadi antidote terhadap godaan dunia gemerlap. Mudah-mudahan buku Romo Jost Kokoh mengokohkan kaum muda untuk semakin joss menghormati ibu, saudari, teman dan kekasih perempuannya, sebagaimana Yesus menghormati para perempuan yang begitu besar andilnya dalam karya penebusanNya. – DR GEORGE ADITJONDRO. Dosen Neo Marxisme (“O sancta simplicitas”)
Bunda Maria dari Fatima,
sembuhkanlah orang-orang sakit yang berlindung kepadamu.
Bunda Maria dari Fatima,
hiburlah orang-orang menderita yang percaya kepadamu.
Bunda Maria dari Fatima,
berilah damai bagi dunia.
(Kutipan Doa Bunda Maria dari Fatima, Kardinal Patriarch, Lisbon, 31 November 1938)
LITANI MARIA FATIMA
Maria dari Fatima,
doakanlah negeri tercinta kami.
Maria dari Fatima,
kuduskanlah imam-imam kami.
Maria dari Fatima,
kuatkanlah iman Katolik kami.
Maria dari Fatima,
bimbing dan terangi pemerintah kami.
Maria dari Fatima,
sembuhkan orang sakit yang percaya kepadamu.
Maria dari Fatima,
bantulah orang yang memanggil pertolonganmu.
Maria dari Fatima,
bebaskan kami dari mara bahaya.
Maria dari Fatima,
bantulah kami menolak pencobaan.
Maria dari Fatima,
perolehkan bagi kami apa yang dengan cinta, kami mohonkan.
Maria dari Fatima,
tolonglah orang-orang yang kami kasihi
Maria dari Fatima,
bawalah iman yang benar kepada orang-orang yang dalam kesalahan.
Maria dari Fatima,
kuatkan kembali semangat kami.
Maria dari Fatima,
perolehkan pengampunan bagi kami atas bermacam-macam dosa dan penghinaan.
Maria dari Fatima,
bawalah semua orang ke kaki Kerahiman Ilahi.
Maria dari Fatima,
berilah damai bagi dunia.
O Maria semula jadi tak bercela, doakanlah kami yang berlindung kepadamu.
Hati Maria tak bernoda, doakanlah kami sekarang dan waktu kami mati.
Amin.
Marilah berdoa :
O Tuhan, kerahiman yang tak terbatas, penuhi hati kami dengan kepercayaan penuh kepada Bunda terkasihMu, yang kami puja dalam nama Maria Fatima, Ratu Rosario, dan berilah kami; dengan perantarannya yang berkuasa, segala rahmat ilahi dan duniawi, yang kami butuhkan, melalui Kristus Tuhan kami. Amin
=====
PROLOG
INILAH IBUMU...
“Lewat Maria, menjadi nampak bahwa Gereja bukanlah sekedar institusi belaka. Gereja adalah seorang pribadi. Ia adalah seorang wanita (woman). Ia adalah seorang ibu (mother). Ia sungguh hidup. Dan hanya menjadi seperti Maria, kita menjadi Gereja. Juga pada awal mulanya, Gereja tidak dibuat, tetapi dilahirkan. Ia dilahirkan ketika fiat’ muncul dari lubuk hati Maria. Inilah keinginan yang paling dalam dari Konsili : agar Gereja dibangun kembali di dalam hati kita, dan Maria telah menunjukkan jalannya” (Paus Emeritus Benediktus XVI)
Dalam konsistorum publik tanggal 20 April 2017 yang lalu, Tahta Suci Vatikan telah mengkonfirmasi bahwa dua "gembala cilik" dari Fàtima akan di Kanonisasi. Paus Fransiskus akan mengangkat Francisco dan Jacinta Marto menjadi santo dan santa, dimana mereka adalah dua "gembala suci" kepada siapa seorang “mother” sekaligus “woman” bernama Santa Maria menampakkan dirinya pada tahun 1917.
Kanonisasi ini sendiri dilangsungkan di Santuari Fàtima Portugal dalam Misa Kudus Pontifikal pada Perayaan 100 Tahun Penampakan Maria di Fatima tanggal 13 Mei, yang akan menjadi acara utama dari Peziarahan Bapa Suci Fransiskus ke Fatima itu.
Pada tanggal 13 Mei itu juga, di bawah kaki Bunda Maria Fátima, Sri Paus dan umat beriman dari berbagai bangsa berziarah dengan penuh pengharapan iman dan kasih untuk berdoa bersama bagi pertobatan. Gereja Katolik di seluruh dunia pun telah menyiapkan diri untuk merayakan Pesta Maria ini dengan kegiatan mendoakan novena, rosario Suci, seminar dan misa kudus.
Bunda Kita dari Fátima (Nossa Senhora de Fátima) yang secara resmi dikenal sebagai Bunda Rosario Kudus dari Fatima sendiri adalah sebuah gelar dari Gereja Katolik Roma untuk Bunda Maria berdasarkan pada penampakan yang dialami oleh tiga gembala cilik di Fátima. Tiga anak tersebut adalah Lúcia dos Santos dan sepupunya Jacinta dan Francisco Marto, yang di-kanonisasi oleh Paus Fransiskus pada Pesta SP Maria dari Fátima, Pelindung Portugal, 13 Mei 2017.
Lebih lanjut, bunda jelita yang bernama Maria ini memang sepenuh-hati dihormati secara istimewa dan sepenuh jiwa oleh umat Katolik dan Ortodoks serta dihormati oleh umat Protestan sebagai Perawan yang melahirkan Yesus Kristus. Ia juga diakui dan sangat dihormati dalam Islam sebagai “wanita” sekaligus “ibu” yang mulia dalam tradisi Yudaisme, walau mereka tidak mengakui Anaknya sebagai Mesias.
Pastinya, aneka-ria sembah bakti dalam rupa devosi kepada Bunda Maria tak terhitung jumlahnya, demikian pula pelbagai legenda bestari tentangnya selama berabad-abad. Ia telah menampakkan diri kepada ribuan orang beriman di seluruh dunia, dan para devosan mengaitkan beragam keajaiban dan kuasa yang telah terjadi berkat perantaraannya. Ia juga telah mengilhami begitu banyak seniwan-seniwati: pemahat, dramawan, penyair, dan musisi dalam pelbagai karya seni dengan pelbagai tekstur, kontur dan gesture-nya .
Di lain matra, para penginjil hanya sedikit memberikan rincian tentang kehidupan dan kepribadiannya. Dalam beberapa buku yang saya catat-ketat dengan tema besar seputar “Maria” sejak tahun 2007, saya melihat dan mengingat kembali bahwa dari kebanyakan tulisan Perjanjian Baru, Maria memang hampir tidak disebut. Hanya ada beberapa teks biblis yang menyinggung tentang Maria antara lain:
a. Galatia 4:4 :
Maria diakui sebagai ibu Yesus, yang melahirkanNya secara fisik.
b. Kisah Para Rasul 1:14 :
Mereka bertekun dalam doa bersama Maria, ibu Yesus, dan bersama beberapa perempuan lain.
c. Wahyu 12 :
Dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan, ia berteriak kesakitan.
d. Yohanes 2: 1-12 :
Maria, Ibu Yesus menyertai Yesus. Ia ada dalam perkawinan di Kana.
e. Yohanes 19:25-27:
Ia juga berdiri di bawah salib Yesus, puteranya.
f. Markus 3:20-21 :
Kaum keluarga datang hendak mengambil Yesus.
g. Matius 1 dan 2:
Kisah masa kanak-kanak Yesus (Bdk. Lukas 1 dan 2).
Pendek kata:
Dari teks Perjanjian Baru, sedikit saja informasi dan historiografi tentang Maria, tapi indahnya adalah kontribusi dan partisipasi Maria ditampilkan sebagai “alpha et omega”, yakni pada awal (saat pernikahan di Kana yang penuh sukacita) maupun pada akhir pelayanan Yesus (saat peristiwa di Golgota yang penuh dukacita).
Mengacu dari teks aslinya: Pada awal pelayananNya, yaitu peristiwa sukacita di Kana, Yohanes menulis bahwa Yesus memanggil ibu-Nya (“mother”), dengan sebutan ”woman” (Yoh 2:4: ”Mau apakah engkau daripadaKu, wanita? ”); Pada akhir pelayanan-Nya, yaitu peristiwa dukacita di Golgota, Yesus sekali lagi menyebut ibu-Nya (“mother”) dengan ”woman” (Yoh 19:25: ”Wanita, inilah anakmu!”).
Sebutan ”wanita” ini merujuk pada peran ke”ibu”an rohani dari Maria. Artinya, dengan menyebut bunda-Nya (mother) sebagai ”wanita” (woman), Yesus memberikan Bunda-Nya sebagai ibu rohani para murid-Nya.
Penginjil Yohanes juga hendak menunjukkan bahwa Ibu Yesus adalah ”wanita” yang dirujuk oleh Kejadian 3:15, yang akan mengadakan permusuhan dengan setan. Ibu Maria itulah “Hawa Baru”. Demikian pula, Ibu Maria adalah wanita yang dimaksudkan Yohanes dalam kitab Wahyu 12:1-6, ketika berbicara tentang wanita dan naga.
Ya, walaupun teks-teks Perjanjian Baru, memang tidak terlalu banyak menginformasikan tentang Maria, sebagai “mother” sekaligus “woman”. Tapi misteri kelahiran Anaknya dan harapan tak terbendung yang lahir pada awal iman kristiani telah mengilhami sejumlah teks yang kaya dengan detail cerita yang telah diyakini sejak lama oleh umat beriman.
Uniknya, devosi kepada Maria yang adalah “mother” sekaligus “woman” di masa awal kristiani dengan cepat-pesat “dolan-dolin” dan “wara-wiri” menyatu-padu serta bercampur-baur dengan penghargaan kultural kepada dewa perempuan kuno klasik. Diambil dari tradisi kuno, ritual populer, aneka dogma gereja Katolik dan Ortodoks, dan banyaknya penampakan atau fenomena ajaib, kultur dan kultus seputar Maria telah memberikan pengaruh penting ke dalam budaya kekristenan di dunia saat ini.
Dari situlah kita bisa menangkap banyak tentang hidup Maria sebagai teladan sikap orang beriman terhadap Allah: Maria sebagai penyambut sabda dan karya Allah, Maria sebagai hamba Tuhan, Maria sebagai figur kerendahan hati, Maria sebagai pendoa – pembela dan perantara dan pelbagai gelar yang melekat dekat pada Maria, sang “mother” sekaligus “woman” ini.
Nah, untuk itulah buku “Mary: Woman and Mother” – “Memoar 100 Tahun Fatima” ini ikut dihadirkan.
Inilah salah satu sketsa historis dan teologis sederhana yang semoga bisa ikut memperkarya, yang secara khusus berisi tentang pelbagai kisah-kasih seputar wanita sekaligus bunda bernama “Maria Fatima” dalam rangka syukur “gaudium”, atas perayaan 100 tahun penampakan Bunda Maria di Fatima, dengan segala carut marut kasih dan ruwet renteng kisahnya, yang pastinya "iluminata et illuminatrix”, cerah dan mencerahkan karena sejarah hidup bukanlah melulu sekedar narasi masa lalu (historie), tapi lebih sebagai sesuatu yang hidup (geschichte) bagi mekar-kembang dan kekar-tumbuhnya harapan iman dan kasih di taman bunga setiap pribadi.
Per Mariam ad Jesum!
“Burung tekukur di Taman Ria – Kita bersyukur punya Bunda Maria”
====
EPILOG
ADMIRANDA ET AMANDA
Inilah salah satu dari pelbagai keutamaan yang saya berikan kepada seorang “woman” sekaligus “mother” bernama Maria yang kerap berjubah biru dalam wajah pasrah-haru. Ia sungguh “dikagumi” (admiranda) sekaligus “dicintai” (amanda): O clemens, o pia, o dulcis Virgo Maria. Ia Perawan yang rahim, penuh belas kasihan dan manis.
“Bunda Maria Fatima”, seorang “woman” sekaligus “mother”, yang dalam buku ini disebut dengan gelarnya sebagai “Ratu Rosario”, senantiasa hadir untuk mengiringi perjalanan Gereja dengan segala ruwet rentengnya.
Ya, Bunda Maria yang dikagumi sekaligus dicintai adalah nama yang saat disebutkan tak mengenal akhir, de Maria numquam satis! Lebih dari dibicarakan, melainkan diteladani, diikuti, di-eja wantah-kan, dibumikan secara aktual saat ini atau sampai nanti saat Putranya datang lagi. Bunda Maria adalah segalanya, dan segala kekatolikan terkait dengan Bunda Maria. O Sancta simplicitas!
Adapun buku “Mary: Woman and Mother” – “Memoar 100 Tahun Fatima” ini merupakan sebuah persembahan sederhana untuk Bunda Maria yang seabad lalu berkenan hadir di bumi Fatima, yang hadirnya “tremendum et fascinosum” – menggentarkan sekaligus menggetarkan karena selalu “turun tangan” meneguh-kokohkan carut marut dan ruwet renteng perjalanan hidup banyak orang, termasuk saya sebagai seorang imam muda di sebuah negeri kaya raya bernama Indonesia.
Lewat buku sederhana “Mary: Woman and Mother” – “Memoar 100 Tahun Fatima” inilah, saya juga ingin mengajak semua orang beriman yang kadang berbeda kadar dan radar, untuk semakin yakin ber-“tribute” kepada Maria Fatima, walaupun memang tak akan pernah cukup adanya.
Dalam kata-kata Abbas Francone: “puji-pujian kepada Maria merupakan suatu sumber yang tak habis-habisnya: semakin diperluas semakin penuh, dan semakin engkau mengisinya semakin terlebih lagi ia diperluas” (“Laus Mariae fons est indeficiens, qui, quanto longius extenditur, tanto amplius impletur, et quanto amplius impletur, tanto latius dilatatur.”).
Pastinya, Bunda Maria memang hanya mempunyai satu gagasan. Satu-satunya gagasan, sederhana tapi luhur tiada hingganya, yaitu: Maria selalu “memikirkan” Tuhan: Ia “memikirkan Tuhan” lewat Yesus, dan ia juga memikirkan Tuhan dalam dan bersama Yesus. Lewat jalan biasa inilah, tanpa mukjizat dan tanpa ekstase, Maria telah berjalan untuk memandu kita menuju surga.
Akhir kata, semoga dengan hadirnya sintesa sederhana tentang dan bersama Bunda Maria Fatima dalam buku “Mary: Woman and Mother” – “Memoar 100 Tahun Fatima” ini, kita bisa semakin disadarkan sekaligus disandarkan untuk selalu menempatkan diri sebagai anak yang membutuhkan “woman” sekaligus “mother” (Bunda, Ibu, Umi, Nyokap, Jw: simbok, Ing: mom, Lat: mater, madre).
“Dari Samaria ke Sukabumi – Bunda Maria, doakanlah kami.”
G.
“Legenda St. Galgano dan pedang di dalam batu.”
St. Galgano (1148 – 3 December 1181) adalah orang kudus dari Tuscany, Italy.
Dikatakan, ia adalah seorang ksatria yang tidak biasa, ia tak terkalahkan, jahat, bengis, dan penuh nafsu.
Pada suatu hari, Malaikat Agung Michael menampakkan diri kepadanya, memintanya untuk bertobat dan meninggalkan cara hidupnya yang lama.
Galgano bersedia dan memutuskan untuk menjadi pertapa dan mengatakan akan tinggal di gua walau dia diejek oleh teman dan saudara-saudaranya atas keputusannya itu.
Dionisia, ibunya, meyakinkannya untuk mengenakan jubah kehormatannya saat berangkat dan memintanya untuk setidaknya melakukan kunjungan terakhir kepada tunangannya.
Dalam perjalanan, kudanya tiba-tiba memekik berhenti dan dia terjatuh.
Ia merasa seolah diangkat berdiri dan mendengar suara malaikat yang memberi suatu dorongan yang tak dapat ditolak untuk pergi ke Monte Siepi, sebuah bukit terjal di bawah Chiusdino.
Sampai di sana, ia mendapat penglihatan sebuah kuil bundar di atas bukit, dengan Yesus dan Maria ada di situ bersama dengan para Rasul.
Suara itu menyuruhnya mendaki bukit, dan penglihatan itu memudar.
Ketika ia tiba di atas, suara itu berbicara lagi, memintanya untuk secara total meninggalkan kesenangan duniawi.
Galgano menanggapi dengan mengatakan bahwa meskipun melepaskan kesenangan duniawi terdengar bagus, tapi melakukannya tidaklah "semudah menggunakan pedangnya untuk membelah batu".
Untuk membuktikan ucapannya, dia menarik senjatanya dan menusukkannya ke sebuah batu, dengan yakin bahwa pedang itu pasti akan patah.
Namun yang terjadi, pedangnya menembus dengan mudah ke dalam batu sampai ke gagangnya, seolah-olah batu itu meleleh seperti mentega, namun pedangnya lalu tak dapat dicabut lagi.
Galgano, yang terkesima dan mendapat pesan yang jelas dari kejadian itu, kemudian tidak pernah meninggalkan bukit itu lagi.
Ia tinggal di sana,
sang ksatria menjadi pertapa,
dan pedangnya menjadi salib.
Batu yang tertembus pedang menjadi altarnya untuk berdoa.
Orang-orang pada zamannya mengatakan, bahwa meskipun hidup dalam kesederhanaan, ia ditemani binatang-binatang liar, dan para petani setempat sering datang untuk berbicara dan meminta nasihatnya.
Galgano juga pernah menghadapi Iblis, dalam rupa seorang biarawan yang bermaksud untuk membunuhnya; namun serigala yang tinggal bersama Galgano membunuh orang itu dan menggerogoti tulangnya.
Hidup pertapaan Galgano ternyata singkat; karena setahun kemudian, dia meninggal.
Ketika Galgano meninggal, pemakamannya menjadi suatu acara besar, yang dihadiri oleh para uskup dan tiga Abbas Cistercian.
Pada tahun berikutnya, Uskup Volterra memberikan daerah Monte Siepi kepada para biarawan Cistercians, dan mereka membangun sebuah kapel di bekas tempat tinggal Galgano pada tahun 1185 (yaitu pada tahun Galgano dikanonisasi).
Yang menakjubkan adalah, setelah kematiannya, kulit kepalanya terus menumbuhkan rambut ikal pirang untuk jangka waktu yang lama.
Kepala yang ajaib lalu itu ditempatkan di satu sisi kapel, dan tulang lengan orang jahat yang dikunyah serigala ditempatkan di sisi lain.
Dengan segera, para peziarah berdatangan dengan sangat banyak dan tak tertampung sehingga para rahib Cistercian kemudian membangun sebuah bangunan lain di dekatnya, sebuah gedung bergaya Gothic yang sangat indah yang dikenal dengan nama San Galgano Abbey.
Biara tersebut dengan cepat menjadi kuat dan dihormati, namun kemudian mengalami kemunduran pada abad berikutnya dikarenakan pada masa itu banyak rahib Cistersian yang beralih menjadi Agustinian, dan juga dipindah-pindah ke tempat lain.
Dengan ketiadaan kehadiran para rahib, lama kelamaan biara tersebut terbengkalai dan dijarah/dieksploitasi oleh tuan tanah setempat.
Mereka menjual isinya dan bangunan tersebut terbengkalai selama beberapa abad.
Dikatakan, pada akhir abad ke-14, hanya tersisa satu rahib saja di sana, pun ditemukan dalam keadaan compang-camping.
Paus kemudian mengambil alih biara tersebut pada awal tahun 1700.
Bangunan biara yang sudah tidak beratap tersebut kemudian direstorasi pada tahun 1900-an, mempertahankan bentuknya yang indah dari model abad pertengahan dan walau kini hanya tersisa tembok-tembok luarnya saja namun masih menjadi suatu bangunan megah di tengah lembah yang indah.
Kapel bekas tempat tinggal San Galgano juga dipulihkan, dan hingga kini masih dapat dilihat pedang di batu dan tulang lengan bawah yang tergigit (kepala Galgano sekarang ditempatkan di Chiusdino).
Mengenai pedang di dalam batu itu sendiri,
selama ini banyak yang mengatakan kalau pedang di San Galgano Abbey ini palsu, namun suatu penelitian yang dilakukan para peneliti dari University of Pavia pada tahun 2001 membuktikan bahwa pedang ini berasal dari periode yang sama dengan masa hidup San Galgano :
"Melakukan penanggalan pada logam adalah tugas yang sangat sulit, tapi kami dapat mengatakan kalau komposisi logam dan modelnya cocok dengan era legenda tersebut berasal”.
Kini, sisa-sisa bangunan San Galgano Abbey yang unik dan indah banyak dikunjungi wisatawan, dan di sana sering diadakan pertunjukan-pertunjukan opera dan seni lain, di bawah langit dan bintang yang menambah daya tariknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar