HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Senin, 06 Agustus 2018
Pesta Yesus menampakkan kemuliaan-Nya
Daniel (7:9-10.13-14)
(Mzm 97:1-2.5-6.9; R: lih. 1a.9a)
2 Petrus (1:16-19)
Markus (9:2-10)
"Deus iluminatio mea - Tuhan adalah cahaya hidupku! "
Inilah motto kampus Oxford yang juga menjadi pesan hari ini ketika Yesus mengajak kita untuk menjadi "cahaya" ("CAri Tuhan-HAdapi cobaan-YAkini iman") dengan 3 sikap dasar, antara lain:
1."Berdoa":
Yesus mengajak Petrus-Yakobus dan Yohanes untuk naik dan menyepi di gunung Tabor. Ia mengajak kita berdoa dengan hening dan meneng, tidak larut dalam kesibukan harian tapi mau mengambil jarak untuk mendekat pada Yang Ilahi.
2."Bersyukur":
Di puncak Tabor sekarang, ada tiga bangunan menyatu padu, yakni satu gereja besar untuk Yesus dengan 2 kapel kecil untuk Musa dan Elia. Musa adalah Pemimpin Israel terbesar, yang membawa Israel menuju Tanah Terjanji serta menurunkan Hukum Taurat dari Gunung Sinai. Elia adalah Nabi Israel terbesar, yang banyak membuat mukjijat dan nubuat ilahi pada zamannya.
3."Berbagi":
Yesus mengajak Yohanes Yakobus dan Petrus untuk “turun gunung”: hidup dan bercahaya di tengah dunia, karena TUHAN juga ada dan bercahaya di tengah dunia. Disinilah, Tuhan nampak bagai matahari: Ia bersinar bagi semua.
Pastinya: Kita juga diajak menerangi tanpa menyilaukan, diajak membawa dan membagikan Yang Ilahi dalam ujud yang amat insani. Yesus sendiri kerap membagikan cahaya keilahian dengan cara yang biasa: dengan doa-ucapan dan karya yang penuh belaskasihan, seperti: mengajarkan kebaikan, menyembuhkan kesakitan, menguatkan kelemahan dan menyertai setiap orang yang berbeban.
Dengan kata lain:
Ia yang sebetulnya menyilaukan karena maha ilahi itu bisa didekati secara insani tanpa membuat orang merasa takut. Kita diajak membagikan kesaksian dengan cara seperti Dia sendiri membawakan keilahian, sehingga kita juga bisa menjadi cahaya yang terus bersinar di tengah dunia dan pergulatan sesama.
"Mpok Alya naik xenia - Jadilah cahaya bagi dunia."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
Dengarkan Yesus dan ikutilah Dia.
Inilah pesan dari Transfigurasi.
- Paus Fransiskus
Senin, 6 Agustus 2018
Pesta Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya.
Ya Allah, bersegeralah menolong aku
Ya Tuhan, perhatikanlah umat-Mu
Kemuliaan...
Alleluya.
MADAH IBADAT BACAAN
Yesus cahaya sejati
Engkaulah penebus kami
Trimalah madah pujian
Yang kini kami haturkan
Engkau mulya bermandikan
Cahaya yang menyilaukan
Di muka saksi pilihan
Terselubung oleh awan
Jelas terdengar suara
Yang menggema di angkasa
Inilah Putra tercina
Yang berkenan pada Bapa
Terpujilah Yesus Tuhan
Yang harus kami dengarkan
Terpujilah selamanya
Bersama Bapa dan RohNya
Amin
MADAH IBADAT PAGI
Manis dan menawan hati
Kenangan Yesus yang suci
Tetapi kehadiranNya
Mengatasi segalanya
Tiada lagu semerdu
Tiada nama sejitu
Tiada cinta semesra
Dengan Yesus Allah Putra
Yesus penghibur sejati
Cahaya hati nurani
Engkaulah harapan kami
Penjamin hidup abadi
Terpujilah Yesus Tuhan
Yang harus kami dengarkan
Terpujilah selamanya
Bersama Bapa dan RohNya
Amin
MADAH IBADAT SIANG
Kita bersama memuji
Tuhan Allah maha suci
Yang mengurniakan rahmat
Kepada seluruh umat
Kita menyatakan hormat
Pada Tuhan penyelamat
Sambil sujud mohon berkat
Agar tabah lagi kuat
Terpujilah Allah Bapa
Bersama Putra tercinta
Yang memperoleh Roh suci
Pembaharu muka bumi
Amin
DOA
Allah yang mahaluhur, ketika Yesus menampakkan kemuliaanNya di atas gunung, Engkau mengukuhkan rahasia-rahasia iman dengan kesaksian para nabi.
Kaunyatakan pula pengangkatan umat manusia menjadi puteraMu.
Semoga kami mendengarkan suara PuteraMu yang tercinta, supaya layak menjadi sewaris denganNya.
Sebab Dialah pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Bapa dalam persekutuan Roh Kudus sepanjang segala masa. Amin.
SKI - JALAN KERAHIMAN
Keselamatan datang bukan karena ketaatan kepada hukum semata, tetapi karena iman akan Yesus Kristus, yang lewat kematian dan kebangkitan-Nya membawa keselamatan dan belas kasihan yang menyelamatkan.
1.
"Filius Dei - Anak Allah."
Inilah salah satu gelar Yesus yang dimaklumkan pada hari ini. Beberapa dasar biblis yang menekankan identitas Yesus sebagai "Filius Dei", antara lain:
A. Saat Malaikat Gabriel menyampaikan kabar gembira pada Maria bahwa anak yang dikandungnya adalah kudus dan "akan disebut Anak Allah yang Mahatinggi" (Luk 1:32).
B. Saat pembaptisanNya, terdengarlah suara Bapa: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNya Aku berkenan" (Mat 3:17).
C. Saat di atas bukit/ gunung Tabor, Bapa menegaskan: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNya Aku berkenan, dengarkanlah Dia." (Mat 17:5).
Adapun "saat proklamasi yang pertama", hanya Maria dan Malaikat Gabriel yang menjadi saksi.
Saat "proklamasi yag kedua", ada Yohanes Pembaptis dan banyak orang lain di Sungai Yordan tapi mereka belum sepenuhnya mengenal Yesus (Yoh 1:31).
Saat "proklamasi yang ketiga", ada saksinya yakni Petrus-Yohanes dan Yakobus. Mereka adalah tiga murid terdekatNya (Mat 17:1) yang menjadi "soko guru gereja". Dengan kata lain: Mereka mewakili kehadiran Gereja yang menyaksikan kemuliaan Yesus bersama Elia (Nabi) dan Musa (Hakim).
Lebih lanjut, mengacu pada injil hari ini, adapun 3 pesan imani yang diberikan kepada 3 muridNya sebagai wakil Gereja universal, antara lain:
A."Dengarkanlah Dia":
Gereja diajak untuk "rendah hati", tidak hanya menjadi "Gereja yang mengajar" (teaching church) tapi "Gereja yang mendengarkan" (listening church), bukan Gereja yang tinggi hati tapi Gereja yang mau selalu hadir dengan bersahaja di tengah pergulatan dan suka duka dunia, sesama dan semestanya.
B."Berdirilah dan jangan takut":
Kita sebagai Gereja diajak untuk "sepenuh hati", bangkit dari kejatuhan dan berani "turun gunung", tidak terlena pada kemapanan dan kenyamanan dengan spiritualitas "ongkang ongkang kaki" yang tidak berkualitas, tidak selalu berkutat pada masalah altar dan mimbar tapi juga berani terjun ke pasar.
C."Jangan menceritakan sebelum Yesus bangkit":
Kita diajak dengan sikap sabar menjadi Gereja yang "berhati-hati", sehingga setiap orang juga merasakan pengalaman akan yang ilahi secara pribadi, bukan karena ikut-ikutan.
Komentar Kitab Suci:
Pernahkah kamu merasa takjub? Kamu dapat menceritakan atau menunjukkan pada Tuhan dalam hatimu suatu saat ketika kamu merasa takjub. Apakah itu sesuatu yang sungguh mengagumkan hingga rasanya “napasmu berhenti” sesaat? Katakan atau tunjukkan pada Tuhan hal-hal yang membuatmu takjub.
Setelah kamu siap, bayangkan Yesus bersamamu di saat atau tempat itu, menikmati saat-saat yang menakjubkan. (Luangkan sebanyak mungkin waktu yang mungkin kamu perlukan untuk ini). Dengarkan sementara Yesus mengatakan kepadamu bahwa Ia juga ingin membuatmu takjub.
Akhiri saat-saatmu bersama Yesus dengan menceritakan atau menunjukkan pada Yesus bagaimana perasaan hatimu terhadap hal-hal yang menakjubkan itu sekarang!
"Angga pergi ke Tarsus - Kita bangga ikut Yesus."
II.
Salib : Jalan Menuju Kemuliaan
01. Dengan memakai keterangan waktu “enam hari kemudian” (ay. 1) nampaknya Mateus ingin menghubungkan kisah ini dengan nubuat Yesus tentang sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya (Mat 16:21) serta dengan pengakuan Petrus (Mat 16:16) dalam perikop sebelumnya.
Selain itu dalam Injil Mateus, Yesus ditampilkan sebagai Musa yang baru, maka gunung dimana Yesus menampakkan kemuliaan-Nya bisa dimaknai sebagai simbol Sinai yang baru. Waktu “enam hari” mengacu pada waktu ketika Musa mempersiapkan diri sebelum mendengarkan suara Allah (Kel 24:15-16).
02. Kisah ini dimaksudkan untuk menunjukkan kemuliaan yang akan dialami Yesus kepada para murid terpilih yaitu Petrus, Yakobus dan Yohanes yang kelak akan menyaksikan penderitaan-Nya di Taman Getsemani serta di kemudian hari menjadi saksi utama tentang sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya (ay. 9; 2 Pet 1:16) agar tidak tergoncang imannya di saat mengalami sengsara dan wafat Yesus. Kepada para murid itu Allah berpesan agar mereka mendengarkan dan mentaati-Nya, percaya dan mengikuti-Nya dalam perjalanan menuju Yerusalem, di jalan salib menuju kemuliaan.
Kiranya kisah ini memberikan penegasan bagi para murid bahwa jalan salib yang akan ditempuh Yesus bukan merupakan kegagalan yang konyol tetapi merupakan jalan satu-satunya menuju kemuliaan dan sebaliknya kemuliaan hanya bisa dicapai melalui jalan salib. Tidak ada kemungkinan lain!
03. Mateus tidak menyebutkan dimana peristiwa transfigurasi (Yesus berubah rupa, menampakkan kemuliaan) itu terjadi. Hanya diceritakan bahwa Yesus bersama ketiga murid-Nya menuju ke sebuah gunung yang tinggi (mungkin Gunung Tabor yang mempunyai ketinggian sekitar 588 m atau Gunung Hermon yang tingginya sekitar 2.774 m).
Dalam tradisi Kitab Suci, gunung menjadi tempat Tuhan Allah menyatakan Diri-Nya (mis. Tuhan menampakkan diri kepada Musa dan Elia di gunung Sinai, lih. Kel. 19, 24, 33-34 dan 1 Raj 19). Sebagai tempat yang tinggi dan kokoh, gunung merupakan simbol kemuliaan dan keluhuran Allah yang mengatasi, melindungi atau menaungi dengan kokoh dan kuat.
04.
Peristiwa transfigurasi ini sejalan dengan harapan orang-orang Yahudi tentang akhir zaman sebagaimana terungkap dalam sastra apokaliptik.
Pada akhir zaman segala sesuatu akan diperbaharui, semua orang benar akan diubah, “orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.” (Dan 12:3). Wajah yang bercahaya dan pakaian yang putih merupakan ciri-ciri makhluk surgawi (Dan 7:9;Mat 28:3; Why 3:4), keadaan mulia yang dialami Yesus setelah kebangkitan-Nya (Why 1:16). Kemuliaan itu merupakan jati diri Yesus (Ibr 1:3; 1 Kor 2:8; 2 Kor 4:6) yang akan meluap, melimpah pada orang-orang beriman.
Transfigurasi itu diikuti dengan pewahyuan dari Allah sendiri yang menjelaskan makna peristiwa itu. Allah menghendaki agar semua orang mendengarkan Yesus [“Dengarkanlah Dia”], karena Ia adalah “segullah” Allah, milik kesayangan Allah [“anak-Ku yang terkasih”] dan yang telah diberi kuasa untuk bertindak atas nama-Nya [“kepada-Nya Aku berkenan”].
05. Kehadiran Musa dan Elia mau menegaskan identitas Yesus. Mereka mewakili kesaksian Taurat dan para nabi. Maksudnya : Yesus adalah Nabi Agung dan Mesias yang sudah dinubuatkan baik dalam Kitab Taurat maupun oleh para nabi. Musa menubuatkan bahwa Allah akan membangkitkan seorang nabi yang harus didengarkan (lih. Ul 18:15,18). Nabi Elia diyakini sebagai nabi yang telah naik ke surga (2Raj 2:11) dan akan datang kembali untuk mempersiapkan kedatangan Mesias (Mal 4:5; Sir 48:10).
Dalam Perjanjian Lama, nabi Musalah yang naik ke gunung Sinai menghadap Allah. Kehadirannya dalam peristiwa di gunung ini – sebagai Sinai Baru – untuk meneguhkan bahwa Yesuslah Sang Nabi Agung, Pembawa Hukum Baru, pemenuhan nubuat yang pernah dikatakannya. Yesus itu juga Sang Mesias yang kedatangan-Nya dipersiapkan oleh Elia. Peran Elia itu terlaksana dalam diri Yohanes Pembabtis.
06. Dalam tradisi Yahudi istilah “tenda” (Yun. “skene”) menunjuk pada “kediaman abadi di surga”, maka Lukas memakai istilah “kemah abadi” (Luk 16:9). Pada akhir zaman Allah akan bertempat tinggal di tengah-tengah umat (Yeh 37:27; 48:35; Why 21:3) dan umat akan berkemah di sekelilingnya.
Petrus berpikir bahwa akhir zaman telah datang dan saatnya untuk mengalami istirahat kekal.Karena itu ia berinisiatif mendirikan tiga kemah: untuk Yesus, Musa dan Elia. Permintaan Petrus ditanggapi Allah dengan penampakan awan terang yang menaungi mereka. Maksudnya, Allah telah menyediakan bagi-Nya kemah abadi yang berasal dari surga, bercahaya cemerlang dan bukan buatan tangan manusia.
Dalam tradisi biblis “awan” merupakan tanda kehadiran Allah yang disertai dengan tanda-tanda surgawi lainnya. Berhadapan dengan Allah yang mendatanginya, manusia dicekam oleh pesona yangdahsyat namun sangat menakutkan (mysterium tremendum et fascinans). Tidak ada seorang manusia pun yang dapat melihat Allah dan tidak mati (Kel 19:21; 33;20; Im 16:2; Bil 4:20 dan Yes 6:5).
Dalam ay. 7 Yesus melakukan tindakan simbolik membangkitkan para murid yang telah “mati” dengan bersabda, “Berdirilah, jangan takut”. Kata “berdirilah” (atau “bangunlah”) menterjemahkan kata Yunani “egerthete” yang merupakan istilah tehnis untuk kebangkitan (seperti yang dilakukan-Nya kepada putri Yairus dalam Mat 9:26).
Larangan agar tidak menceritakan peristiwa itu sebelum kebangkitan-Nya dimaksudkan untuk menghindari aneka spekulasi berkaitan dengan Mesias. Makna sejati kemesiasan Yesus baru dapat dipahami secara utuh setelah peristiwa sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya
07. Perjumpaan dengan Allah membuat manusia yang terdiri dari darah dan daging ini dibersihkan, diilahikan sehingga mampu menampilkan cahaya kemuliaan Allah.
St. Paulus mengungkapkan keyakinannya, “kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.” (2 Kor 3:18).
Manusia menjadi “stasiun pemancar” kemuliaan Allah bagi dunia. Itulah jati diri kita sebagai gambar dan rupa Allah. Bahkan semesta alam pun dirancang untuk memancarkan kemuliaan Allah, “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya” (Mzm 19:2)
Kita bertugas membawakan Yang Ilahi dalam wujud manusiawi sehari-hari sebagaimana yang dilakukan Yesus. Dia menghadirkan Yang Ilahi dengan melayani kebutuhan orang-orang yang datang kepada-Nya, menyembuhkan, memberikan solusi atas pelbagai masalah kehidupan, bersimpati dan ikut terlibat dengan mereka yang harus menanggung beban hidup. Komitmen solidaritas dengan manusia berdosa memuncak dalam peristiwa salib.
08. Berkat pembabtisan kita diangkat menjadi anak kesayangan Allah. Status atau identitas itu merupakan anugerah semata-mata dan bukan karena jasa kita. Tugas dan tanggungjawab kita ialah agar status itu semakin terwujud secara konkret dalam hidup, artinya kita semakin pantas menyandang gelar itu.
Dengan kata lain, kita ditantang agar realitas obyektif itu (status sebagai harta kesayangan Allah) menjadi realitas subyektif yaitu bahwa kita sungguh layak menyandang status keputeraan itu.
Yesus sendiri telah memberi teladan bagaimana menjalani hidup sebagai orang yang dipilih, disayangi dan dikuduskan Allah. Di “gunung godaan” Yesus ditawari iblis segala kuasa dan kenikmatan dunia asal mau menyembahnya. Tetapi dengan tegas Yesus menolak.
Di “gunung transfigurasi” Yesus justru menerima segala kuasa dan kemuliaan di surga dan di bumi karena ketaatan-Nya kepada Bapa. Di “gunung perutusan” (Mat 28:16) kuasa itu diberikan kepada kita untuk mengajar semua bangsa agar menjadi murid-Nya, menjadi anak kesayangan Allah.
09. Dalam bacaan I dikisahkan tentang Abraham yang menanggapi panggilan Allah untuk karya penyelamatan semua bangsa dengan kesadaran penuh sebagai orang yang dipilih Allah, disayangi dan dikuduskan. Bagi Yesus dan Abraham, status "harta kesayangan Allah" bukan hanya tempelan tetapi telah merasuk ke dalam tulang sumsum, jiwa dan kehidupan mereka. Cara Yesus dan Abraham berpikir serta bertindak telah dirasuki oleh Roh keputeraan itu.
Masalahnya sejauh manakah kita telah "menginternalisasi" status "segullah" dengan memberikan kesaksian dalam kehidupan yang nyata? Bagaimanakah masa hidup ini menjadi kesempatan untuk meningkatkan kelayakan kita sebagai "harta kesayangan Allah"?
Yesus setia dengan peran-Nya sebagai Anak Allah yang terkasih sampai pada akhir hidup-Nya. Antara Tabor dan Golgota telah ditunjukkan-Nya citra keputeraan itu secara konsekuen dan konsisten. Di perjalanan antara Tabor dan Golgota Yesus mengajar dan menyembuhkan banyak orang, Dia mengasihi dan menjadi pelayan setia bagi semua orang, dan masih ada banyak sekali karya keselamatan yang dilakukan-Nya dengan penuh kesetiaan.
Jalan antara Tabor dan Golgota bukanlah jalan yang lebar dan mudah, tetapi jalan sempit penuh bebatuan. Yesus mampu menempuh itu semua, sampai akhirnya membuat kepala pasukan (yang kafir itu) mengakui bahwa Dia sungguh-sungguh Anak Allah. Bukan dari "merknya" tetapi dari kesaksian hidup-Nya yang nyata.
Demikian pula jalan Abraham untuk menunjukkan jati dirinya sebagai pilihan Allah bukanlah jalan yang mudah. Kitapun demikian. Status "segullah" bagi kita bukanlah sesuatu yang begitu saja kita terima dan tidak memerlukan perjuangan apapun.
Status itu perlu dibuktikan di dalam kehidupan nyata bahwa kita sungguh-sungguh pantas menjadi anak-anak Allah yang dikasihi-Nya, umat pilihan-Nya, bangsa yang kudus.
10. Sepasang kakek dan nenek pergi belanja di sebuah toko souvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka yang sedang berulang tahun. Saat mengamati aneka souvenir yang terpajang di etalase, mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik. "Lihat cangkir itu, bagus banget" kata si nenek kepada suaminya. "Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat," ujar si kakek. Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara, "Terima kasih untuk perhatian dan kekagumannya.
Perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna.
Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar, lalu memutar-mutarku. Aku merasa sangat pusing. “Stop! Berhenti!” teriakku berkali-kali. Tetapi orang itu berkata, "Belum cukup". Lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang. “Stop! Hentikan!”, teriakku lagi.
Tapi orang ini masih saja meninjuku tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. “Panas sekali. Aku tidak tahan. Cukup!”, teriakku semakin keras. Tapi orang ini berkata "Belum cukup".
Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Tapi ... oh ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan dan ia mulai mewarnai aku. Asap yang begitu memualkan menyesakkan dadaku. “Berhenti! Sudah cukup!” aku berteriak. Wanita itu berkata "Belum cukup". Lalu aku diberikan kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya, “Tolong ... hentikan penyiksaan ini!” Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku. Ia terus saja membakarku. Setelah puas "menyiksaku" kini aku dibiarkan dingin.
Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena aku kini menjadi sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.
Jalan Salib merupakan jalan satu-satunya menuju kemuliaan kebangkitan. Bukan berarti kita mesti mencari-cari kesulitan karena senang dengan penderitaan. Tentu saja tidak! Meskipun tidak dicari, kesulitan hidup akan selalu kita alami. Kita harus menghadapinya dengan tenang dan tabah.
Penderitaan atau kesulitan hidup menjadi cara Allah membentuk kita. Proses pembentukan itu memang sering menyakitkan. Tetapi setelah semua proses itu selesai kita akan melihat betapa cantiknya Allah membentuk kita. Di ujung jalan salib tersedia bagi kita kebangkitan dan kemuliaan yang membahagiakan.
Berkah Dalem.
3.
Kutipan Teks Misa:
"Apa yang lebih bahagia, lebih tinggi dan lebih mulia daripada tinggal bersama dengan Tuhan dalam kemuliaan-Nya?" (St. Athanasius dari Sinai)
"Melihat Kristus dalam kemuliaan-Nya merupakan kebahagiaan seluruh penghuni Yerusalem surgawi." (St. Klara dari Assisi)
Antifon Pembuka (bdk. Mat 17:5)
Dalam awan yang bercahaya tampaklah Roh Kudus, dan terdengarlah suara Bapa: Inilah Putra-Ku yang terkasih, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia!
In a resplendent cloud the Holy Spirit appeared. The Father's voice was heard: This is my beloved Son, with whom I am well pleased. Listen to him.
Tibi dixit cor meum, quæsivi vultum tuum, vultum tuum Domine requiram: ne avertas faciem tuam a me.
PADA MISA HARI INI ADA GLORIA (MADAH KEMULIAAN), TANPA CREDO (SYAHADAT)
Doa Pembuka
Ya Allah, dalam Penampakan Kemuliaan Putra Tunggal-Mu, Engkau mengukuhkan misteri iman dengan kesaksian Musa dan Elia. Secara mengagumkan, Engkau juga memaklumkan martabat kami sebagai anak-anak angkat-Mu yang terkasih. Semoga kami, yang mendengarkan suara Putra-Mu terkasih, menjadi ahli waris yang sah bersama-Nya, yang hidup dan berkuasa, bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan Pertama
Bacaan dari Nubuat Daniel (7:9-10.13-14)
"Pakaian-Nya putih seperti salju."
Aku, Daniel, melihat takhta-takhta dipasang, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya. Pakaian-Nya putih seperti salju, dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba. Takhta-Nya dari nyala api, roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar. Suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya. Beribu-ribu melayani Dia, beratus-ratus ribu berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-Kitab. Aku terus melihat dalam penglihatan itu, tampak dari langit bersama awan-gemawan seorang serupa Anak Manusia. Ia menghadap Dia Yang Lanjut Usianya itu, dan Ia dihantar ke hadapan-Nya. Kepada Dia yang serupa Anak Manusia itu diserahkan kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja. Maka segala bangsa, suku dan bahasa mengabdi kepada-Nya. Kekuasaan-Nya kekal adanya, dan kerajaan-Nya tidak akan binasa.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan do = g, 2/4, PS 836
Ref. Segala bangsa bertepuk tanganlah, berpekiklah untuk Allah raja semesta.
Ayat. (Mzm 97:1-2.5-6.9; R: lih. 1a.9a)
1. Tuhan adalah Raja. Biarlah bumi bersorak-sorai, biarlah banyak pulau bersukacita! Awan dan kekelaman ada di sekeliling-Nya, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya.
2. Gunung-gunung luluh laksana lilin di hadapan Tuhan, di hadapan Tuhan semesta alam. Langit memberitakan keadilan-Nya dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya.
3. Sebab, ya Tuhan Engkaulah Yang Mahatinggi di atas seluruh bumi, Engkau sangat dimuliakan di atas segala dewata.
Bacaan Kedua
Bacaan dari Surat Kedua Rasul Petrus (1:16-19)
"Suara itu kami dengar datang dari surga."
Saudara-saudara, kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitakan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya. Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika suara dari Yang Mahamulia datang kepada-Nya dan mengatakan, "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." Suara itu kami dengar datang dari surga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus. Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baik kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing, dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil do = f, 2/4, PS 956
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Mat 17:5c)
Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia!
Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (9:2-10)
"Inilah Anak yang Kukasihi."
Sekali peristiwa, Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes, dan bersama-sama mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka: Pakaian-Nya menjadi sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian sampai seputih itu. Maka tampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Kata Petrus kepada Yesus, “Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” Petrus berkata demikian, sebab ia tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. Maka datanglah awan menaungi mereka, dan dari dalam awan itu terdengar suara, “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia!” Dan sekonyong-konyong, waktu memandang sekeliling, mereka tidak lagi melihat seorang pun bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri. Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceritakan kepada seorang pun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan ‘bangkit dari antara orang mati’.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Manusia membutuhkan pengakuan dan apresiasi dari orang lain. Seorang anak yang tidak pernah dipuji cenderung rendah diri. Dia akan menderita dan kurang mampu mengembangkan diri. Terutama pada saat-saat yang sulit, orang amat membutuhkan pengakuan dan apresiasi sesamanya.
Yesus baru saja menubuatkan penderitaan, sengsara dan wafat-Nya (Mrk 8:31-33). Sebagai manusia biasa seperti kita, Yesus tentu merasa takut menghadapi nasib yang mengerikan itu. Selain itu, Yesus menghadapi situasi kritis karena para murid-Nya sulit sekali menerima kenyataan bahwa salib dan kematian harus Dia alami. Oleh karena itu, ada risiko Dia akan ditinggalkan oleh para murid.
Pada situasi semacam inilah, Allah menunjukkan kemuliaan Yesus di atas gunung yang tinggi. Tiga rasul yang paling dekat (Petrus, Yakobus dan Yohanes) diajak oleh-Nya. Ketiga rasul inilah yang juga telah melihat Yesus membangkitkan anak Yairus dari kematian (Mrk 5:37). Di atas gunung, tiba-tiba wajah Yesus berubah, bersinar amat terang.
Selain itu tampak juga tokoh besar dalam Perjanjian Lama, yakni Musa dan Elia. Ketika para rasul ketakutan, dari tengah-tengah awan terdengarlah suara Allah Bapa, "Inilah Anak-Ku yang terkasih, dengarkanlah Dia".
Betapa menyejukkan ucapan Bapa ini di hati Yesus. Bapa mengakui dan mengapresiasi Dia sebagai Anak yang terkasih. Di samping itu, Bapa memberi perintah kepada ketiga rasul-Nya, "Dengarkanlah Dia!"
Bagi Yesus, pengakuan dan apresiasi dari Bapa ini pasti menguatkan hati-Nya untuk melanjutkan perjalanan menuju salib. Bagi para rasul, pengakuan Bapa ini meneguhkan hati mereka untuk tetap mengikuti Yesus.
Manusia hidup untuk saling menghargai dan meneguhkan, bukan untuk saling menjelekkan, saling memfitnah, saling meremehkan. Pengakuan dan pujian menguatkan dan mengembangkan orang. Sebaliknya, penghinaan, dan ketidakacuhan membuat banyak orang bahagia dan bersemangat untuk terus maju. Sayangnya, ternyata ada banyak orang yang menderita karena kurang mendapatkan pengakuan dan apresiasi dari orangtua, saudara-saudari, teman dan masyarakat.
Antifon Komuni (1Yoh 3:2)
Apabila Kristus dinyatakan, kita akan menjadi sama seperti Dia sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.
When Christ appears, we shall be like him, for we shall see him as he is.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar