Ads 468x60px

Kamis, 13 September 2018

HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Kamis, 13 September 2018
Peringatan Wajib St. Yohanes Krisostomus, Uskup dan Pujangga Gereja
“Allah telah mendirikan Gereja seperti pelabuhan di tepi laut, agar kamu dapat berlindung dari pusaran kekhawatiran dan menemukan kedamaian dan ketenangan” – St. Yohanes Krisostomus
St. Yohanes Krisostomus dilahirkan di Antiokhia sekitar tahun 344 dari keluarga bangsawan. Ayahnya meninggal ketika ia masih bayi. Ibunya memilih untuk tidak menikah lagi. Ia mencurahkan seluruh perhatiannya untuk membesarkan putra dan putrinya. Ibunya banyak berkorban agar Yohanes kelak dapat menjadi salah seorang guru yang terbaik.
Yohanes seorang anak yang amat cerdas dan kelak pasti dapat menjadi seorang yang hebat. Jika Yohanes bercerita, semua orang senang mendengarkannya. Sesungguhnya, namanya, Krisostomus berarti “Bermulut emas.”
Namun demikian, Yohanes ingin memberikan dirinya seutuhnya kepada Tuhan. Ia menjadi seorang imam dan di kemudian hari diangkat menjadi uskup kota besar Konstantinopel.
Yohanes Krisostomus jelasnya dididik dalam tata cara hidup sesuai dengan kebangsawanan mereka. Ketika umur 20 tahun, ia belajar ilmu pidato/retorika. Pada umur yang sama, ia dipermandikan. Kemudian ia belajar teologi.
Selama 6 tahun ia hidup menyendiri sebagai rahib di pegunungan Antiokia. Sekembali ke kota, Yohanes ditahbiskan menjadi diakon, selanjutnya ditahbiskan imam. Pada masa itu, kehidupan susila penduduk kota Antiokia sangat merosot. Hal itu mendesak Yohanes Kristotomus untuk melancarkan pembaharuan moral di seluruh kota dan di kalangan biarawan-biarawati.
St. Yohanes adalah seorang uskup yang mengagumkan. Meskipun ia selalu sakit, ia melakukan begitu banyak karya yang mengagumkan. Ia berkhotbah satu atau dua kali sehari, memberi makan fakir miskin serta memberikan perhatian kepada yatim piatu.
Ia memperbaiki kebiasaan umat berbuat dosa serta menghentikan pertunjukan-pertunjukkan yang tidak layak dipertontonkan. Ia mengasihi semua orang, namun demikian ia tidak takut untuk menegur mereka, bahkan ratu sekalipun, apabila mereka berbuat salah.
Ya, kepandaiannya berpidato dimanfaatkannya untuk melancarkan pembaharuan hidup dan iman umat dan kaum religius, dimana kotbahnya sungguh tepat sesuai kehidupan susila umat.
Oleh karena itu, ia dibenci oleh pembesar-pembesar kota dan para uskup lainnya. Program pembaharuannya ditantang keras. Ia dikucilkan oleh uskup-uskup. Tetapi tak lama kemudian ia dipanggil kembali karena reaksi keras dari seluruh umat yang sayang kepadanya.
Karena memerangi dosa, St. Yohanes mempunyai banyak musuh – bukan cuma sesama uskup dan imam tapi bahkan ratu sendiri. Ia dikucilkan kembali karena kritikannya yang pedas kepada Kaisar wanita, bernama Eudoxia dan pembantu-pembantunya. Ratu mengusirnya dari Konstantinopel.
Dalam perjalanan, St Yohanes menderita demam yang hebat, kekurangan makan serta kurang istirahat. Meskipun begitu, ia berbahagia dapat menderita bagi Yesus. Sesaat sebelum kematiannya, ia berseru, “Kemuliaan kepada Allah!”
St. Yohanes wafat di Turki pada tanggal 14 September 407. Hujan es dan angin ribut yang dahsyat menyerang Konstantinopel pada saat ia meninggal. Empat hari kemudian, ratu yang jahat itu pun meninggal juga. Puteranya menghormati jenasah St. Yohanes dan menunjukkan betapa ia menyesal atas apa yang telah diperbuat ibunya.
Lebih lanjut, Santo Yohanes Krisostomus (349-407) terkenal dengan sebutan “Si Mulut Emas”. Mengapa? Karena dia adalah seorang pengkhotbah yang amat cerdas. Jika Yohanes Krisostomus berbicara dan berkotbah, semua orang akan terpana mendengarkannya. Kata-katanya sejuk, menyentuh hati, dan menyemangati.
Sebagai seorang Uskup Agung, Yohanes Krisostomus mengasihi semua orang dan berusaha merangkul semua kalangan. Meski demikian ia tidak pernah kehilangan ketegasannya.
Ia tidak pernah ragu untuk menegur mereka yang berbuat salah; bahkan ratu sekalipun. Ia pernah menegur Ratu Eudoxia, istri dari Kaisar Arcadius, karena gaya hidup yang amat mewah dan sangat boros. Teguran ini tidak disukai sang Ratu dan anak buahnya, lalu mereka menyebarkan fitnah terhadap Yohanes. Sidang Sinode menjatuhi hukuman pengasingan kepada sang Uskup dan ia diusir dari Konstantinopel (Istambul, Turki).
Pastinya: mengenang dan merenungkan riwayat serta keteladanan hidup Santo Yohanes Krisostomus, ada banyak kata-kata mutiara yang diwariskannya kepada kita. Kata-kata itu merupakan hasil permenungannya:
“Ketika kalian berada di depan altar di mana Kristus hadir, jangan lagi beranggapan bahwa kalian berada di antara manusia; tetapi yakinlah bahwa bala tentara malaikat serta malaikat agung berdiri di sampingmu, dan dengan gemetar karena hormat berada di hadapan Pencipta Langit dan Bumi yang Mahakuasa. Oleh sebab itu, ketika kalian berada dalam Gereja, hadirlah di sana dalam keheningan, dengan khidmad, dan khusuk.”
“Tidak ada seorang yang dapat beralasan tidak berdoa dengan dalih dipenuhi kesibukan sehari-hari atau tidak dapat berada di gereja. Di mana pun, tidak peduli di mana kamu menemukan dirimu, kamu dapat menegakkan sebuah altar kepada Allah dalam hatimu dengan cara berdoa .”
“Merasa malulah kamu ketika berbuat dosa, bukan ketika kamu bertobat. Di sini ada dua hal yaitu dosa dan pertobatan. Dosa adalah luka, pertobatan adalah obat. Dosa diiringi dengan rasa malu; pertobatan diiringi dengan keberanian. Iblis telah menipumu tentang kenyataan ini dan justru memberimu keberanian untuk berbuat dosa serta rasa malu untuk bertobat.”
“Apakah kamu berbuat dosa? Masuklah ke Gereja dan bertobatlah dari dosa-dosamu, karena di sini menyediakan Tabibnya, bukan untuk menghakimimu, di sini tidak ada proses investigasi, dan seseorang menerima pengampunan dosanya.”
=====
"Nasihat St. Yohanes Krisostomus (hidup tahun 349-407) tentang keluarga."
*Anak-anakmu akan selalu "kaya" jika mereka menerima kebaikan dari pengasuhanmu yang baik dalam moralitas dan perilaku mereka.
*Karena keluarga adalah sesungguhnya sebuah gereja kecil, maka dengan membuat diri menjadi suami dan istri yang baik adalah tugas yang lebih penting daripada lainnya.
*Karena manusia adalah citra Allah, saat kita mengajar anak kita untuk menjadi baik, untuk bersikap lembut, untuk memaafkan , untuk bermurah hati, untuk mencintai sesama mereka, -hal-hal yang bersifat seperti Allah-, kita menanamkan kebajikan di dalam jiwa mereka, dan mengungkapkan citra Allah di dalam diri mereka.
*Tidak ada hubungan antara pria dan wanita yang lebih dekat seperti antara suami dan istri, jika mereka bersama-sama dalam segala hal sebagaimana mestinya.
*Ketika suami dan istri bersatu dalam pernikahan, mereka tidak lagi tampak seperti sesuatu yang duniawi, tapi seperti citra Tuhan sendiri.
*Tidak ada pengaruh yang lebih kuat dibanding ikatan cinta, terutama untuk suami dan istri.
Seorang pembantu rumah bisa diajari melalui rasa takut; tapi jika ditakuti terlalu banyak, ia akan segera melarikan diri.
Tapi rekan hidup, ibu dari anak-anakmu, sumber sukacita seorang suami, jangan pernah kau belenggu dengan ketakutan dan ancaman, tapi dengan cinta dan kesabaran.
*Rela menderitalah demi pasanganmu, dan jangan pernah mempermalukannya.
*Panggillah nama istrimu dengan rasa sayang, dengan penghormatan, dengan banyak cinta.
Hormatilah dia, dan dia tidak akan membutuhkan penghormatan dari orang lain; istrimu tidak akan menginginkan pujian yang datang dari orang lain, jika dia mendapatkannya darimu.
Pujilah dia atas kecantikan dan kecerdasannya, dan dalam segala hal yang dia lakukan.
Dengan demikian Anda akan membuatnya untuk memberi seluruh perhatiannya ke dalam keluarga dan kepada suaminya.
Ajari dia untuk takut akan Tuhan, dan semua hal baik akan mengalir dari situ seperti dari mata air, dan rumahmu akan penuh dengan sepuluh ribu berkat.
*Seorang istri harus menghormati suaminya bahkan saat suami tidak menunjukkan cintanya,
dan suami harus mencintai istrinya bahkan saat istri tidak menghormatinya.
*Jangan berusaha mengajari anakmu kata-kata yang pandai, tapi ajari dia untuk mencintai kebijaksanaan.
Dia tidak akan menderita jika dia tidak memiliki kata-kata yang cerdas; tetapi jika dia tidak memiliki kebijaksanaan, semua kata-kata di dunia tidak dapat menolongnya.
Pola hidup yang baik adalah apa yang dibutuhkan anak-anakmu, bukan pidato kosong melainkan karakter, bukan kepintaran melainkan perbuatan, bukan kata-kata melainkan kebajikan.
*Beginilah kekuatan cinta: ia merangkul, dan menyatukan, dan mengikat bersama tidak hanya mereka yang hadir dan dekat dan terlihat, tapi juga terhadap mereka yang jauh.
Dan tak ada pemisahan waktu, jarak, atau hal-hal semacam itu yang dapat memecah dan memisahkan kasih sayang yang saling datang dari jiwa.
*Tidak ada yang lebih kuat dari pada wanita saleh dan bijaksana untuk membawa suaminya kepada jalan yang benar, dan untuk membentuk jiwa suaminya seperti yang dia kehendaki.
Karena suami tidak akan mendengarkan nasihat dan pendapat temannya, atau gurunya, atau atasannya lebih daripada ia mendengarkan istrinya, karena nasihat istrinya itu membawa kesenangan untuknya, karena dia yang memberikan nasihat itu adalah orang yang sangat dicintai.
*Kasihi istrimu lebih dari dirimu sendiri. Jangan menjadi asing bagi istrimu tetapi jadilah dirimu yang sejati.
Lebih memilih menemaninya di rumah daripada pergi keluar.
Kagumi dan hargai ia di mata umum, dan nasihati dia secara pribadi.
Berdoa bersama, pergi ke Gereja bersama, berdiskusilah tentang bacaan- bacaan suci dan doa.
Jika hidup pernikahanmu seperti ini, kesempurnaan menjadi seorang suami menandingi kesucian para biarawan.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar