Ads 468x60px

Senin, 03 September 2018

HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Senin, 03 September 2018
Peringatan Wajib St. Gregorius Agung, Paus dan Pujangga Gereja
1 Korintus (1Kor 2:1-5)
(Mzm 119:97.98.99.100.101.102; Ul: 97a)
Lukas (4:16-30)
"Deus est liberator - Allah adl Pembebas."
Inilah inti pesan ketika Yesus datang ke Nazareth dan mengatakan: "Roh Tuhan ada padaKu sebab Aku diurapiNya untuk menyampaikan kabar baik". Dkl: Ia menjadi "kabar baik" (Yun: euaggelion, injil) bagi smua orang.
Adapun ciri orang yang menjadi "kabar baik", al:
1. KAsih:
Hdpnya penuh kasih. Ia kasih pembebasan bwt org tertindas+tertawan. Ia juga kasih penglihatan bwt org buta. Ia kasih kbebasan di tengah keterbelengguan. Inilah sebuah nada dsr spy kita tdk sibuk menghakimi tp mau mengasihi, tdk gandrung berpikir buruk tp sll berpikir positif krn de facto kt kerap sibuk berprasangka dan menaruh rasa curiga, yg “semper accusat”-sll menuduh yg lain.
2. saBAR:
Ketika byk org Nazaret yg notabene adl warga sekampungnya malahan sinis "menolak"Nya krn mrk mudah berburuk sangka+irihati mlihat+mendengar "kepopuleran Yesus, Yesus tetap sabar. Ia tdk byk bicara apalagi membalas. Ia tdk melawan+meladeni tp memilih pergi meninggalkan+tetap mewartakan kabar baik di tempat lain.
Waktu+hdpNya tdk mau dihabiskan u/menanggapi org yg irihati krn iri hati memang membuat org bisa jahat+sok shg mudah ngrasani/memperguncingkan yg buruk/menghakimi org lain dan lupa meng-instrospeksi dirinya sndiri. Disinilah, kt diajak u/bersabar dg tdk mudah mencap buruk org lain tp sll terbuka+tulus melihat kehadiran Tuhan lwt setiap org di sekitar kita.
3. BAhagia Ikut Kristus:
Yesus diberikan kurnia RohKudus: diurapi+diutus. Bukankah kt jg dberikan kurnia RK sejak dibaptis? Penyertaan Roh Tuhan sdh sharusnya membuat kt lbh bahagia+brsyukur shg tdk mudah berkeluh kesah+asyik memperguncingkan org lain seolah kita jauh lbh baik/lbh suci darinya.
"Makan kari di kompleks Kopasus - Org iri dibenci Tuhan Yesus."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
"Prophet - Sang Nabi!"
Inilah salah satu judul buku Kahlil Gibran. Inilah juga yang ditampilkan Yesus ketika pulang ke Nazaret, kampung halamannya setelah dibaptis di Yordan (Luk 3:21-22) dan berpuasa di padang gurun (Luk 4:1-13).
Ia hadir sebagai "Sang Nabi", jurkam-nya Allah yang dalam bahas Arab, kerap disebut mempunyai 4 sikap dasar, "SAFT – Siddiq, Amanah, Fathonah dan Tabliq".
Lewat diri Yesus dan minggu pembukaan BKSN ini, tampak juga 4 sikap dasar sang Nabi yang bisa kita teladani, antara lain:
1."Daya pikat":
Banyak orangg yang terpikat dengan kharismaNya ketika Yesus masuk ke Bait Allah-membaca nats kitab suci dan mengajar orang banyak.
2."Daya tahan":
Selain ada yang terpikat, juga ada banyak orang yang sinis, meragukan dan meremehkanNya (Luk 4:22). Mereka mengusir dan hendak melemparkanNya dari tebing (Luk 4:29). Menghadapi ini semua, Yesus tidak patah arang, tidak gusar dan berlaku kasar. Ia menghadapinya dengan hati dan sikap yang tenang bahkan menjadikannya sebagai bahan pengajaran yang real dan aktual.
3. "Daya cinta":
CintaNya jelas yakni membebaskan belenggu/keterikatan, terlebih bagi "korban - silent victim", orang kecil yang "buta-miskin-tertindas dan tertawan". Ia menjadi "kabar baik", injil yang hidup bagi sesama yang kecil dan tersingkir.
4."Daya mistik":
Di tengah banyak orang yang mengepungNya, Ia bisa pergi dengan tenang lewat dari tengah mereka. Tidak ada yang bisa menahan dan menangkapNya karena semangat "prophetik"-nya sungguh berasal dari pengalaman "mistik"-nya akan Allah sendiri. Ia mempunyai "inner power", kekuatan ilahi yang didapatnya dari relasi personal dengan Allah Bapa sendiri. Bagaimana dengan kita?
"Sate babi sate kambing -Jadilah nabi yang harus siap diombang ambing."
B.
Paus Fransiskus: Roh Tuhan Gerakkan Misi.
Saudara-saudari terkasih,
Sekarang, saya ingin merenungkan dimensi misioner panggilan Kristiani. Mereka yang terpikat oleh panggilan Tuhan dan bertekad mengikuti Yesus akan merasakan hasrat tak tertahankan di dalam hatinya untuk membawa Kabar Baik kepada saudara-saudari mereka melalui pewartaan dan pelayanan cinta kasih.
Semua orang Kristiani dipanggil menjadi misionaris Injil! Sebagai murid, kita tidak menerima rahmat cinta Allah untuk penghiburan personal semata, atau kita tidak dipanggil untuk mempromosikan diri kita sendiri, atau untuk kepentingan usaha pribadi.
Kita adalah para pria dan wanita sederhana yang dijamah dan diubah oleh sukacita Injil, yang tidak dapat menyimpan pengalaman ini hanya untuk diri kita sendiri. Karena, “sukacita Injil yang menghidupkan komunitas para murid adalah sukacita misioner” (Evangelii Gaudium, 21).
Komitmen Misioner
Komitmen misioner bukanlah suatu tambahan pada hidup Kristiani seperti layaknya suatu hiasan, tetapi merupakan unsur esensial dari iman itu sendiri. Relasi dengan Tuhan mengandung panggilan untuk diutus ke dunia sebagai nabi-nabi sabda-Nya dan saksi-saksi cinta-Nya.
Bahkan jika pada saat ini kita menyadari kelemahan-kelemahan kita dan tergoda untuk putus asa, kita perlu berbalik bersama Allah dengan keyakinan diri. Kita harus mengatasi rasa kekurangan diri dan tidak menghasilkan pesimisme, yang semata-mata menjadikan kita penonton pasif dari hidup yang suram dan monoton.
Tidak ada tempat untuk takut! Allah sendiri datang membersihkan “bibir kotor” kita dan melengkapi kita untuk misi: “Kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni. Kemudian aku mendengar suara Tuhan berkata, ‘Siapakah yang akan Kuutus dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?’ dan sahutku, ‘Ini aku, utuslah aku’” (Yes 6:6-8).
Di kedalaman hati, setiap murid misioner mendengar panggilan ilahi ini yang mengundangnya untuk “berbuat”, seperti Yesus, “berbuat baik dan menyembuhkan semua orang” (bdk. Kis 10:38).
Saya telah mengingatkan bahwa, oleh rahmat baptisan, setiap orang Kristiani adalah seorang “Christopher”, seorang pembawa Kristus, kepada saudara-saudarinya (bdk. Katekesis, 30 Januari 2016). Hal ini secara khusus menjadi perhatian bagi para imam dan mereka yang dipanggil untuk menjalani hidup bakti, yang dengan kemurahan hati telah menjawab, “Ini aku, Tuhan, utuslah aku!”
Dengan antusiasme misioner yang dibarui, para imam dipanggil untuk melangkah keluar dari ruang bait suci dan membiarkan kelembutan cinta Allah mengalir untuk kepentingan kemanusiaan (bdk. Homili pada misa Krisma, 24 Maret 2016).
Gereja membutuhkan imam-imam yang seperti ini: yang dengan tenang percaya diri karena mereka telah menemukan harta sejati, ingin pergi keluar dan dengan sukacita membuatnya dikenal semua orang (bdk. Mat 13:44).
Misi Kristiani.
Tentu banyak pertanyaan muncul ketika kita berbicara tentang misi Kristiani. Apa maksudnya menjadi misionaris Injil? Siapa yang memberi kita kekuatan dan keberanian untuk mewartakan? Apa dasar penginjilan dan inspirasi misi?
Kita dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan merenungkan tiga kisah Injil: pemakluman misi perutusan Yesus di sinagoga Nazaret (bdk. Luk 4:16-30); perjalanan yang Ia lakukan bersama dengan para murid Emaus setelah kebangkitan-Nya (bdk. Luk 24:13-35); serta, perumpamaan tentang penabur dan benih (bdk. Mat 4:26-27).
Yesus diurapi oleh Roh dan diutus.
Menjadi seorang murid misioner berarti secara aktif terlibat dalam misi Kristus. Yesus sendiri melukiskan misi di sinagoga Nazaret itu dalam kata-kata ini:
“Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Luk 4:18-19).
Ini juga misi kita: diurapi oleh Roh Tuhan, untuk mewartakan Sang Sabda kepada saudara-saudari kita dan menjadi sarana keselamatan bagi mereka.
Yesus menyertai setiap langkah perjalanan kita.
Persoalan-persoalan yang bergejolak dalam hati dan tantangan-tantangan yang keluar dari realitas hidup dapat membuat kita bingung, tidak mengerti dan putus asa.
Ada risiko bahwa misi Kristiani mungkin tampak seperti semata-mata ilusi utopia atau sekurang-kurangnya sesuatu yang melampaui daya kemampuan kita.
Tetapi, jika kita mengkontemplasikan Yesus yang bangkit menyertai perjalanan para murid Emaus (bdk. Luk 24:13-15), kita dapat dipenuhi dengan kepercayaan diri yang baru.
Dalam kisah Injil itu, kita memiliki sebuah “liturgi jalan” yang benar, yang mendahului pewartaan sabda dan pemecahan roti. Kita melihat bahwa, pada setiap langkah, Yesus menyertai kita! Dua murid, yang diliputi skandal salib, pulang ke rumah dalam kegalauan. Hati mereka hancur, harapan mereka hilang dan mimpi mereka berantakan.
Sukacita Injil telah menyingkapkan kesedihan itu. Apa yang dikerjakan Yesus? Dia tidak menghakimi mereka, tetapi berjalan bersama mereka. Daripada mendirikan tembok, Ia membuka terobosan.
Perlahan-lahan Ia mengubah keputusasaan mereka. Ia membuat hati mereka berkobar-kobar dan membuka mata mereka dengan mewartakan sabda dan memecah-mecah roti.
Dalam cara yang sama, seorang Kristiani tidak membawa beban misi sendirian, tetapi menyadari bahwa, bahkan di tengah kelesuan dan ketidakmengertian, “Yesus berjalan bersamanya, berbicara dengannya, bernafas bersamanya, bekerja dengannya. Ia merasakan Yesus hidup bersamanya di tengah-tengah upaya perutusan” (EG, 266).
Yesus membuat benih tumbuh.
Akhirnya, penting untuk membiarkan Injil mengajarkan kita jalan pewartaan. Kadang kala, bahkan dengan niat terbaik, kita dapat menundukkan diri pada kehausan akan kekuasaan, proselitisme atau fanatisme intoleran.
Tetapi, Injil menyerukan kita untuk menolak berhala kekuasaan dan kesuksesan, perhatian tak pantas untuk struktur-struktur, dan semacam kecemasan yang lebih bekerja dengan semangat penaklukan daripada semangat pelayanan.
Benih Kerajaan Allah, meski kecil, tak terlihat dan kadang kala tak berarti, diam-diam tumbuh terus-menerus. Puji syukur atas karya Allah yang tak kunjung putus. “Kerajaan Allah seumpama orang yang menabur benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu” (Mrk 4:26-27).
Inilah alasan utama kita untuk yakin: Allah melampaui seluruh harapan kita dan terus-menerus mengejutkan kita dengan kemurahan hati-Nya. Ia membuat usaha-usaha kita menghasilkan buah yang melampaui semua perhitungan manusiawi. Dengan keyakinan diri yang lahir dari Injil ini, kita menjadi terbuka pada karya Roh yang tersembunyi yang menjadi dasar misi.
Promosi Panggilan
Tidak mungkin ada promosi panggilan atau misi Kristiani tanpa doa kontemplatif yang konstan. Hidup Kristiani butuh dipupuk dengan penuh perhatian mendengarkan sabda Allah dan, di atas semuanya itu, dengan keintiman relasi personal dengan Tuhan dalam adorasi Ekaristi, “tempat” istimewa untuk perjumpaan kita dengan Tuhan.
Saya sungguh-sungguh ingin mendorong keintiman yang mendalam dengan Tuhan, di atas semua itu demi memohon panggilan imamat dan hidup bakti. Umat Allah perlu dibimbing oleh para gembalanya yang mempersembahkan hidupnya secara penuh pada pelayanan Injil.
Saya meminta komunitas-komunitas paroki, asosiasi-asosiasi dan kelompok-kelompok doa yang ada dalam Gereja untuk tidak menimbulkan perpecahan, melainkan untuk meneruskan doa supaya Tuhan mengirimkan pekerja-pekerja bagi panenan-Nya.
Semoga Ia memberi kita imam-imam yang terpesona pada Injil, dekat dengan semua saudara-saudarinya, dan menjadi tanda yang hidup akan cinta belaskasih Allah.
Saudara-saudari terkasih, hari ini juga, kita dapat memperoleh kembali semangat mewartakan Injil dan kita dapat mendorong kaum muda khususnya untuk mengambil jalan kemuridan Kristiani.
Meskipun rasa yang meluas bahwa iman lesu atau tereduksi menjadi semata-mata “kewajiban untuk menjalankan”, kaum muda kita ingin menemukan daya tarik Yesus yang abadi, ditantang oleh sabda-sabda dan tindakan-tindakan-Nya, serta menyimpan harapan bahwa Ia bertahan dari kehidupan yang sepenuhnya manusiawi, gembira menghabiskan dirinya dalam cinta.
Maria tersuci, Bunda Penyelamat, memiliki keberanian untuk merengkuh harapan ini, dengan menempatkan masa mudanya dan entusiasmenya ke dalam tangan Allah. Melalui kepengantaraannya, semoga kita dianugerahi keterbukaan hati yang sama, kesiapsediaan yang sama untuk menjawab, “Ini aku”, kepada panggilan Tuhan, dan dianugerahi sukacita yang sama (bdk. Luk 1:39), seperti dia, untuk mewartakan-Nya ke seluruh dunia.
Paus Fransiskus.
C.
KUTIPAN TEKS MISA:
“Demi cinta akan Tuhan, tak henti-hentinya aku mengajarkan tentang Dia” (St. Gregorius Agung)
Antifon Pembuka
Orang ini dipilih Tuhan sendiri, diangkat-Nya menjadi imam agung. Harta dunia terbuka baginya, karunia ilahi melimpahi hatinya.
Doa Pembuka
Allah Bapa Maharahim, dengan penuh belas kasih Kaujaga umat-Mu dan Kaubimbing dalam kasih sayang-Mu. Buatlah para pemimpin umat-Mu bersemangat dan bijaksana berkat doa Paus Gregorius Agung. Semoga kemajuan umat-Mu selalu menggembirakan para gembalanya. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (1Kor 2:1-5)
"Aku mewartakan kepadamu kesaksian Kristus yang tersalib."
Saudara-saudara, ketika aku datang kepadamu, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan. Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar. Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Betapa besar cintaku kepada hukum-Mu, ya Tuhan.
Ayat. (Mzm 119:97.98.99.100.101.102; Ul: 97a)
1. Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari.
2. Perintah-Mu membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh-musuhku, sebab selama-lamanya itu ada padaku.
3. Aku lebih berakal budi dari pada semua pengajarku, sebab peringatan-peringatan-Mu kurenungkan.
4. Aku lebih mengerti dari pada orang-orang tua, sebab aku memegang titah-titah-Mu.
5. Terhadap segala jalan kejahatan aku menahan kakiku, supaya aku berpegang pada firman-Mu.
6. Aku tidak menyimpang dari hukum-hukum-Mu, sebab Engkaulah yang mengajar aku.
Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 956
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. Roh Tuhan menyertai Aku; Aku diutus Tuhan mewartakan kabar baik kepada orang-orang miskin.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut
Lukas (4:16-30)
"Aku diutus menyampaikan kabar baik kepada orang miskin. Tiada nabi yang dihargai di tempat asalnya."
Sekali peristiwa datanglah Yesus di Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?" Maka berkatalah Ia kepada mereka: "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!" Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu." Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Injil pada hari ini mengungkapkan suatu fakta yang menarik bagi kita semua. Mengapa tidak? Seorang entertainment, seorang artis yang kian melejit, dapat dengan mudah diterima oleh siapa saja ; tepuk tangan dan sorak – sorai terus diberikan. Apa yang terjadi dengan Yesus pada Luk 4:16-30? Yesus ditolak. Ditolak dimana? Ditolak ditempat asalnya sendiri, yaitu kota kecil Nazareth. Nazareth merupakan kota kecil, bahkan Perjanjian Lama sekalipun tidak pernah mengutip kota ini. Padahal, pada saat itu merupakan karya pertama Yesus untuk mewartakan kebenaran yang sejati, yaitu Kerajaan Allah. Tetapi sungguh ironis, Yesus justru ditolak, dihalau “… ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu.” (Luk 4:29). Apa yang terjadi? Awal mula Yesus mengatakan dalam suatu nas dari nubuat Nabi Yesaya bahwa “…Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang – orang miskin...” (Luk 4:18) dan Yesus pun dengan berani mengatakan bahwa pada saat itu sebenarnya nas nubuat Nabi Yesaua tersebut sudah tergenapi (Luk 4:21). Tanpa diduga, kita dapat memaklumi mengapa Yesus mengatakan “…"Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!" (Luk 4:23).
Kota kecil Nazareth oleh para penduduknya ingin sekali menjadi kota yang tenar. Kehadiran Yesus tidak lagi dimanfaatkan untuk mendengarkan kabar gembira dari Allah, tetapi lebih buruk dari itu ; memanfaatkan Yesus demi mencari keuntungan. Mungkin saja, apabila dikaitkan pada zaman sekarang ; dengan hadirnya satu orang yang berpotensi dalam satu kota kecil, kota kecill tersebut dapat menjadi pusat dan sentro kota – kota di Indonesia. Nyatanya tidak, Yesus menolak apa yang mereka inginkan. Yesus tentu tahu apa yang ada dalam hati mereka, sehingga dengan lebih dahulu Yesus mengatakan “…Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri.” (Luk 4:25). Penduduk Nazareth marah! Tragis memang, ternyata Yesus sungguh ditolak di kampong halamannya sendiri. Yesus hanya menginginkan mewartakan kebenaran dari Bapa. Yesus mengatakan kebenaran. Yesus rela ditolak asal saja kebenaran itu telah disampaikan, sekalipun Yesus tidak memperoleh keuntungan apapun dari para penduduk Nazareth. Inilah kebenaran yang memerdekakan itu. Yesus tidak terjerat oleh para penduduk Nazareth karena pewartaan-Nya. Melainkan Yesus sungguh dibebaskan. Kita dapat membayangkan ketika Yesus mewatkana kebenaran namun disaat yang sama Yesus harus dimanfaatkan?
Kita dapat belajar bahwa kebenaran iman haruslah menjadi pondasi, bertahan dan tetap berpegang teguh pada iman yang kita miliki. Ini adalah pewartaan yang paling sederhana. Bagaimana mungkin kita dapat mewartakan Kerajaan Allah? Sementara kita sendiri sulit memeprtahankannya, sekalipun dicemooh oleh orang – orang di sekitar kita. Kita harus benar – benar bebas dalam mewartakan Kerajaan Allah, sehingga tidak ada belenggu dalam pikiran kita untuk mencari keuntungan dari hasil pewartaan kita.
Injil hari ini mengungkapkan bahwa misi Yesus adalah hadir dan membebaskan para tawanan, orang – orang miskin dan orang – orang tertindas. Pada zaman kini, kita terutama mewartakan dengan penuh kepastian dan kebebasan kepada mereka yang “miskin akan Allah dan para tawanan” (artinya mereka yang membutuhkan pengenalan akan Allah), ini menuntut kita untuk belajar siapa Allah yang penuh kasih itu ; serta memberikan pertolongan kepada mereka yang membutuhkan kasih kita dengan cara yang relevan di zaman kini. Semoga, benih sabda hari ini mengajak kita untuk mewartakan Kerajaan Allah sebebbas-bebasnya tanpa ada belenggu apapun untuk mencari keuntungan dari pewartaan Kristus yang tersalib!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar