Ads 468x60px

Minggu, 22 Juni 2019

HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Minggu, 22 Juni 2019
Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus.
Hari Raya Corpus Christi.
"Ecclesia et eucharistia – Gereja dan ekaristi".
Inilah dua hal yang tidak bisa dipisahkan karena ekaristi-lah yang menjadi fundamen dasar adanya Gereja, dsanalah dihadirkan Yesus yang menjadi "hosti" (Yun: kurban) yang siap mengalami 4 dimensi:
Di pilih
Di berkati
Di pecah
Di bagi bagi.
Selain itu, hari ini juga bersama dengan HR Tubuh dan Darah Kristus, banyak paroki yang mengadakan penerimaan komuni pertama buat umatnya. Komuni sendiri bisa berarti "persatuan" dengan 3 ciri dasarnya:
KO barkan iman
MU liakan Tuhan
mari mengima NI
Adapun 3 vitamin yang diberikan Yesus pada hari ini supaya kita bisa ber-"komuni" dan menjadi pribadi ekaristis yang siap "dipilih-diberkati-dipecah dan dibagi-bagi", al:
1. "Vit C/Cinta untuk berbagi":
Cinta adalah Kasih. Ya, seperti Yesus yang kasih/memberi roti (hasil olahan insani) dan ikan (hasil olahan alami/ilahi), kita juga harus mau berbagi pada org lain: “Kamu harus memberi mereka makan” (Luk 9:13).
2. "Vit D/Doa untuk beriman":
Ketika ada "masalah logistik": 5 roti dan 2 ikan buat 5000 orang, Yesus meminta mereka semua"duduk": diam dan merendah bersama dengan yang lainnya. Ia berdoa menengadah ke atas dan memohon berkat kepada Bapa.
Pastinya, dengan doa: yang "impossible" menjadi "i’m possible", yang kurang menjadi lebih, yang lemah menjadi kuat, yang 5 roti dan 2 ikan menjadi cukup buat 5000 orang bahkan sisa 12 bakul
3. Vit E/Ekaristi untuk bersyukur:
"Elok KArena kRIStus ada di hati". Roti serta ikan itu dipecah dan dibagi buat semua orang, bukankah ini tanda misteri ekaristi bahwa Tuhan hadir sebagai yang siap "dipecah dan dibagi bagi" untuk kita?
Dengan ekaristi, kita juga mengalami trilogi jalan iman, yakni:
via purgativa/jalan pemurnian
via illuminativa/jalan pencerahan
via unitiva/jalan persatuan.
Jelasnya, kita itu "dimurnikan-dicerahkan dan disatukan" dalam cinta Tuhan yang hadir setiap kali kita merayakan ekaristi.
Satu hal yang pasti, setiap kali saya mempersembahkan ekaristi, baiklah rumusan ABC kita bisa bawa pulang:
A wali dari apa yang ada
B agikan dengan penuh sukacita
C inta Tuhan yang akan menyempurnakannya, karena bukankah kita sudah punya "5roti" (5 jari tangan, 5 jari kaki, 5 indra dll) serta "2 ikan" (2 mata, 2 tangan, 2 kaki, 2 telinga dll).
"Naik delman pakai AC Daikin - Dengan rahmat iman, semua bisa menjadi mungkin."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
Hari Raya Corpus Christi ini ditetapkan Paus Urbanus IV pada 8 Sept. 1264 sebagai "Sollemnitas Sanctissimi CorporisChristi" (Hari Raya Tubuh Kristus yg Mahakudus) atau disingkat "Corpus Christi".
Penetapan ini didahului 2 peristiwa penting, yaitu :
1) Penampakan Tuhan Yesus kepada Suster Yuliana dari Liege - Belgia (kemudian bergelar "Santa Yuliana") pada tahun 1216.
Dalam penampakan itu Tuhan Yesus meminta agar Gereja merayakan Hari Raya Sakramen Mahakudus.
Beberapa tahun kemudian Suster Yuliana menyampaikan penampakan itu kepada Uskup Liege, Mgr Robert de Thournee disaksikan oleh Diakon Agung Liege -yang kelak menjadi Paus Urbanus IV.
Mgr Robert kemudian memutuskan agar Hari Raya Sakramen Mahakudus dirayakan di seluruh wilayah keuskupannya.
2) Tahun 1263, Pastor Petrus dari Praha/ Cekoslowakia, berziarah ke Roma untuk mendapatkan kekuatan tentang kehadiran nyata Kristus dalam Ekaristi, karena pada masa itu muncul ajaran sesat Berengarianisme, yang tidak mengakui kehadiran Kristus.
Ketika Pastor Petrus mengucapkan "INILAH TUBUHKU" pada perayaan Ekaristi di Gereja Santa Kristina di Bolsena, tiba-tiba Hosti di tangannya berubah menjadi daging dan mengeluarkan darah.
Dia lalu membawa hosti yang telah berubah menjadi daging itu kepada Paus Urbanus IV. Dan setelah diadakan penyelidikan mendalam, Paus Urbanus IV akhirnya menerbitkan BULLA TRANSITURUS DE HOC MUNDO pada 8 Sept 1264 yang memaklumkan agar HARI RAYA TUBUH KRISTUS dirayakan setiap tahun pada hari Kamis sesudah Hari Raya Tritunggal Mahakudus.
Paus Urbanus IV juga meminta St. Thomas Aquinas OP untuk menyusun teks liturgi, doa, dan madah pujian untuk hari raya tersebut dan muncullah karya-karya agung seperti : "Lauda Sion", "Pange Lingua", "O Salutaris", "Panis Angelicus" dan "Tantum Ergo".
Hari Raya ini biasanya dimeriahkan dengan prosesi Sakramen Mahakudus.
Sejak Konsili Vatikan II, perayaan Corpus Christi berubah menjadi "Sollemnitas Sanctissimi Corporis et Sanguinis Christi - Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus".
Jelasnya, Hari Raya ini mengingatkan kita akan pentingnya EKARISTI, "Elok KArena KRIStus ada di haTI." Bersama St. Thomas Aquinas (1225-1274), marilah kita turut bermadah :
"Panis Angelicus fit panis hominus...
duc nos quo tendimus ad lucem quam inhabitas. Roti Malaikat menjadi santapan manusia, antarlah kami ke Cahaya di mana Engkau berada"
A.
Madah Ibadat Harian.
Ya Allah, bersegeralah menolong aku
Ya Tuhan, perhatikanlah umat-Mu
Kemuliaan...
Alleluya.
MADAH IBADAT BACAAN
Marilah kita memuji
Tubuh dan darah Tuhan
Yaitu santapan suci
Untuk umat beriman
Semoga tak kunjung henti
WafatNya dikenangkan
Tubuh Kristus yang mulia
Sungguh-sungguh makanan
Dan darahNya yang berharga
Sungguh-sungguh minuman
Bagi kita yang percaya
Kepada sabda Tuhan
Pada hari raya ini
Mari kita semua
Penuh hormat mengimani
Keagungan kurnia
Jaminan hidup abadi
Yang tiada taranya
Terpujilah Allah Bapa
Yang mengutus PutraNya
Untuk membebaskan kita
Dengan taat setia
Dan menghadiahkan RohNya
Yang tinggal pada kita
Amin
MADAH IBADAT PAGI
Sabda yang diutus Bapa
Untuk membebaskan kita
Sudi menyerahkan diri
Sebagai santapan suci
Untuk menjadi jaminan
Yang memberi kepastian
Akan kehadiran Tuhan
Di tengah umat beriman
Semoga kita semua
Bersyukur atas kurnia
Yang membawa persatuan
Dengan sesama dan Tuhan
Terpujilah Allah Bapa
Bersama Putra dan RohNya
Yang penuh kasih setia
Untuk selama-lamanya
Amin
MADAH IBADAT SIANG
Marilah kita memuji
Tubuh dan darah Tuhan
Yaitu santapan suci
Untuk umat beriman
Semoga tak kunjung henti
WafatNya dikenangkan
Tubuh Kristus yang mulia
Sungguh-sungguh makanan
Dan darahNya yang berharga
Sungguh-sungguh minuman
Bagi kita yang percaya
Kepada sabda Tuhan
Pada hari raya ini
Mari kita semua
Penuh hormat mengimani
Keagungan kurnia
Jaminan hidup abadi
Yang tiada taranya
Terpujilah Allah Bapa
Yang mengutus PutraNya
Untuk membebaskan kita
Dengan taat setia
Dan menghadiahkan RohNya
Yang tinggal pada kita
Amin
DOA
Tuhan Yesus, dalam sakramen ekaristi yang luhur ini Kauwariskan kepada kami peringatakan akan wafat dan kebangkitanMu.
Semoga kami menghormati misteri kudus tubuh dan darahMu sepantasnya, sehingga kami selalu dapat menikmati hasil penebusanMu.
Sebab Engkaulah pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Bapa, dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin
MOM - MARY OUR MOTHER
"Akulah bundamu yang berbelas kasih, dari segenap yang mengasihiku, dari mereka yang berseru kepadaku, dari mereka yang mencariku, dan dari mereka yang menaruh harapannya kepadaku."
- Pesan Maria di Guadalupe
B.
EKARISTI
Elok KArena kRIStus ada di haTI
Belajarlah untuk menempatkan Ekaristi sebagai pusat hidupmu. Dengan merenungkan Injil, engkau akan memperdalam pemahamanmu akan maknanya. Hal ini akan membantumu untuk menemukan kembali nilai dan keindahan persekutuan Ekaristi hari Minggu, sukacita menjadi bagian dari orang-orang yang membawa Kristus yang disalibkan dan bangkit dalam hati mereka. ( St. Yohanes Paulus II )
Gereja hidup dari Ekaristi tentu saja bukan pertama-tama karena ritus-upacaranya, tetapi terutama karena apa yang dirayakan dalam ritus itu, yakni misteri penebusan Kristus melalui peristiwa sengsara, wafat dan kebangkitanNya.
Disinilah, Ekaristi yang menjadi jantung hidup Gereja (EE 3) sekaligus sumber dan puncak hidup beriman, fons et culmen (LG 11), memiliki arti mendasar yakni: “Elok KArena kRIStus ada di haTI, .” Dan, bukankah Ekaristi menjadi lebih elok jika kita merenung-menungkannya bersama Maria Sang Bunda Ekaristi, Mater Eucharistia?
Pastinya:
Kerendahan hati Yesus: di Betlehem, di Nazaret, di Kalvari. Akan tetapi, lebih merendahkan diri dalam Hosti terkudus; lebih daripada di kandang, lebih daripada di Nazaret, lebih daripada di atas salib. Itulah sebabnya mengapa kita harus begitu mencintai
ekaristi, bukan?
Selamat menjadi pribadi ekaristis yang berpola "4 dimensi" :
Di pilih
Di berkati
Di pecah
Di bagi bagi
C.
"You are what you eat."
01.
Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus Yang Mahakudus (Sanctissimi Corpus et Sanguis Christi) dirayakan secara universal untuk Gereja di seluruh dunia sejak tanggal 8 September 1264 dengan diterbitkannya bulla “Transiturus de hoc mundo” oleh Paus Urbanus IV dan dirayakan pada hari Kamis setelah Hari Raya Allah Tritunggal Mahakudus untuk mengenang Perjamuan Tuhan (Cenae Domini) yang juga dirayakan pada hari Kamis.
Sebelumnya perayaan ini hanya merupakan perayaan lokal di Keuskupan Liège (Belgia). Berdasarkan pewahyuan yang diterima oleh St. Juliana dari Mont St. Cornillon, Belgia, Mgr. Robert de Thorete, Uskup Liege, Belgia pada tahun 1246 menetapkan perayaan Tubuh dan Darah Kristus untuk seluruh keuskupannya.
Dalam sebuah penampakan kepada St. Yuliana, Tuhan Yesus menghendaki agar misteri Tubuh dan Darah-Nya dihormati secara khusus karena semakin banyak umat beriman meragukan kehadiran-Nya yang nyata dalam Sakramen Ekaristi Mahakudus.
Pendangkalan iman ini membuat Gereja menjadi lesu dan banyak orang berpaling kepada bidaah dan praktek paranormal. Pada zaman itu di Eropa berkembang bidaah yang menyangkal kehadiran nyata (realis praesentia) Kristus dalam Ekaristi. Bidaah itu disebut Berengarianisme.
02.
Atas permintaan Paus Urbanus IV, St Thomas Aquinas menulis ofisi (doa resmi Gereja) untuk pesta ini yang kemudian dikenal sebagai ofisi paling indah di dalam brevir (buku doa harian resmi yang wajib didoakan oleh para imam dan biarawan-biarawati) dan mengilhami Kidung Ekaristi terkenal “Pange Lingua Gloriosi” (PS. 502) dan “Tantum Ergo Sacramentum” (PS 558 dan 559).
Dalam perkembangan kemudian perayaan ini dilaksanakan pada hari Minggu dan dirayakan dengan prosesi Sakramen Mahakudus, di mana Hosti Kudus diarak ke segenap penjuru kota, disertai dengan pujian dan litani.
Penetapan perayaan ini untuk Gereja di seluruh dunia juga dipengaruhi oleh mukjizat Ekaristi yang terjadi di Bolsena, yakni mukjizat yang dialami oleh Rm. Peter dari Prague (Praha) pada tahun 1263.
Dalam peziarahannya ke Roma, Rm Peter mampir di Gereja St. Christina di Bolsena (sekitar 70 Km di sebelah utara Roma) dan memohon ijin untuk merayakan Ekaristi. Imam ini mempunyai keraguan serius tentang kehadiran nyata dan sungguh-sungguh (realis praesentia) Kristus dalam Ekaristi.
Ketika konsekrasi, dari Hosti Kudus mengalirlah darah yang membasahi tangannya dan bahkan jatuh ke lantai marmer. Hosti kudus kemudian diletakkan dalam sebuah corporal dan dibawa menghadap Paus Urbanus IV yang saat itu kebetulan tinggal di istana kepausan di Orvieto, dekat kota Bolsena.
03.
Pada zaman Yesus, roti dan anggur selain merupakan makanan sehari-hari juga biasa dipakai untuk pesta.
Namun orang-orang Yahudi juga memaknainya sebagai simbol. Roti menjadi tanda kesetiaan Allah pada janji-Nya, yaitu menyelenggarakan hidup umat-Nya, sedangkan Anggur melambangkan hasil kerja atau jerih lelah manusia. Sebagai minuman pesta anggur melambangkan kegembiraan dan kebahagiaan. Pada saat makan bersama, memecah roti dan minum anggur dari satu piala adalah ungkapan kesatuan dalam rasa syukur kepada Allah yang memberi hidup.
Tradisi ini dipakai oleh Yesus Kristus pada saat perjamuan malam terakhir dengan memberi makna baru. Roti dan anggur menjadi simbol Tubuh dan Darah-Nya, simbol dari pengorbananNya yang total dan sempurna di kayu salib agar manusia memperoleh hidup kekal.
04.
Sabda dalam ay. 24: “Inilah darah-Ku, darah perjanjian yang ditumpahkan bagi banyak orang”menggemakan kembali dan sekaligus memperbaharui perjanjian antara Yahwe dengan Israel dalam Kel 24:8.
Darah disiramkan pada mezbah (lambang kehadiran Allah) dan pada seluruh bangsa dengan janji,“Segala firman Tuhan akan kami lakukan dan akan kami dengarkan” (Kel 24:7) karena sejak saat itu Israel menjadi milik Tuhan yang berada dalam perlindungan-Nya.
Bagi orang Yahudi, darah adalah simbol dari kehidupan. Nyawa manusia ada di dalam darahnya. Apabila orang kehabisan darah maka matilah dia. Karena kehidupan manusia itu milik Tuhan maka ada larangan tegas untuk tidak boleh minum darah. Bila orang menyembelih binatang untuk dimakan, darahnya harus dibuang dan ditimbuni dengan tanah (Im 17:10-16).
Dalam Perjanjian Baru tidak lagi memakai darah binatang tetapi Darah Kristus sendiri, yakni hidup-Nya.
Ungkapan “darah-Ku, darah perjanjian” mengacu pada Hymne Hamba Yahwe dalam Kitab Nabi Yesaya yang menyebutkan bahwa dalam diri Sang Hamba Yahwelah perjanjian itu terwujud (Yes 42:6, “Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa” dan Yes 49:8, “Aku telah membentuk dan memberi engkau, menjadi perjanjian bagi umat manusia, untuk membangunkan bumi kembali dan untuk membagi-bagikan tanah pusaka yang sudah sunyi sepi”).
Yesus menyadari bahwa Dirinyalah wujud perjanjian itu. Karena itulah Dia dapat memberikan pembebasan atau penyelamatan. Gagasan ini mirip dengan ungkapan Yesus dalam Injil Yohanes yang menyatakan bahwa Dirinya adalah terang, jalan, kebenaran, kehidupan dsb.
Perjanjian itu tidak lagi terbatas untuk Israel tetapi untuk semua orang. Berkah Darah-Nya semua orang ditebus agar tetap menjadi milik-Nya. Semua persembahan dalam Perjanjian Lama (kecuali persembahan penghapus dosa) biasanya dimakan.
Dengan cara itu umat mengambil bagian dalam persembahan dan berkat yang diperoleh dari persembahan itu. Maka ketika Yesus memberikan roti agar dimakan oleh para murid artinya mereka diajak untuk mengambil bagian dalam persembahan Diri Yesus dan daya kehidupan yang diperoleh dari sengsara dan wafat-Nya.
05.
Kisah bagaimana para murid diminta untuk mempersiapkan perjamuan paskah dalam ay. 12-16 mempunyai tujuan ganda yakni menjadikan Perjamuan Tuhan sebagai ganti Paskah Yahudi dan menyatakan bahwa semua peristiwa yang terjadi sesudahnya, yakni sengsara, penyaliban dan wafat Tuhan bukanlah bencana tragis yang menimpa Yesus tanpa dapat dielakkan tetapi memang telah diduga dan dipersiapkan serta dijalani-Nya dengan penuh kesadaran.
Dalam perjamuan malam terakhir, Yesus meminta agar para murid selalu mengulang peristiwa pemecahan roti itu untuk mengenangkan pemberian Diri-Nya. Kenangan ini mengaktualisasikan kehadiran dan penyertaan Kristus dalam kehidupan umat beriman seperti yang dijanjikan-Nya, “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat 28:20).
06.
Cinta membutuhkan kehadiran dan kebersamaan. Mencintai berarti ingin selalu hadir dan bersama-sama orang yang dicintai menjalani hidup serta mengalami aneka macam peristiwa dalam kehidupan ini agar dapat saling mendukung dan menguatkan.
Maka ketika orang yang kita cintai tidak ada di samping kita, kita merindukannya. Kerinduan itu muncul bukan karena lama tak bertemu, tetapi karena kita berharap dia ada bersama kita apapun yang sedang kita lakukan.
Dalam kehadiran itu, komunikasi dapat terjalin dengan intens. Dalam kehadiran itu kita dapat mengungkapkan perhatian, kepedulian, komitmen secara penuh. Kehadiran tidak selalu fisik, tetapi dapat terjadi lewat berbagai macam cara. Kasih Allah dalam Yesus Kristus juga terwujud lewat kehadiran-Nya yang nyata dalam Perayaan Ekaristi. Kasih yang total dihayati-Nya sampai pada kesediaan-Nya untuk wafat di kayu salib demi keselamatan umat yang dikasihi-Nya. Kasih dan kehadiran itu yang kita aktualisasikan dalam Perayaan Ekaristi.
07.
Kasih Kristus yang total diwujudkan dalam penyerahan Tubuh dan Darah. Istilah itu mirip dengan penyerahan seluruh hidup, yakni menyerahkan "jiwa dan raga”.
Menjelang Hari Raya Paskah, umat Perjanjian Lama mempersembahkan korban persembahan Anak Domba Paskah. Paskah adalah salah satu hari raya utama orang Yahudi untuk mengenang kembali saat Allah melepaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir.
Dengan menyembelih anak domba Paskah dan menaruh darahnya di ambang pintu rumah agar supaya malaikat maut melewati mereka “yang ditutupi oleh darah” (Kel 12:11-13) adalah merupakan gambaran yang indah mengenai karya penebusan Kristus di atas salib.
Dengan demikian istilah "tubuh dan darah" sama dengan istilah "jiwa dan raga". Kita juga mengenal istilah "menumpahkan darah" sebagai ungkapan simbolik "mengorbankan hidup".
08.
Dalam korban-korban persembahan Perjanjian Lama (kecuali korban penghapusan dosa) umat berpartisipasi dalam korban itu dengan memakan sebagian daging persembahan agar mendapatkan berkat yang diharapkan dari persembahan itu.
Dalam konteks itu, Sabda Tuhan, “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku” (Yoh 6:56-57) merupakan penegasan bahwa kita pun hanya dapat berpartisipasi dalam pengorbanan diri Kristus dengan menyantap tubuh dan darah-Nya.
Dengan begitu, kita mengungkapkan persekutuan kita dengan-Nya. Keselamatan adalah kesatuan dengan Sang Penyelamat. Kesatuan itulah yang diwujudkan dalam menyantap tubuh Kristus dan minum darah-Nya dalam realitas sakramental.
Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus mengingatkan kita bahwa menghormati Sakramen Mahakudus dan menyantapnya membawa keselamatan abadi. Apa yang kita makan menentukan kualitas kesehatan dan keselamatan kita. We are what we eat.
09.
Mengakhiri pengajaran-Nya, Yesus menyatakan, “Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, dalam Kerajaan Allah.” (ay. 25). Yesus masuk ke dalam Kerajaan Allah melalui sengsara dan wafat.
Bagi kita pun tidak ada jalan lain untuk menuju pada Kerajaan Allah. Dengan mematikan egoisme dan menyatukan diri dengan Yesus yang menyerahkan seluruh diri-Nya untuk kita, selangkah demi selangkah kita akan sampai ke dalam Kerajaan-Nya. Kesatuan terus-menerus dengan hidup Kristus menjadikan hidup kita yang rapuh ini mendapat kekuatan untuk masuk ke kehidupan kekal.
D.
HR. TUBUH DAN DARAH KRISTUS:
Secara tradisonal, pada awalnya sebutan yang tepat untuk Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus adalah Sollemnitas Sanctissimi Corporis Christi ) yang kemudian dalam penggunaan populer digunakan frasa “Corpus Christi”.
Pada awalnya memang tidak ada kata “Darah” walaupun dalam teks Misa dan Ibadat Harian (brevir) ada rujukan mengenai kata “Darah”
Perubahan yang terjadi adalah konsekuensi perubahan terhadap Festum Sanguinis Christi (Pesta Darah Mulia).
Pesta Darah Mulia adalah salah satu Pesta “devosional” terhadap kemanusiaan Kristus. (Dalam Gereja Katolik ada tiga tingkatan hari-hari istimewa, yaitu Hari Raya/Solemnitas, Pesta/Festum, dan Peringatan/Memoraria).
Pesta ini merupakan bagian dari “Pesta-pesta Sengsara” yang diadakan di hari-hari Jumat dalam Masa Prapaska di banyak tempat.
Pesta-pesta ini dirayakan seturut penanggalan gerejawi lokal, dan pada awal abad ke-20 hanya diadakan terutama di tempat-tempat di mana (t)radisi ini berawal.
Pada 1849, Paus Pius IX menyatakan hari Minggu pertama bulan Juli sebagai Pesta Darah Mulia dan wajib dirayakan secara universal.
Namun demikian beliau tidak menghapuskan hari-hari Jumat “Pesta sengsara” yang masih dipraktikan pada berbagai penanggalan gerejawi lokal.
Ketika Paus Pius X melakukan pembaruan penanggalan liturgi, Pesta Darah Mulia dipindahkan menjadi tanggal 1 Juli, dan sejalan dengan kerangka liturgis yang ditetapkan pada hari itu, maka banyak keuskupan dan ordo tidak mempraktikan lagi “Pesta-pesta Sengsara”.
Namun pesta-pesta ini tetap dipertahankan seperti yang tertulis pada appendiks buku pedoman misa (missal) dengan judul “Pro Aliquibus Locis” (di banyak tempat).
Pada 1961, semua pesta-pesta sengsara termasuk Pesta Darah Mulia yang tercantum dalam appendix, dihapuskan, kecuali apabila ada permintaan dengan alasan yang masuk akal oleh ordo/kongregasi atau Keuskupan yang memiliki keterkaitan istimewa dengan pesta-pesta tersebut, misalnya kongregasi yang kemudian dikenal di Indonesia dengan nama Kongregasi Suster-suster Amalkasih Darah Mulia (ADM).
Kebijakan gerejawi berubah pada masa kepemimpinan Paus Yohanes XXIII.
Beliau adalah seorang yang berdevosi pada Darah Mulia. Beliau menambahkan frasa “Terpujilah darahNya yang mahaindah” (PS No.205), mempromulgasikan (mengumumkan secara resmi) Litani Darah Mulia yang disertai dengan indulgensi, dan mempromosikan devosi terhadap Darah Mulia melalui ensiklik “Inde a Primis”.
Pada tahun 1960-an ada perubahan penanggalan liturgi Gereja universal. Diputuskan bahwa pesta-pesta devosional harus dipindahkan atau paling tidak diturunkan tingkatannya. Pesta Darah Mulia yang dirayakan pada 1 Juli juga turut dihapuskan, walaupun tidak lama setelah keputusan ini dikeluarkan, banyak petisi dari para Uskup yang meminta agar Pesta Darah Mulia tetap dilestarikan.
Namun demikian Konsili menolak petisi-petisi tersebut dan memutuskan untuk menambahkan kata “Darah” sehingga Hari Raya yang kita rayakan secara resmi hari ini dinamakan “Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus” (Sollemnitas Sanctissimi Corporis et Sanguinis Christi) atau boleh juga disebut “Corpus Sanguinisque Christi”.
Walaupun demikian, di banyak tempat, secara tradisional umat Katolik sudah telanjur terbiasa dengan penyebutan “Corpus Christi” dan kita pun saat ini tetap boleh menyebut Hari Raya ini sebagai “Corpus Christi” karena toh kita mengimani bahwa Hosti yang kita terima (apabila komuni hanya diterimakan dengan satu rupa), tidak pernah hanya Tubuh Kristus saja, melainkan sekaligus adalah Tubuh, Darah, Jiwa dan Keallahan Kristus, pendek kata SELURUH KRISTUS YANG TELAH WAFAT DAN BANGKIT, DAN KINI BERTAKHTA DI SISI BAPA.
Hal ini sesuai juga dengan teks Kitab Suci, Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti ATAU minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadapTubuh DAN Darah Tuhan.. (1 Kor 11:27).
E.
PAUS FRANSISKUS:
"Makanlah Tubuh yang menjadi ikatan Perjanjian, dan minumlah Darah yang telah menebus kita."
"Kristus yang hadir ditengah-tengah kita, di dalam tanda roti dan anggur, menginginkan agar kekuatan dari kasih mengatasi setiap keretakan dan di saat yang sama menjadi kesatuan dengan yang miskin, dukungan bagi yang lemah, perhatian persaudaraan kepada banyak orang yang letih dalam menanggung beban hidup sehari-hari. Dan mereka berada di dalam bahaya iman." demikian Sri Paus mengatakan di dalam Misa Kudus di dalam Hari raya Tubuh dan Darah Kristus di Basilika St. Yohanes Lateran. "Melalui roti dan anggur, Tubuh dan Darah Tuhan telah dikaruniakan kepada kita dan meninggalkan bagi kita 'peringatan akan pengorbananNya tentang kasih yang kekal'.
Dengan roti dan anggur ini, para Rasul memiliki apa yang penting bagi langkah mereka sepanjang sejarah dan untuk menyebarkan kepada semua orang Kerajaan Allah. Saat ini, sang Roti kehidupan juga adalah milik kita, yang dihadapanNya ketakjuban Gereja tidak pernah padam, ketakjuban yang mengenyangkan perenungan, adorasi dan ingatan kita." "Apakah arti dari terpecah dan merendahkan nilai? Kita terpecah ketika kita tidak taat kepada Firman Tuhan, ketika kita tidak hidup di dalam persaudaraan, ketika kita berlomba untuk menduduki tempat pertama, ketika kita tidak menemukan keberanian untuk bersaksi akan amal, ketika kita tidak mampu menawarkan pengharapan. Demikian kita terpecah." "Jadi, yang membuat kita tidak terpecah adalah Ekaristi, karena menyatukan kita di dalam persatuan, Ekaristi sebagai pemenuhan dari Perjanjian, tanda yang hidup dari kasih Kristus yang telah merendahkan diriNya dan ditumpaskan supaya kita tetap bersatu." "Apakah arti dari "merendahkan nilai" atau "menenggelamkan martabat Kristen kita?":
"Berarti membiarkan diri terpengaruh dari penyembahan berhala pada jaman kita: penampilan, konsumer, "Aku" sebagai pusat dari segala sesuatu; tetapi juga menjadi kompetitif, kesombongan sebagai sikap pemenang, tidak pernah harus mengakui kesalahan atau membutuhkan bantuan. Semua ini merendahkan nilai kita, menjadikan kita orang Kristen yang biasa-biasa saja, yang suam-suam kuku, yang hambar, sebagai orang-orang kafir." "Yesus telah mencurahkan darah-Nya bagi kita, untuk membersihkan kita dari dosa, oleh karena itu supaya kita tidak merendahkan nilai, marilah menatap kepadaNya, marilah minum dari sumbernya, supaya kita di hindarkan dari risiko korupsi."
"Darah Kristus - kata Paus - akan membebaskan kita dari dosa-dosa kita dan mengembalikan martabat kita. Membebaskan kita dari korupsi ": "Jadi kita belajar bahwa Ekaristi bukanlah hadiah untuk orang-orang yang baik, tapi adalah kekuatan untuk yang lemah, untuk orang-orang berdosa. Ekaristi adalah pengampunan, adalah dorongan yang membantu kita untuk pergi, untuk berjalan." Hari Raya Corpus Domini - Paus menyimpulkan - merayakan misteri Ekaristi dan itu dilakukan dengan memadahkan pujian dan bernyanyi di jalan-jalan kota, dan prosesi adalah ungkapan rasa syukur kita atas semua langkah dari Allah yang kita tempuh melalui gurun dari kemiskinan kita, untuk membuat kita keluar dari perbudakan, mengenyangkan kita dengan Kasihnya melalui Sakramen dari Tubuh dan Darah-Nya."
Pada akhir homili, Sri Paus mengajak umat beriman untuk menyatukan diri kepada semua saudara-saudari yang dianiaya oleh karena iman mereka. "Marilah bernyanyi bersama mereka, memuji bersama mereka, menyembah bersama mereka. Dan kita menghormati di dalam hati kita saudara-saudari yang telah diminta untuk mengorbankan nyawa mereka demi kesetiaan kepada Kristus: semoga darah mereka, yang disatukan dengan Darah Tuhan, menjadi jaminan perdamaian dan rekonsiliasi bagi seluruh dunia. Dan jangan lupa: supaya tidak terpecah, makanlah ikatan dari persatuan ini, supaya tidak merendahkan nilai kita, minumlah harga dari Penebusan kita".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar